Anda di halaman 1dari 40

EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB II
KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN

2.1. Pengelolaan Lingkungan dan Otonomi Daerah

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, sektor

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup perlu memperhatikan penjabaran

lebih lanjut mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional,

yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya

alam yang dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan

memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup,

pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya

masyarakat lokal sertapenataan ruang.

Hasil KTT Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable

Development - WSSD) di Johannesburg Tahun 2002, Indonesia aktif dalam

membahas dan berupaya mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup,

maka diputuskan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk

kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang dengan bersendikan

pada pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang

berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu

sama lain. Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan

yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan

kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung

makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan

ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 6


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang

dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua

unsur :

pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi


golongan masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu
mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.
kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi
sosial harus memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Hal ini mengingat visi pembangunan berkelanjutan bertolak dari

Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; tercapainya

kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa yang cerdas; dan dapat

berperannya bangsa Indonesia dalam melaksankan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan

demikian, visi pembangunan yang kita anut adalah pembangunan yang dapat

memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa

mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi

mendatang. Oleh karena itu fungsi lingkungan hidup perlu terlestarikan.

Kebijakan pembangunan Nasional menerapkan prinsip pembangunan

berkelanjutan yang memadukan ketiga pilar pembangunan yaitu bidang

ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dalam penerapan prinsip

Pembangunan Berkelanjutan tersebut pada Pembangunan Nasional

memerlukan kesepakatan semua pihak untuk memadukan tiga pilar

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 7


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

pembangunan secara proposional. Sejalan dengan itu telah diupayakan

penyusunan Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan

Berkelanjutan melalui serangkaian pertemuan yang diikuti oleh berbagai

pihak. Konsep pembangunan berkelanjutan timbul dan berkembang karena

timbulnya kesadaran bahwa pembangunan ekonomi dan sosial tidak dapat

dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan

kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah

menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan program

serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan

lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,sumberdaya

manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan

perundangan,informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi)

dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa

konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya

tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan

bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah.

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan

hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah

pusat kepada daerah:

Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan


hidup.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 8


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.


Membangun hubungan interdependensi antar daerah.
Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun

2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik

tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan

hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut

sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu

mencakup :

1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber


Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan

informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas

sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan

evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai

melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data

spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh

masyarakat luas di setiap daerah.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan


Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan

pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 9


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk

mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan

berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-

kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya

alam yang tidak terkendali dan eksploitatif

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran


Lingkungan Hidup.

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan

hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran

lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat

pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan

industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya

kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya

kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku

mutu lingkungan yang ditetapkan.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum,


Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan,

menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta

menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam

dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan.

Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber

daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 10


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya

penegakan hukum secara adil dan konsisten.

5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber


Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan

dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan

sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran

program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan,

perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Sisi lemah dalam pelaksanaan peraturan perundangan lingkungan

hidup yang menonjol adalah penegakan hukum, oleh sebab itu dalam bagian

ini akan dikemukakan hal yang terkait dengan penegakan hukum lingkungan.

Dengan pesatnya pembangunan nasional ang dilaksanakan yang tujuannya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ada beberapa sisi lemah, yang

menonjol antara lain adalah tidak diimbangi ketaatan aturan oleh pelaku

pembangunan atau sering mengabaikan landasan aturan yang mestinya

sebagai pegangan untuk dipedomani dalam melaksanakan dan mengelola

usaha dan atau kegiatannya, khususnya menyangkut bidang sosial dan

lingkungan hidup, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan.

Oleh karena itu, sesuai dengan rencana Tindak Pembangunan

Berkelanjutan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 11


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

dilakukan meningkatkan kualitas lingkungan melalui upaya pengembangan

sistem hukum, instrumen hukum, penaatan dan penegakan hukum termasuk

instrumen alternatif, serta upaya rehabilitasi lingkungan. Kebijakan daerah

dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan

kebijakan dan penegakan hukum yang merupakan salah satu permasalahan

lingkungan hidup di daerah dapat meliputi :

Regulasi Perda tentang Lingkungan.


Penguatan Kelembagaan Lingkungan Hidup.
Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam proses
perijinan
Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan
pengetahuan lingkungan hidup.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait
dan stakeholders
Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan.
Memformulasikan bentuk dan macam sanksi pelanggaran lingkungan
hidup. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia.
Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan

pengendalian lingkungan hidup, sedangkan yang dimaksud lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Kondisi

lingkungan hidup dari waktu ke waktu ada kecenderungan terjadi penurunan

kualitasnya, penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat pengambilan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 12


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan

adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Dengan terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan ternyata juga menimbulkan konflik

sosial maupun konflik lingkungan.

Dengan berbagai permasalahan tersebut diperlukan perangkat hukum

perlindungan terhadap lingkungan hidup, secara umum telah diatur dengan

Undang-undang No.4 Tahun 1982. Namun berdasarkan pengalaman dalam

pelaksanaan berbagai ketentuan tentang penegakan hukum sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang Lingkungan Hidup, maka dalam Undang-

Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup diadakan berbagai perubahan untuk

memudahkan penerapan ketentuan yang berkaitan dengan penegakan

hukum lingkungan yaitu Undang-undang No 4 Tahun 1982 diganti dengan

Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

dan kemudian diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaanya.Undang-

undang ini merupakan salah satu alat yang kuat dalam melindungi lingkungan

hidup.

Dalam penerapannya ditunjang dengan peraturan perundang-

undangan sektoral. Hal ini mengingat Pengelolaan Lingkungan hidup

memerlukan koordinasi dan keterpaduan secara sektoral dilakukan oleh

departemen dan lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan bidang

tugas dan tanggungjawab masing-masing, seperti Undang-undang No. 22 Th

2001 tentang Gas dan Bumi, UU No. 41 Th 1999 tentang kehutanan, UU No.

24 Th 1992 tentang Penataan Ruang dan diikuti pengaturan lebih lanjut

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 13


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri,

Peraturan Daerah maupun Keputusan Gubernur.

Mengingat kompleksnya pengelolaan lingkungan hidup dan

permasalahan yang bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalam

pelaksanaan pembangunan diperlukan perencanaan dan pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip pembangunan

berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup

yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan saling

memperkuat satu sama lain. Di dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai

fihak, serta ketegasan dalam penaatan hukum lingkungan. Diharapkan

dengan adanya partisipasi barbagai pihak dan pengawasan serta penaatan

hukum yang betul-betul dapat ditegakkan, dapat dijadikan acuan bersama

untuk mengelola lingkungan hidup dengan cara yang bijaksana sehingga

tujuan pembangunan berkelanjutan betul-betul dapat diimplementasikan di

lapangan dan tidak berhenti pada slogan semata. Namun demikian fakta di

lapangan seringkali bertentangan dengan apa yang diharapkan. Hal ini

terbukti dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup dari waktu ke waktu,

ditunjukkan beberapa fakta di lapangan yang dapat diamati. Hal-hal yang

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah dalam era otonomi

daerah antara lain sebagai berikut:

Ego sektoral dan daerah. Otonomi daerah yang diharapkan dapat


melimbahkan sebagian kewenangan mengelola lingkungan hidup di
daerah belum mampu dilaksanakan dengan baik. Ego kedaerahan
masih sering nampak dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan,
hidup, demikian juga ego sektor. Pengelolaan lingkungan hidup sering
dilaksanakan overlaping antar sektor yang satu dengan sektor yang
lain Tumpang tindih perencanaan antar sektor. Kenyataan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 14


