Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diare merupakan masalah kesehatan terutama pada balita baik di
tingkat global, regional maupun nasional. Pada tingkat global, diare
menyebabkan 16% kematian, sedangkan pada tingkat regional (negara
berkembang), diare menyumbang sekitar 18% kematian balita dari 3.070
juta balita. (Buletin Jendela data dan informasi kesehatan, 2011).
Berdasarkan Riskesdas 2007 di Indonesia, diare menjadi penyebab
utama kematian pada balita, yaitu sebesar 25,2 %. Laporan hasil survei
Morbiditas dan Perilaku Tata Laksana Diare oleh Depkes tahun 2010
digambarkan bahwa penanganan diare pada balita dirumah tangga belum
sesuai harapan terutama pada pemberian oralit yang hanya mencapai 36,18
% dan peningkatan pemberian cairan rumah tangga (CRT) 27,07 %. Pada
tahun 2010 hasil Survei morbiditas diare menyatakan bahwa insiden rate
(IR) diare pada balita adalah 1310/1000. Hal ini tentu menjadi masalah
yang serius untuk Indonesia dalam rangka mencapai tujuan keempat dari
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) yaitu
menurunkan angka kematian bayi menjadi 2/3 dalam kurun waktu 25
tahun (1990-2015). (Buletin Jendela data dan informasi kesehatan, 2011).
Menurut Profil Data Kesehatan Kabupaten Kota, di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditangani 77,9 %
dari total perkiraan penderita, dan di kabupaten Kubu Raya 55 % dari
perkiraan penderita untuk semua umur. Dari hasil wawancara langsung
dengan ibu-ibu yang berobat ke Puskesmas Parit Timur didapatkan masih
banyak ibu-ibu yang belum memahami tentang penyakit diare. (Puskesmas
Parit Timur, 2014).
Menurut Notoatmodjo,S (2005), Peran ibu dalam melakukan
penatalaksanaan dan pencegahan terhadap diare diperlukan suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor
2

predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu


menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan prilaku tetapi mempunyai
hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka
terjadinya perubahan perilaku akan cepat.
Terkait dengan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui tingkat Pengetahuan Ibu-ibu tentang Penyakit Diare di
wilayah kerja Puskesmas Parit Timur.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian adalah Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Parit Timur.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare di
wilayah kerja Puskesmas Parit Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Pengertian
penyakit Diare
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Tanda dan
Gejala Diare
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Penyebab
Diare
d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Cara penularan
Diare
e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Penanganan
Diare dirumah tangga
f. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Pencegahan
diare
3

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis
Agar penulis dapat menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh, khususnya tentang metodologi penelitian dan ilmu terapan
lain selama mengikuti perkuliahan di Diploma III Khusus Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Pontianak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian sebagai bahan referensi dan menambah
masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Puskesmas Parit Timur
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan
bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
menangani permasalahan diare.
4. Bagi Responden
Memberikan informasi atau pengetahuan, serta menambah
wawasan ibu tentang diare.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. Pengetahuan (Knowledge)
a. Pengetian
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, S, 2003, hal. 127).
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, meliputi :
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata
kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat meng-
interprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap materi atau objek harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
5

3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real
(sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-
kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
(Notoatmodjo, S, 2003, hal. 128).
6

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu :
1) Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.
2) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal
yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
4) Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
5) Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya.
6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat
7

kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan


seseorang.
7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d. Cara Memperoleh pengetahuan
Menurut Imron TA & Amrul Munif, Cara untuk
memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu :
1) Konvensional /Cara Tradisional atau Non Ilmiah
a) Berdasarkan pengalaman pribadi (auto Experience)
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
b) Belajar dari kesalahan (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan
atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-
coba saja.
c) Cara kekuasaan / otoritas (authority)
Para pemegang otoritas, baik pemimpin
pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan
pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di
dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang
mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
8

d) Melalui jalan pikiran(To Mind)


Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya.

