Anda di halaman 1dari 9

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI

LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

Muhammad Rasyid Indrawan*, Risna Agustina, Laode Rijai


Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur
*Email: rasyid13106@gmail.com

ABSTRACT

Gelatin is a biopolymer that can be obtained from partially hydrolysis of collagen present in
skin, bone, and connective tissues of animals This study used chicken Broiler feet as a source
of collagen. This study was conducted to determine the effect of soaking treatment with
solution of acid and base, and with variety of soaking time. The solution used is HCl,
CH3COOH, and NaOH with different concentration. The process of soaking followed by
extraction, filtration, and drying to obtain a sheet of gelatin. Gelatin was analyzed
qualitatively with chemical reaction. The best results of yield can be obtained from various
methods of soaking given by HCl 2% for 2 days, CH3COOH 2% for 3 days, and NaOH 2%
for 1 day.

Keywords : Gelatin, Chicken feet Broilers, Acid-treated, Alkali-treated

ABSTRAK

Gelatin merupakan biopolimer yang biasanya diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen
jaringan kulit, tulang, dan jaringan ikat hewan. Penelitian ini menggunakan kaki ayam
broiler sebagai sumber kolagen. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan
perendaman kaki ayam broiler melalui berbagai larutan asam dan basa dengan variasi lama
perendaman. Larutan yang digunakan yaitu HCl, CH3COOH, dan NaOH dengan berbagai
konsentrasi. Proses perendaman dilanjutkan dengan ekstraksi, filtrasi, dan pengeringan
untuk mendapatkan lembaran gelatin. Gelatin yang diperoleh dianalisis secara kualitatif
melalui reaksi kimia. Hasil rendemen terbaik dapat diperoleh dari berbagai metode
perendaman yaitu HCl 2% selama 2 hari, CH3COOH 2% selama 3 hari, dan NaOH 2%
selama 1 hari.

Kata Kunci : Gelatin, Kaki ayam Broiler, Metode asam, Metode basa

banyak dimanfaatkan dalam industri


makanan, farmasi, obat-obatan, dan lain-
PENDAHULUAN lain. Salah satu bahan alternatif sebagai
Gelatin adalah suatu protein yang bahan baku gelatin adalah ceker ayam.
diperoleh dari hidrolisis parsial protein Pemanfaatan kaki atau ceker ayam
serabut kolagen yang banyak terdapat sebagai bahan baku gelatin perlu dikaji
pada kulit, tulang dan jaringan ikat hewan. potensinya, mengingat komponen tersebut
Gelatin merupakan produk multiguna dan keberadaannya sangat melimpah yang

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 313


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Ekstraksi Gelatin dari Kaki Ayam Broiler Melalui Berbagai Larutan Asam dan Basa dengan Variasi Lama Perendaman

