PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan
massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang,
yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang
cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal.
(Ode, 2012)
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat ama di negara
berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta
penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%
penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% penderita penyakit
osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami
penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon esterogen
setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit
osteoporosis pada pria juga di pengaruhi estrogen. Bedanya laki-laki tidak
mengalami menopause, seingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia
lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414% dalam kurun waktu 1990-
2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5
juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan
kesadaran ancaman osteoporosis berdasar studi di Indonesia:
Prevalensi osteoprosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita
sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk
wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di
seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis
Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun.
(Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari
lima pria di Indonesia terserang osteoporosisatau keretakan tulang. (Yayasan
Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang indonesia memiliki risiko
terkena penyakit osteoporosis. (Depkes, 2014).
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih
besar dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2
setelah Negara Cina.
Pada Tahun 2011 di Provinsi Kalimantan Barat risiko osteoporosis mencapai
22,82% dan menjadi penyakit berbahaya terutama pada wanita menopause.
Ditemukan 89 kasus (usia antara 17-30 tahun) pada tahun 2012 penyakit ini
berisiko diderita oleh perempuan.salah satu kelompok perempuan yang
berisiko adalah perempuan yang bekerja di kantor, termasuk pegawai
administrasi perempuan, karena kurang aktivitas fisik dan jam kantor yang
membuatkurangnya paparan sinar matahari sedangkanperempuan menopause
yang tahun 2013 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada
tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam
osteoporosis.
Wanita premenopause akan lebih mudah mengurangi kecemasan dan mampu
melalui masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan
pengetahuan yang faktual dan akurat mengenai osteoporosis (Mustopo, 2005).
Studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kota Pontianak, didapatkan
Osteoporosis pada wanita premenopause (usia 35-50 tahun) ternyata 84%
merasa khawatir dengan perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik
maupun psikis sedangkan sekitar 2 sampai 3% dari wanita saat ini mengalami
tanda-tandadan gejala premenopause.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Askep keperawatan pada keluarga dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : Osteoporosis.
2. Apa definisi Osteoporosis?
3. Bagaimana Etiologi dan Patofisiologi Osteoporosis?
4. Bagaimana Manifestasi klinis Osteoporosis?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Medik Osteoporosis?
6. Bagaimana Komplikasi Osteoporosis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Unttuk mengetahui dan memahami tentang Askep keperawatan pada
keluarga dengan gangguan sistem muskuloskeletal : Osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Askep pada keluarga dengan
ganguan sistem musculoskeletal : Osteoporosis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan defines Osteoporosis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi dan Patofisiologi
Osteoporosis
d. Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi klinis Osteoporosis
e. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Medik Osteoporosis
f. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi Osteoporosis
D. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah,
tujuan umum dan tujuan khusus dan sistematika penulisan.
Bab 2 tinjauan teoritis terdiri dari konsep keperawatan keluarga : pengertian,
tipe keluarga, tahap perkembangan, struktur keluarga, fungsi keluarga, tugas
keluarga, keluarga sebagai system
Konsep Dasa Medik: definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, Etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksaan
medik, komplikasi.
Asuhan keperawatan keluarga.
Bab 3 Tinjauan kasus.
Bab 4 Format pengkajian : Data umum, riwayat keluarga, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, nilai dan norma
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga.
Bab 5 Pembahasan kasus
Bab 6 Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Tipe Keluarga
Menurut, Suprajitno, ( 2012 )
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokan
menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti ( nuclear Family ) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi
atau keduanya
b. Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti tambahan
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (
kakek-nenek, paman-bibi )
Selain kedua diatas berkembang menjadi :
a. Keluarga bentukan kembali ( dyadic family ) adalah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
b. Orang tua tunggal ( single parent family ) adalah keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother ).
d. Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah ( the single adult living alone ).
