Anda di halaman 1dari 19

Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap

Penerimaan Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari)

Effect of Tax Facilities Utilization and Compliance Taxpayers against Tax


Revenues (Study on the Tax Office Pratama Kendari)

Syahrial S
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO
Dedy Takdir
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO
Salma Saleh
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of theTax Facilities Utilization


(Sunset Policy) and the Taxpayer Compliance on Tax Revenue on the Tax Office
Pratama Kendari. This study uses secondary data obtained from KPP Pratama
Kendari with a population of 17 which is the data from the acceptance of the
utilization of tax facilities, timely SPT reporting as well as the realization of tax
revenues, using a saturated sampling technique, in which all populations are
sampled. The analysis showed that based on linear regression analysis performed
on two independent variables is the verdict that the variable Tax Facilities
Utilization (Sunset Policy) significant positive effect on Tax Revenue and the
variable Taxpayer Compliance significant positive effect on Tax Revenue.
Keywords: Tax Facilities Utilization (Sunset Policy), Taxpayer Compliance and
Tax Revenues

Latar Belakang Sumber pembiayaan


Indonesia memiliki tujuan pemerintah berasal dari dua sumber
nasional, yaitu mewujudkan pokok, yaitu sumber dana luar negeri
masyarakat yang adil dan makmur dan sumber dana dalam negeri.
sebagaimana yang tercantum dalam Sumber dana luar negeri meliputi
pembukaan UUD 1945. Upaya untuk pinjaman luar negeri atau hibah,
mewujudkan tujuan tersebut salah sedangkan sumber dana dalam negeri
satunya ialah dengan pembangunan. meliputi penjualan migas dan non
Pembangunan nasional adalah migas serta pajak.
kegiatan yang berlangsung secara Pajak merupakan alat bagi
terus-menerus dan pemerintah untuk memaksimalkan
berkesinambungan serta bertujuan penerimaan negara, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan untuk membiayai pengeluaran rutin
rakyat, maka dari itu dalam serta pembangunan nasional dan
melaksanakan pembangunan ekonomi masyarakat.Tanpa pajak,
nasional masalah pembiayaan sebagian besar aktivitas Negara sulit
menjadi sangat vital. untuk terlaksana. Penggunaan uang
pajak meliputi mulai dari belanja
pegawai sampai dengan pembiayaan Kepatuhan Wajib pajak Pribadi
berbagai proyek pembangunan. dalam memenuhi kewajiban
Pembangunan sarana umum seperti pajaknya pada dasarnya tercermin
jalan raya, jembatan, sekolah, rumah dari tiga hal, yaitu :(1) pemenuhan
sakit / puskesmas, kantor polisi kewajiban intern, seperti pembayaran
dibiayai dengan menggunakan uang massa dan SPT massa termasuk
yang berasal dari pajak. Bahkan, SPTPPn dan PPBM yang
setiap warga Negara mulai dari lahir dilaksanakan setiap bulan, (2)
sampai dengan meninggal dunia pemenuhan kewajiban tahunan
yang menikmati fasilitas atau sepertimenghitung dan melunasi
pelayanan dari pemerintah, semua itu hutang pajak, serta melaporkan
