Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Ny. Cr, 34 tahun, D3, Kristen katolik, Jawa, tinggal di Bandar lampung,
bekerja sebagai wiraswasta, diantar ke Poliklinik Jiwa pada tanggal 18 maret
2015 oleh orang tua pasien.

II. ANAMNESIS PSIKIATRI


Diperoleh dari autoanamnesis tanggal 05 Mei 2015.
1. Keluhan Utama
Marah-marah tanpa sebab yang jelas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Dibawa ke Poliklinik RS Jiwa Lampung oleh orang tua setelah dua
minggu marah-marah di rumah tanpa sebab. Pasien suka berbicara
ngelantur, ketawa sendiri ketika sedang sendirian dirumah. Pasien
mengaku sering mendengar suara-suara dan bisikan yang menyuruh dia
marah .
Setelah menikah pasien tinggal dengan mertuanya, saat tinggal dengan
mertua pasien dilarang untuk bertemu dengan orang tuanya sekitar satu
tahun, saat pasien diperbolehkan pulang kerumah orang tuanya pasien
terlihat kurus serta menjadi pendiam, semenjak itu sekitar empat tahun
suami tidak pernah menjenguk anak dan pasien, sejak saat itu pasien
terlihat murung, mengurung diri dikamar. Suatu saat ibu sedang
menggedong anak pasien dengan spontan pasien memukul kepala ibunya,
ketika ditanya os mengaku melindungi anaknya karena curiga anaknya
disakiti oleh ibunya, saat dirumah juga pasien suka keluar rumah tanpa
izin dan jarang pulang . Apabila pasien dilarang keluar rumah pasien nekat
memanjat dinding rumah .
Dari penuturan pasien , pasien mendengar suara-suara bisikan pada tahun
2008 ketika pasien berumur 26 tahun hingga kini suara-suara tersebut
kadang terdengar. Setelah melahirkan berat badan pasien melonjak lebih
dari 60 kg. sejak saat itu pasien berniat untuk merubah penampilan dengan
2

menurunkan berat badan dengan cara puasa 40 hari, pasien merupakan


orang yang taat beragama dan berpuasa berdasarkan ajaran agamanya .

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pernah dirawat di RS Jiwa Lampung pada bulan desember 2008. Saat
itu, dibawa oleh keluarga ke RS Jiwa karena marah-marah tidak
terkontrol, dan bicara-bicara sendiri. Menurut pasien, ia tidak dapat
tidur, dan malas bekerja sudah lebih dari satu bulan sebelum dirawat.
Selain itu juga sering mendengar bisikan yang menyuruhnya marah.
Saat mengamuk ia merasa dikendalikan oleh jin yang diyakini merasuki
tubuhnya dan setelah mengamuk ia merasa biasa saja seperti tidak
terjadi apa-apa.

Pasien tertekan dengan sikap suami dan mertuanya. Merasa kesal


karena tidak betah tinggal bersama di rumah mertua pasien. Bahkan
untuk mengunjungi orang tua pasien, mertuanya melarang. Mertua
sering menyindir masalah ekonomi.

Awal mula keluhan pasien terjadi pada tahun 2008, pasien merasa
sangat sedih dan terus memikirkan orangtuanya, ia merasa bingung
harus bagaimana, menjadi sulit tidur, sering mengurung diri dikamar.
Selain itu, pasien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan yang
menyuruh untuk marah-marah. Melihat kondisi pasien yang tampak
aneh tersebut, keluarga membawa pasien berobat ke RS Jiwa untuk
dilakukan pengobatan . Dilakukan rawat inap.

b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif, minuman beralkohol,
namun pasien adalah seorang perokok .

c. Riwayat Penyakit Medis Umum


Pasian tidak memiliki riwayat trauma kepala, kejang, atau riwayat
penyakit keturunan (darah tinggi, asma, dan kencing manis).
3