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( the non-marital
heteroseksual cobabiting family )
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (
gay and lesbian family )
3. Tahap Perkembangan
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan,
kelurga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus di selesaikan pada tahapnya. Menurut
Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan
tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang
dimiliki keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dlihat
sesuai tahap perkembangannya. (Suprajitno, 2012)
4. Struktur Keluarga
Menurut, Suprajitno, ( 2012 )
Struktur keluarga keluarga dapat digambarkan keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyrakat sekitarnya.
Ada empat elemen struktur keluarga :
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya didalam lingkungan masyrakat dan
peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (
orang tua ), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain ( pada keluarga besar ) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
5. Fungsi keluarga
Menurut, Suprajitno, ( 2012 )
Fungsi keluarga :
a. Fungsi afektif ( the affective function ) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi ( socialization and social
placement function ) adalah fungsi menggembangkan dan melatih
anak untuk berkehidupan social sebelum meningalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi ( the reproductive function ) adalah fungsi untuk
mepertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi ( the economic function ), yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan ( the health care function
), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan tugas keluarga dibidang kesehatan.
Namun, dengan perubahannya pola hidup agraris menjadi industrialisasi,
fungsi keluarga dikembangkan menjadi :
a. Fungsi ekonomi
Yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memfaatkan
sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial
Yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya
oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan
Yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya
Yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu mencipta kehidupan
sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan
Yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang
primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit
yang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi relegius
Yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
g. Fungsi rekreasi
Yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketenangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi
Bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan
tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (
menyeluruh ), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas
pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
i. Fungsi afeksi
Yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.
Lingkungan
Masukan
Proses Luaran
Umpan Balik
Gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Masukan ( input ), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, aturan dari lingkungan ( masyrakat ) sekitar ( luas ),
budaya, agama, dan sebagainya.
b. Proses ( tbrougbput ) merupakan proses yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keluarga.
c. Luaran ( output ) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk prilaku
keluarga : prilaku sosial, prilaku kesehatan, prilaku keagamaan,
prilaku sebagai warga Negara, dan yang lain.
d. Umpan balik ( feedback ) adalah sebagai pengontrol dalam masukan
dan peruses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakan pada
lingkungan / masyarakat disekitarnya.
Keluarga sebagai sistem mempunyai kataristik dasar yang dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a. Keluarga sebagai sistem terbuka. Sustu sistem yang mempunyai
kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan
( masyarakat) sekitarnya
b. Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem yang kurang
mempunyai kesempatan, kurang mau menerima dan member perhatian
kepada lingkungan ( masyarakat ) sekitarnya.
B. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Osteoporisis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang
total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal,
kecepatan resobsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
mengakibatkan penurunan massa tulang total. (Ode, 2012)
Osteoporisis merupakan penyakit skeletal siskemik yang di tandai
dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan
tulang, yang mengakibatkan meningkaOpaya fragilitas tulang sehingga
cenderung tulang mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal.
(Ode, 2012)
Osteoporosis adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat
penurunan massa tulang tanpa disertai pada matriks tulang. (Huda &
Kusuma, 2016)
Jadi, osteoporosis adalah penurunan massa tulang total, ditandai
dengan massa tulang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan
tulang.
2. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi
sesuai proses penuan, sedangkan osteoporosis sekunder di definisikan
sebagai kehilangan massa tulang akibat hal-hal tertentu. Sampai saat
ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih
banyak ditemukan dibandingkan dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita monoupose dan usia lanjut merupakan contoh
dari osteoporosis primer.
b. Osteoporosis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan
patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, efek samping obat-
obatan, immobilisasi, pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan
densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan traumtik akibat
faktor ekstinsik seperti kelebihan steroid, arthritis rheumatoid,
kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsobrsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisisme, hipertiroidsisme, varian status
hipogonade.
Sumber:https://www.google.co.id/search?q=anatomi+osteoporosis
Hari/tanggal:jumat, 27/10/2017. Pukul:11:20
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat
korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa
korteks dan hilangnya trabekula transfersat merupakan kelaianan yang
sring ditemukan. Lemahnya korpus vertebra yang menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam
ruang intervertebral yang menyebabkan deformitas bikonkaf.
b. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostic dan terapi follow up.