dibiayai dengan uang yang berasal perhitungannya dalam SPTdiakhir
dari pajak tahun, (3) Pemenuhan ketentuan
Sistem pemungutan pajak yang materil dan yuridis formal
berlaku di Indonesia adalah Self perpajakan melaluiperlakuan
Assessment. Self Assessment yaitu pembukuan atas pengakuan
memberikan kewenangan kepada penghasilan dan biaya serta berbagai
wajib pajak untuk menghitung, transaksikeuangan lain untuk
menyetor, dan melaporkan sendiri memperoleh dasar perhitungan pajak
atas pajak yang terutang (Yudi, terutang dalam pembukuanwajib
2014). Dalam praktiknya sulit pajak. Jadi kepatuhan dalam konteks
dijalankan sesuai harapan, bahkan perpajakan adalah suatu ketaatan
sering disalahgunakan oleh wajib untukmelakukan ketentuan-ketentuan
pajak. Terbukti dari wajib pajak yang atau aturan-aturan perpajakan yang
sengaja tidak patuh, sehingga wajib diwajibkan ataudiharuskan untuk
pajak yang lain enggan dalam dilaksanankan oleh wajib pajak.
memenuhi kewajiban (Patar, 2015). Pada dasarnya Sunset Policy
Ketidakpatuhan timbul apabila wajib bertujuan untuk mendorong Wajib
pajak tidak mempunyai pengetahuan Pajak agar lebih jujur, konsisten,
dan pemahaman perpajakan yang patuh dan sukarela dalam
memadai sehingga wajib pajak melaksanakan kewajiban pajaknya,
secara tidak sengaja tidak melakukan yang pada saat sebelumnya tidak
kewajiban perpajakannya, seperti sepenuhnya dilakukan oleh Wajib
tidak mendaftarkan diri untuk Pajak. Peraturan perundangan
memperoleh Nomor Pokok Wajib dengan konsep Sunset Policy berlaku
Pajak (NPWP) dan tidak melaporkan dalam periode waktu tertentu, setelah
Surat Pemberitahuan (SPT) atau para itu peraturan tersebut tidak berlaku
wajib pajak melalukan kewajiban lagi.
perpajakan tetapi tidaksepenuhnya Berikut ini adalah data target
benar, seperti tidak membayar dan dan realisasi penerimaan pajak
melaporkan pajak tidak sesuai penghasilan WP Orang Pribadi di
dengan tarif pajak yang berlaku KPP Pratama Kendari pada tahun
(Musyarofah & Purnomo, 2008). 2005 s.d 2009.
Tabel 1 Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak PenghasilanWP
Orang Pribadi
Target Penerimaan Realisasi Penerimaan
Tahun Persentase
(Rp) (Rp)
2005 697.487.566 689.265.348 98,82
2006 688.462.642 664.532.757 96,52
2007 790.225.985 775.222.985 98,10
2008 813.244.268 813.400.455 100,02
2009 926.807.884 902.902.899 97,42
Sumber : KPP Pratama Kendari
Pada Tabel 1 menggambarkan yang ditetapkan dimana
tingkat penerimaan pajak di Kantor persentasenya sebesar 100,02%.
Pelayanan Pajak Pratama Kendari Selanjutnya pada tahun 2009
pada tahun 2005 s.d 2009. Pada penerimaan pajak kembali tidak
tahun 2005 sampai 2007 realisasi memenuhi target dengan persentase
penerimaan pajak tidak pernah sebesar 97,42%.
mencapai target dengan persentase Selanjutnya adalah data
masing-masing tahun yakni 98,82% WPOrang Pribadiyang terdaftar yang
lalu 96,52% dan 98,10%. Namun, melaporkan SPT Tahunan pada
pada tahun 2008 penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama
berhasil mencapai target penerimaan Kendari tahun 2005 s.d 2009.