4. Riwayat Tumbuh Kembang


1) Periode infant (0-1 tahun)
Menurut keluarga, lahir normal di bidan, cukup bulan, langsung
menangis, tidak ada kelainan saat lahir, kontak mata baik .
2) Periode Masa Kanak (612 tahun)
Menurut keluarga, pasien diberi asi ekslusif selama satu tahun dan
perkembangan bayi sesuai dengan usianya. Imunisasi tidak lengkap,
diasuh oleh ?, sekolah ?
3) Periode Masa Remaja (12-18 tahun)
Memiliki banyak teman . mudah bergaul, mudah beradaptasi dengan
lingkungannya.
4) Periode Masa Kanak Akhir & Remaja
Pasien fokus sekolah dan membantu orang tuanya .
5) Periode Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sampai D3 di jawa, dan tidak pernah tinggal kelas,
menurut keluarga pasien tidak ada masalah dalam nilai maupun
perilaku pada pasien selama proses pendidikan.
b. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini adalah sebagai wiraswasta. Sejak lulus dari kuliah
pasien memang berniat untuk membantu orangtuanya. terkadang
menjadi pembuat kue ulang tahun, melukis, dll, setelah gangguan
c. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah terjerat masalah hukum akibat kelakuannya
sebelumnya.
d. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada akhir tahun 2006 dengan pria yang dipilihnya
sendiri. Pasien sering merasa kesal kepada suami dan mertuanya,
karena pasien tidak boleh pulang kerumah orang taunya . Pada akhir
tahun 2007, pasien dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat
disayanginya.

e. Riwayat Kehidupan beragama


Ia beragama Kristen katolik. ia rajin beribadah, dan mengikuti
kegiatan keagamaan. Rajin ke gereja serta membuat kelompok ibadah
keagamaan .
4

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak sulung dari 4 bersaudara. Pasien memiliki
hubungan kedekatan yang cukup baik terhadap semua anggota
keluarga. Pasien tinggal bersama keluarga suami sejak setelah
menikah tahun 2006.

Pedigree

Keterangan :
= laki-laki
= Pasien

= Perempuan
= Tinggal satu rumah

f. Riwayat sosial ekonomi keluarga


Pasien lahir dan dewasa di keluarga yang berkecukupan dengan
keadaan sosial ekonomi menengah ke bawah.

g. Riwayat sosial
Sebelum sakit, pasien merupakan orang yang senang bergaul dan
banyak teman. Memiliki hubungan yang cukup baik dengan
tetangganya. Namun semenjak sakit, menjadi jarang bergaul dan lebih
sering murung.
h. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan anak perempuan pasien.

5. Persepsi pasien tentang dirinya


5

Pasien ingin menjadi anak berbakti yang merawat kedua orang tuanya
yang sudah tua. Ia ingin suaminya juga turut bersamanya menuruti
keinginannya.

6. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya mengenakan seragam RSJ
Prov. Lampung, penampilan rapi, perawakan sedang, kulit sawo
matang, rambut tercukur rapi, kuku pendek dan bersih, perawatan diri
baik.
b. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
c. Kesadaran : jernih (compos mentis)
d. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang dan sesekali
mengubah posisi duduknya. Kontak mata dengan pemeriksa cukup
namun terkadang sering mengalihkan kontak mata.
e. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, amplitude cukup,
artikulasi jelas, kualitas dan kuantitas cukup, menjawab sebagian besar
pertanyaan.

B. Keadaan Afektif
Mood eutimia, afek terbatas, inappropiate.

C. Gangguan Persepsi :
Halusinasi auditorik (+) menurut pasien ada yang membisikkan kata
marah. Ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi tidak ada.

D. Pikiran :
a. Proses pikiran : produktivitas cukup, koheren terkadang flight of
idea
b. Isi pikiran : ide cukup, obsesi (-), waham (-), fobia (-).