Mineral vertebra di atas 110mg/Cm biasanya tidak menimbulkan
fraktur vertebra aau penonjolan, sedangkan mineral vertebra di bawah
65mg/cm ada pada semua klien yang mengalami fraktur.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan nyata.
2) kadar HPT (pada masamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct
(Terapi Eksrogen Merangsang Pembentukan Ct)
3) kadar 1,25-(OH) D3 absorbsi Ca menurun.
4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Terjadi dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau
makanan lain yang tinggi kalsium missal: keju swiss, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya. Setiap hari. Untuk meyakinkan
asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium
(kalsium karbonat).
b. Pada menopause, terapi pengantian hormone (HRT = Hormone
replacemenet therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat
diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah
mengalami pengakatan ovarium atau telah telah menjalani menopause
premature dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;
pengantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen
menurunkan resorpsi tulang tidak meninggkatkan massa tulang.
Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen
tidak akan menggurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti.
Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan
insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien
harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya
termasuk masukan papanicolaou dan biopsy endometrial (bila ada
indikasi), sekali atau dua kali setahun.
c. Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan
secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping (missal
gangguan Ganstrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya
ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium flourida memperbaiki
aktifitas Osteoblastik dan pembentukan tulang; namun, kualitas tulang
yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang
menghalangi resorpsi tulang osteoklasrik, sedang daalam penelitian
untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.
9. Komplikasi
Menurut, Ode, ( 2012 )
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas,
rapuh dan mudah patah, Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa
terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah
kolum femoris dan daerah trokhanter dan fraktur collespada pergelangan
tangan.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Penjajakan 1
a. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga
2) Alamat
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Suku
6) Agama
7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
b. Riwayat Dan Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahapan Perkembangan Keluarga Saat Ini
2) Tahapan Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan norma budaya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama : Opa. RR
b. TTL/umur : Pontianak, 5 mei 1963
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Khatolik
e. Status perkawinan : Duda
f. TB/BB : 168 cm/57 kg
g. Penampilan : Rapi, bersih
h. Alamat : Jalan. Prof dr. Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
i. Orang yg dekat dihubungi : Riki
j. Hub.dgn lansia : Anak
k. Alamat : Jalan.Prof dr. Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
2. Riwayat Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga
No Nama L/P Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan
1. Riki L Suami SD Dagang
2. Wulan P Istri SMP Swasta
3. Faris L Anak SMA Pelajar
4. Luna P Anak SMP Pelajar
5. Rudi Riyanto L Orang Tua SD Dagang
b. Genogram
Ketereangan:
Pi J J K.M + WC
b. Karakteristik lingkungan
Lingkungan rumah Opa.RR mayoritas sebagai Pedagang tiap pagi
berangkat kerja dengan jalan kaki membawa gerobak, dan juga
wiraswasta, Opa.RR sangat akrab dengan tetangga sekitar.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Opa.RR belum pernah berpindah tempat, apabila ada
anggota keluarga yang sakit biasanya diantar menggunakan
transportasi sepeda motor atau angkutan untuk mencapai tempat
pelayanan kesehatan.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Opa.RR sering dikunjungi oleh anaknya. Dan kesempatan ini
digunakan oleh keluarga untuk saling bercerita dan bersenda gurau.
Hubungan keluarga Opa.RR dengan tetangga tampak baik dan
harmonis Opa.RR kurang aktif dalam kegiatan di tempat tinggalnya.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota yang
lain memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar untuk
berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Jarak antara rumah
Opa.RR dengan tempat pelayanan kesehatan 3 KM.
5. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka,
dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Opa.RR saling menghargai satu sama lain, saling membantu
dalam mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, bapak selalu
mendiskusikan dengan keluarganya, adik dan sanak saudara keluarga
Opa.RR saling mengunjungi atau bersilaturahmi, terutama jika ada
salah satu anggota keluarga yang sakit.
c. Struktur peran
1) Peran formal :
a) Tn.R: sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,
membesarkan anak-anaknya mencapai sosialisasi dan
kemandirian.
b) Ny.W : istri dari Tn.R dan menantu dalam keluarga Opa.RR,
berperan dalam mempertahankan komunikasi, memfasilitasi
kontak, pertukaran pada benda dan jasa serta memonitor
hubungan dengan keluarga besarnya.
c) Tn.F: anak Tn.R dan belum menikah, berperan sebagai anak
usia dewasa yang ikut mempertahankan kekuatan struktur
keluarga.
d) Nn.L: anak Tn.R dan belum menikah masih sekolah sebagai
anak usia dewasa yang mempertahankan kekuatan struktur
keluarga
e) Opa Rr: Orangtua dari Tn.R, berperan membantu mencari
nafkah untuk keluarga
2) Peran informal :.
a) Tn.R : anak pertama Opa.RR yang berperan dalam kompromi
dalam keperluan keluarga.
b) Ny.W : istri dan pengikut dari suaminya, Tn.R
c) An.F : Anak sulung yang aktif, berani dan pengikut setia
dalam keluarga.
d) Nn.L: Anak bungsu yang pemalu, pengikut setia dalam
keluarga
e) Opa.RR : berperan sebagai motivator bagi keluarga
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Opa. RR Tn.R Ny. W Tn. F Nn. L
Fisik
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
besih, mulai besih, ada bersih, bersih, bersih,
beruban dan ketombe hitam hitam hitam
rontok
Tanda Vital N : 75 N : 78 N : 80 N : 85 N : 80
RR : 23 RR : 20 RR : 20 RR : 22 RR : 20
S : 36 S : 37 S : 37 S : 37,2 S : 36,4
TD : 140/80 TD : TD : TD : TD :
130/90 130/80 110/70 120/80
BB dan TB BB : 57 Kg BB : 70 BB : 50 BB : 56 BB : 45
TB : 168 cm Kg Kg Kg Kg
TB : 170 TB : 160 TB : 165 TB : 155
cm cm cm cm
Mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
anemis anemis anemis anemis, anemis
agak
sembab.
Hidung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bersekret bersekret bersekret bersekret bersekret
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
menelan menelan menelan menelan menelan
tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
dan kelenjar dan dan dan dan
limfe tidak kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
membesar limfe limfe limfe limfe
tidak tidak tidak tidak
membesar membesar membesar membesar
Dada Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
jantung dan jantung jantung jantung jantung
paru normal dan paru dan paru dan paru dan paru
normal normal normal normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kembung kembung kembung kembung kembung
Genital Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Kaki Agak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bengkak, keluhan keluhan keluhan keluhan
nyeri. Lelah,
kesemutan,
kraam, nyeri
pada sendi,
serta
terdapat
varises
Punggung Terasa sakit, Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri,apalagi keluhan keluhan keluhan keluhan
saat
melakukan
aktivitas,
mudah
capek dan
pegal
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.R, yaitu
pada Opa.RR dengan indikasi Osteoporosis, didapatkan data sebagai berikut :
A. Tahap Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini dilakukan beberapa tahap yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Keluarga Tn.R tampak sebagai keluarga yang harmonis dan memiliki
hubungan yang baik dengan semua anggota keluarga.