Tabel 2 Data WPOP Terdaftar yang Melaporkan SPT Tahunan


Tingkat Kepatuhan
Tahun WPOP Terdaftar WPOP Melapor
(%)
2005 13.469 9.449 70,15
2006 15.030 9.960 66,27
2007 15.060 10.170 67,53
2008 18.108 10.864 60,00
2009 20.259 11.391 56,23
Sumber : KPP Pratama Kendari

Dari data diatas dapat dilihat 2009. Berbanding terbalik dengan


bahwa persentase kepatuhan jumlah jumlah WP Orang Pribadi terdaftar
pelaporan SPT Tahunanoleh WPOP yang selalu mengalami kenaikan
pada Tahun 2005 sebesar 70,15%. setiap tahunnya.
Tahun 2006 sebesar 66,27%.
Kemudian pada tahun 2007 sebesar Tujuan Penelitian
67,53%. Selanjutnya pada tahun Fokus tujaun dalam penelitian
2008 sebesar 60,00%. Dan pada ini adalah untuk:
tahun 2009 sebesar 56,23%. Hal ini 1. Mengetahui sejauh mana
mencerminkan bahwa tingkat pengaruh Pemanfaatan
kepatuhan WP Orang Pribadi dalam Fasilitas
melaporkan SPT selalu mengalami Perpajakanterhadappenerim
penurunan dari tahun 2005 hingga aan PPh Orang Pribadi
2. Mengetahui sejauh mana (terkenal dengan nama The Wealth of
pengaruh Kepatuhan Wajib Nation), pemungutan pajak harus
Pajak terhadap penerimaan didasarkan kepada 4 (empat) asas
PPhOrang Pribadi pemungutan pajak yang dikenal
Landasan Teori dengan The four maxims yaitu
Definisi Pajak Secara Umum equality, certainty, convenience dan
Sejak Undang-Undang Nomor low cost of collection.
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umumdan Tata Cara Perpajakan Fungsi Pajak
sebagai UU KUP yang pertama Nurmantu (2005:30)
sampai denganperubahan kedua UU menyebutkan pajak memiliki empat
KUP yaitu Nomor 16 Tahun 2000 fungsi, yaitu:
belum mencantumkandefinisi pajak 1. Fungsi Budgetair. Pajak
dalam salah satu pasalnya. Terbitnya merupakan sumber penerimaan
Undang-Undang KetentuanUmum negara untuk membiayai
dan Tata Cara Perpajakan terbaru pengeluaranbagi kepentingan
Nomor 28 Tahun 2007 telah umum..
menjadititik awal dimunculkannya 2. Fungsi Regulerend. Pajak
definisi pajak dalam Pasal 1 ayat 1 dapat menjadi alat pengatur
yaitu : perkembangan perekonomian
Mardiasmo (2005:1) sebagai instrumen untuk
menyimpulkanbahwa pajak memiliki mendorong maupun
unsur-unsur yakni : memperlambat pertumbuhan
1. Iuran dari rakyat. Yang berhak baik secara sektoral maupun
memungut pajak adalah regional.
Negara. Iuran tersebut berupa 3. Fungsi Distribusi. Pajak
uang(bukan barang). berperan sebagai alat
2. Berdasarkan Undang-undang. redistribusi pendapatan dari
Pajak dipungut berdasarkan sektor, kawasan, atauagen
atau dengan kekuatan undang- perekonomian yang sudah
undang serta tumbuh dengan baik, untuk
aturanpelaksanaannya. disalurkan kepadayang masih
3. Tanpa jasa timbal atau memerlukan subsidi.
kontraprestasi dari Negara 4. Fungsi Stabilisasi. Ketika
yang secara langsung jumlah persediaan yang ada
dapatditunjuk. dalam perekonomian menurun
4. Digunakan untuk membiayai danmemicu kenaikan harga
rumah tangga Negara, yakni umum, pemerintah
pengeluaran-pengeluaranyang mengenakan pajak terhadap
bermanfaat bagi masyarkat barang-barang yang memiliki
luas. basis konsumsi minimal di
Asas-Asas Pemungutan Pajak masyarakat untukmenyubsidi
Bertitik tolak ketika Adam harga dari barang-barang yang
Smith (1723-1790), menerbitkan memiliki basis konsumsi
bukunya An Inquiry into the Nature luas(sembilan bahan pokok dan
and Causes of The Wealth of Nations bahan bakar minyak).
Fasilitas Perpajakan (Sunset Orang Pribadi atau Wajib
Policy) Pajak Badan Untuk Tahun
Fasilitas perpajakan adalah Pajak Sebelum Tahun Pajak
kemudahan atau perlakuan khusus 2007
terhadap Wajib Pajak tertentu atau 5. Surat Edaran Direktur Jenderal
Objek Pajak tertentu dengan kriteria Pajak Nomor SE-33/PJ/2008
tertentu. tentang Tata Cara Pemberian
Dasar hukum pelaksanaan NPWP, Penerimaan dan
Sunset Policy dapat diurutkan Pengolahan SPT Tahunan PPh,
sebagai berikut : Penghapusan Sanksi
1. Pasal 37 A Undang-undang Administrasi, Penghentian
Nomor 28 Tahun 2007 Pemeriksaan, dan
2. Pasal 33 Peraturan Pemerintah Pengadministrasian Laporan
Nomor 80 Tahun 2007 Terkait dengan Pelaksanaan
3. Peraturan Menteri Keuangan Pasal 37A Undang-Undang
Nomor 66/PMK.03/2008 stdd Ketentuan Umum Dan Tata
PMK Nomor 12/PMK.03/2009 Cara Perpajakan