selama ini pemanfaatannya belum PROSEDUR


optimal, tetapi memiliki komposisi kimia
yang mendukung yakni kadar protein total
lebih dari 20% [1]. PENGUMPULAN SAMPEL
Kaki ayam (ceker) ayam adalah Kaki ayam broiler (ceker ayam)
suatu bagian dari tubuh dari ayam yang diperoleh dari tempat pemotongan ayam.
kurang diminati, yang terdiri atas Kaki ayam broiler dibersihkan dari
komponen kulit, tulang, otot, dan kolagen kotoran yang melekat, dikuliti sisik yang
sehingga perlu diberikan sentuhan menempel, dipotong kecil-kecil, dicuci
teknologi untuk diolah menjadi produk beberapa kali dengan air kran, dibilas
yang memiliki nilai tambah. Selama ini, dengan air mengalir. Kaki ayam broiler
ceker ayam baru dimanfaatkan sebagai yang telah dipotong kemudian ditiriskan
campuran sup dan krupuk ceker. Nilai dan dikeringkan hingga kering (tidak ada
tambah dari kedua produk tersebut masih lagi tetesan air). Sampel yang telah kering
rendah. Salah satu komponen ceker ayam kemudian disimpan dalam wadah tertutup.
yang berpotensi untuk dikembangkan
adalah kaki ayam mengingat memiliki
TAHAP HIDROLISIS
komposisi kimia yang mendukung seperti
Dilakukan proses hidrolisis asam
kadar air 65,9%; protein 22,98%; lemak
dengan larutan HCl dan asam asetat
5,6%; abu 3,49%; dan bahan-bahan lain
(CH3COOH) serta hidrolisis basa yang
2,03% [1]. Tingginya kandungan protein
dilakukan dengan NaOH. Sebanyak 50
pada kaki ayam khususnya protein
g kaki ayam broiler untuk setiap
kolagen, membuka peluang untuk
pengujian kemudian ditambahkan larutan
diekstraksi agar dihasilkan produk gelatin.
asam kuat HCl 1%, 1,5%, 2%, dan 3%,
Penelitian dilakukan dengan
larutan asam lemah CH3COOH 1%, 1,5%,
pengujian terhadap beberapa variasi
2%, dan 3%, serta larutan basa NaOH 1%,
konsentrasi larutan HCl, asam asetat, dan
1,5%, 2%, dan 3%. Rasio berat bahan
basa NaOH pada beberapa variasi waktu
terhadap larutan yang digunakan (1:4)
perendaman. Perlu untuk diketahui proses
dengan pengadukan dan ditutup. Proses
ekstraksi terbaik untuk mengoptimalkan
hidrolisis dilakukan selama 3 hari.
ekstraksi untuk menghasilkan jumlah
Konsentrasi larutan asam dan basa yang
gelatin terbanyak.
memberikan berat gelatin terbanyak
dipilih untuk digunakan dalam
METODE PENELITIAN menentukan lama waktu perendaman.
Untuk menentukan lama hidrolisis, maka
dilakukan variasi waktu yaitu 1, 2, dan 4
BAHAN hari. Hasil kemudian dicuci dengan air
Bahan yang digunakan dalam sampai filtrat hasil pencucian
penelitian adalah kaki ayam broiler, air menunjukkan pH netral dan ditiriskan.
suling, CH3COOH, HCl, NaOH, CuSO4,
KNa-tartat, asam glioksilat, H2SO4 pekat,
dan Pb-asetat. TAHAP EKSTRAKSI DAN
PENGERINGAN GELATIN
Kaki ayam hasil hidrolisis
PERALATAN kemudian diekstraksi dengan air dengan
Alat-alat yang digunakan dalam menggunakan suhu 70 oC selama 20
penelitian ini adalah gelas kimia, hot menit. Ekstrak yang diperoleh kemudian
plate, timbangan analitis, oven, disaring, kemudian dikeringkan dalam
termometer, dan alat gelas penunjang oven pada suhu 50 oC. Rendemen pada
lainnya.

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 314


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Ekstraksi Gelatin dari Kaki Ayam Broiler Melalui Berbagai Larutan Asam dan Basa dengan Variasi Lama Perendaman

masing-masing cara hidrolisis kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN


dihitung.