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

menunjukkan bahwa dalam perencanaan program (termasuk


pengelolaan lingkungan hidup) terjadi tumpang tindih antara satu
sektor dan sektor lain
Pandanaan yang masih sangat kurang untuk bidang lingkungan hidup.
Program dan kegiatan mesti didukung dengan dana yang memadai
apabila mengharapkan keberhasilan dengan baik. Walaupun semua
orang mengakui bahwa lingkungan hidup merupakan bidang yang
penting dan sangat diperlukan, namun pada kenyataannya PAD masih
terlalu rendah yang dialokasikan untuk program pengelolaan
lingkungan hidup, diperparah lagi tidak adanya dana dari APBN yang
dialokasikan langsung ke daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup.
Keterbatasan sumberdaya manusia. Harus diakui bahwa didalam
pengelolaan lingkungan hidup selain dana yang memadai juga harus
didukung oleh sumberdaya yang mumpuni. Sumberdaya manusia
seringkali masih belum mendukung. Personil yang seharusnya
bertugas melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup (termasuk
aparat pemda) banyak yang belum memahami secara baik tentang arti
pentingnya lingkungan hidup.
Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu mengedepankan profit dari
sisi ekonomi. Sumberdaya alam seharusnya digunakan untuk
pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Walaupun
kenyataannya tidak demikian; eksploitasi bahan tambang, logging
hanya menguntungkan sebagian masyarakat, aspek lingkungan hidup
yang seharusnya, kenyataannya banyak diabaikan. Fakta
menunjukkan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara ekonomi dan
lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup masih belum
mendapatkan porsi yang semestinya.
Lemahnya implementasi paraturan perundangan. Peraturan
perundangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, cukup banyak,
tetapi dalam implementasinya masih lemah. Ada beberapa pihak yang
justru tidak melaksanakan peraturan perundangan dengan baik,
bahkan mencari kelemahan dari peraturan perundangan tersebut untuk
dimanfaatkan guna mencapai tujuannya.
Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya dalam
pengawasan. Berkaitan dengan implementasi peraturan perundangan
adalah sisi pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan. Banyak
pelanggaran yang dilakukan (pencemaran lingkungan, perusakan
lingkungan), namun sangat lemah didalam pemberian sanksi hukum.
Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup. Pemahaman dan
kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup sebagian masyarakat
masih lemah dan hal ini, perlu ditingkatkan. Tidak hanya masyarakat
golongan bawah, tetapi dapat juga masyarakat golongan menegah ke
atas, bahkan yang berpendidikan tinggi pun masih kurang
kesadarannya tentang lingkungan hidup.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 15


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Penerapan


teknologi tidak ramah lingkungan dapat terjadi untuk mengharapkan
hasil yang instant, cepat dapat dinikmati. Mungkin dari sisi ekonomi
menguntungkan tetapi mengabaikan dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Penggunaan pupuk, pestisida, yang tidak tepat dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.

Sebetulnya di tiap-tiap daerah terdapat kearifan lokal yang sering

sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan secara turun-temurun.

Tentu saja masih banyak masalah-masalah lingkungan hidup yang terjadi di

daerah-daerah otonom yang hampir tidak mungkin untuk diidentifakasi satu

per satu, yang kesemuanya ini timbul akibat pembangunan di daerah yang

pada intinya ingin mensejahterakan masyarakat, dengan segala dampak yang

ditimbulkan. Dengan fakta di atas maka akan timbul pertanyaan, apakah

sebetulnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan masih

diperhatikan dalam pembangunan kita. Apakah kondisi lingkungan kita dari

waktu ke waktu bertambah baik, atau bertambah jelek? Hal ini sangat

diperkuat dengan fakta seringnya terjadi bencana alam baik tsunami,

gempabumi, banjir, kekeringan, tanah longsor, semburan lumpur dan bencana

alam lain yang menyebabkan lingkungan kita menjadi turun kualitasnya. Tentu

saja tidak ada yang mengharapkan itu semua terjadi. Sebagian bencana alam

juga disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.

Begitu banyaknya masalah yang terkait dengnan lingkungan hidup

yang berkaitan dengan pembangunan. Masalah tersebut dapat timbul akibat

proses pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup.

Di era otonomi ini tampak bahwa ada kecenderungan permasalahan

lingkungan hidup semakin bertambah kompleks, yang seharusnya tidak

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 16


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

demikian halnya. Ada sementara dugaan bahwa kemerosotan lingkungan

hidup tekait dengan pelaksanaan otonomi daerah, di mana daerah ingin

meningkatkan PAD dengan melakukan eksploitasi sumberdaya alam yang

kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup dengan semestinya.

Dengan cara seperti ini maka terjadi kemerosotan kualitas lingkungan di

mana-mana, yang diikuti dengan timbulnya bencana alam. Terdapat banyak

hal yang menyebabkan aspek lingkungan hidup menjadi kurang diperhatikan

dalam proses pembangunan, yang bervariasi dari daerah satu dengan daerah

yang lain, dari hal-hal yang bersifat lokal seperti ketersediaan SDM sampai

kepada hal-hal yang berskala lebih luas seperti penerapan teknologi yang

tidak ramah lingkungan.

Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan

lingkungan hidup sudah cukup memadai, namun demikian didalam

pelaksanaanya, termasuk dalam pengawasan, pelaksanaannya perlu

mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Hal ini sangat terkait dengan

niat baik pemerintah termasuk pemerintah daerah, masyarakat dan pihak-

pihak yang berkepentingan untuk mengelola lingkungan hidup dengan sebaik-

baiknya agar prinsip pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan

dapat terselenggara dengan baik. Oleh karena pembangunan pada dasarnya

untuk kesejahteraan masyarakat, maka aspirasi dari masyarakat perlu

didengar dan program-program kegiatan pembangunan betul-betul yang

menyentuh kepentingan masyarakat.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 17


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

2.2. Pengelolaan Lingkungan dan Penegakan Hukum

Penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan perlindungan

lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengelolaan

pencemaran logam berat. Walaupun berbagai kebijakan telah diciptakan

dalam rangka mendapatkan lingkungan berkualitas, jika penegakan hukum

tidak berjalan sebagaimana mestinya sasaran yang dicapai akan sia-sia.

Selama ini dikenal dua versi definisi pencemaran, pertama adalah mengubah

menjadi kotor atau tidak murni baik secara seremonial maupun secara moral,

sedangkan definisi kedua, adalah secara fisik membuat jadi tidak murni,

busuk dan kotor (Haslam, 1990). Namun berdasarkan hasil survey dari

beberapa definisi pencemaran, Hellawell (1986) menyimpulkan bahwa

pencemaran adalah sebagai sesuatu (zat atau benda) yang berada dalam

tempat yang salah, pada waktu yang salah, dan jumlah yang salah.

Pencemaran lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan

manusia, karena itu selama dua abad terakhir ini telah terjadi momentum

peningkatan kerusakan lingkungan secara keseluruhan di permukaan bumi ini

sebagai hasil dari kegiatan manusia. Hal ini diperparah lagi oleh kondisi

jumlah populasi manusia dari masa ke masa selalu bertambah dengan pesat,

sedangkan hasil teknologi pengolahan limbah tidak menentu sehingga terjadi

korelasi positif antara kecepatan peningkatan populasi manusia dengan

kenaikan kuantitas limbah di bumi ini.