b. Pengkajian awal
Pada saat pengkajian awal didapat sebagai data sebagai berikut yaitu :
Pada saat kunjungan keluarga perawat S melakukan pengkajian di
dapatkan data sebagai berikut sebuah keluarga yang terdiri dari Suami R (
36 tahun ) tinggal bersama istrinya Ny. W ( 33 tahun ) dan anak nya
Sdr.A ( 16 tahun ) dan anak Nn.L ( 13 tahun ), dan Opa.RR ( 54 tahun )
ibu W adalah ibu rumah tangga dirumah. Bapak R seorang pekerja
sebagai pedagang. Berdasarkan Opa RR mengalami Osteoporosis sejak
beberapa tahun yang lalu dan ada mengalami perubahan bentuk tulang
belakang, sering mengalami nyeri pada punggung, mudah merasakan
capek dan pegal, biasanya timbul setelah beraktivitas dengan skala nyeri
4 seperti di tusuk-tusuk. Menurut pasien dirinya tidak suka minum susu
sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut, dan suka makan yang
asam-asam. Pasien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya
karena usianya yang bertambah tua. Pola aktivitas paisen sering duduk
karena jaga warung dulunya dan tidak suka berolahraga karena tidak
sempat. Pemeriksaan TB 168 cm,
Tanda-tanda vital :
BB 57 kg.
N : 75 X/Menit
RR : 23 X/Menit
S : 36 C
TD : 140/80 mmHg
c. Pengkajian Lanjutan
Tahap Perkembangan keluarga Opa. RR untuk saat ini berada pada
tahap perkenbangan keluarga usia tua, Tahap perkembangan keluarga
saat ini adalah keluarga usia lanjut (lansia), yaitu mempertahankan
suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, dan
melakukan life review (merenungkan hidupnya). Tahap perkembangan
yang belum terpenuhi adalah membantu anak untuk mandiri di
masyarakat dan menata kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Opa.RR sedang menderita osteoporosis sejak beberapa tahun yang
lalu, dan mengalami perubahan bentuk tulang punggung belakang
Opa Rr saat ini dalam keadaan sehat. Tidak ada anggota keluarga yang
memiliki pengalaman gangguan mental, namun istri Opa.RR sudah
meninggal 5 tahun lalu. Jenis bangunan rumah Opa.RR bersifat
permanent dengan ukuran 7 x 14 m2, dengan status kepemilikan
rumah pribadi, dengan lantai keramik bagian depan dan bagian
belakang berlantai tanah yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur,
1 kamar mandi/WC (beserta septictank), ruang dapur. Ventilasi rumah
baik dengan 1 jendela tiap ruangan, kondisi rumah bersih dan tertata
rapi. Pembuangan sampah ada dibelakang rumah dikubur dan di bakar,
kondisi air bening tetapi terdapat jentik. Tendon air dikuras 1-2
minggu sekali. Jarak sumber air dengan pembuangan air limbah >
10m.
2. Analisa Data
Dalam analisa data di dapatkan data sebagai berikut :
Data Subyektif :
Opa.RR Mengatakan mengalami nyeri dibagian punggung belakang ,
biasanya timbul setelah beraktivitas dengan skala nyeri 4 Opa.RR
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk disekitar punggung.
Data Objektif :
a. Opa.RR tampak meringis kesakitan
b. Opa.RR tampak membungkuk saat berdiri
c. Skala nyeri 4
3. Prioritas Diagnosa
Berdasarkan prioritas diagnosa yang dilakukan terhadap keluarga Tn.R
didapatkan dua prioritas, yaitu :
a. Nyeri akut pada keluarga Tn.R khususnya pada Opa.RR berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Osteporosis
b. Keterbatasan Aktivitas pada keluarga Tn.R khusunya pada Opa.RR
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
Osteoporosis.
Maka dari itu keluarga ini masuk dalam tahap actual karena sudah terjadi
pada Opa.RR mungkin masalah dapat di cegah dan potensi masalah dapat
diubah.
-Opa.RR mengatakan
mengatakan bahwa
Osteoporosis adalah
pengeroposan tulang akibat
kelelahan fisik
- Opa.RR mengatakan
penyebab dari Osteoporosis
adalah duduk terlau lama,
keturunan, hormon dan kurang
makan makanan berserat.
Keluarga menganggap
penyakit yang diderita Opa.RR
bukan masalah dan tidak harus
segera ditangani.