EKSTRAKSI GELATIN
PENGUJIAN KIMIA GELATIN Secara konvensional metode
SECARA KUALITATIF ekstraksi gelatin terdiri dari dua tahap
proses yaitu proses hidrolisis dengan asam
atau basa, dan proses ekstraksi gelatin.
1) UJI ADANYA IKATAN Tujuan dari perendaman atau hidrolisis
PEPTIDA dalam asam atau basa adalah untuk
Pengujian ini dilakukan dengan melemahkan struktur kolagen,
metode uji Biuret. Larutan Biuret terdiri demineralisasi, melarutkan protein non-
atas CuSO4 dan KNa-tartat dalam NaOH. kolagen, menghidrolisis sebagian dari
Larutan gelatin 2% sebanyak 3 mL ikatan peptida dengan masih
ditambahkan NaOH 10% sebanyak 1 mL mempertahankan konsistensi serat
dan digojok. Setelah itu ditambahkan kolagen, dan membunuh bakteri [2].
pereaksi Biuret sebanyak 1 mL. Lalu Proses hidrolisis ini disebut juga sebagai
digojok kembali dan dipanaskan. Reaksi proses denaturasi untuk mengubah serat
positif apabila menghasilkan warna ungu. kolagen yang tidak larut dalam air menjadi
larut dan mudah dicerna. Ikatan yang
mungkin terpecah dalam proses ini adalah
2) UJI ADANYA KANDUNGAN
ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
TRIPTOFAN
ikatan ionik, dan ikatan Van der Waals
Pengujian ini dilakukan dengan
yang terbentuk diantara rantai polipeptida
metode uji Hopkins-Cole. Larutan gelatin
sehingga terbukanya rantai polipeptida
2% sebanyak 1 mL ditambahkan asam
sehingga terbukanya lipatan molekul.
glioksilat 5% sebanyak 1 mL dan digojok.
Terpecahnya ikatan inilah yang
Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat
menyebabkan berubahnya sifat kelarutan
sebanyak 1 mL. Reaksi positif apabila
kolagen terhadap air [3].
menghasilkan cincin ungu.
Sampel hasil hidrolisis kemudian
diekstraksi menggunakan air pada suhu 70
o
3) UJI ADANYA UNSUR C selama 20 menit. Ekstraksi pada suhu
SULFUR 70 oC bertujuan untuk mengubah serat
Pengujian dilakukan dengan uji kolagen yang masih belum terpecah pada
presipitasi (pengendapan) sulfur. Unsur proses perendaman, sehingga kolagen
sulfur (S) dapat ditemui pada dua asam dapat dikonversi secara optimal menjadi
amino, yaitu sistein dan metionin. Larutan gelatin.
gelatin 2% sebanyak 1 mL ditambahkan Larutan gelatin yang diperoleh
NaOH 10% sebanyak 1 mL dan dari proses ekstraksi kemudian disaring
dipanaskan. Setelah itu ditambahkan Pb- dan dituang dalam wadah, kemudian
asetat 5% sebanyak 1 tetes. Reaksi positif dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC.
apabila menghasilkan warna kuning, Gelatin yang kering akan berbentuk
kemudian menjadi coklat dan akhirnya lembaran.
mengendap berwarna hitam.
PENENTUAN KONSENTRASI
TERBAIK
Rendemen merupakan salah satu
parameter yang sangat penting dalam
proses pembuatan gelatin. Perhitungan
rendemen dilakukan untuk mengetahui

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 315


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Ekstraksi Gelatin dari Kaki Ayam Broiler Melalui Berbagai Larutan Asam dan Basa dengan Variasi Lama Perendaman

persentase gelatin yang dapat dihasilkan menjadi gelatin. Hasil penentuan


dari sejumlah bahan baku. Rendemen konsentrasi optimum HCl, asam asetat,
terbanyak yang diperoleh tersebut dan basa NaOH pada proses hidrolisis
menunjukkan konsentrasi optimum dari yang dapat menghasilkan rendemen
masing-masing larutan yang dapat terbanyak dapat dilihat pada Gambar 1.
diberikan untuk menghidrolisis kolagen
Rendemen (%)

10

4,44 4,64 4,75 4,47


5

0
1,0% 1,5% 2,0% 3,0%
Konsentrasi HCl
Rendemen (%)

10

5 3,54 3,62 3,77 3,63

0
1,0% 1,5% 2,0% 3,0%
Konsentrasi CH3COOH
Rendemen (%)

10 8,66
7,12
5,6
4,63
5

0
1,0% 1,5% 2,0% 3,0%
Konsentrasi NaOH

Gambar 1. Rendemen gelatin pada HCl, asam asetat, dan NaOH dengan variasi konsentrasi