Pencemaran lingkungan terbagi berdasarkan; 1) intesitasnya, dengan

mengabaikan besarnya efek pencemaran, 2) persistensi, terutama bila

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 18


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

pemurnian hanya dilakukan di bagian hilir saja, dan 3) keberlanjutan atau

tidak sporadik dan kronis.

Pemisahan yang lebih sederhana atas jenis pencemaran lingkungan

dapat dilakukan berdasarkan sumber pencemar itu sendiri, yaitu: alami,

domestik, dan industri. Apabila kita mengacu pada definisi yang menyatakan

pencemaran sebagai suatu (zat atau benda) yang berada pada tempat,

waktu dan jumlah yang salah, maka istilah pencemaran alami itu sebetulnya

tidak ada. Namun demikian, seringkali kita menemukan suatu habitat yang

tidak nyaman atau tidak tepat bagi kelangsungan hidup berbagai organisme

yang sama sekali bukan disebabkan oleh ulah manusia. Dalam hal ini di

mana alam tidak selamanya dapat berfungsi untuk menunjang suatu

kehidupan, seperti misalnya keberadaan gas radon secara almiah yang

berasal dari pecahan uranium dalam lapisan bumi telah merembes melalui

tanah masuk ke dalam sumber mata air. Berkurangnya oksigen dalam air

karena melimpahnya jatuhan daun secara alamiah juga dapat menyebabkan

terganggunya kehidupan organisme air.

Limbah domestik adalah limbah sebagai hasil buangan berasal dari

rumah tangga yang secara langsung dibuang ke lingkungan sekitarnya.

Seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi telah memengaruhi jenis

limbah domestik menjadi lebih sulit untuk dihancurkan. Salah satu contoh

adalah penggunaan sarana pembungkus yang terbuat dari bahan plastik yang

sukar terurai telah menggantikan posisi bahan alami (daun dan kulit batang

tanaman) yang jauh lebih mudah terurai secara alami.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 19


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Proses kimia, fisika, dan biologi selama ini telah memegang peranan

penting dalam mekanisme penguraian limbah domestik sepanjang kuantitas

dan intensitas pembuangan limbah masih dalam batas yang normal. Namun

sayangnya peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan

kuantitas dan intensitas pembuangan limbah domestik sehingga membuat

proses penguraian limbah secara alami menjadi tidak seimbang. Bila hal ini

terjadi secara terus menerus, Soemarwoto (1991) memperkirakan akan

terjadi: peningkatan kadar BOD, COD, N dan K di sungai-sungai; banyak

sumur dan sumber air penduduk lainnya mengandung bakteri koli yang

menunjukkan telah terjadinya pencemaran oleh tinja dan pada akhirnya dapat

memacu pertumbuhan gulma air.

Limbah yang dihasilkan dari pencemaran industri pada umumnya

bersifat limbah anorganik yang memiliki keragaman yang luas dengan

kemiripin yang kecil. Limbah industri dapat berbentuk gas, cair maupun padat

sebagai hasil sampingan dari kegiatan: pabrik, petanian, peternakan,

kehutanan dan lain-lain. Seringkali limbah industri yang bercampur dengan

limbah domestik yang dibuang ke dalam suatu sistem perairan justru lebih

meningkatkan dampak kerusakan yang lebih total pada sumber daya perairan

tersebut. Peningkatan pemakaian obat-obat pertanian (pestisida dan pupuk)

secara signifikan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap

pencemaran lingkungan.

Beberapa jenis limbah sebagai hasil kegiatan manusia yang

mencemari bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang di

Propinsi Lampung telah teridentifikasi oleh Rivai dkk. (1991a) dalam bentuk

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 20


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

akumulasi limbah bahan anorganik. Lebih lanjut Rivai (2000f) juga

melaporkan bahwa pencemaran wilayah pesisir yang paling berat di Propinsi

Lampung terdapat di pantai Timur, dimana jenis Sumber-Sumber Pencemar

limbah terdiri dari: cairan organik, limbah hasil pertanian, plastik dan kaleng,

pupuk, pestisida, limbah alami dan domestik. Toksikologi Lingkungan

Toksikologi lingkungan pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari tentang

perilaku zat kimia serta perkiraan dampak yang ditimbulkan baik terhadap

organisme hidup maupun lingkungannya.Termasuk di dalamnya menguraikan

serta memperkirakan perubahan lingkungan yang akan terjadi atas masuknya

senyawa pencemar sebagai hasil kegiatan manusia ke dalam lingkungan

(Levin dkk. 1989). Dengan segala bentuk tekanan terhadap masalah-masalah

lingkungan maka ilmu toksikologi lingkungan diharapkan dapat melakukan

pendekatan terhadap berbagai masalah lingkungan secara lebih rinci dan

tepat. Berdasarkan konsep serta metodologi dari toksikologi lingkungan,

pengamatan suatu kasus keracunan tidak dilakukan hanya sesaat saja,

melainkan sedapat mungkin harus dipelajari sejak mulai dari awal, misalnya;

dari masa kecil, pertumbuhan, dewasa dan tua.

Selain itu akan lebih sempurna apabila hasil penelitian toksikologi

lingkungan melibatkan faktor-faktor sosial yang terkait antara: periaku,

pendidikan, ekonomi bahkan mungkin politik. Ruang lingkup ilmu toksikologi

meliputi penelitian toksisitas senyawa kimia yang digunakan untuk bidang:

kedokteran, industri makanan, pertanian/peternakan, industri kimia,

pertambangan dan lain-lain.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 21


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Pada prinsipnya ilmu toksikologi merupakan perwujudan dugaan

terjadinya suatu perubahan yang disebabkan oleh masuknya senyawa racun

ke dalam lingkungan. Seiring dengan proses alami, dalam ekosistem sendiri

telah terjadi perubahan secara konstan dimana hal ini dapat merupakan

tantangan untuk membedakan dampak antropogenik dengan dampak dari

fluktuasi alamiah. Menurut Kelly dan Harwell (1989), dalam penelitian ilmu

toksikologi lingkungan terdapat langkah-langkah penting yang tidak dapat

diabaikan untuk dipahami, antara lain:

(1) Proses pergerakan dari senyawa pencemar dalam


lingkungan, misalnya: bagaimana perilaku, kuantitas,
konsentrasi dan distribusi dari senyawa tersebut
dalam ekosistem.
(2) Frekwensi dan lamanya senyawa pencemar berada
pada suatu ekosistem.
(3) Spesifikasi sifat kimianya.
(4) Kemampuan untuk bertahan dalam kondisi ekosistem
yang baru ditempati.
(5) Memiliki tanggapan balik antara efek biologi dengan
proses lingkungan yang dapat menyebabkan
terjadinya suatu perubahan.
(6) Interaksi dengan senyawa kimia antropogenik lain
atau tekanan terhadap ekosistem.
(7) Pembagian senyawa kimia ke dalam komponen
ekositem.
(8) Perpindahan atau pergerakan senyawa kimia kembali
dalam bentuk aslinya.
(9) Hilangnya senyawa kimia dari ekosistem melalui
pembagian secara bolak balik.