Objektif:
- Opa.RR tampak meringis
kesakitan
- Opa.RR tampak
membungkuk saat berdiri
- Skala nyeri 4
2 Data subjektif: Ketidakmampuan Keterbatasan
- Opa.RR mengatakan sering keluarga Aktivitas pada
mengalami nyeri pada mengenal keluarga Tn.R
punggung, mudah merasakan masalah khusunya pada
capek dan pegal, nyeri pada kesehatan Opa.RR
tulang, sehingga menyebabkan penyakit
aktivitas Opa.RR terbatas dan Osteoporosis
terganggu.
- Opa.RR juga mengatakan
beberapa tahun yang lalu
sudah mengalami
pengeroposan tulang.
Objektif:
- Opa.RR aktifitas sehari-
harinya tampak terbatas karena
penyakit yang dideritanya
- Tulang punggung
membungkuk
D. Skoring Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut pada keluarga Tn.R khususnya pada Opa.RR berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Osteoporosis
Total skor 6
b. Keterbatasan Aktivitas pada keluarga Tn.R khusunya pad Opa.RR berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Osteoporosis
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah Opa.RR sering
- Tidak/kurang sehat mengalami nyeri
- Ancaman kesehatan pada
- Keadaan sejahtera 3 punggung,mudah
1. 2 1 3 merasakan capek dan
1 pegal, nyeri pada
tulang sehingga
aktivitas Opa.RR
terganggu
Kemungkinan masalah dapat diubah Keluarga mempunyai
- Mudah harapan tinggi untuk
- Sebagian kesembuhan Opa.RR
- Tidak dapat dengan pekerjaan dan
segi ekonomi
keluarga Opa.RR
sendiri, sangat sulit
2
2 2 1 untuk mengatasi
1
masalah saat ini,
0
namun dari Opa.RR
sendiri mempunyai
kemauan keras untuk
merubah masalah
yang ada
Total skor 8
Nilai Total
1. 1 + 1 + 2/3 + 0 = 4/3 ( untuk DP. 1)
2. 1 + 1 + 2/3 + 1 = 5/3 ( untuk DP. 2 )
( DP 2 Prioritas masalah )
berkurang keluarga.
merokok/alk
ohol
d. Menyeb Verbal/ Menyebutkan 1.c. 1 Dorong keluarga untuk
utkan Kogniti tanda dan gejala menyebutkan tanda dan
tanda f osteoporosis: gejala osteoporosis
dan Patah tulang 1.c. 2 Berikan reinforcement
gejala Punggung positif atas usaha
osteopor yang keluarga
osi semakin mengidentifikasi tanda
membungku dan gejala
k
Hilangnya
tinggi badan
Nyeri
punggung
Pengapuran
tulang
Nyeri pada
tulang
2. Keluarga Menyebutkan
Opa.RR Verbal/ cara 4.a. 1 Jelaskan faktor
mampu Kogniti memodifikasi lingkungan yang dapat
memodif f lingkungan: mempengaruhi
ikasi Lingkungan kehidupan dalam
lingkung yang bersih keluarga besar.
an dapat Lantai 4.a. 2 Motivasi keluarga
mencega rumah tidak untuk memahami,
h licin, mengevaluasi dan
osteopor pencahayaan mengaplikasikan dari
osis terang faktor lingkungan yang
a. Menye Suasanan dijelaskan
butkan nyaman 4.a. 3 Berikan reinforcement
cara Tidak positif atas jawaban
memod terdapat keluarga
ifikasi kondisi yang
lingkun dapat
gan menyebabka
n pasien
terjatuh
3. Kelurga
Opa.RR Verbal/ Memperagak 3.a. 1 Diskusikan dengan
Mampu psikom an cara keluarga tatang cara
merawat otor perawatan perawatan osteoporosis
anggota pada 3.a. 2 Motivasi keluarga
keluarga osteoporosis untuk menyebutkan
dengan (agar tidak cara perwatan
osteopor terjadi osteoporosis
osis: kekakuan 3.a. 3 Berikan pujian pada
pada keluarga.