tentang Tata Cara 6. Surat Edaran Direktur Jenderal
Penyampaian atau Pembetulan Pajak Nomor SE-34/PJ/2008
Surat Pemberitahuan, dan tentang Penegasan Pelaksanaan
Persyaratan Wajib Pajak Yang Pasal 37A Undang-Undang
Dapat Diberikan Penghapusan Ketentuan Umum Dan Tata
Sanksi Administrasi Dalam Cara Perpajakan Beserta
Rangka Penerapan Pasal 37A Ketentuan Pelaksanaannya.
UU Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Kepatuhan Wajib Pajak
Tata Cara Perpajakan Kepatuhan wajib pajak
sebagaimana telah beberapa didefinisikan oleh Salamun A.T,
kali diubah terakhir dengan UU (1991:185) sebagai pemenuhan
Nomor 28 Tahun 2007 kewajiban pajak (mulai dari
4. Peraturan Direktur Jenderal menghitung, memungut, memotong,
Pajak Nomor 27/PJ/2008 stdd menyetorkan hingga melaporkan
Perdirjen 13/PJ/2009 tentang kewajiban pajak) oleh wajib pajak
Tata Cara Penyampaian, sesuai peraturan perundang-
Pengadministrasian, serta undangan perpajakan yang berlaku.
Penghapusan Sanksi Menurut Homans sebagaimana
Administrasi Sehubungan dikutip oleh oleh Gunadi,
dengan Penyampaian Surat terdapatbeberapa faktor yang dapat
Pemberitahuan Tahunan Pajak mempengaruhi kepatuhan pajak (tax
Penghasilan Wajib Pajak compliance),yakni compliance cost,
Orang Pribadi Untuk Tahun tax regulation &law enforcement.
Pajak 2007 dan Sebelumnya, Jika ketiga faktortersebut
dan Sehubungan dengan dikendalikan secara memadai, maka
Pembetulan Surat tingkat kepatuhan pajak
Pemberitahuan Tahunan Pajak meningkatsecara optimal. Ketiga
Penghasilan Wajib Pajak
faktor tersebut dapat dijelaskan sederhana serta tidak
sebagai berikut : menimbulkan penafsiran yang
1. Compliance Cost. Menurut berbeda-beda bagi petugas
Sandford sebagaimana dikutip pajak maupun wajib pajak akan
Gunadi, compliance cost meningkatkan kepatuhan pajak.
adalahbiaya-biaya selain pajak Sebaliknya menurut Wetzler
terutang yang dibayarkan atau sebagaimana dikutip Gunadi,
dikeluarkan oleh wajib pajak undang-undang yang rumit,
dalam rangka pemenuhan peraturan pelaksanaan yang
kewajiban perpajakan. tidak jelas atau bahkan saling
Compliance cost terdiri dari bertentangan berpotensi
direct money cost, time cost & menimbulkan rasa apatis wajib
psychological cost. pajak yang akan berpengaruh
a. Direct money cost adalah terhadap tingkat kepatuhan
biaya nyata yang dikeluarkan pajak.
wajib pajakdalam rangka 3. Law Enforcement. Berbeda
pemenuhan kewajiban pajak, dengan permasalahan dalam
meliputi antara lain regulasi pajak yang timbul dari
:pembayaran kepada akuntan, perbedaan penafsiran maka
konsultan pajak dan biaya permasalahan dalam law
perjalanan ketempat enforcement adalah
penyetoran dan pelaporan implementasi peraturan yang
pajak. dilaksanakan petugas pajak
b. Time Cost adalah waktu yang tidak sesuai ketentuan yang
terpakai oleh wajib pajak digariskan dengan berbagai
dalam rangkapemenuhan alasan.
kewajiban pajak yang Surat Pemberitahuan (SPT)
menyebabkan opportunity Mardiasmo (2011) Surat
loss,mulai dari waktu yang Pemberitahuan adalah Surat yang
digunakan untuk mempelajari oleh Wajib Pajak digunakan untuk
penghitunganpajak hingga melaporkan penghitungan dan atau
waktu untuk melaporkan pembayaran pajak objek pajak dan
pajak serta mempertanggung atau bukan objek pajak dan atau
jawabkan pemenuhan harta dan kewajiban yang terhutang
kewajiban pajak yang telah menurut ketentuan peraturan
dilakukan. perundang-undangan perpajakan.
c. Psychological Cost adalah Pajak Penghasilan
rasa cemas, khawatir, dan Devano & Rahayu (2010)
takut yangmenghinggapi diri pengertian pajak penghasilan adalah
wajib pajak dalam melakukan pajak yang terhutang sehubungan
pemenuhankewajiban pajak dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
dan berinteraksi dengan yang wajib dipotong dan disetorkan
petugas pajak. oleh pemberi kerja.
2. Tax Regulation. Undang- Penerimaan Pajak Penghasilan
undang dan peraturan pajak Mardiasmo (2011) Penerimaan
yang jelas, mudah dan pajak penghasilan merupakan subjek
pajak berkenaan dengan penghasilan Kerangka Konsep
yang diterima atau diperolehnya Hipotesis dalam penelitian ini
dalam tahun pajak. dapat diringkas menjadi sebuah
kerangka pemikiran. Adapun gambar
kerangka pemikiran dapat dilihat
pada Gambar 1

