Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga,

sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu

adalah sosok yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anak buah

hatinya. Oleh karena itu seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik

masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan.Tetapi sekarang ini berita-

berita tentang ditemukannya bayi yangbaru lahir dalam keadaan meninggal

karena dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak

dahulu dan terjadi dimana saja. Firaun di zamannya telah memerintahkan

membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja

baru. Pada zaman dahulu juga terjadi di tanah arab dimana lazimnya terjadi setiap

bayi perempuan yang dianggap membawa sialbagi keluarganya juga dibunuh.

Masih banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang sampai hati merampas

nyawa seorang bayi yang baru dilahirkan.2

Pembunuhan anak adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana

kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan

haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan

kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah

melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap.

Selain itu, keunikan lainnya, yaitu saat dilakukan tindakan menghilangkan nyawa
anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya yaitu

dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-tanda perawatan, dibersihkan,

dipotong tali pusat atau diberikan pakaian.3

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak sendiri

adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan,

penjeratan, dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar

30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk

kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul dikepala (5-10%) dan kekerasan tajam

pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).4

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari ibu seperti rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk

menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan

mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang matang.3

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang


dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayi
nya pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah dilahirkan, oleh karena
takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anaknya. Dengan
demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi
dalam kasus pembunuhan anak (infanticide) yaitu:
1. Pelaku adalah ibu kandung
2. Korban adalah anak kandung
3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan
anak
4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat
setelah melahirkan.
Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu
pembunuhan yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat
disebut sebagai pembunuhan anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan
biasa.5
B. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab
kejahatan terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:
Pasal 341.
Seorang ibu .yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 3


Pasal 342.
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343.
Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
berencana.
Pasal 305.
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan
diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6
bulan.
Pasal 306.
Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 305 :
1. luka berat, diancam hukuman 7 tahun 6 bulan.
2. Jika mengakibatkan kematian, diancam hukuman 9 tahun.
Pasal 308.
Seorang ibu takut diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama
sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
ancaman hukuman sesuai 305 dan 306 dikurangi separuh.
Pasal 181.
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam pidana penjara 9 bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah..6

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 4


C. Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau
yang diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di
dalam hal sebagai berikut:
1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?
2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?
3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?
Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai
pengganti barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti
dalam hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian
selain ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus
diutarakan dalam VER yaitu:
1. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?
2. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?
Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti
cukup bulan atau prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan
kemampuan anak untuk hidup di luar kandungan (viabilitas) tanpa kelainan
bawaan yang diderita oleh anak.3
Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian
lahir hidup dan lahir mati. Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak
dibenarkan membuat kesimpulan lahir hidup atau lahir mati dari hasil
pemeriksaan terhadap korban kasus yang diduga akibat pembunuhan anak.5
1. Lahir Hidup atau Lahir Mati
Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil
konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah
atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan. Tanda-tanda lahir
hidup:
a. Dada telah mengembang, berbentuk seperti barel.
b. Sekat rongga badan turun menjadi setinggi sela iga 4 atau iga 5.

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 5


c. Konsistensi paru seperti spons dan teraba derik udara.
d. Permukaan paru seperti marmer.
e. Uji apung paru positif.
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch
technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan
timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat
manipulasi berlebihan.
Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah
dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal
sehingga tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole
disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring,
esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus
bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang.
Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan
ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui
trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep
atau pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.
Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.
Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan
uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke
dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus
dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung
atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung
oleh karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu
mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan dengan arah

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 6


penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan
yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke
dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih
mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun,
terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah
membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan
hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil
paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial
respiration) yang dapat bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau
vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala masih dalam
uterus atau dalam vagina).
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya
kemungkinan bayi dilahirkan hidup, tapi kemudian berhenti bernapas
meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi.
Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan
untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang
dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 7


Perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu:5

N Tanda Belum Bernapas Paru Sudah Bernapas


1
Volume kecil, kolaps, Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. menempel pada vertebra, menutupi jantung, konsistensi seperti
konsistensi padat, tidak ada karet busa (ada krepitasi)
krepitasi
2 paru tajam
Tepi Tepi paru tumpul
2.
3
Warna homogen, merah Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5
Kalau diperas di bawah Gelembung gas yang keluar halus
4. permukaan air tidak keluar dan rata ukurannya.
gelembung gas atau bila sudah
ada pembusukan gelembungnya
besar dan tidak rata.
6
Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang
5. berkembang pada permukaan terpisah sendiri
6
Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah
6. darah sedikit dan tidak berbuih berbuih walaupun belum ada
(kecuali bila sudah ada pembusukan (volume darah dua kali
pembusukan) volume sebelum napas.
8 paru kurang lebih 1/70 BB
Berat Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7.
8
Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang
8. dalam air mengembang terapung dalam air.