Pada perendaman dengan HCl Perbedaan konsentrasi


dengan konsentrasi 2% menghasilkan berpengaruh terhadap perolehan gelatin.
gelatin dengan rendemen tertinggi yaitu Seiring peningkatan penggunaan
4,75%. Gelatin yang dihasilkan berwarna konsentrasi larutan, akan terjadi
kuning kecoklatan. Pada perendaman peningkatan jumlah rendemen, namun
dengan asam asetat dengan konsentrasi setelah mencapai konsentrasi maksimal,
2% menghasilkan gelatin dengan akan terjadi proses hidrolisis
rendemen tertinggi yaitu 3,77%. Gelatin berkelanjutan yang berakibat
yang dihasilkan berwarna kekuningan terpotongnya fraksi kolagen menjadi
transparan. Pada perendaman dengan fraksi-fraksi protein dengan bobot
NaOH dengan konsentrasi 2% molekul yang lebih rendah daripada
menghasilkan gelatin dengan rendemen gelatin sehingga menurunkan hasil
tertinggi yaitu 8,66%. Gelatin yang rendemen gelatin.
dihasilkan berwarna kuning kecoklatan.

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 316


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
PENENTUAN LAMA dipilih dalam proses hidrolisis adalah
PERENDAMAN TERBAIK 2,0% dengan memvariasikan waktu
Untuk penentuan waktu perendaman yaitu 1, 2, dan 4 hari dan
perendaman optimum, maka konsentrasi hasilnya disajikan pada Gambar 2.
HCl, asam asetat, dan basa NaOH yang

HCl
Rendemen (%)

10

4,60 5,02 4,75 4,60


5

0
1 2 3 4
Lama Hidrolisis (hari)

CH3COOH
Rendemen (%)

10

5 3,31 3,52 3,77 3,53

0
1 2 3 4
Lama Hidrolisis (hari)

10,48
NaOH
9,73
8,66
Rendemen (%)

10 7,78

0
1 2 3 4
Lama Hidrolisis (hari)

Gambar 2. Rendemen gelatin pada HCl, asam asetat, dan NaOH dengan variasi lama
perendaman

Pada penggunaan HCl 2% gelatin tertinggi yaitu 10,48%. Gelatin


diperoleh waktu perendaman optimum yang dihasilkan kuning kecoklatan dan
pada lama perendaman 2 hari dengan berbau anyir.
rendemen gelatin tertinggi yaitu 5,02%. Semakin lama proses
Gelatin yang dihasilkan berwarna perendaman, maka berat gelatin yang
kekuningan transparan. Untuk diperoleh juga menurun. Hasil ini
penggunaan asam asetat 2% diperoleh menjelaskan bahwa bila perendaman
waktu perendaman optimum pada lama dilakukan terlalu lama, maka kolagen
perendaman 3 hari dengan rendemen tidak hanya mengalami pemutusan ikatan
gelatin tertinggi yaitu 3,77%. Gelatin yang tetapi rantai kolagen telah terurai menjadi
dihasilkan kekuningan transparan. Untuk gelatin yang larut dalam larutan pada
penggunaan NaOH 2% diperoleh waktu proses hidrolisis sehingga pada proses
perendaman optimum pada lama ekstraksi menurunkan rendemen ekstrak
perendaman 1 hari dengan rendemen gelatin [2].

