Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(IPKP)
Gambaran Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Pasal 1 butir 16, 17, dan
18 menjelaskan pengertian rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan
afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit.
Pasal 3: rumah sakit pendidikan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan, dan
penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain.
Nomor 44 Pasal 4 (1): dalam menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran,
kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, rumah
sakit pendidikan bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terintegrasi
dengan mengutamakan tata kelola klinis yang baik, perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran, kedokteran gigi, serta kesehatan lain berbasis bukti dengan
memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan.
Pasal 9: jenis rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit pendidikan utama, rumah
sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit.
Rumah sakit pendidikan harus mempunyai mutu dan keselamatan pasien yang lebih
tinggi daripada rumah sakit nonpendidikan.
381
Agar mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit pendidikan tetap terjaga maka
perlu ditetapkan standar akreditasi untuk rumah sakit pendidikan.
Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, akreditasi perlu
dilengkapi dengan standar dan elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan
dan menjamin keselamatan pasien.
Standar IPKP.1
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang persetujuan pemilik dan pengelola dalam
pembuatan perjanjian kerja sama penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit.
382
Rumah sakit menyetujui output serta kriteria penilaian pendidikan dan harus
dimasukkan dalam perjanjian kerja sama.
Ada kerja sama antara rumah sakit dan institusi pendidikan yang sudah
terakreditasi. (D)
Jumlah penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit harus
dicantumkan dalam perjanjian kerja sama. (D)
Standar IPKP.2
kapasitas penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja sama;
persyaratan kualifikasi pendidik/dosen klinis;
383
3) peserta pendidikan klinis di rumah sakit.
ijazah, surat tanda registrasi, dan surat izin praktik yang menjadi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
klasifikasi akademik;
identifikasi kompetensi peserta pendidikan klinis; dan
laporan pencapaian kompetensi.
Standar IPKP.3
Tujuan dan sasaran program pendidikan klinis di rumah sakit disesuaikan dengan
jumlah staf yang memberikan pendidikan klinis, variasi dan jumlah pasien, teknologi,
serta fasilitas rumah sakit.
384
rangka memperkaya pengalaman dan kompetensi peserta didik, termasuk juga
pengalaman pendidik klinis untuk selalu memperhatikan prinsip pelayanan berfokus
pada pasien.
Standar IPKP.4
Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis telah mempunyai kompetensi dan
kewenangan klinis untuk dapat mendidik dan memberikan pembelajaran klinis
kepada peserta pendidikan klinis di rumah sakit sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (lihat juga KKS 10, KKS 13, dan KKS 16)
Daftar staf yang memberikan pendidikan klinis dengan seluruh gelar akademis dan
profesinya tersedia di rumah sakit. Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis
harus memenuhi persyaratan kredensial dan memiliki kewenangan klinis untuk
melaksanakan pendidikan klinis yang sesuai dengan tuntutan tanggung jawabnya.
(lihat juga KKS 9, KKS 13, dan KKS 16)
Elemen Penilaian IPKP.4
385
Ada penetapan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis dan penetapan
penugasan klinis serta rincian kewenangan klinis dari rumah sakit. (R)
Ada daftar staf klinis yang memberikan pendidikan klinis secara lengkap
(akademik dan profesi) sesuai dengan jenis pendidikan yang dilaksanakan di
RS. (D,W)
Ada uraian tugas, tanggung jawab, dan juga wewenang untuk setiap staf yang
memberikan pendidikan klinis. (lihat juga KKS 10, KKS 13, dan KKS 16) (D,W)
Ada bukti staf klinis yang memberikan pendidikan klinis telah mengikuti
pendidikan keprofesian berkelanjutan. (D)
Standar IPKP.5
Rumah sakit memastikan pelaksanaan supervisi yang berlaku untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit.
Supervisi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis untuk menjadi acuan pelayanan rumah sakit agar pasien, staf, dan
peserta didik terlindungi secara hukum. Supervisi diperlukan untuk memastikan
asuhan pasien yang aman dan merupakan bagian proses belajar bagi peserta
pendidikan klinis sesuai dengan jenjang pembelajaran dan level kompetensinya.
Setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit mengerti proses supervisi klinis,
meliputi siapa saja yang melakukan supervisi dan frekuensi supervisi oleh staf klinis
yang memberikan pendidikan klinis. Pelaksanaan supervisi didokumentasikan dalam
log book peserta didik dan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis.
Dikenal 4 (empat) tingkatan supervisi yang disesuaikan dengan kompetensi dan juga
kewenangan peserta didik sebagai berikut:
supervisi tinggi: kemampuan asesmen peserta didik belum sahih sehingga
keputusan dalam membuat diagnosis dan rencana asuhan harus dilakukan
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). Begitu pula tindakan
medis dan operatif hanya boleh dilakukan oleh DPJP. Pencatatan pada
berkas rekam medis harus dilakukan oleh DPJP;
supervisi moderat tinggi: kemampuan asesmen peserta didik sudah dianggap sahih,
namun kemampuan membuat keputusan belum sahih sehingga rencana asuhan
yang dibuat peserta didik harus disupervisi oleh DPJP. Tindakan medis dan
operatif dapat dikerjakan oleh peserta didik dengan supervisi langsung
386
(onsite) oleh DPJP. Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik
dan diverifikasi dan divalidasi oleh DPJP;
supervisi moderat: kemampuan melakukan asesmen sudah sahih, tetapi
kemampuan membuat keputusan belum sahih sehingga keputusan rencana
asuhan harus mendapat persetujuan DPJP sebelum dijalankan, kecuali pada
kasus gawat darurat. Tindakan medis dan operatif dapat dilaksanakan oleh
peserta didik dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP (dilaporkan setelah
pelaksanaan). Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik
dengan verifikasi dan validasi oleh DPJP;
supervisi rendah: kemampuan asesmen dan kemampuan membuat keputusan
sudah sahih sehingga dapat membuat diagnosis dan rencana asuhan, namun
karena belum mempunyai legitimasi tetap harus melapor kepada DPJP.
Tindakan medis dan operatif dapat dilakukan dengan supervisi tidak langsung
oleh DPJP.
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dengan validasi oleh DPJP.
Penetapan tingkat supervisi peserta didik dilakukan oleh staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis setelah melakukan evaluasi kompetensi peserta didik
menggunakan perangkat evaluasi pendidikan yang dibuat oleh institusi pendidikan.
Beberapa alat evaluasi antara lain:
Ada tingkat supervisi yang diperlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di
rumah sakit untuk setiap jenjang pendidikan. (D,O,W)
Setiap peserta pendidikan klinis mengetahui tingkat, frekuensi, dan dokumentasi
untuk supervisinya. (D,W)
Ada format spesifik untuk mendokumentasikan supervisi yang sesuai dengan
kebijakan rumah sakit, sasaran program, serta mutu dan keselamatan asuhan
pasien. (D)
Ada batasan kewenangan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam
mengisi rekam medis. (lihat juga MIRM 13.4) (D)
387
Standar IPKP.6
Pelaksanaan pendidikan klinis di rumah sakit harus mematuhi regulasi rumah sakit
dan pelayanan yang diberikan berada dalam upaya mempertahankan atau
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
program rumah sakit tentang mutu dan keselamatan pasien (lihat juga TKRS 4;
TKRS 4.1; TKRS 5; TKRS 11; dan TKRS 11.2);
program pengendalian infeksi (lihat juga PPI 5);
program keselamatan penggunaan obat (lihat juga PKPO 1);
sasaran keselamatan pasien.
Ada program orientasi peserta pendidikan staf klinis dengan materi orientasi
yang meliputi a) sampai dengan d) mengenai maksud dan tujuan (lihat juga
KKS 7 EP 1).(R)
Ada bukti pelaksanaan dan sertifikat program orientasi peserta pendidikan klinis.
(D,W)
Ada bukti pelaksanaan dan dokumentasi peserta didik yang diikutsertakan dalam
semua program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
(D,W)
Ada pemantauan dan evaluasi bahwa pelaksanaan pendidikan klinis tidak
menurunkan mutu dan keselamatan pasien yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya sekali setahun yang terintegrasi dengan program mutu dan
keselamatan pasien. (D) (lihat TKRS 1.2 dan TKRS 5 EP 3)
Ada survei mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit atas
dilaksanakannya pendidikan klinis sekurang-kurangnya sekali setahun. (D,W)