Tabel 2.1 Perbedaan Temuan antara Paru yang Belum dan Paru yang Sudah
Bernapas pada Uji Apung Paru

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum


keluar atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan
(baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam
kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak
menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali
pusat atau gerakan otot rangka.
Bukti kematian dalam kandungan:

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 8


1. Ante partum rigor mortis (kaku mayat) yang sering menimbulkan
kesulitan waktu melahirkan
2. Maceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
a. Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)
b. Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan
c. Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak
d. Tidak ada gas, baunya khas
e. Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.5
2. Tanda Perawatan
Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya
dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus
yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti dimaksud
dalam undang-undang, atau menjadi kasus lain yang ancaman hukumannya
berbeda.
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan
dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
a. Tubuh masih berlumuran darah
b. Ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusat (umbilicus)
c. Bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan, hal
ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke
permukaan air
d. Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah
yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat
paha dan bagian belakang bokong.

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 9


Gambar 2.1 Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan Ari-
Ari

3. Luka-luka yang Dapat Dikaitkan dengan Penyebab Kematian


Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan
pembunuhan anak adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati
lemas (asfiksia) seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta
membenamkan ke dalam air. Adapun cara yang lain seperti menusuk atau
memotong serta kekerasan dengan benda tumpul relatif jarang ditemukan.
Dalam kasus ini yang harus diperhatikan yaitu:
a. Adanya tanda-tanda mati lemas seperti sianosis pada bibir dan ujung-
ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput
kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih
gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang
keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan
pada alat dalam.
b. Keadaan mulut dan sekitarnya, yaitu adanya luka lecet tekan di bibir dan
sekitarnya, biasanya berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian
dalam yang berhadapan dengan gusi serta adanya gumpalan benda asing
seperti koran atau kain yang mengisi rongga mulut.
c. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya, yaitu adanya luka lecet tekan
yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas
jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 10


digunakan, adanya luka-luka lecet kecil berbentuk bulan sabit yang
diakibatkan dari ujung kuku dan adanya luka-luka lecet, dan memar yang
tidak beraturan akibat tekanan ujung jari.
d. Adanya luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian
tubuh lainnya. adanya istilah tusukan bidadari yaitu menusukkan benda
tajam pada langit-langit rongga mulut sampai menembus rongga
tengkorak.
e. Adanya tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur, telapak
tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman hand),
kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina sepert kulit angsa, serta adanya
benda asing di saluran pernapasan terutama trakea).

Gambar 2.2 Tampak adanya Luka terbuka pada Kepala dan Luka lecet
Berbentuk Bulan Sabit pada Leher

4. Cukup Bulan dalam Kandungan


a. Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan, berat badan
b. Ujung-ujung jari
c. Keadaan genitalia eksterna
d. Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (os femur)
mempunyai arti yang cukup penting. Bagian distal os femur serta
proksimal os tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur
kehamilan 36 minggu, demikian juga pada os cuboideum dan os
cuneiform, sedangkan os talus dan calcaneus pusat penulangan akan
tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 11


5. Viabilitas
Dapat dilihat apakah terdapat kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bayi seperti jantung (ASD, VSD), otak
(anensefalus atau mikrosefalus) dan saluran pencernaan (stenosis
esophagus).3

B. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)


Pemeriksaan dilakukan terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang
baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
1. Pemeriksaan terhadap Ibu
a. Tanda telah melahirkan anak
1) Robekan baru pada alat kelamin
2) ostium uteri dapat dilewati ujung jari
3) keluar darah dari rahim
4) ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum
setinggi tulang kemaluan
5) payudara mengeluarkan air susu
6) hiperpigmentasi aerola mamma
7) striae gravidarum dari warna merah menjadi putih
2. Berapa lama telah melahirkan
a. ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu
b. getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 ari post partum getah nifas habis
c. robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari
3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus
a. robekan pada alat kelamin
b. inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar,
lebih-lebih bila tali pusat pendek