2) Cara Modern atau Cara Ilmiah


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini
disebut metode penelitian ilmiah. (Imron TA & Amrul Munif,
2010, hal. 10)
2. Diare
a. Pengertian dan Batasan Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan / tanpa darah
atau kendir. (Suraatmaja, 2010, hal. 1)
Batasan Diare:
1) Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak-anak yang sebelumnya sehat.
2) Diare Kronik : Diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau
lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. Diare
Kronik sering juga dibagi lagi menjadi :
a) Diare Persisten : Diare yang disebabkan oleh infeksi
b) Protracted Diare : Diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebih
perhari
9

c) Diare intraktable : diare yang timbul berulang kali dalam


waktu yang singkat (misalnya 1-3 bulan)
d) Prolonged diare : Diare yang berlangsung lebih dari 7 hari
e) Chronic non spesific diarrhea : diare yang berlangsung
lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan
pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun
malabsorbsi. (Suraatmaja, 2010, hal. 1)
b. Penyebab/Etiologi
Pada Umumnya diare dapat disebabkan berbagai hal. Untuk
lebih mudahnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu karena Infeksi
dan Non Infeksi. (Sasmitawati, 2011, hal. 10)
a) Diare akibat infeksi
Terjadi karena ada kuman atau hewan kecil seperti
cacing yang masuk dalam saluran pencernaan mengakibatkan
gerakan usus menjadi lebih cepat sehingga dapat mendorong
kuman tersebut keluar, hal inilah yang menyebabkan perut
mulas.
1) Bakteri, Diare karena bakteri ditandai dengan demam, sakit
perut dan terdapat lender maupun darah dalam tinja,
beberapa jenis bakteri seperti : Eschericia Coli,
Campilobacter jejuni, Shigella, salmonella.
2) Virus, Diare karena virus umumnya tidak disertai demam,
biasanya karena rotavirus. Ciri-cirinya BAB berupa air,
berbau asam dan tidak disertai darah maupun lender.
3) Cacing, biasanya disertai dengan lendir dan darah,
mengalami sakit perut mulai dari nyeri, mulas maupun
melilit. Tanda lainnya banyak gas, tinja yang sangat banyak
dan berbau busuk serta perut kembung.
10

b) Diare bukan karena infeksi


Diare seperti ini disebabkan oleh sesuatu yang membuat
saluran pencernaan mengeluarkan cairan yang berlebihan dari
biasanya.
1) Alergi terhadap makanan tertentu, alergi makanan
merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap makanan yang
masuk, pada bayi alergi makanan biasanya terjadi karena
bayi baru mulai mengenal makanan pendamping ASI,
protein pada susu merupakan penyebab yang paling umum
pada bayi. Penyebab lain yang umum seperti: telur, kedelai,
gandum, kacang, ikan dan kerang-kerangan.
2) Gangguan pencernaan makanan, ada beberapa orang yang
tidak dapat mencerna makanan yang mengandung zat-zat
tertentu seperti karbohidrat, lemak maupun protein, mis.
Selalu diare bila mengkonsumsi mentega.
3) Keracunan makanan maupun minuman, biasanya makanan
yang telah basi atau kadaluarsa biasanya menyebabkan
diare disertai muntah-muntah.
4) Jenis makanan dan minuman tertentu, terlalu banyak
mengkonsumsi makanan/minuman manis dapat membuat
perut bayi terkejut.
5) Kekurangan gizi, memyebabkan saluran pencernaan tidak
optimal.
6) Kondisi psikologis atau kejiwaan, saat mengalami stress
otak akan memberikan rangsangan khusus ke usus untuk
meningkatkan gerakannya.
7) Obat-obatan, obat yang bekerja untuk meningkatkan
gerakan usus
8) Penyakit usus dan sumbatan usus, diare karena kelainan
usus biasanya terjadi terus menerus selama 15 hari.
11