Tujuan utama dari upaya pengelolaan lingkungan pada intinya adalah

untuk memperoleh kepastian lingkungan yang sehat bagi kehidupan

manusia. Toksikologi lingkungan dapat digunakan untuk memantau terjadinya

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 22


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

kontaminasi senyawa beracun dalam lingkungan dengan menggunakan

manusia sebagai bio-indikator. Rivai (1995, 1999c, dan 2001a) melaporkan

bahwa kuku dan rambut merupakan bioindikator yang terbaik dibandingkan

dengan organ tubuh yang lain untuk digunakan dalam pemantauan

kontaminasi logam berat terhadap manusia.

Beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain: 1) Mudah diperoleh

karena tidak diperlukan tindakan operasi maupun otopsi untuk

mendapatkannya; 2) Dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum

dianalisis tanpa mengalami kerusakan atau perubahan struktur. 3) Mudah

untuk dibawa, dikirim, dan dipindahkan karena penyimpannya tidak

memerlukan tempat yang khusus seperti misalnya lemari pendingin. dan 3)

Relatif ringan dan lentur sehingga mudah untuk menyesuaikan dengan

penggunaan peralatan analisis di laboratorium.

Selama ini dalam pengelolaan lingkungan hidup pandangan kita

bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahannya hanya dari sudut

kepentingan manusia saja. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya

karena ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Oleh

karena itu, pengelolaan lingkungan harus bersifat holistik, yaitu memandang

keseluruhannya sebagai suatu kesatuan (Soemarwoto, 1983) . Peranan

manusia dalam masalah lingkungan lebih diperjelas lagi oleh Nissihira dkk.

(1997) yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan masalah lingkungan

adalah setiap kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari hasil

kegiatan manusia.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 23


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Akhir-akhir ini topik utama yang selalu hangat untuk didiskusikan

adalah mengenai isu perubahan lingkungan global seperti misalnya:

penipisan lapisan ozon, penumpukan unsur CO2 di atmosfir, hujan asam,

perubahan iklim global, pencemaran lingkungan dan proses penggundulan

hutan dan lain-lain. Pencemaran logam berat turut memberikan kontribusi

yang nyata terhadap isu perubahan lingkungan global khususnya dalam hal

masuknya senyawa beracun ke dalam lingkungan sebagai akibat kegiatan

industri, pertanian, perternakan, kehutanan dan lain-lain. Selama ini dengan

pertimbangan bahwa masalah yang terjadi dalam isu lingkungan global

semata-mata mekanismenya hanya dapat jelas terungkap melalui ilmu

pengetahuan alam saja, maka manusia melakukan pendekatan secara

ekslusif tehadap isu perubahan lingkungan global hanya melalui ilmu

pengetahuan alam. Berbagai Aspek Dimensi ManusiaMenurut Suzuki (1999)

hingga saat kita belum mendapatkan jalan keluar yang efektif untuk

memecahkan masalah perubahan lingkungan global, karena dalam banyak

kasus ternyata manusia merupakan penyebab utama dari terjadinya masalah-

masalah lingkungan di berbagai belahan bumi ini. Dalam pengelolaan

manusia hendaknya sudah tercakup di dalamnya beberapa dimensi, seperti :

pendidikan, pendidikan lingkungan, pengetahuan, persepsi, kepedulian dan

perilaku dari manusia itu sendiri terhadap masalah-masalah lingkungan

(Nishihira dkk. 1997).

Adanya keragaman dimensi manusia merupakan langkah penting yang

telah membawa kita kepada kondisi dan bentuk perubahan lingkungan global

yang berbeda berdasarkan setiap dimensinya. Untuk mendapatkan jalan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 24


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

keluar yang baik dalam memecahkan masalah-masalah lingkungan, maka

sudah saatnya baik di negara yang sudah maju maupun negara sedang

berkembang mulai mengembangkan berbagai penelitian mengenai dimensi

manusia terhadap perubahan lingkungan global (Torigoe, 1997).

2.3. Pendekatan Terpadu Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan selama ini secara terus menerus telah dimanfaatkan

manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, termasuk juga di

dalamnya untuk memperluas habitat dan meningkatkan kualitas hidup

manusia. Pada dasarnya dalam menghadapi masalah-masalah lingkungan,

yang perlu dikelola bukanlah hanya aspek lingkungan itu semata-mata,

melainkan justru aspek manusialah yang harus lebih dititikberatkan dalam

pengelolaannya. Oleh karena itu sudah saatnya bagi kita untuk selalu

melibatkan ilmu pengetahuan sosial dalam upaya pengelolaan lingkungan.

Cakupan ilmu pengetahuan sosial disini sudah termasuk di dalamnya ilmu:

hukum, politik, ekonomi, antropologi, pendidikan dan lain-lain.

Betapapun baik dan sempurnanya suatu konsep pengelolaan

lingkungan yang dirancang oleh para ahli tetapi bila tidak melibatkan

pengelolaan manusia itu sendiri sebagai pengguna dan pelaksana maka

sudah dapat dipastikan hasilnya akan menjadi sia-sia.

Sejak beberapa puluh tahun yang lalu hubungan antara lingkungan

dan konflik sosial politik telah menjadi isu khusus yang menarik untuk

dipelajari lebih dalam. Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa

dampak dari konflik telah menciptakan penurunan kualitas lingkungan yang

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 25


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

parah. Beberapa kasus jatuhnya bom pada kegiatan perang merupakan bukti

terkini yang memperlihatkan bagaimana air dan tanah pada lokasi sasaran

dapat menjadi tercemar. Kasus yang sangat menyolok terjadi pada waktu

Perang Teluk dimana penghancuran lingkungan telah digunakan sebagai

alasan demi kesejahteraan manusia (Ornas dan Strom, 1999).

Begitu pula sebaliknya, kelangkaan suatu sumberdaya dapat

menimbulkan terjadinya peperangan, dimana kerusakan lingkungan yang

terjadi akan lebih sulit lagi untuk diperbaiki. Dilema ini dapat dikarenakan

berkurangnya pasokan suatu sumberdaya alam baik karena kerusakan

lingkungan maupun peningkatan kebutuhan sumberdaya alam seiring dengan

meningkatnya populasi manusia. Meskipun demikian hingga saat ini kita

masih belum dapat menandai kapan suatu lingkungan dikatakan aman dari

kelangkaan suatu sumberdaya hingga penjelasannya baru dapat diketahui

manakala terjadinya konflik yaitu dalam bentuk serangan.

Pencemaran logam berat merupakan salah satu faktor penyebab

timbulnya isu perubahan lingkungan global terutama dalam hal pencemaran

lingkungan oleh senyawa logam berat beracun. Melalui ilmu pengetahuan

alam berbagai upaya untuk meminimalkan dampak dapat dilakukan dimulai

dari langkah-langkah mengidentifikasi, mengencerkan, mengganti sampai

pada menghilangkan keberadaan senyawa tersebut baik di alam maupun

dalam tubuh organisme hidup melalui proses analisis kimia, fisika dan

biologi. Namun demikian pendekatan masalah pencemaran logam berat

melalui ilmu pengetahuan alam saja ternyata tidak dapat menyelesaikan

masalah lingkungan hingga tuntas tanpa melibatkan ilmu pengetahuan sosial.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 26


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Beberapa negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Kanada dan lain-

lain dapat dijadikan contoh dalam kasus terjadinya pencemaran logam berat,

namun secara bersamaan negara-negara tersebut juga dapat dijadikan

contoh dalam hal pendekatan terpadu terhadap masalah tersebut. Dalam hal

pengelolaan lingkungan secara terus menerus mereka telah meningkatkan

keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti misalnya:

teknik sampling dan analisis senyawa racun, reklamasi tanah, dan

pengolahan limbah cair/padat. Sejalan dengan tindakan tersebut, dalam

waktu bersamaan mereka juga meningkatkan ilmu pengetahuan bidang sosial

dalam rangka menumbuhkan persepsi, pengetahuan, kepedulian dan perilaku

manusia yang tepat dalam hal menyikapi masalah-masalah pencemaran

logam berat.