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 12


c. robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada
tempat lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan
pemeriksaan histopatologis
d. luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,
perdarahan di dalam tengkorak
4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal dari
rahim
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang
diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan,
yaitu:
1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri,
lochia, kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat
dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.
2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya
dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu
individu sedang individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya
adalah bila golongan AB sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya.
Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan
mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak
merupakan prosedur rutin.
3. Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar.

2. Pemeriksaan terhadap Korban


a. Viabilitas
Syaratnya yaitu:
1) Umur 28 minggu dalam kandungan
2) Panjang badan 35 cm
3) Berat badan 2500 gram

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 13


4) Tidak ada cacat bawaan yang berat
5) Lingkaran frontoocipital 32 cm
b. Penentuan umur bayi
1) berdasarkan panjang badan (rumus Haase)
2) berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan
3) berdasarkan inti penulangan
a) Calcaneus = 5-6 bulan
b) Talus = 7 bulan
c) Femur = 8-9 bulan
d) Tibia = 9-10 bulan
c. Pernah atau tidak pernah bernapas.
Hal ini dibuktikan dengan percobaan apung paru. Hasil percobaan apung
paru yang menyimpulkan belum pernah bernapas, belum dapat
menyingkirkan kemungkinan tindakan pembunuhan anak, karena ada
keadaan dimana bayi lahir hidup tetapi belum/tidak sempat bernapas dan
dibunuh ibunya pada saat itu (bernapas hanya salah satu bukti/tanda
kehidupan)
d. Berapa lama bayi hidup
Lamanya bayi hidup (bila hidup lebih dari 24 jam) dapat dilihat pada:
perubahan tali pusat, perubahan pada pembuluh darah. Kalau bayi hidup
kurang dari 24 jam, hal ini tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Penutupan duktus arteriosus dan foramen ovale tidak dapat dipakai
sebagai pegangan, karena waktu penutupannya bervariasi (tidak tepat).
e. Sebab kematian
1) Kelalaian
Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja
atau tidak disengaja.
a) Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam di dalam WC mati
akibat asfiksia
b) Terjerat tali pusat, mati akibat asfiksia. Jeratan tali pusat yang
dilakukan setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 14


pusat intrauterine yaitu bayi yang mati intrauterine menunjukkan
paru yang belum pernah bernapas.
c) Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak
diikat dengan baik.
d) Suffocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut
e) Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau
tidak memberi ASI. Sehingga kematian bayi secara pasif
(kedinginan dan starvasi)
2) Kekerasan
a) Kekerasan dalam uterus
i. Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh/ditendang)
i) Pemasukkan alat ke vagina
b) Kekerasan selama proses kelahiran
Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus dipikirkan
sebelum menduga adanya tindak kekerasan. Retak tulang tengkorak
karena trauma kelahiran (biasanya pada os temporal) pada
umumnya hanya sedikit dan tidak disertai luka lecet. kekerasan
pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang besar, ada
luka lecet, mungkin ditemukan kontusio/laserasi cerebri
c) Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap
i. Kekerasan benda tumpul
ii. Suffocation dan gagging
iii. Jeratan atau cekikan
iv. Luka iris atau luka tusuk
v. Tenggelam
f. Periksa golongan darah
g. Tanda-tanda perawatan.5

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 15


BAB III

PENUTUP

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan

oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat

dilahirkan atau beberapa saat setelah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang

lain bahwa ia telah melahirkan anaknya.

1. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri tertera dalam


KUHP pasal 341, 342, 343.
2. Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang
diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di
dalam hal sebagai berikut:

Apakah bayi lahir hidup/tidak?

Apakah ada tanda-tanda perawatan?

Apakah bayi dapat lahir diluar kandungan/tidak (viabilitas)?

Jika lahir hidup, berapa lama hidup diluar kandungan?

Apakah penyebab dan cara kematian?

[Type the company name]|PAPER FORENSIK-PAS 16

Anda mungkin juga menyukai