a.Menye persendian)
butkan yaitu dengan
cara ROM
perawata (Range Of
n Motion):
osteopor
osis 1. menggera
kkan bagian
lengan
(bahu)
secara
bergantian
dan
berlawanan
arah ( kanan
7 kali dan
kiri 7 kali )
2. menggera
kkan lipatan
lengan ke
atas dan ke
bawah
secara
bergantian,
meregangka
n jari jari
tangan
kearah
dalam dan
keluar (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
3. mengger
akkan
bagian lutut
dari atas ke
bawah
secara
bergantian (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
4. Memutar
kan
pergelangan
kaki secara
bergantian (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
5. Menyara
nkan pasien
bila masalah
berlanjut
periksakan
diri ke
Puskesmas
atau Rumah
Sakit
4. Keluarga Menyebutkan
Opa.RR Verbal/ cara 4.a. 4 Jelaskan faktor
mampu Kogniti memodifikasi lingkungan yang dapat
memodif f lingkungan: mempengaruhi
ikasi Lingkungan kehidupan dalam
lingkung yang bersih keluarga besar.
an dapat Lantai 4.a. 5 Motivasi keluarga
mencega rumah tidak untuk memahami,
h licin, mengevaluasi dan
osteopor pencahayaan mengaplikasikan dari
osis a. terang faktor lingkungan yang
a. Menyeb Suasanan dijelaskan
utkan nyaman 4.a. 6 Berikan reinforcement
cara Tidak positif atas jawaban
memodi terdapat keluarga
fikasi kondisi yang
lingkun dapat
gan menyebabka
n pasien
terjatuh
b. Menunj Psikom Dalam 4.b. 1 Observasi sumber
ukkan otor kunjungan lingkungan keluarga
cara lanjutan terkait osteoporosis
mening melakukan 4.b. 2 Diskusikan dengan
katan modifikasi keluarga hal positif
dan terhadap sumber yang sudah dilakukan
memeli lingkungan yang keluarga
haraan menjadi penguat 4.b. 3 Berikan reinforcement
lingkun penyelesaian positif atas usaha yang
gan masalah dilakukan keluarga
keluarga osteoporosis
yg dpt
menduk
ung
penyele
saian
masalah
osteopor
osis
Setelah Keluarga dapat
1 x 45 Verbal/ menyebutkan 5.a. 1 Dorong keluarga
menit Kogniti fasilitas yang untukmenyebutkan
pertem f dapat jenis fasilitas kesehatan
uan, dikunjungi: yang dikunjungi
keluarg klinik, dokter 5.a. 2 Motivasi keluarga
a Opa. praktek, untuk menyebutkan
RR puskesmas dan jenis fasilitas kesehatan
mampu rumah sakit. yang dikunjungi
mengg 5.a. 3 Berikan reinforcement
unakan positif atas hasil
fasilita kemampuan keluarga
s menyebutkan fasilitas
kesehat kesehatan yang
an dikunjungi.
yang manfaat pelayanan
ada kesehatan.
a. menye
butkan
jenis
fasilita
s
kesehat
an
yang
dikunju
ngi
Kurang gerak
Terlalu
banyak
berdiri
Menderita
koloesterol
tinggi dan
diabetes.
2.
2. Keluarga Menyebutkan 2.a.1Jelaskan pada keluarga
Opa.RR Afeksi/ akibat akibat lanjut dari masalah
dapat Sikap osteoporosis osteoporosis
mengam dapat
bil menyebabkan 2.a.2 Motivasi keluarga
keputusa pembungkukkan supaya dapat memahami
n untuk , penurunan akibat lanjut dari masalah
menyele tinggi, lordosis, osteoporosis
saikan nyeri pada
masalah tulang.
terkait
osteopor
osis
a.Menye
butka
n
akibat
lanjut
tidak
diatasi
osteop
orosis
TUK 2
2.1.1 Menjelaskan kepada keluarga S:
- Keluarga Opa.RR
akibat lanjut apabila
mengatakan akibat bila
Osteoporosis tidak diobati
tidak diobati dapat
yaitu, progresif menjadi panas,
menyebabkan terjadinya
rapuh dan mudah patah dan
komplikasi penyakit
fraktur/patah tulang.
terkait.
