Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. Definisi
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa.
Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Doenges, 2007, hlm.70). Katarak adalah bagian keruh pada lensa mata yang
biasanya bening dan akan mengaburkan penglihatan. Katarak tidak menyebabkan rasa
sakit dan termasuk penyakit yang sangat umum terjadi. Katarak adalah bagian keruh
pada lensa mata yang biasanya bening dan akan mengaburkan penglihatan. Katarak
tidak menyebabkan rasa sakit dan termasuk penyakit yang sangat umum terjadi.

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang normal
nya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahir
an (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2013, hlm.224)

B. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria,2015 6):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau baha
n beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
5. Mata yang terpajan sinar matahari untuk waktu yang lama.
6. Penyakit-penyakit tertentu, misalnya diabetes atau peradangan pada bagian tengah
mata (uveitis) jangka panjang.
7. Konsumsi obat kortikosteroid berdosis tinggi untuk waktu lama.
8. Pernah menjalani operasi mata.
9. Pernah mengalami cedera pada mata.
10. Memiliki riwayat katarak dalam keluarga.
11. Pola makan yang tidak sehat dan kekurangan vitamin.
12. Konsumsi minuman keras dalam jumlah banyak secara rutin.
13. Merokok.
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.


2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gang
uan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

C. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut (Maria
, 2015, 15) :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan kat
arak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terl
ihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 4
0 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak
inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemu
kan.
5. Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih san
gat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan l
ensa berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diab
aikan.
b. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca
, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
d. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes m
elalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang la
inya.

D. Pathofisiologi
Pathofisiologi katarak menurut Maria (2015, 18) :
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk se
perti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertamba
hnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekit
ar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pa
da kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal sa
lju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perub
ahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekit
ar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koa
gulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke ret
ina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks ai
r ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu t
ransmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam m
elindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya u
sia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (di
abetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-
obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
E. Pathway

Trauma Degeneratif Penyakit lain

Perubahan serabut Kompresisentral Jumlah protein


meningkat

Densitas

Keruh

Lensa mata

Katarak

Menghambat jalan cahaya

Penurunan ketajaman
penglihatan

Pembedahan Penglihatan berkurang /


buta

Pre Operasi Post Operasi Gangguanpersepsis Resiko tinggi


ensori visual cedera fisik

Kecemasanmeni Gangguan rasa


ngkat nyaman (nyeri)
(Maria, 2015, 18)
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala katarak (Ilyas, 2007, hlm.40) :
1. Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau asap
2. Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa
3. Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu terang
4. Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria
5. Mata sering berair
6. Warna yang terlihat memudar atau tidak jelas
7. Semua terlihat menjadi ganda

G. Komplikasi
Menurut (Ilyas, 2007, hlm.45) komplikasi katarak :
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut Ilyas (2007, hlm.53) :
1. Penatalaksanaan non medis
Disarankan mengonsumsi banyak buah yang mengandung vitamin C, B2, A. Dan
E. Selain itu mengurangi pajanan sinar matahari, dan mengunakan kacamata.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan k
atarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lenti
s, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap
dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu a
da penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara i
ni memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan me
nggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks le
nsa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sam
a yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan le
nsa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula l
entis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul a
kan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat i
ni pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan gangguan
penglihatan.

2. Makan / cairan
Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat / merasa di ruang gelap. Tanda : tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil.
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba tiba, berat menetap atau
tekanan pada sekitar mata.
5. Penyuluhan dan pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular, riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor, ketidakseimbangan endokrin

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
2. Intra Operatih
b. Risiko Infeksi
3. Post Operatif
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan agent cidera fisik
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan ganguan
persepsi sensori visual tida ada
Kriteria Hasil :
- Mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin
- Mengenal perubahan stimulus
- Mampu mengidentifikasi lingkungan
Intervensi
a. Kaji Ketajaman Penglihatan
R : menentukan seberapa bagus penglihatan klien
b. anjurkan pasien melaukan aktivitas semampunya
R: mencegah risiko jatuh
c. Bantu ambulasi pasien dari ruang persiapan ke ruang operasi
R : mencegah risiko jatuh

2. Risiko Infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan tida ada tanda
tanda infeksi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda Infeksi ( nyeri, panas, kemerahan,
pembekakan, kelainan fungsi )
Intervensi :
a. sterilkan kamar operasi dan alat intrumen operasi
R : mencegah infeksi
b. cuci tangan steril
R : mencegah Infeksi
c. Tutup luka dengan kassa dan plester
R : agar luka tidak terkonminasi dengan udara
d. disinfeksi area operasi
R : mencegah infeksi
3. Nyeri akut b.d agent cidera fisik
Tujuan : setalah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
- Mampu mengenali nyeri

Intervensi

a. lakukan pengkajian nyeri


R : untuk mengetahui seberapa berat nyeri
b. ajarkan relaksasi nafas dalam
R : untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
c. kolaborasi analagetik
R : untuk mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Ja
karta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Al
ih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Maria, A. 2015. Laporan Pendahuluan katarak.


https://www.academia.edu/5013862/Laporan_Pendahuluan_Katarak, diakses tanggal
25 Oktober 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK

Disusunoleh

Aldika Agustino

114002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEMARANG
2017

Anda mungkin juga menyukai