E. Kesadaran dan Kognisi


a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan
taraf pendidikan pasien
6

b. Daya konsentrasi : kurang


c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : cukup
d. Daya ingat : jangka segera, jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang cukup.
e. Pikiran abstrak : pasien kesulitan berpikir abstrak

F. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : terganggu

G. Tilikan
Tilikan IV. Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak
memahami penyebab penyakitnya .

H. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

7. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular dan gastrointerstinal
dalam batas normal.
Tanda-tanda vital:
a. Tekanan darah = 120/80 mmHg
b. Nadi = 80x/menit
c. Pernafasan = 20x/menit
d. Suhu = 37C

8. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien Ny.Cr, 33 tahun, D3, Kristen katolik, Jawa, tinggal di Bandar
Lampung, bekerja sebagai Wiraswasta, diantar ke Poliklinik Jiwa pada
tanggal 18 maret 2015 oleh orang tua pasien. Pasien terlihat sesuai usianya
mengenakan seragam RSJ Prov. Lampung, penampilan rapi, perawakan
sedang, kulit sawo matang, rambut rapi, kuku pendek dan bersih, perawatan
diri baik.

Pasien dibawa ke RS Jiwa setelah minggu minggu sebelumnya marah-marah


dirumah . Pasien sedih dan selalu murung, dan tidak bisa tidur. Pasien
berbicara sendiri dengan nada marah. Pernah dirawat di RS Jiwa Lampung
7

selama sekitar 1 bulan (2008). Saat itu, ia dibawa oleh keluarganya ke RS


Jiwa karena marah-marah tidak terkontrol.

Tertekan dengan sikap suami dan mertuanya. Gejala sedih, bingung, sulit
tidur, sering mengurung diri dikamar, serta adanya halusinasi dengar (bisikan-
bisikan yang menyuruh untuk marah-marah) mulanya dialami pasien sejak
pada pertengahan tahun 2008. Sempat merasa sembuh dan tidak minum obat .

Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang dan sesekali mengubah


posisi duduknya. Kontak mata dengan pemeriksa cukup namun terkadang
sering mengalihkan kontak mata. Bicara spontan, lancar, intonasi sedang,
volume cukup, amplitude cukup, artikulasi jelas, kualitas dan kuantitas cukup,
menjawab sebagian besar pertanyaan. Afek terbatas, inappropiate, halusinasi
auditorik (+), proses pikiran produktivitas cukup, koheren terkadang flight of
idea, konsentrasi cukup, kesulitan berpikir abstrak, penilaian realitas
terganggu. Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang cukup.
Orientasi tempat, waktu dan orang cukup.

9. FORMULASI DIAGNOSIS
Diagnosis Aksis I ( gambaran jiwa menurut WHO )

Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, riwayat kejang, riwayat


tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena
itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif. Sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
(F10-19) dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan hendaya dalam menilai realita, oleh sebab itu
gangguan jiwa pada pasien dimasukkan ke dalam golongan besar psikotik.
Selain itu, pasien juga ditemukan hendaya pada moodnya. Hendaya
moodnya ini hampir bersamaan dengan gejala psikotiknya pada setiap
8

episodenya. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental,


ditemukan beberapa gejala psikopatologi yaitu:

1. Adanya riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding


(menyuruh pasien marah).
2. Riwayat gejala depresi yakni sulit tidur, malas, mengurung diri,
bingung.
3. Perilaku terdisorganisasi: marah-marah.
4. Gejala Negatif : afek terbatas, kesulitan dalam pemikiran abstrak.
5. Gejala tersebut pertama kali muncul 7 tahun lalu.

Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan saat ini, diagnosis pada pasien


adalah skizoafektif tipe depresif (F25.1) yang sedang terkontrol
pengobatan. Skizofrenia paranoid dan gangguan afektif depresi berulang
dengan gejala psikotik merupakan diagnosis banding pada kasus ini.
Skizofrenia paranoid dapat disingkirkan dengan adanya gejala afek yang
menonjol pada pasien. Sedangkan, gangguan afektif depresi berulang
dengan gejala psikotik dapat disingkirkan karena gejala depresi dan
psikotik pada pasien ini sama-sama menonjol, muncul bersamaan, dan
hilang secara bersamaan setelah pengobatan. Dan ini dapat dilihat dari
riwayat timbulnya gejala dan pengobatan yang pernah dialami pasien.
Sedangkan pada gangguan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik,
gejala afek depresif lebih menonjol dibandingkan gejala psikotiknya.