Beberapa contoh kongkrit di lapangan atas perilaku manusia di negara

maju dalam menyikapi pencemaran logam berat antara lain: 1) Tidak

membuang secara langsung ke dalam lingkungan limbah padat yang

mengandung logam. 2) Limbah senyawa kimia yang berasal dari rumah sakit

dan laboratorium penelitian tidak dibuang langsung ke dalam saluran air,

melainkan dikumpulkan serta dikirimkan kepada tempat tertentu yang telah

ditetapkan. 3) Menghindari penggunaan mainan dan peralatan bayi yang

terbuat dari logam. 4) Tidak menggunakan limbah barang-barang cetakan

sebagai pembungkus makanan. 5) Menghindari pemakaian kosmetik yang

mengandung logam beracun, seperti misalnya logam merkuri yang biasanya

digunakan sebagai bahan dasar pemutih kulit. Contoh di atas merupakan

contoh sederhana berupa pengetahuan umum yang telah sangat disadari

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 27


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

oleh masyarakat dari lapisan tingkat bawah hingga atas. Sudah barang tentu

pengetahuan tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja oleh masyarakat

melainkan melalui proses pendidikan, penegakan hukum, dan penyampaian

informasi secara terus menerus.

Pendidikan lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting

dalam mempersiapkan manusia untuk memecahkan masalah lingkungan

sebagaimana telah diputuskan secara internasional pada Konferensi Bumi di

Brazil dan tertuang dalam Agenda 21 pada Bab 36. Hanya melalui pendidikan

lingkungan orang dapat mengembangkan segi pemikiran dalam mendukung

langkah yang tepat untuk skala lokal dan global. Kepedulian bukan

merupakan tujuan akhir dari pendidikan lingkungan namun harus juga diikuti

oleh langkah nyata.

Selain dari itu, pendidikan sendiri merupakan jalur positif untuk menuju

perubahan pada periode modern. Manusia perlu melanjutkan pendidikan,

khususnya dalam bidang lingkungan karena terjadinya perkembangan yang

sangat cepat terhadap perubahan maupun pemahaman mengenai

lingkungan. Beberapa hasil penelitian terdahulu (Kawashima 1999, Suzuki

dkk. 1999, Soerjani 1998 dan Sudarmadi dkk. 2001), melaporkan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu masyarakat maka semakin tinggi

pula persepsi dan kepedulian masyarakat tersebut sehingga menimbulkan

sikap serta perilaku yang lebih baik dalam menghadapi masalah lingkungan.

Oleh karena itu, pendidikan lingkungan harus disampaikan secara intensif

dan komperhensif melalui semua jenjang pendidikan baik formal maupun

nonformal.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 28


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Peningkatan ilmu pengetahuan manusia tentang lingkungan hidup bila

tanpa disertai upaya penyebarluasan informasi ilmu pengetahuan itu sendiri

sudah barang tentu akan menjadi hambatan ke arah terciptanya lingkungan

yang berkualitas. Khususnya dalam hal pengelolaan pencemaran logam berat

dimana setiap saat dapat saja terjadi suatu perubahan atau pergeseran.

Sementara itu pada saat yang sama teknologi informasi diharapkan dapat

meratakan jalan dalam hal penyebaran informasi yang lebih baik bagi

masyarakat serta pemerintah yang lebih responsif. Media massa disini sudah

termasuk: media cetak, radio, televisi dan internet.

Media cetak khususnya surat kabar selama ini telah berperan penting

dalam hal penyebaran informasi masalah lingkungan. Hal tersebut telah

dibuktikan dalam beberapa penelitian, salah satu diantaranya Fang (1997),

melaporkan bahwa 64 % dari penduduk kota Beijing dan Shanghai di China

mendapatkan informasi mengenai masalah lingkungan yang berasal dari

surat kabar. Begitu pula Rivai (2001b), menunjukan bahwa surat kabar bagi

penduduk kota Bandarlampung merupakan media yang paling efektif sebagai

sumber informasi masalah pencemaran logam berat dibandingkan dengan

radio dan televisi. Hal ini mungkin dikarenakan surat kabar merupakan media

yang relatif murah serta mudah diperoleh sehingga cenderung memiliki

tingkat efektifitas penyebaran informasi yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan media lainnya seperti misalnya radio, televisi dan internet.

Penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan perlindungan

lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengelolaan

pencemaran logam berat. Walaupun berbagai kebijaksanaan telah

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 29


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

diciptakankan dalam rangka untuk mendapatkan lingkungan yang berkualitas,

namun bila penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya maka

sasaran yang akan dicapai akan menjadi sia-sia.

Menurut Hiraoka (1997), ada beberapa hal yang memengaruhi

keberhasilan pelaksanaan pendekatan terpadu pengelolaan pencemaran

logam berat: 1) Peningkatan keahlian profesional di bidangnya secara terus

menerus seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara global. 2)

Pengembangan kebijaksanaan lingkungan yang mudah dipahami oleh

manusia sehingga dapat dilaksanakan secara efektif. 3) Berfungsinya

peneggakan hukum dalam melaksanakan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan. 4) Tersedianya penyampaian teknik informasi yang tepat.

2.4. Sampah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga

pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu

ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat

dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang

semakin beragam.

Paradigma pengelolaan sampah beberapa waktu yang lalu belum

sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan

lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 30


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

masyarakat dan lingkungan; Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Ternate, A

Malik Ibrahim berpendapat, dengan adanya UUPS (Undang-Undang

Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008), maka kepastian hukum mengenai

pengelolaan sampah, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan

pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha

terhadap pengelolaan sampah diharapkan dapat berjalan secara

proporsional, efektif dan efisien. Pengelolaan sampah bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sampah padat yang dikelola

dengan baik seharusnya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,

misalkan saja sampah-sampah organik yang ada dijadikan sebagai pupuk

kompos, sampah-sampah plastik didaur ulang sehingga sampah bukanlah

sesuatu yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan bahkan dicari atau

ditunggu-tunggu semua orang. Terus berputarnya siklus daur ulang alam

yang merupakan kunci keselamatan bumi, sebenarnya menjadi tanggung

jawab manusia di lingkungannya masing-masing.

Undang-Undang Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008 telah

menegaskan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga

dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani

sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan, sedangkan tata cara

pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

sejenis sampah rumah tangga diatur dengan peraturan daerah. Penegasan

dalam UUPS, juga dibebankan sebagai kewajiban kepada Pengelola

Kawasan (permukiman;komersial; industri; khusus; fasilitas umum; fasilitas

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 31


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

sosial; dan fasilitas lainnya) untuk membangun atau menyediakan fasilitas

pemilahan sampah paling lama 1 tahun setelah diundangkan UUPS.

