Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eva Yuni Anita

NPM : 1441172107159

Kelas/Semester : 7/C

Analisis dua media cetak (Kompas dan Jawa Pos)

Edisi 16 September 2017

Setiap koran pastilah memiliki ciri khas dalam bentuk tulisan maupun
bentuk perwajahan atau tampilan awal setiap koran. Dalam hal ini saya akan
melakukan analisis perbedaan dua media cetak tersebut yaitu Koran Kompas dan
Jawa Pos. Dalam Kompas dan Jawa pos, terdapat dua berita utama (Headline)
yang memiliki topik yang sama. Tetapi memiliki judul berita yang berbeda.

Analisis pertama yaitu Koran kompas memiliki headline tetapi dalam satu
kolom terdapat dua judul. Untuk judul yang pertama yaitu PCC Sudah lama
dilarang dan yang kedua PCC yang membuat heboh.

Untuk headline dalam koran kompas dengan judul yang pertama PCC
Sudah lama dilarang, dalam isi berita tersebut menjelaskan mengenai obat PCC
yang dilarang edar sejak 2013 dan banyak disalahgunakan. Dalam hal ini lead
yang baik harus lah terdapat unsur 5W+1H, pada berita tersebut disusun sebagai
berikut:

MAKASSAR, KOMPAS Obat bertulis PCC (Paracetamol,


caffeine, carisoprodol) yang menyebabkan banyak remaja di
Kendari, Sulawesi Tenggara, menjadi korban dipastikan
mengandung karisopodol. Obat itu dilarang beredar sejak 2013.

Pada lead diatas terdapat unsur Apa, Siapa, Dimana, Kapan dan Mengapa.
Jika dilihat judul berita dan lead tersebut sudah sesuai dengan di ikuti kalimat
penjelas. Selanjutnya pada paragraf ketiga memfokuskan kepada hasil wawancara
Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, seperti dalam kutipan kalimat:

Obat ini sudah dilarang beredar karena banyak


disalahgunakan. Dalam sampel yang kami teliti, sebagian obat
mengandung atau dicampur tramadol. Dulu obat ini dipakai
sebagai pereda nyeri. Dengan konsumsi berlebih, pengguna bisa
bertingkah seperti orang dan berhalusinasi. kata Kepala Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara. AsrunTombili, Jumat (15/9), di
Kendari.

Dalam koran kompas disetiap paragraf selalu memfokuskan kepada


keterangan hasil wawancara dengan para pihak berwajib. Isi beritanya dituliskan
dengan kata baku yang mudah di pahami pembaca dan menggambarkan secara
umum mengenai dampak dari obat PCC yang telah menelan banyak korban.
Untuk judul berita yang pertama terdapat dua sub judul sebagai pelengkap
keterangan yang penting dari berita tersebut. Sub judulnya yaitu Ungkap Motif
dan Mewaspadai. Dua sub judul tersebut menjelaskan mengenai motif dari
obat PCC yang sudah lama dilarang edar dan mendesak aparat untuk mengusut
tuntas motif dibalik peredaran obat yang bersamaan di banyak tempat. Dan
himbauan dari beberapa kepala daerah selain di Sulawesi Tenggara, yaitu daerah
Banten, meminta kepada warga agar mewaspadai dan tidak menggunakan obat
bertuliskan PCC.

Untuk judul yang kedua PCC yang membuat heboh. Isi berita tersebut
lebih menekankan kepada penjelasan kandungan obat PCC seperti dalam kalimat
berikut:
Selintas obat ini tak berbahaya karena PCC merupakan
campuran parasetamol, kafein, dan karisprodol. Parasetamol
adalah obat penurun panas. Kafein merupakan zat alkaloid yang
ditemukan di berbagai jenis tanaman, terutama kopi, kola dan
teh. Zaat ini bersifat merangsang sistem saraf pusat dan diuretik
(merangsang buang air kecil). Sementara karisprodol adalah
obat untuk relaksasi otot.

Pada judul yang kedua ini, isi berita obat PCC banyak dijelaskan dari
berbagai situs, dan kompas selalu memberikan hasil wawancara dengan pihak
yang lebih berwenang. Dan juga terdapat sub judul Menimbulkan euforia, sub
judul tersebut sebagai penguat isi dari berita yang disajikan oleh Kompas.