Diagnosis aksis II

Pada pasien ini belum dapat ditentukan diagnosis pada aksis II karena
tidak diperoleh info dan pasien baru diikuti beberapa waktu. Namun,
pasien dapat menyelesaikan pendidikan D3 sehingga dapat menyingkirkan
masalah retardasi mental (F.70).

Diagnosis aksis III

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan pada bidang medis,


sehingga tidak terdapat diagnosis pada aksis III.
9

Diagnosis aksis IV

Pasien memiliki stresor berupa masalah keluarga, pasien ingin tinggal


serumah dengan orangtuanya yang sudah tua agar bisa merawat mereka
namun suami dan mertua pasien melarang untuk menemui orang tuanya.

Diagnosis aksis V

Skala GAF :

GAF HLPY :70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,


diabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik)
GAF Current : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

10. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


A. Aksis I : f 25.1 Skizoafektif tipe depresif
B. Aksis II : belum ada diagnosis
C. Aksis III : tidak ada diagnosis
D. Aksis IV : masalah keluarga dengan istri dan mertua.
E. Aksis V : GAF current 60-51 (saat ini)
GAF HLPY 70-61

11. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.
B. Psikologik: ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik dan visual, terdapat gejala-gejala depresif. Pasien memerlukan
psikoterapi.
C. Sosiologik: ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, sehingga
pasien butuh sosioterapi.

12. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Kondisi yang meringankan:


a. Faktor pencetus jelas yaitu masalah keluarga (suami dan mertuanya
melarang bertemu orang tuanya).
10

Kondisi yang memberatkan:


a. Perjalanan penyakit pasien yang sudah berlangsung lama sejak
pertengahan tahun 2008, sempat sembuh dan kini berulang karena
pengobatan tidak teratur.
b. Faktor keluarga suami yang tidak mendukung sepenuhnya
c. Pasien sadar akan penyakitnya, tapi tidak tahu penyebabnya.

13. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka :
Risperidon tab 2 mg, 2 x 1 tablet
hexymur tab 25 mg, 2 x1 tablet

depakot tab 250mg, 2x1 tab

2. Psikoterapi Supportif dan Sosioterapi


- Memberikan pasien motivasi untuk bercerita kepada orang terdekat baik
keluarga ataupun teman terdekat pasien tentang masalahnya.
- Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur karena obat
yang diberikan merupakan pengontrol agar tidak timbulnya gejala atau
bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien, sehingga pasien bisa
menjalani kegiatan sehari hari seperti sebelum sakit.
- Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali
melakukan aktivitas yang lebih baik dan produktif kembali.
- Sosioterapi :
Memberi saran kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan
pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien.
Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di RS Jiwa selama
dirawat agar dapat berinteraksi dengan baik, dengan orang lain.

14. DISKUSI
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Aksis I skizoafektif tipe depresif (F25.1)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan status mental.
Berikut ini adalah uraiannya :

Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, riwayat kejang, riwayat


tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
11

langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena


itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif. Sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
(F10-19) dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan hendaya dalam menilai realita, oleh sebab itu
gangguan jiwa pada pasien dimasukkan ke dalam golongan besar psikotik.
Selain itu, pasien juga ditemukan hendaya pada moodnya. Hendaya
moodnya ini hampir bersamaan dengan gejala psikotiknya pada setiap
episodenya. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental,
ditemukan beberapa gejala psikopatologi yaitu:

6. Adanya riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding


(menyuruh pasien marah).
7. Riwayat gejala depresi yakni sulit tidur, malas, mengurung diri,
bingung.
8. Perilaku terdisorganisasi: marah-marah
9. Gejala Negatif : afek terbatas, kesulitan dalam pemikiran abstrak.
10. Gejala tersebut pertama kali muncul 7 tahun lalu.

Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan saat ini, diagnosis pada pasien


adalah skizoafektif tipe depresif (F25.1) yang sedang terkontrol
pengobatan. Skizofrenia paranoid dan gangguan afektif depresi berulang
dengan gejala psikotik merupakan diagnosis banding pada kasus ini.
Skizofrenia paranoid dapat disingkirkan dengan adanya gejala afek yang
menonjol pada pasien. Sedangkan, gangguan afektif depresi berulang
dengan gejala psikotik dapat disingkirkan karena gejala depresi dan
psikotik pada pasien ini sama-sama menonjol, muncul bersamaan, dan
hilang secara bersamaan setelah pengobatan. Dan ini dapat dilihat dari
riwayat timbulnya gejala dan pengobatan yang pernah dialami pasien.
Sedangkan pada gangguan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik,
gejala afek depresif lebih menonjol dibandingkan gejala psikotiknya.
12

Rencana terapi yang diberikan adalah antipsikosis atipikal golongan


benzixosazole yaitu risperidon 2x2mg. Obat ini mempunyai afinitas tinggi
terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap
reseptor dopamin (D2), 1 dan 2 adrenergik, serta histamin. Sindrom
psikosis berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang
mengikat (hiperreaktivitas sistem dopaminergik sentral), obat ini dapat
memblokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2
receptor antagonist). Dengan demikian obat ini efektif baik untuk gejala
positif (halusinasi, gangguan proses pikir) maupun gejala negatif (upaya
pasien yang menarik diri dari lingkungan). Risperidon dimetabolisme di
hati dan diekskresi di urin. Dengan demikian perlu diadakan pengawan
terhadap fungsi hati. Secara umum risperidon ditoleransi dengan baik.
Efek samping sedasi, otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal
dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6
mg/hari. Pada pasien ini diberikan dosis 2x2 mg/hari.

Untuk mengatasi gejala depresifnya, pada pasien diberikan obat


anti depresi golongan trisiklik (TCA), yaitu Amitriptilin 25 mg (1x3
tablet/hari). Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan
kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin di
ujung saraf pada sistem saraf pusat. Antidepresan trisiklik efektif
mengobati depresi. Indikasi TCA yaitu untuk depresi berat termasuk
depresi psikotik kombinasi dengan pemberian antipsikotik, depresi
melankolik dan beberapa jenis ansietas. TCA meningkatkan pikiran,
memperbaiki kewaspadaan mental,meningkatkan aktivitas fisik dan
mengurangi angka kesakitan depresi utama sampai 5O-70% pasien.
Peningkatan perbaikan alam pikiran lambat, memerlukan 2 minggu atau
lebih. Obat-obat ini tidak menyebabkan stimulasi SSP atau
peningkatan pikiran pada orang normal. Obat dapat digunakan untuk
memperpanjang pengobatan depresi tanpa kehilangan efektivitas.
13

Prognosis pasien berdasarkan pada hal-hal yang memberatkan dan


meringankan gejala pada pasien. Prognosis pasien dubia ad bonam dengan
rincian sebagai berikut:
Good Prognosis
No. Keterangan Check List
1. Onset lambat
2. Faktor pencetus jelas
3. Onset akut
Riwayat sosial dan pekerjaan pramorbid
4.
yang baik
5. Gangguan mood
6. Mempunyai pasangan
7. Riwayat keluarga gangguan mood
8. Sistem pendukung yang baik
9. Gejala positif