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 317


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
PENGUJIAN KIMIA GELATIN Biuret terdiri atas CuSO4 dan KNa-tartrat,
SECARA KUALITATIF dalam NaOH. Protein akan membentuk
warna ungu-violet. Hasil pengujian Biuret
pada gelatin dari setiap metode hidrolisis
UJI BIURET ditunjukkan pada Tabel 1. dan Tabel 2.
Uji ini digunakan untuk menguji
adanya ikatan peptida. Larutan pereaksi

Tabel 1. Hasil uji Biuret terhadap konsentrasi larutan hidrolisis pada masing-masing larutan
Konsentrasi Larutan HCl CH3COOH NaOH
1,0% + + +
1,5% + + +
2,0% + + +
3,0% + + +
Ket. : (+) = Warna larutan berubah ungu

Tabel 2. Hasil uji Biuret terhadap lama perendaman pada masing-masing konsentrasi
larutan terbaik
Lama Perendaman HCl 2,0% CH3COOH 2,0% NaOH 2,0%
1 hari + + +
2 hari + + +
3 hari + + +
4 hari + + +
Ket. : (+) = Warna larutan berubah ungu

Terjadinya warna ungu terbentuk


dari ikatan antara ion Cu2+ dengan CO
dan NH dari ikatan peptida dalam UJI HOPKINS-COLE
suasana basa (melalui penggunaan Uji Hopkins-Cole spesifik pada
NaOH). Uji Biuret berlaku untuk senyawa protein yang mengandung asam amino
yang mempunyai ikatan peptida lebih dari triptofan. Untuk mengetahui apakah
satu. Semakin panjang suatu ikatan terdapat asam amino ini, sampel
peptida, maka warna ungu yang terbentuk direkasikan dengan pereaksi Hopkins-
semakin jelas dan warna semakin tua. Cole lalu ditambahkan asam pekat. Hasil
Pada hasil pengujian menunjukan bahwa positif ditunjukkan bila terbentuk cincin
semua gelatin yang diperoleh dari ungu. Hasil pengujian Hopkins-Cole pada
berbagai perlakuan merupakan protein gelatin dari setiap metode hidrolisis
dibuktikan dengan adanya ikatan peptida. ditunjukkan pada Tabel 3. dan Tabel 4.

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 318


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Tabel 3. Hasil uji Hopkins-Cole terhadap konsentrasi larutan hidrolisis pada masing-
masing larutan
Konsentrasi Larutan HCl CH3COOH NaOH
1,0% - - -
1,5% - - +
2,0% - - +
3,0% - - +
Ket. : (+) = Terbentuk cincin ungu

Tabel 4. Hasil uji Hopkins-Cole terhadap lama perendaman pada masing-masing


konsentrasi larutan terbaik
Lama Perendaman HCl 2,0% CH3COOH 2,0% NaOH 2,0%
1 hari - - +
2 hari - - +
3 hari - - +
4 hari - - +
Ket. : (+) = Terbentuk cincin ungu

Prinsip pengujian ini adalah


triptofan akan terkondensasi dengan
aldehid (asam glioksilat) dan membentuk UJI PRESIPITASI SULFUR
kompleks berwarna ungu. Reaksi tersebut Unsur sulfur (S) dapat ditemui
hanya akan berhasil jika terdapat pada dua asam amino, yaitu sistein dan
oksidator kuat yang mana pada pengujian metionin. Reaksi Pb-asetat dengan asam-
ini menggunakan H2SO4. Berdasarkan asam amino tersebut akan membentuk
hasil pengujian terdapat hasil negatif pada endapan berwarna kecoklatan hingga
beberapa metode hidrolisis, menunjukkan hitam, yakni garam PbS. Hasil pengujian
tidak terdapatnya kandungan asam amino presipitasi sulfur pada gelatin dari setiap
triptofan. Sedangkan hasil positif pada metode hidrolisis ditunjukkan pada Tabel
beberapa metode hidrolisis dan sampel 5. dan Tabel 6. Sistein dan metionin
albumin, menunjukkan adanya kandungan merupakan asam amino yang
asam amino triptofan. Dari pengujian mengandung unsur S pada molekulnya.
terhadap baku gelatin dan albumin seperti Pb-asetat berfungsi sebagai pendonor ion
pada Tabel 5., gelatin baku menunjukkan Pb+, penambahan NaOH 10% berfungsi
tidak adanya kandungan triptofan. untuk memutuskan ikatan S, sehingga S
dapat membentuk ikatan dengan Pb+
menghasilkan garam PbS.