2.1.1 Memotivasi keluarga untuk
- Keluarga Opa.RR
menyebutkan kembali akibat
mengatakan akan
lanjut Osteoporosis.
merawat Opa.RR sesuai
2.2.1 Mendiskusikan kembali
dengan anjuran dan
dengan keluarga tentang
merasa kasihan apabila
keinginan keluarga untuk
Opa.RR tidak dapat
merawat anggota keluarga
beraktivitas.
dengan Osteoporosis.
O:
2.2.2 Memberikan reinforcement
- Keluarga mendengar
positif atas jawaban keluarga
penjelasan yang
dan keputusan untuk merawat
diberikan
anggota keluarga dan
- Keluarga Opa.RR
keputusan untuk merawat
kooperatif dan aktif saat
anggota keluarga dengan
diskusi
Oteoporosis.
- Keluarga Opa.RR dapat
menyebutkan akibat
lanjutan
A:
- Keluarga Opa.RR
memutuskan untuk
merawat Opa.RR
bersama-sama.
P:
- Lanjut ke TUK 3
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan dengan S:
keluarga tentang pencegahan - Keluarga Opa.RR
Osteoporosis: Berolahraga mengatkan akan
dengan teratur, minum susu, mencoba merubah pola
dan makan-makan banyak aktivatas Opa.RR dan
kalsium. makan-makanan yang
3.1.2 Memotivasi keluarga untuk banyak mengandung
menyebutkan kembali kalsium.
pencegahan Osteoporosis. - Keluarga mengatakan
3.1.3 Memotivasi keluarga cara perawatan
menyebutkan cara perawatan Osteoporosis
Osteoporosis dirumah menganjurkan keluarga
3.1.4 Memberikan reinforcement untuk mengkonsumsi
positif atas kemampuan makanan yang tinggi
keluarga menjelaskan cara protein dan kalsium.
pencegahan dan cara O:
- Keluarga mendengarkan
perawatan Osteoporosis.
saat dijelaskan tentang
pencegahan perawatan
anak dengan
Osteoporosis.
A:
- Keluarga mampu
menyebutkan cara
pencegahan Osteoporosis
- Keluarga mampu
menjelaskan cara
perawatan Osteoporosis.
P:
- Lanjut ke TUK 4
TUK 4
4.1.1 Menunjukkan cara S:
meningkatan dan - keluarga mengatakan
S:
TUK 5
- Keluarga mengatakan
5.1.1 Memberikan pujian atas
masalah dapat teratasi
kemampuan keluarga
setelah anaknya dibawa
menyebutkan manfaat ke
berobat ke tempat
pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan
5.1.2 Menanyakan dan melakukan
- Keluarga mengatakan
pemeriksaan Opa.RR
akan membawa Opa.RR
periksa ketempat
pelayanan kesehatan jika
5.1.3 Menganjurkan keluarga untuk
ada keluhan lagi
membawa Opa.RR kontrol ke
O:
Rumah sakit jika nyeri pada
- Keluarga tampak
tulang semakin kuat.
mengerti tentang
pelayanan kesehatan
- Adanya kartu obat
A:
- TUK 5 teratasi
P:
- Tindakan dihentikan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi
disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang
mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah
patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
musculoskeletal). Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan
tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dan perawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan berperaan dalam upaya pendidikan dengan memberikan
penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala
osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama
dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal
ini akan memberi nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda, NIC, NOC.
jogjakarta: Mediaction .
Ode, S. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Nuha Medika.
Sarpini, d. R. (2015). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bogor: IN MEDIA.
SuprajiOpao. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. jakarta: Kedokteran EGC.