Poor Prognosis
No. Keterangan Check List
1. Onset muda
2. Faktor pencetus tidak jelas
3. Onset kronis
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
4.
pramorbid jelek
5. Perilaku menarik diri, autistic
6. Tidak menikah, cerai/janda/duda
7. Riwayat keluarga skizofrenia
8. Sistem pendukung yang buruk
9. Gejala negative
10. Tanda dan gejala neurologis
11. Tidak ada remisi dalam 3 tahun
12. Banyak relaps
13. Riwayat trauma perinatal
14. Riwayat penyerangan
14

LAMPIRAN
15

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Pasien
Pasien masuk
Pasien masuk untuk
menika Rsj 1 kedua
h kali kalinya.
Awal Akhir Pertengahan
maret maret April 2015
2006 2007 2008 2015 2015
1983

27 th
0-1 thn 1-3 thn 3-12 thn 26 th 28 th 33 th 3 th

Bingung Pasien
Malas bekerja Pasien Pasien
beraktivitas
Sulit tidur menunjukkan mengamu
kembali seperti
Tidak mau gejala yang k kembali
makan sebelum sakit, dan
sama seperti
Mengurung diri bekerja sebagai menunjuk
tahun 2011
Halusinasi wiraswasta, kan gejala
auditori (+) bisa tidur, mengamuk depresif
Perilaku aneh (+) perasaan yang sama
Berobat jalan bicara sendiri seperti
normal dan
dengan nada sebelumny
cukup senang
a.
karena akan marah,
punya anak. Pasien
dirawat di RS
Halusinasi (-). kembali di
Jiwa Provinsi
Obat putus. rawat di
Lampung RSJ
16

ANAMNESIS YANG DILAKUKAN

Autoanamnesis
Dilakukan pada tanggal 5 Mei 2015, pada pukul 13.00 WIB
RR : Pemeriksa
Cr : Pasien (Ny.Cr)

RR : Assalamualaikum, selamat siang mbak.Perkenalkan saya dokter muda


remon. Maaf mengganggu waktu istirahatnya. Saya mau menanyakan
beberapa hal terkait kondisi mbak ,sekaligus ingin mengetahui seberapa
besar perkembangannya. Bagaimana mba, apakah bersedia?

Cr : Boleh dok Saya senang dok diajak mengobrol, didalam (ruangan) terus
bosan. Mau bertanya apa dok?

RR : Ada beberapa pertanyaan mbak. Ini tentang kondisi bapak sekarang dan
riwayat sakit sebelumnya. Oiya, maaf mbak namanya siapa ya?

Cr : Nama saya Cr.

RR : Ooh mbak Cr ya. Umurnya sekarang berapa ya?

Cr : Saya ini kelahiran tahun 1983 tapi saya lupa tanggal lahirnya. Umur saya
sekitar 33-an dok.

RR : Ohh, memangnya sekarang tahun berapa?

Cr : Tahun 2015

RR : Ya, mbak tinggalnya dimana?

Cr : Saya sekarang tinggal sama Ayah dan Ibu kandung saya di way halim,
.Bandar lampung

RR : Pekerjaan mbak apa ya? Masih bekerja sebelum masuk sini?

Cr : Saya ini wiraswasta, dok. Bantu-bantu orang tua. Saya juga bekerja untuk
anak dan suami saya dok.

RR : Oh begitu ya mbak. Sebelumnya pernah kerja apa lagi, mbak?

Cr : hanya membuat kue dan melukis sesuai pesanan .


17

RR : Wah,mbak ini giat bekerja juga ya? Hmm.. memangnya mbak ini
sekolahnya lulusan apa?

Cr : Saya lulusan D3 dijawa dok

RR : Pernah tidak naik kelas nggak selama sekolah? Atau pernah ada masalah
di sekolah?

Cr :tidak pernah dok, naik kelas terus sampai selesai

RR : mbak ga coba lanjut ke pendidikan sarjana?

Cr : Nggak, saya ingin menghemat biaya dan membantu orang tua saya.

RR : Hmm.. brarti mbak memang sangat sayang dengan kedua orang tua
mbak?