Penanggulangan masalah pengelolaan sampah harus dirumuskan

secara sistematis dan bertahap sesuai kebutuhan sehingga dalam

implementasinya masih tetap diperlukan masukan-inisiatif dari pelaku

pembangunan. Diperlukan kesadaran dan pemahaman dari pemangku

kepentingan, pemerintah dan masyarakat dan dukungan sektoral yang

memadai untuk mewujudkan hal tersebut. Wahab Ibrahim (2008) menuturkan,

proses daur ulang sampah adalah penjaga kelestarian alam. Sebenarnya

sampah bukanlah limbah, melainkan sumber daya bahan baku untuk proses

daur ulang yang menghasilkan humus atau kompos, pupuk, pelindung

pembangun kesuburan tanah.

Daur ulang adalah penggunaan kembali material atau barang yang

sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain. Bayangkan saja Satu Juta

Tahun dibutuhkan oleh sebuah gelas yang dibuang untuk terdegradasi

(hancur) secara alamiah. Selain berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah

yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), daur ulang

bermanfaat memenuhi kebutuhan akan bahan baku suatu produk. Dan dari

segi penggunaan bahan bakar adanya daur ulang dapat menghemat energi

yang harus dikeluarkan suatu pabrik ungkapnya.

Sebagai contoh, dalam pelayanan persampahan di Kota Ternate,

terbagi dalam 10 blok daerah pelayanan dan 1 blok cadangan. Selain itu,

terdapat 5 blok penunjang yang terdiri dari 2 penunjang blok Utara, 2

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 32


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

penunjang blok Selatan dan 1 penunjang blok Barat serta beberapa kontainer

yang penempatannya pada lokasi-lokasi strategis seperti, pasar, terminal

pelabuhan dan lain-lain. Pengumpulan dan pengangkatan limbah padat

pemukiman, perdagangan, komersial, dan industri dilakukan setiap hari agar

kebersihan dan sanitasi kota tetap terjaga. Metode pengumpulan ini terdiri

atas pengumpulan langsung dan tidak langsung, Metode langsung diterapkan

dalam pengumpulan limbah perumahan atau pertokoan. Truk angkutan

mengangkut limbah dari rumah ke rumah. Sistem ini cukup memakan tenaga

dan waktu, maka retribusi dengan metode ini pun lebih mahal daripada

metode yang lain. Metode tidak langsung, yang diterapkan untuk permukiman

atau gedung bertingkat di mana sampah diangkut ke sebut saja TPS untuk

kemudian dibawa ke TPA dengan kontainer besar atau kompaktor.

Dalam prospek pengembangannya bandingkan proses pengelolaan

sampah di Singapura yang telah mengembangkan sistem pneumatik,

mengangkut limbah lewat jaringan pipa bawah tanah dengan cara disedot

pompa vacum menuju pusat pengumpulan limbah, kemudian limbah disimpan

dan dipadatkan sebelum dibuang. Sistem ini lebih produktif dan higienis

karena tidak ditangani secara manual dan ada transfer limbah. Metode

pneumatik ini banyak dipasang di rumah sakit, pemukiman (real estate) dan

industri makanan, tentu saja sistem ini mahal dalam hal biaya

instalasi,operasional dan pengawasan. Saat ini telah ditanda-tangani

perjanjian kerjasama (MoU) antara Pemerintah Kota Ternate dengan PT.

Gikoko Kogyo Indonesia tentang Mekanisme Pembangunan Bersih,

Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Peningkatan Pengelolaan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 33


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Persampahan dengan Menggabungkan Penangkapan dan Pemusnahan

Landfill Gas dan Pembangkitan Listrik di TPA Sampah Buku Dero-Dero,

Takome Ternate. Namun hingga saat ini, sistem operasional TPA masih Open

Dumping dan masih dilaksanakan langsung oleh Dinas Kebersihan Kota

Ternate, menunggu hingga pelaksanaan pekerjaan pembangunan TPA sistem

operasional Controll Landfill selesai, tambah Muda menjelaskan.

Di pihak lain, sampah Rumah Tangga adalah sampah yang dihasilkan

dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, misalnya membersihkan rumah,

memasak, makan, dan minum dsb. Dilihat dari jenisnya, sampah Rumah

Tangga dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: (1) Sampah basah

(organik) adalah sampah yang berasal dari benda hidup yang mudah

diuraikan oleh bakteri pengurai, misalnya berupa sisa makanan, dedaunan,

bangkai binatang; (2) Sampah kering (non-organik) adalah sampah yang

berasal dari benda mati yang sulit diuraikan bakteri pengurai, misalnya

berupa plastik, kertas kaleng, dan logam.

Didaerah perkotaan, pada umumnya sampah rumah tangga dibuang

keluar rumah karena keterbatasan lahan, melalui proses pengomposan dan

pembuangan ke TPS yang biasa dikelola secara swadaya oleh masyarakat,

selanjutnya diangkut ke TPA oleh petugas kebersihan kota.

Sebaliknya, perlu dilakukan pemilihan sampah, karena pemilihan

sampah bermanfaat untuk:

Mendukung kebersihan lingkungan melalui perubahan kebiasaan

masyarakat dalam memilih sampah rumah tangga.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 34


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Membantu masyarakat yang hendak melakukan pengolahan sampah

menjadi kompos.

Mempermudah proses daur ulang sampah oleh pemulung atau

masyarakat pengolah sampah kertas, kaca, plastik dll.

Membuka peluang kesempatan kerja/berusaha bagi masyarakat yang

hendak mengelola sampah menjadi benda yang bermanfaat dan laku

jual .

Mendukung dan membantu pemerintah dalam mengembangkan

proses 4 R (Recyling, Reduce, Reuse, Replace) .

Pengelolaan sampah mulai dari sumber pembuangan sampah rumah

tangga sampai ke TPS merupakan tanggungjawab bersama warga. Peran ibu

rumah tangga sangat besar untuk menanamkan kebiasaan memilih sampah

dilengkungan keluarganya, yaitu dengan menyediakan 2 tempat sampah

yang berbeda untuk sampah organik dan sampah non-organik. Sampah

organik dimasukkan kedalam kantong plastik pada tempat sampah basah,

sementara sampah kering dimaksukan kedalam kantong plastik pada tempat

sampah kering. Setiap kantong plastik yang telah terisi sampah organik dan

an-organik ditempatkan didepan rumah untuk diangkut oleh petugas

pengangkut sampah dengan gerobak sampah RT/RW .

Sampah yang sudah dipilih akan dikelola sebagai berikut: (1) Untuk

sampah Organik dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Diangkut ke tempat pengomposan untuk diolah menjadi kompos (daur

ulang/recyling) .

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 35


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Kompos yang telah mengering siap dikemas dan diberi label untuk

dipasarkan .

Pemasaran kompos .

Perlu kemitraan dengan pemerintah, swasta masyarakat dan

pengguna lainya .