Gambar 1 KerangkaKonsep

Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan(X1)

Penerimaan
Pajak
(Y)

Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

Metodologi Penelitian Populasi


Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini
Populasi diartikan sebagai adalah seluruh jumlahpenerimaan
wilayah generalisasi yang terdiri dari pemanfaatan fasilitas perpajakan
atas: obyek/subyek yang mempunyai (sunset policy)dan realisasi
kualitas dan karateristik tertentu yang penerimaan pajak penghasilan WP
ditetapkan oleh peneliti untuk Orang Pribadi serta seluruh
dipelajari dan kemudian ditarik jumlahpenyampaian SPT
kesimpulannya. Sedangkan sampel Tahunantepat waktu selama kurun
adalah sebagian dari populasi itu. waktu 17 tahun yaitupada periode
Populasi itu misalnya penduduk di 1993 - 2009 yang terdaftar di KPP
wilayah tertentu, jumlah pegawai Pratama Kota Kendari. Dapat
pada organisasi tertentu, jumlah guru digambarkan sebagai berikut:
dan murid di sekolah tertentu dan
sebagainya (Sugiyono, 2011:297).

Tabel 3 Data Penerimaan dari Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan dan


Realisasi Penerimaan Pajak
Penerimaan
dari Realisasi
Persentase
Tahun Pemanfaatan Penerimaan
(%)
Fasilitas (Rp)
Perpajakan(Rp)
1993 10.341.500 179.850.648 6
1994 11.222.303 205.667.320 5
1995 13.667.980 235.647.890 6
1996 15.151.020 250.771.648 6
1997 15.435.687 293.573.975 5
1998 17.027.877 345.222.451 5
1999 17.511.621 377.403.232 5
2000 17.874.651 415.121.362 4
2001 20.002.456 455.757.236 4
2002 23.656.771 480.232.986 5
2003 25.021.319 500.426.397 5
2004 34.422.595 573.709.933 6
2005 55.141.227 689.265.348 8
2006 60.871.965 664.532.757 6
2007 62.017.838 775.222.985 8
2008 81.340.046 813.400.455 10
2009 90.290.289 902.902.899 10
Sumber : KPP Pratama Kendari tahun 2016

Tabel 4 Data WPOP Terdaftar yang Melaporkan SPT Tahunan


Tingkat
WPOP WPOP
Tahun Kepatuhan
Terdaftar Melapor
(%)
1993 5.121 3.997 78,05
1994 5.764 4.469 77,53
1995 6.613 4.924 74,46
1996 7.123 5.372 75,42
1997 7.553 5.695 75,40
1998 7.997 5.987 74,87
1999 8.564 6.592 76,97
2000 8.897 6.705 75,36
2001 9.548 6.941 72,70
2002 10.212 7.357 72,04
2003 10.419 7.670 73,62
2004 11.671 8.030 68,80
2005 13.469 9.449 70,15
2006 15.030 9.960 66,27
2007 15.060 10.170 67,53
2008 18.108 10.864 60,00
2009 20.259 11.391 56,23
Sumber : KPP Pratama Kendari tahun 2016
Sampel sampling jenuh. Sehingga jumlah
Selanjutnya untuk sampel yang terdapat pada
menghindari ketidakjelasan antara penelitian ini berjumlah 17 sampel.
populasi dengan sampel. Maka pada Metode Pengumpulan Data
saat pemilihan dan pemeriksaan Data yang dikumpulkan dalam
sampel harus dilakukan secermat dan penelitian ini adalah data sekunder,
seteliti mungkin. Adapun teknik sehingga metode pengumpulan data
sampling yang digunakan adalah menggunakan metode dokumentasi,
yaitu dengan mencatat atau Sugiyono (2011:199)
mendokumentasikan data yang menyebutkan bahwa teknik analisis
diperlukan dalam penelitian ini data pada penelitian kuantitatif
sebagaimana yang tercantum dalam menggunakan statistik. Dalam
Laporan Pajak Tahunan Kantor penelitian ini analisis data akan
Pelayanan Pajak Pratama Kendari. menggunakan teknik statistik
Metode Analisis Data deskriptif dan statistik inferensial.
Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Variabel Dependen
a = konstanta
X1 = Variabel Independen Pertama
X2 = Variabel Independen Kedua
b = Koefisien regresi
e = error term
Dalam Penelitian ini dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut :
PP = a + b1PFP + b2KWP + e
Dimana :
PP = Penerimaan Pajak
PFP = Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan
KWP = Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil Dan Pembahasan karakteristik sampel yang digunakan