c. Tanda dan gejala


Secara umum seseorang dikatakan menderita diare apabila
frekuensi BAB > dari 3 x dalam sehari semalam (24 jam) dengan
bentuk tinja lembek atau cair, dapat juga disertai dengan lendir dan
darah. Pada anak-anak perlu diperhatikan bentuk tinja daripada
frekuensi BAB nya, pada anak bisa sampai 5 x/hari, tetapi belum
tentu diare bila bentuk tinjanya normal. Anak dikatakan diare bila
BAB nya lebih encer dan lebih sering dari biasanya, tinja dapat
mengandung lendir dan darah(tergantung penyebab), biasanya
disertai dengan gejala muntah dan demam yang mendahului gejala
mencretnya.
Tanda dan gejala diare lainnya diare disertai dengan rasa
melilit dan mulas yang mendadak dan berulang, kembung, nyeri
ulu hati mual dan muntah-muntah, badan lemas (karena kehilangan
cairan), nafsu makan hilang (rasa tidak nyaman di perut), diare
karena kuman biasanya didahului dengan demam atau beberapa
saat setelah diare (umumnya pada bayi dan balita akibat
kekurangan cairan). (Sasmitawati, 2011, hal. 6)
d. Cara penularan diare
Pada dasarnya cara penularan diare secara siklus, artinya
kuman dikeluarkan melalui kotoran manusia dan masuk kedalam
tubuh manusia bersama makanan dan minuman yang tercemar
melalui mulut. Beberapa cara penularan diare sebagai berikut :
1) Makanan dan minuman yang sudah tercemar, baik tercemar
oleh kuman yang dibawa serangga atau bersinggungan dengan
tangan yang kotor.
2) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
3) Bermain dengan mainan yang tercemar
4) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak
air dengan benar
5) Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah BAB
12

6) BAB sembarang tempat (Sasmitawati, 2011, hal. 33)


e. Pencegahan Diare
Menurut Subdit pengendalian Diare dalam Buletin yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI Triwulan II 2011, Kegiatan
pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah :
1) Perilaku Sehat
a) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen
zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang
untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.
b) Memperbaiki Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi
secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang
dewasa.
c) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan
air bersih yang cukup.
d) Menggunakan Jamban
Yang harus diperhatikan adalah :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik
dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
e) Membuang Tinja Bayi Yang Benar
f) Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting
untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.
Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
13

karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi


berumur 9 bulan.
2) Penyehatan Lingkungan
a) Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas
mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari
termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah
penularan penyakit. Tempat sampah harus disediakan, sampah
harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara.
c) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah
tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit.
f. Tata laksana dan Pengobatan Diare
Menurut Suraatmaja, 2010 tata laksana diare adalah
sebagai berikut :
1) Tatalaksana pada Diare Akut
a) Anamnesis Riwayat perjalanan penyakit
b) Kaji manifestasi Klinis dan tentukan derajat dehidrasi,
derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
1) Penurunan/Kehilangan berat badan ( menentukan
berapa persen berat badan yang hilang )
2) Skor maurice king (ditentukan berdasarkan skor)
3) Berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
( ringan, sedang, berat )
Dapat juga ditentukan menurut tonisitas darah
Isotonik, hipotonik, hipertonik)
c) Pemeriksaan Laboratorium
14