(2) Untuk sampah Non-organik dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Pemakaian kembali sampah kering (reuse) yaitu menggunakan

kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan, seperti kaleng

menjadi vas bunga

Daur ulang sampah (recyling), seperti kertas, kardus, botol, kalene,

gelas, potongan besi, alumunium, dan lain-lainyang masih bernilai

ekonomi menjadi benda lain yang lebioh bermanfaat

Pengurangan sampah (reduce), pengusaha dapat menerima kembali

pembungkus kemasan maupun barang-barang yang sudah habis pakai

untuk dimanfaatkan kembali

Sampah yang sudah dipilih diangkut ketempat pengomposan (sampah

organik) dan tempat penampungan sampah an-organik untuk diolah menjadi

bahan yang berguna. Pola manajemen sampah organik dan an organik dapat

dijelaskan oleh Gambar 2.1. berikut.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 36


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Gambar 2.1. Model Pengelolaan Sampah Organik dan an Organik

Sampah organik yang dihasilkan oleh sebuah rumah tangga atau 1

kepala keluarga (KK) yang beranggota 5 orang (Bapak, Ibu, 2 anak dan 1

pembantu) setiap hari kurang lebih 2 kg. Kalau sebuah Rukun Tetangga (RT)

terdiri dari 40 KK dan sebuah Rukun Warga (RW) terdiri dari 10 RT, maka

bisa dihitung berapa jumlah sampah organik yang memerlukan pengelolaan

selanjutnya, atau biasa disebut dibuang. Untuk mengubah pola pikir bahwa

sampah adalah tanggung jawab bersama yang menghasilkan, dan mengubah

kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang

tidak mudah dan memerlukan waktu dan kesabaran.

Dari pengalaman dan pembelajaran, Kebun Karinda menawarkan

sebuah model bagi RT/RW yang ingin mandiri dalam pengelolaan sampah

organiknya, namun untuk keberhasilannya diperlukan beberapa

syarat(Nasrun Andika Nurdin, 2009).:

1. Kegiatan ini diorganisir oleh pemimpin masyarakat setempat (Ketua

RT/RW), dibantu sebuah tim pelaksana (Komite Lingkungan).

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 37


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

2. Ada keteladanan dari para pemimpin masyarakat, tokoh masyarakat,

pemuka agama yang menjadi panutan masyarakat setempat.

3. Dibangun komitmen di antara seluruh warga, lingkungan bagaimana

yang ingin dicapai.

4. Ada pendampingan agar kegiatan berkelanjutan, kader/motivator yang

mendampingi harus sudah berpengalaman melakukan pengomposan.

5. Proses pengomposan dipilih yang tidak menimbulkan bau ialah proses

fermentasi.

Sampah organik rumah tangga yang segar dan lunak, sangat mudah

dikomposkan. Pengomposan dapat dilakukan secara individual di setiap

rumah atau secara komunal oleh Komite Lingkungan RT/RW.

2.4.1. Pengomposan Individual

Kebun Karinda menyarankan pengomposan dengan metode Takakura.

Jika dilakukan dengan benar dalam proses tidak ada bau busuk, tidak keluar

air lindi, dan higienis. Tidak memerlukan tempat luas, tetapi tidak boleh kena

hujan atau sinar matahari langsung. Wadahnya bisa keranjang cucian isi 40 L

atau lebih dikenal dengan Keranjang Takakura, ember bekas cat atau kaporit

(isi 25 L), drum bekas yang dipotong menjadi 2 bagian (isi 100 L), keranjang

rotan atau bambu yang isinya lebih dari 25 L untuk mempertahankan suhu

kompos. Pemilihan wadah tergantung bahan yang tersedia, selera dan

banyaknya sampah setiap hari. Sampah organik dipisahkan dari sampah

anorganik (kegiatan ini disebut memilah sampah) kemudian dicacah menjadi

berukuran 2 cm x 2 cm agar mudah dicerna mikroba kompos. Untuk

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 38


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

menyerap air dan menambah unsur karbon, ditambahkan serbuk kayu

gergajian.

Sampah harus dimasukkan wadah kompos setiap hari (sebelum menjadi

busuk) dan diaduk sampai ke dasar wadah supaya tidak becek di bagian

bawah. Pengadukan juga dimaksud untuk memasukkan oksigen yang

diperlukan untuk pernapasan mikroba kompos.

Jika wadah sudah penuh, kompos harus dimatangkan atau distabilkan

dahulu sampai suhunya menjadi seperti suhu tanah, baru bisa dipanen.

Pengomposan dimulai lagi dengan wadah lain, dengan aktivator sebagian

kompos yang masih panas dari wadah pertama. Kompos setengah jadi ini

bisa juga dikirim ke pengomposan komunal untuk diproses bersama-sama.

Sebagian ditinggal dalam wadah untuk dijadikan aktivator. Warga akan

mendapat hasil panen kompos, atau membelinya dengan harga khusus.

2.4.2. Pengomposan Komunal

Memerlukan bangunan tanpa dinding, atapnya bisa dari plastik terpal,

daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang

tersedia. Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Kita bisa

menyebutnya sebagai Rumah Kompos. Untuk wadah pengomposan

sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu,

paving blok, bata dan sebagainya. Agar dapat menyimpan panas, kotak harus

memiliki volume paling sedikit 500 L atau memiliki panjang 75 cm, lebar 75

cm dan tinggi 1 m. Salah satu sisinya harus bisa dibuka, untuk mengeluarkan

adonan kompos jika seminggu sekali dibalik. Banyaknya kotak tergantung

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 39


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

jumlah sampah yang akan dikelola. Hal penting agar tempat pengomposan

bersih dan tidak berbau busuk, sampah yang masuk hanya sampah organik

saja. Warga harus memilah sampahnya di rumah masing-masing (mematuhi

UU Pengelolaan Sampah). Di depan rumah tidak perlu ada bak sampah,

tetapi disediakan dua wadah sampah untuk sampah organik dan anorganik.

Petugas pengangkut sampah mengambilnya dengan gerobak sampah yang

diberi sekat. Sampah organiknya diturunkan di Rumah Kompos. Selanjutnya

oleh sampah organik dicacah secara manual atau dengan mesin pencacah.

Jika menggunakan mesin pencacah, agar sampah tidak mengeluarkan air

dan untuk menambahkan unsur karbon, dicampurkan terlebih dahulu serbuk

kayu gergajian. Jika pencacahan secara manual, serbuk kayu dicampurkan

sebelum masuk wadah pengomposan. Aktivator yang digunakan adalah

kompos yang belum selesai berproses sehingga mikrobanya masih aktif.

Adonan kompos dari sampah organik rumah tangga jika diaduk setiap

hari, akan matang dalam waktu kurang lebih 10-14 hari, namun harus

distabilkan dahulu sampai suhu menjadi seperti suhu tanah, kira-kira makan

waktu 2 minggu. Jika akan dikemas sebaiknya diayak terlebih dahulu untuk

memisahkan bagian yang kasar. Jika tanah yang tersedia cukup luas dan

sampahnya cukup banyak, pengomposan dapat dilakukan dengan sistem

open windrow yaitu dengan timbunan-timbunan yang dibalik dan disiram

setiap minggu. Kompos setengah jadi yang dikirim oleh warga dicampurkan

ke adonan kompos yang sudah berusia kurang lebih 2 minggu, dan akan

matang bersama-sama.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 40


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

2.4.3. Kualitas Kompos

Kompos yang dibuat melalui proses termofilik aerobik dan terkendali

seperti ini, kualitasnya super. Kaya akan unsur yang diperlukan tanaman

untuk tumbuh subur. Kompos yang berkualitas baik berwarna hitam, berbau

tanah, tekstur seperti tanah, kelembaban 30-40%, keasaman netral.