Cr : Iya dok .

RR : Ohh iya. Sekarang ini kita lagi dimana mbak?

Cr : Di Rumah Sakit Jiwa kan dok?

RR : Ya, mbak masuk ke sini sejak kapan?

Cr : Saya sudah disini sejak bulan maret , sekitar tanggal 18 Maret 2015.

RR : Oh begitu ya mbak, siapa yang mengantar Mbak ke sini?

Cr : kedua orang tua saya, dok.

RR : Ohh... Bisa tolong ceritakan alasan mereka mengantar mbak ke sini?

Cr : Saya marah-marah dirumah karena tidak boleh keluar rumah oleh kedua
orang tua saya .

RR : Lalu, bagaimana perasaan mbak saat itu? Tolong ceritakan apakah bapak
ada masalah lain?

Cr : Saya sebenarnya sedih dok. Kepikiran sama suami dan anak, pengen
kumpul sama-sama lagi. Saya kesal sama mertua yang suka marah gara-
gara masalah ekonomi, suami saya juga jadi ikut-ikutan.. Saya di rumah
orangtua saya dan anak di rumah orang tua saya. Saya bingung harus
bagaimana, malas kerja, dan nggak bisa tidur.
18

RR : mbak Cr merasa sedih sekali? Kalau sekarang perasaan mbak


bagaimana?

Cr : Iya dok saya merasa sedih banget, siapa yang nggak sedih kalau dipisah
sama suami dan anak. Kalau sekarang perasaan saya udah lebih plong,
uneg-uneg bisa saya keluarin semua ke dokter. Tapi ya kadang masih
merasa sedih kalau ingat suami dan anak.

RR : mbak pernah mendengar suara-suara atau bisikan gitu nggak?

Cr : Iya dok. Saya sering dengar bisikan-bisikan yang mengatakan kata


marah. Karena dengar bisikan itu saya jadi sering marah-marah yang
gak bisa dikendalikan sendiri.

RR : mbak bisa lihat sosok hantu atau bayangan yang seram?

Cr : Nggak dok.

RR : Ehhmm. Kalau begitu, apakah mbak pernah melihat sesuatu yang


berubah bentuk di depan bapak? Misalnya, pohon berubah jadi orang?

Cr : Tidak pernah dok. Kan pohon ya tetap pohon. Saya gak pernah liat ada
yang berubah apa yang dilihat.

RR : mbak merasa ada yang berubah dengan bagian tubuh mbak? Atau
mungkin, ada orang di sekitar mbak yang berubah?

Cr : Tidak dok tidak ada. Saya tidak pernah lihat yang aneh-aneh.

RR : Oke, sebelumnya mbak pernah dirawat di sini?

Cr : Pernah dok. tahun 2008 saya masuk ke sini.


RR : Tolong ceritakan kenapa saat itu mbak dibawa ke sini?
Cr : Waktu itu saya marah-marah tidak terkontrol, katanya saya bicara-bicara
sendiri. Saya tidak dapat tidur . Saya juga sering mendengar bisikan yang
menyuruh marah. Saat mengamuk seperti ada jin yang mengendalikan,
setelah mengamuk saya nyesal.
RR : Ohh begitu. Lalu sejak itu mbak jadi sedih lagi? Dengar bisikan-bisikan
lagi?

Cr : Iya dok. Saya kepikiran terus, bingung, dengar bisikan-bisikan yang


menyuruh saya mengamuk. Sampai akhirnya saya dibawa kesini lagi.
19

RR : Baik, mbak bisa ceritakan tentang kehidupan mbak sebelum mengalami


seperti ini?

Cr : Saya dulu nggak begini dok. Punya banyak teman. Waktu kecil, saya
dimanja oleh orangtua saya karena saya anak dari sulung dari 4
bersaudara. Dan hubungan cukup baik.

RR : Ya, lalu kapan menikah dan bagaimana hubungan mbak dengan suami?