Pemeriksaan Laboratorium Penting dalam


menegakkan diagnosa kausal yang tepat sehingga dapat
memberikan obat yang tepat, pemeriksaan laboratorium
hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5-7 hari.
d) Pengobatan
Sampai awal tahun 1970-an pengobatan medis
terhadap dehidrasi yang disebabkan oleh diare adalah :
1) Penggantian cairan ingtravena
2) Mengistirahatkan usus paling sedikit selama 24 jam
3) Pemberian makanan secara bertahap
Antibiotik dan anti diare hampir selalu menyertai
dalam pengobatan.
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal yang utama yang
efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare
akut :
1) Penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara
oral untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi
2) Pemberian makanan terutama ASI
3) Tidak menggunakan obat anti diare (antibiotik hanya
diberikan pada kasus kolera dan disentri yang
disebabkan oleh shigella, metronidazole hanya
diberikan pada kasus amoebiasis dan giardiasis).
4) Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang
bagaimana merawat anak yang sakit dirumah terutama
membuat oralit, tanda-tanda yang digunakan sebagai
pedoman kapan anak harus dibawa berobat, metoda
untuk mencegah kasus diare. (Suraatmaja, 2010, hal. 7)
2) Tata Laksana Pada diare Kronik
Tata laksana diare kronik meliputi rehidrasi
enteral/parenteral, nutrisi dan medikamentosa.
a) Rehidrasi enteral/parenteral
15

1) Tanpa KEP (kekurangan Energi Protein), pada


dehidrasi ringan/sedang tetap diupayakan rehidrasi oral
kalau perlu cairan melalui NGT sampai anak bisa
minum.
2) Dengan KEP, Cairan yang diberikan adalah cairan
rehidrasi untuk malnutrisi/CaReMal, yaitu oralit yang
telah dimodifikasi.
b) Terapi Nutrisi
Tujuannya adalah agar pertumbuhan dan
perkembangan tetap berjalan optimum, nutrisi yang
diberikan harus lengkap, berkualitas tinngi dan mudah
dicerna karena adanya maldigesti/malabsorbsi, makanan
yang diberikan adalah :
1) Nutrisi Enteral
Pada bayi yang mendapat ASI harus dilanjutkan,
bila ASI tidak ada susu formula rendah/bebas laktosa
bila susu formula rendah/bebas laktosa tidak ada
perbaikan diberukan susu formula khusus.
2) Nutrisi Parenteral Total (TPN)
Adalah tehnik memberikan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh melalui intravena terdiri dari air,
elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, vitamin,
dan gtrace elemen.terapi ini diberikan pada penderita
yang tidak dapat mentoleran nutrisi oral. Di indonesia
baru dapat dilaksanakan di pelayanan tersier.
c) Medikamentosa
1) Antibiotik (pada umumnya tidak dianjurkan karena
dapat mengubah flora usus)
2) Obat anti diare (adsorbent dan anti diare tidak
dianjurkan karena mempengaruhi motilitas usus dan
menghambat pengeluaran bakteri bersama tinja)
16

3) Kolestrinamin / anion Exchange resin mengikat asam


empedu yang toksis untuk usus dikeluarkan bersama
tinja sehingga stimulasi terhadap usus hilang.
4) Bismut sub salisilat (sama seperti kolestiramin yang
mengikat asam empedu).
d) Pengobatan lain (Mikronutrien seperti Vit. A, B 12, asam
folat, Zn dan Fe sangat berguna untuk regenerasi mukosa
dan reaksi imunologis). (Suraatmaja, 2010, hal. 39)
Adapun penanganan Diare yang dapat dilakukan oleh ibu di
rumah tangga sebagai berikut :
a) Untuk mencegah kekurangan cairan berilah anak minum lebih
banyak dari biasanya.cairan yang dapat diberikan seperti air
putih, cairan rumah tangga (air sup, air tajin), larutan gula
garam, oralit. Apabila tidak ada oralit, dapat membuat larutan
gula garam (1 sendok teh penuh gula dan 1/4 sendok teh garam
dalam 200 cc air)
b) Tetap memberikan ASI (jika masih minum ASI)
c) Teruskan pemberian makanan bergizi, sebaiknya makanan
yang bersifat lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
BAB.
d) Pemberian obat tradisional seperti rebusan daun jambu biji atau
jus jambu biji, dan pemberian probiotik( probiotik yang dijual
bebas saat ini seperti yakult dan vitacharm, probiotik khusus
bayi dan anak-anak contohnya Lacto B, dialac dan elsazim)
e) Apabila kondisi kesehatan bertambah parah, segera bawa
kepuskesmas/fasilitas kesehatan dengan tempat perawatan.
(Sasmitawati, 2011, hal. 22)
Menurut Subdit Pengendalian Diare, langkah yang ke-5
dalam Lintas Diare (Lima langkah tuntaskan diare) yang
merupakan kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia
17