Analisis kedua yaitu Jawa Pos. Berita pada koran Jawa Pos, yang satu
kolom headline terdapat dua judul. Judul yang pertama Mudah Beli PCC di
Kendari, dan 15 Korban Masih Dirawat di Rumah Sakit. Untuk judul yang
pertama yaitu Mudah Beli PCC di Kendari, terdapat lead berita tersebut
disusun sebagai berikut:

KENDARI Peredaran pil koplo yang mengakibatkan


gendeng masal di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, disebabkan
lemahnya pengawasan pihak berwajib.

Lead yang baik harus lah terdapat unsur 5W+1H, diatas saya menemukan
unsur Apa, Dimana, Mengapa. Jika dilihat dari kesesuaian lead dengan judul
cukup sesuai karena telah dijelaskan bagaimana obat PCC tersebut bisa mudah
dibeli karena lemahnya pengawasan pihak berwajib.

Pada awal paragaraf berita koran Jawa Pos ini memfokuskan hasil
wawancara kepada beberapa korban yang telah menggunakan obat PCC tersebut.
Terhitung ada tiga korban yang diwawancarai dan terdapat pada salah satu
paragraf ke sepuluh, seperti dalam kalimat berikut:
Pemuda lainnya, Endi, membenarkan bahwa PCC tidak sulit
didapatkan. Dia membelinya di dekat gerbang kompleks P2ID
Kota Kendari. Harganya Rp 25 ribu, dapat 10 butir yang
dimasukkan dalam sachet yang dibungkus plastik kuning. Saya
tahu namanya PCC karena di tabletnya tertulis begitu, papar
Endi.

Di paragraf ke empat belas, barulah memberikan hasil wawancara dari


kepala BPOM, diikuti hasil wawancara selanjutnya dengan pihak berwajib. Untuk
judul pertama tersebut menurut saya isinya seperti menyudutkan pihak berwajib
yaitu BPOM dan KEMENKES. Seperti pada kalimat berikut:

Lantas, mengapa beredar luas di Kendari? Hendri tidak bisa


memberikan jawaban detail. Karena masuknya juga tidak
melalui pengawasan BPOM, kilahnya.

Kata kilahnya, menurut saya sangat terlihat seperti menyinggung bahwa


pihak berwajib tersebut sangat kurangnya pengawasan terhadap beredarnya obat
tersebut.

Untuk judul yang kedua 15 Korban Masih Dirawat di Rumah Sakit,


menurut saya isi berita tersebut sama seperti judul berita yang pertama, yaitu
memfokuskan kepada efek dari obat PCC yang menimbulkan banyak korban. Dan
juga hasil wawancara dengan pihak berwajib.

Kesimpulannya perbedaan dari dua media cetak ini sudah terlihat pada
Judul berita, untuk Kompas judul berita tersebut langsung kepada topik yaitu obat
PCC, dan tidak menyudutkan siapapun, bahkan isi berita tersebut sangat
memfokuskan kepada hasil wawancara dengan para pihak berwajib dan juga
menjelaskan bagaimana kandungan obat PCC tersebut. Kompas juga memiliki ciri
khas, yaitu memberikan penekanan isi berita dengan sub judul. Untuk perwajahan
dari headline Kompas tidak menggunakan foto korban maupun bentuk dari pil
tersebut, hanya menggunakan foto obat secara umum, yaitu simbol penggunaan
obat.

Sedangkan untuk Jawa Pos, sangat terlihat jelas dari judul berita tersebut
seperti menyudutkan pihak berwajib yaitu KEMENKES dan BPOM. Terlihat
pada anak judul (kicker) Ke mana KEMENKES Ke mana BPOM?. Jawa Pos
dalam membuat judul pun terlalu banyak. Seperti halnya judul yang pertama
Mudah Beli PCC di Kendari, ternyata masih ada penambahan judul lagi pada
halaman lanjutan yaitu Juga ditemukan di Mamuju dan Makassar, menurut
saya ini terlalu bertele-tele. Isi beritanya pun fokus terhadap hasil wawancara para
korban. Untuk perwajahan dari headline Jawa Pos yaitu menggunakan gambar
korban yang telah menggunakan obat PCC, dan gambar dari obat PCC yang
ditemukan di Makassar.

Anda mungkin juga menyukai