Harganya bisa lebih dari Rp.1000/kg, bahkan Rp.2000/kg. Jika ingin

ditingkatkan lagi harganya, kita bisa membibit dan menjual tanaman bunga,

sayuran dan tanaman obat yang dipupuk dengan kompos buatan sendiri.

2.4.4. Team Pengelola Sampah

Dibentuk Komite Lingkungan oleh Pengurus RT/RW dan selanjutnya

diperlukan peran serta warga sehingga kegiatan ini menjadi Pengelolaan

Sampah Berbasis Masyarakat.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing:

(a) Komite Lingkungan:

- Relawan yang peduli lingkungan, memiliki kemampuan dan waktu.

- Mengorganisasi warga dalam kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis

Masyarakat.

- Melatih dan meningkatkan keterampilan kader sebagai motivator dan

tenaga pelaksana pengomposan.

- Mengendalikan proses pengomposan agar dihasilkan kompos yang

memenuhi syarat.

(b) Dewan Kelurahan, Tim Penggerak PKK dan Karang Taruna

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 41


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

- Menjadi relawan kader lingkungan, sebagai motivator dalam kegiatan

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.

- Para kader/motivator harus sudah melakukan pengomposan.

- Mengajarkan dan menggerakkan warga untuk memilah sampah.

- Pendampingan dalam proses pengomposan di rumah tangga.

(c) Petugas Pelaksana Pengomposan

- Merupakan tenaga tetap yang melaksanakan proses pengomposan.

2.4.5. Menciptakan Usaha Mandiri RT/RW

Untuk mewujudkan unit pengelolaan sampah ini perlu disusun proposal

yang disusun oleh Pengurus RT/RW, yang berisi kebutuhan sarana dan

prasarana, SDM, jadwal pelatihan TOT kader/motivator, prospek ke depan.

Diharapkan kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat ini nantinya

dapat mandiri dari penjualan kompos dan produk-produk turunannya

(tanaman hias, sayuran, tanaman obat). Lingkungan menjadi bersih, teduh

dan asri, masyarakat terjaga kesehatannya karena pengelolaan sampah

merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Mudah-

mudahan tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi Pengurus RT/RW yang

ingin mandiri dalam mengurus sampah warganya. Tentunya tingkat

keberhasilan akan lebih tinggi jika aparat di atasnya (Lurah, Camat

Bupati/Walikota) dan instansi terkait ikut berperan serta dengan memberikan

dorongan dan apresiasi (Nasrun Andika Nurdin, 2009).

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 42


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

2.5. Program Gerakan Ramah Lingkungan

Produsen sampah, yaitu rumah tangga dan industri, diharapkan

memiliki kemampuan untuk mengelola sendiri sampahnya. Mulai dari memilih

bahan mentah yang ramah lingkungan, menggunakan proses yang ramah

lingkungan saat mengonsumsi produk, dan mampu memisahkan antara

sampah organik dan nonorganik. Hasanah (2009) menyatakan musim

penghujan selalu membawa cerita tersendiri bagi masyarakat Indonesia

khususnya. Hujan yang diturunkan Allah swt. sebagai rahmat bagi manusia

dan makhluk di bumi, kadangkala juga membawa derita. Masih terekam jelas

dalam ingatan kita semua, bagaimana bencana banjir melanda sebagian

wilayah Kota Surakarta ini pada akhir tahun 2007, kurang lebih satu tahun

yang lalu. Banjir ini merupakan yang terbesar setelah tahun 1966, di mana

hampir semua wilayah yang terletak di pinggir tanggul terendam air sungai

Bengawan Solo setelah tanggulnya meluap. Banjir tersebut tidak hanya

melanda warga bantaran sungai Bengawan Solo saja, tetapi sampai masuk

ke anak-anak sungai yang bermuara ke Bengawan Solo. Selain curah hujan

yang tinggi pada musim penghujan tahun lalu, kerusakan lingkungan diduga

turut memengaruhi. Kerugian yang diderita tidak hanya menyangkut materi

saja, tetapi juga nonmateri. Kerusakan infrastuktur, kerugian harta benda,

serta hilangnya aset ekonomi dan korban jiwa.

Maha Benar Allah swt. yang telah berfirman dalam kitab-Nya, Dan apa

musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan

tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-

kesalahanmu) (Q.S. Asy-Syuura/42: 30). Lingkungan yang bersih,

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 43


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

sebagaimana tercermin dalam hadits yang sudah masyhur, kebersihan

adalah sebagian dari iman, menjadi salah satu tolok ukur seberapa besar

komitmen seorang muslim terhadap perintah Allah swt. Hidup atau

beraktivitas di lingkungan yang bersih, seringkali memengaruhi kinerja kita.

Kenyamanan, rasa tenang, dan kepuasan akan kita rasakan ketika yakin

lingkungan kita 'aman'. Aman dalam artian suci, bersih, dan bebas dari bibit

penyakit dan gangguan lain termasuk bau.

Oleh karena itu, perlu mewujudkan terciptanya kampung ramah

lingkungan, dan warga masyarakat diharapkan ikut aktif mendukung dan

bertanggungjawab terhadap kebersihan, keasrian, dan kesehatan di

lingkungannya masing-masing. Sebagai Contoh di Kebumen (2009) diadakan

sosialisasi, di mana warga diberi materi tentang sistem pengelolaan sampah

dari rumah tangga. Diharapkan tiap rumah tangga bisa menerapkan prinsip

3R (Reduce, Reuse, Rcycle + re plan). Tiga R adalah mengurangi,

menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah, sehingga sampah bisa

diminimalisasi. Selain itu dianjurkan juga melakukan penghijauan dengan

menanam pohon peneduh.

Sejalan dengan hal tersebut, kota Palembang sebagai salah satu kota

besar di Indonesia yang mempunyai komitmen tinggi dalam pembangunan

kota yang berwawasan lingkungan telah berupaya menerapkan konsep ini

dengan nama Gerakan Ramah Lingkungan. Untuk itu, pemerintah kota

mewajibkan setiap kelurahan menyiapkan dua tempat percontohan lorong

ramah lingkungan guna menciptakan kawasan bersih dan apik. Selain itu,

setiap kelurahan juga diharapkan melaksanakan program Tri Bina yang

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 44


EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN RAMAH LINGKUNGAN

terdiri dari bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha (Warta Kota

Palembang, 2009). Walikota Palembang (Warta Kota Palembang, 2009)

telah berkali-kali meberikan pengarahan dan memotivasi jajarannya, mulai

dari Camat hingga lurah dalam mewujudkan lorong ramah lingkungan ini.

Guna mewujudkan lorong ramah lingkungan, maka pemerintah telah

membuat kriteria ramah lingkungan sebagai berikut: (1) pemilahan

sampah; (2) pengomposan; (3) sebaran pohon penghijauan; (4) penataan

tanaman hias; (5) air bersih; (6) sanitasi lingkungan (drainase, WC, septic

tank); (7) bersih dari sampah; (8) organisasi masyarakat yang bertanggung

jawab untuk mengelola lingkungan; (9) apotik hidup; (10) TPS dan tempat

sampah (Warta Kota Palembang, 2009).

Dari semua penjelasan di atas, ternyata bahwa gerakan ramah

lingkungan erat kaitannya dengan yuridis, filosofis, sosilogis, antroplogis

yang dampak akhirnya adalah kepada kesejahteraan warga baik secara

profit mauput sebagai benefit.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 45

Anda mungkin juga menyukai