yaitu pemberian Nasehat. Kepada ibu atau pengasuh yang


berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan
bila :Diare lebih sering, Muntah berulang, Sangat haus,
Makan/minum sedikit, Timbul demam, Tinja berdarah, Tidak
membaik dalam 3 hari.

B. KERANGKA TEORI
Dari hasil telaah pustaka pada materi yang terkait secara langsung
dengan masalah harus dapat diperoleh adanya kerangka teori. Kerangka
teori merupakan gambaran secara teoritis masalah yang dipilih apa saja
yang berhubungan. disini mulai muncul pengertian variable. (Sabarguna,
2008, hal. 38).
Adapun kerangka teori yang dapat digambarkan dari telaah pustaka
diatas sebagai berikut :

Umur

Pengetahuan
Intelegensi
Penyakit Diare
- Pengertian Perilaku
Pendidikan
- Tanda dan
Gejala Kejadian
Sosial Sikap Penyakit
Budaya - Penyebab
Diare
- Cara penularan
Lingkungan - Penanganan Keyakinan
- Pencegahan
Diare
Penga
Laman

Sumber : Notoatmodjo (2010)


18

C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu kerangka hubungan antara variable-
variable yang akan dilakukan penelitian. (Imron TA & Amrul Munif,
2010, hal. 50). Berdasarakan Kerangka teori diatas, maka peneliti
membuat kerangka konsep sebagai berikut :

Pengetahuan ibu

- Pengertian
- Tanda dan Gejala
Kejadian Penyakit
- Penyebab
Diare
- Cara penularan
- Penanganan
- Pencegahan Diare

Keterangan :
Variable yang Diteliti

D. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare di
wilayah kerja Puskesmas Parit Timur?
19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah macam atau jenis penelitian tertentu yang
terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan. (Saepudin, 2011, hal. 48)
Penelitian ini adalah jenis survey dengan desain deskriptif
sederhana.
Deskriptif sederhana hanya menjelaskan suatu keadaan dalam
populasi tanpa menghubungkannya dengan keaadaan lain yang juga
ditemukan dalam populasi tersebut. (Saepudin, 2011, hal. 49)

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Parit Timur kecamatan
Sungai Ambawang, pada bulan oktober sampai dengan nopember
2014.

C. POPULASI DAN SAMPLE


1. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang
memiliki karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki atau
diamati. (Imron TA & Amrul Munif, 2010, hal. 75).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita
(1-<5 tahun) yang menderita penyakit diare. yang berkunjung di
puskesmas Parit Timur. berdasarkan jumlah data kunjungan pada
tahun 2014, populasi yaitu sejumlah 157 ibu balita.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek
penelitian. (Imron TA & Amrul Munif, 2010, hal. 76).
20

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita


berumur 1-<5 tahun yang pernah mengalami diare yang sedang
berkunjung ke Puskesmas Parit Timur.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode Klaster. Klaster berarti pengelompokan sampel berdasarkan
wilayah atau lokasi populasi. (Imron TA & Amrul Munif, 2010, hal.
85).
Menurut Imron TA & Amrul Munif (2010), apabila jumlah
populasi sudah diketahui, maka pangambilan sampel dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus baku dari Taro Yamane, yang dikutip dari
Rakhmat(1998~2), sebagai berikut :

=
2 +1

Keterangan : n = Jumlah Sampel


N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan ( lazimnya 10%)