Cr : Begini dok, saya menikah 7 tahun yang lalu. Setelah menikah saya dan
suami tinggal di rumah orangtua saya. Tapi setelah satu tahun, suami saya
merasa tidak betah tinggal di situ sehingga akhirnya kami pindah ke rumah
mertua. Setelah pindah, saya selalu kepikiran orangtua saya dok. Kasihan
mereka sudah tua, saya ingin merawat mereka tapi istri gak mau tinggal di
sana. Selama tinggal di rumah mertua, saya merasa nggak nyaman. Sering
diomeli dan disindir. Saya mulai merasa kesal dengan suami dan mertua.

RR : Lalu bagaimana reaksi mbak menghadapi hal itu?

Cr : Saya sangat tertekan dok. Sedih dan terus kepikiran orangtua, bingung
harus bagaimana, sulit tidur, sering mengurung diri dikamar . Saya juga
jadi sering mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh untuk marah-
marah.
RR : Gejala seperti itu terjadi tahun berapa? Dan bagaimana sikap keluarga
mbak?
Cr : Tahun 2008 dok. Saya dibawa berobat dan menjalani rawat inap, tapi
setelah kira-kira 1 bulan dirawat saya merasa baik, tidur nyenyak, dan
kembali seperti biasa sehingga akhirnya saya berobat jalan dan berhenti
minum obat.
RR : Wah putus obat dong mbak. Sejak nggak minum obat, perasaan sedih,
bingung, dan bisikan-bisikan itu masih ada nggak?

Cr : Tidak dok. Selama dua tahun tidak ada muncul.

RR : mbak merokok? Minum alkohol atau narkoba?

Cr : Saya merokok, tapi kalau alhokol dan narkoba tidak dok.


20

RR : Pernah kejang atau kepalanya terbentur? Ada riwayat sakit yang lain?

Cr : Nggak dok. Saya gak pernah kejang atau kebentur kepalanya tapi pernah
kecelakaan dok sekitar 2 tahun yang lalu. Saya baik-baik saja dok. Oiya
dok, saya punya seorang anak perempuan loh sekarang usianya 7 tahun.
Saya sayang sekali dengan dia.

RR : Wah, pasti lucu sekali ya anaknya. Hmm.. mbak masih ingat ibadah?

Cr : Masih dok, . Tiga tahun ini saya memang jarang ibadah. tapi dulu saya
rajin ibadah dok.

RR : Baik begitu. mbak, saya mau nanya lagi ni. mbak pernah dengar
peribahasa, Ada udang di balik batu. Apa ya artinya?

Cr : Apa ya? Nggak tau dok.

RR : Kalau Bagai telur diujung tanduk?

Cr : Nggak tau juga dok

RR : Oke deh, gini kalau misal ketemu dompet isi uang di tengah jalan mau
diapakan ya mbak?

Cr : Dibalikin lah dok. Pasti kan ada KTPnya. Kasian.

RR : Kalau keluar telanjang gak pakai baju boleh gak mbak?

Cr : Gak boleh dok, gak sopan.

RR : Iya baik. Nah sekarang mbak mau sembuh kan? Pengen pulang? Minum
obatnya yang teratur ya. Jangan lupa sering kontrol kalau obatnya udah
mau habis. Dan lebih rajin lagi ibadahnya, mendekatkan diri sama Allah.

Cr : Iya dok. Terima kasih. Saya senang bisa ngobrol dengan dokter.

RR : Ada yang mau ditanyakan tidak mbak?

Cr : Tidak dok. Dok, tolong hubungi keluarga dan suami saya ya. Saya mau
pulang
21

RR : Iya nanti dihubungi kalau mbak nurut dan kondisinya dianggap sudah
lebih baik. Sudah dulu ya mbak, terima kasih banyak. Selamat siang mbak.

DAFTAR PUSTAKA
22

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.2010.

Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.

Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013

Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klini Obat Psikotropik. Edisi


Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.

Anda mungkin juga menyukai