Tabel 5. Hasil uji presipitasi sulfur terhadap konsentrasi larutan hidrolisis pada masing-
masing larutan
Konsentrasi Larutan HCl CH3COOH NaOH
1,0% - - -
1,5% - - -
2,0% - - -
3,0% - - -
Ket. : (+) = Terbentuk warna kecoklatan

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 319


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Tabel 6. Hasil uji presipitasi sulfur terhadap lama perendaman pada masing-masing
konsentrasi larutan terbaik
Lama Perendaman HCl 2,0% CH3COOH 2,0% NaOH 2,0%
1 hari - - -
2 hari - - -
3 hari - - -
4 hari - - -
Ket. : (+) = Terbentuk warna kecoklatan

Tabel 7. Hasil seluruh pengujian pada gelatin baku, albumin, dan gelatin yang dihasilkan
pada metode hidrolisis pada masing-masing larutan
Pengujian
Sampel/Perlakuan
Biuret Hopkins-Cole Presipitasi Sulfur
Albumin + + +
Gelatin baku + - -
Gekatin - HCl 2% selama 2 + - -
hari
Gelatin - CH3COOH 2% + - -
selama 3 hari
Gelatin - NaOH 2% selama + + -
1 hari
Keterangan (+) Warna ungu (+) Cincin ungu (+) Warna kecoklatan

Gelatin tidak mengandung perendaman efektif dengan konsentrasi


sistein. Berdasarkan hasil pengujian, hasil terbaik masing-masing larutan untuk
negatif pada semua gelatin perolehan menghasilkan gelatin yaitu untuk larutan
berbagai metode hidrolisis menunjukkan HCl selama 2 hari, larutan asam asetat
tidak terdapatnya kandungan asam amino selama 3 hari, dan basa NaOH selama 1
sistein. Hasil ini sesuai dengan yang hari. Dari karakteristik dan analisis
ditunjukkan pada gelatin baku, sementara kualitatif kandungan asam amino
hasil positif pada albumin menunjukkan menunjukkan gelatin hidrolisis asam
adanya kandungan asam amino sistein (Gelatin tipe A) memiliki kualitas gelatin
(Tabel 5.). Albumin digunakan sebagai yang lebih baik.
pembanding pada pengujian kualitatif ini
dikarenakan merupakan salah satu protein
yang lengkap susunan asam amino-nya DAFTAR PUSTAKA
termasuk terdapat triptofan dan sistein, 1. Purnomo, E.. 1992. Penyamakan Kulit
sehingga dapat dibandingkan reaksi Kaki Ayam. Penerbit Kanisius:
positif pada masing-masing pengujian. Yogyakarta
2. Puspawati, N.M., Simpen, dan
Niwada, Sumerta. 2012. Isolasi
KESIMPULAN Gelatin Dari Kulit Kaki Ayam Broiler
Gelatin berhasil diekstraksi dari dan Karakterisasi Gugus Fungsinya
kaki ayam Broiler dengan menggunakan Dengan Spektrofotometri FTIR.
proses hidrolisis larutan HCl 2,0%, asam Jurnal Kimia, Vol. 6(1), p. 79-87.
asetat 2,0%, dan basa NaOH 2,0%. Lama

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 320


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
3. Winarno, F.G..2004. Kimia Pangan 4. Wijaya, Rahmadi. 2014. Ekstraksi dan
dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Karakterisasi Gelatin Dari Sisik Ikan
Jakarta. Gabus (Channa striata). Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas
Mulawarman Samarinda

J. Trop. Pharm. Chem. 2016. Vol 3. No. 4 321


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090

Anda mungkin juga menyukai