Adapun kriteria Sampel dalam penelitian ini adalah:


a. Kriteria inklusi :
1) Ibu yang memiliki balita umur 1-< 5 tahun yang pernah
mengalami diare dengan atau tanpa dehidrasi.
2) Ibu dengan jenjang pendidikan apa pun.
3) Ibu tidak menolak untuk dilakukan wawancara.
b. Kriteria Eklusi
1) Ibu yang memiliki balita umur 1-< 5 tahun yang tidak pernah
mengalami diare dengan atau tanpa dehidrasi.
2) Ibu menolak dilakukan wawancara
21

D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional merupakan pengertian yang membatasi
variable. (Sabarguna, 2008, hal. 48). Adapun Definisi Operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Definisi Alat
Variabel Kategori Skala
Operasional Ukur
Pengetah Semua hal yang Kuesi Baik (>75%) Nominal
uan ibu diketahui oleh oner Sedang (50-75 %)
tentang ibu mengenai Kurang (jika<50%)
diare penyakit Diare (Setiadi, 2007).

E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah Sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005, hal. 70).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat
pengetahuan ibu tentang penyakit diare

F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian ini berupa angket atau kuisioner dalam bentuk
pertanyaan tertutup (closed ended), bentuk pertanyaannya multiple choice
yaitu memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden yang
menyediakan beberapa alternative jawaban dan responden hanya
diperbolehkan memilih satu jawaban yang dianggap sesuai dengan
pendapat atau yang dialaminya. Jumlah pertanyaan sebanyak 9 pertanyaan,
untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.
Kemudian berdasarkan kemampuan menjawab nilai maksimal 9
dan nilai minimal 0. Total jawaban akan dikatagorikan berdasarkan
kategori tingkat kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
Secara ringkas kisi-kisi instrument yang akan digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
22

Jumlah Item
Variabel Sub Variabel
pertanyaan
Pengetahuan ibu - pengertian diare 1
tentang diare - Tanda dan gejala diare 2
- Penyebab diare 1
- Cara penularan diare 1
- Penanganan diare di 3
rumah tangga
- Pencegahan diare 1
Total 9

1. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat kehandalan dan kesahihan alat ukur
yang digunakan. Instrument dikatakan valid berarti menunjukan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat
dipergunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan
demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-
benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. (Sugiyono,
2007, hal. 137).
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-
pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena
dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner
adalah dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing
pernyataan dengan skor total, menggunakan rumus korelasi product
moment. Adapun rumus korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson adalah sebagai berikut :

n XY ( X )( Y )
rxy
{n X 2 ( X ) 2 }{n Y 2 ( Y ) 2 }
23

Keterangan :

: Nilai koefisiensi korelasi antara x dan y

: Jumlah Subyek
: Skor Item
: Skor Total

: Jumlah Skor item

: Jumlah Skor Total

2 : Jumlah Kuadrat Skor item

2 : Jumlah Kuadrat Skor Total

Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau
bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r
tabel maka valid. (Sugiyono, 2007, hal. 137).

2. Uji Realiabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen
yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,
paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang
konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Suatu penelitian disebut reliable bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. (Sugiyono, 2007, hal. 137)
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan formulasi
rumus Croanbachs Alpha. Adapun rumus Croanbachs Alpha adalah
sebagai berikut:
24

Keterangan :
: Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
: Jumlah item pertanyaan yang diuji

2 : Jumlah varians skor item

2 : Varians skor-skor tes (seluruh item K)

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient


reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item
reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena
memiliki reliabilitas yang kuat.

G. RENCANA PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Perizinan penelitian dari Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kementerian Kesehatan Pontianak ke Kepala Puskesmas
Parit Timur Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.
Kemudian Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti di Wilayah
Kerja Puskesmas Parit Timur Kecamatan Sungai Ambawang.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2014.
Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan
setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian.
Data dikumpulkan denga cara menyebarkan kuesioner. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah :
1) Sumber data sekunder diperoleh dari catatan atau laporan
petugas Puskesmas Parit Timur yang tercatat dalam data
Penyakit Diare, yaitu laporan mingguan, laporan bulanan dan
laporan tahunan P2 Diare dalam kurun waktu Tahun 2012
sampai dengan Tahun 2014.
25

2) Sumber data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data


terhadap 61 responden diwilayah kerja Puskesmas Parit Timur
melalui kuesioner yang dibagikan peneliti kepada responden di
lapangan.
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut
a) Meminta izin kepada pasien untuk bersedia menjadi responden
b) Memperkenalkan identitas peneliti
c) Memberitahukan tujuan pemberian kuesioner
d) Menjelaskan tahap-tahap pemberian kuesioner pada saat
pelaksanaan penelitian, untuk menjaga privasi.
b. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya
yang perlu dikumpulkan adalah mengolah data sedemikian rupa
sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut. Adapun
langkah yang dilakukan peneliti melalui tahapan sebagai berikut:
1) Editing
Memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan
keseragaman data untuk memastikan apakah jawaban yang
diajukan sudah lengkap, memastikan keterangan dalam
jawaban tidak bertentangan satu sama lain, jika ditemukan
maka akan menyulitkan penganalisasian data.
2) Koding
Koding dipandang perlu karena data yang terkumpul
banyak macamnya, untuk memudahkan pengolahannya, semua
jawaban atau data tersebut perlu disederhanakan. Jawaban
responden diberikan kode-kode tertentu dalam bentuk angka.
Jawaban responden akan diberi scoring, untuk jawaban yang
benar akan diberikan score 1 dan jawaban yang salah akan
diberikan score 0.
26

3) Tabulasi
Tabulasi adalah pengelompokan data dalam table
tertentu menurut sifat yang dimilikinya. Tabulasi data yang
telah lengkap disusun sesuai dengan subvariabel yang
dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi.
Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian
nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah
dibuat. Tabulasi disini dilakukan secara elektronis
menggunakan Microsoft Excell dan SPSS.

c. Analisa Data
Analisa data dianalisis secara Univariat. Dengan
menggunakan analisis univariat ini dapat diketahui apakah konsep
yang diukur sudah siap untuk dinalisis serta dilihat gambaran
secara rinci. Data hasil analisa dituangkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan presentase hasil analisis.
Analisa data yang dipergunakan adalah metode deskriptif
dengan menggunakan rumus mean score yaitu :

=

Keterangan :
= Nilai rata-rata
= Jumlah jawaban responden
= Jumlah sampel

Bila hasil perhitungan dengan rumus diatas telah selesai,


kemudian diinterpretasikan dengan ketentuan :
Tingkat Pengetahuan : >75 % : Baik
50-75 % : Sedang
< 50 % : Kurang
27

d. Tahap Penyusunan Laporan


Tahap ini merupakan produk akhir dari suatu rangkaian
kegiatan penelitian yang diselengarakan (Imron TA & Amrul
Munif, 2010, hal. 171).

H. TEKNIK PENYAJIAN DATA


Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk Textual/narasi
dan tabular/tabel distribusi frekuensi.
28

DAFTAR PUSTAKA

Buletin Jendela data dan informasi kesehatan. (2011). Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI.

Imron TA & Amrul Munif. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.


Jakarta: SAGUNG SETO.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rhineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka


Cipta.

Puskesmas Parit Timur. (2014). laporan tahunan P2 diare puskesmas parit timur.

Sabarguna, B. S. (2008). Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk mahasiswa D3


Kesehatan. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Saepudin, M. (2011). METODOLOGI PENELITIAN Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Trans Info Media,Jakarta.

Sasmitawati, d. E. (2011). Jangan Sepelekan DIARE. Jakarta: Sunda Kelapa


Pustaka.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alphabeta.

Suraatmaja, S. (2010). Kapita Selekta GASTROENTEROLOGI. Jakarta: Sagung


Seto.

Anda mungkin juga menyukai