Deskriptif Statistik Variabel didalam penelitian ini meliputi :
Penelitian jumlah Sampel (N), rata-rata sampel
Berdasarkan hasil analisis (mean), nilai maksimum, nilai
deskripsi statistik, maka berikut pada minimum serta standar deviasi untuk
Tabel 5, akan ditampilkan masing-masing variabel.

Tabel 5 Descriptive Statistics


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pemanfaatan Fasilitas 25031845,40
17 10341500 90290289 32352773,24
Perpajakan 0
Kepatuhan Wajib Pajak 17 3997 11391 7386,65 2284,261
Penerimaan Pajak 479924089,5 225006492,4
17 179850648 902902899
3 79
Valid N (listwise) 17
Berdasarkan pada Tabel 5 simpangan data, menunjukan bahwa
maka dapat diketahui hasil deskriptif data variabel Kepatuhan Wajib Pajak
variabel Pemanfaatan Fasilitas dikatakan cukup baik.
Perpajakan menunjukkan nilai Pada Tabel 5, hasil statistik
maximum sebesar Rp.90.290.289, deskriptif variabel Penerimaan Pajak
nilai minimumnya sebesar Rp. menunjukkan nilai maximum sebesar
10.341.500 dan rata-ratanya sebesar Rp.902.902.899 dan nilai
Rp.32352773,24. Sementara nilai minimumnya sebesar
standar deviasi sebesar Rp.179.850.648, sedangkan rata-
Rp.25031845,400 menunjukan ratanya sebesar Rp. 479924089,53.
simpangan data yang relativ kecil, Sementara nilai standar deviasinya
karena nilainya yang lebih kecil dari sebesar Rp.225006492,479
nilai meannya. Dengan tidak simpangan data yang relativ kecil,
besarnya simpangan data, karena nilainya yang lebih kecil dari
menunjukan bahwa data variabel nilai meannya.Dengan tidak besarnya
Kebijakan Pengampunan Pajak simpangan data, menunjukan bahwa
dikatakan cukup baik. data variabel Penerimaan Pajak
Pada Tabel 5, hasil statistik dikatakan cukup baik.
deskriptif variabel Kepatuhan Wajib
Pajak menunjukkan nilai maximum Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan
sebesar 11.391, nilai minimumnya (Sunset Policy)
sebesar 3.997 dan rata-ratanya Data Penerimaan dari
sebesar 7386,65.Sementara standar Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan
deviasinya 2284,261 menunjukan pada tahun 1993-2009 pada KPP
simpangan data yang relativ kecil, Pratama Kendari dapat dilihat pada
karena nilainya yang lebih kecil dari tabel 6 berikut ini.
nilai meannya.Dengan tidak besarnya

Tabel 6 Data Penerimaan dari Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan


Penerimaan dari
Pemanfaatan Pertumbuhan
Tahun Persentase
Fasilitas (%)
Perpajakan (Rp)
1993 10.341.500 2%
1994 11.222.303 2% 8,52
1995 13.667.980 2% 21,79
1996 15.151.020 3% 10,85
1997 15.435.687 3% 1,88
1998 17.027.877 3% 10,31
1999 17.511.621 3% 2,84
2000 17.874.651 3% 2,07
2001 20.002.456 4% 11,90
2002 23.656.771 4% 18,27
2003 25.021.319 4% 5,77
2004 34.422.595 6% 37,57
2005 55.141.227 10% 60,19
2006 60.871.965 11% 10,39
2007 62.017.838 11% 1,88
2008 81.340.046 14% 31,16
2009 90.290.289 16% 11,00
Total 570.997.145 100% 246,40
Rata-rata 15,40
Sumber : KPP Pratama Kendari tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel pertumbuhan dari penerimaan
6 diketahui bahwa total penerimaan pemanfaatan fasilitas
dari pemanfaatan fasilitas perpajakan perpajakan(Sunset Policy) setiap
yang dikenal dengan nama sunset tahun adalah sebesar 15,40%. Ini
policy ialah sebesar Rp. 570.997.145. berarti bahwa terjadi peningkatan
Dari jumlah tersebut diketahui penerimaan pemanfaatan fasilitas
penerimaan terbesar dari perpajakan sebesar 15,40% setiap
pemanfaatan fasilitas perpajakan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
iniadalah pada tahun 2009 yaitu pemberian fasilitas perpajakan
sebesar Rp. 90.290.289 atau 16% (Sunset Policy) oleh pemerintah
dari total penerimaan pemanfaatan diterima baik para Wajib Pajak yang
fasilitas perpajakan selama kurun berada di Kota Kendari.Kemudian
waktu lima tahun yakni dari 1993- dilihat dari pertumbuhan penerimaan
2009.Sedangkan untuk penerimaan pemanfaatan fasilitas perpajakanyang
pemanfaatan fasilitas perpajakanyang tertinggi ialah pada tahun 2005 yaitu
terendah adalah pada tahun 1993 sebesar 60,19%. Hal ini berarti
yaitu sebesar Rp.10.341.500 atau 2% bahwa fasilitas perpajakan (sunset
dari total penerimaan pemanfaatan policy) inilebih banyak digunakan
fasilitas perpajakan yang diterima untuk tahun pajak 2005, sehingga
selama periode tahun 1993-2009. lebih banyak mengalami peningkatan
Kemudian pada tabel 4.2 pada tahun tersebut, meskipun
juga memperlihatkan bahwa jumlah penerimaan tertinggi dari
penerimaan pemanfaatan fasilitas pemanfaatan fasilitas perpajakan
perpajakan selalu mengalami berada pada tahun 2009.
kenaikan dengan persentase masing- Kepatuhan Wajib Pajak
masing yaitu sebesar 2%, 3%, 4%, Tingkat Kepatuhan Wajib
6%, 10%, 11%, 14% dan 16%. Hal Pajak dalam penelitian ini
ini mengindikasikan bahwa tingkat dicerminkan dari Jumlah
partisipasi masyrakat Penyampaian SPT Tahunan sesuai
dalammemanfaatkan fasilitas dengan waktu yang telah ditentukan.
perpajakan yang biasa dikenal Data Kepatuhan Wajib Pajak dari
dengan istilah Sunset Policy sudah tahun 1993-2009 pada KPP Pratama
cukup baik. Kendari dapat dilihat pada tabel 7
Pada tabel 7 dapat juga berikut ini.
diketahui bahwa rata-rata
Tabel 7 Data Kepatuhan WPOP dalam Melaporkan SPT
WPOP Pertumbuhan
Tahun Persentase
Melapor (%)
1993 3.997 3%
1994 4.469 4% 12
1995 4.924 4% 10
1996 5.372 4% 9
1997 5.695 5% 6
1998 5.987 5% 5
1999 6.592 5% 10
2000 6.705 5% 2
2001 6.941 6% 4
2002 7.357 6% 6
2003 7.670 6% 4
2004 8.030 6% 5
2005 9.449 8% 18
2006 9.960 8% 5
2007 10.170 8% 2
2008 10.864 9% 7
2009 11.391 9% 5
Total 125.573 100% 109
Rata-rata 6,84
Sumber : KPP Pratama Kendari tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel berdasarkan pasal 37A ayat 2


7 menunjukkan bahwa total Wajib Undang-Undang KUP. Sehingga
Pajak Orang Pribadi yang pada tahun ini terdapat banyak Wajib
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak yang melaporkan Surat
(SPT) tepat pada waktunya yaitu Pemberitahuan (SPT) secara tepat
sebanyak125.573 orang selama waktu guna memanfaatkan fasilitas
kurun waktu 1993-2009. Tingkat perpajakan yang dikenal dengan
pelaporan Surat Pemberitahuan istilah Sunset Policy
(SPT) tepat waktu yang tertinggi tersebut.Sedangkan untuk pelaporan
ialah pada tahun 2009 yaitu sebanyak Surat Pemberitahuan (SPT) tepat
11.391 orang atau sekitar 9% dari waktu terendah yaitu pada tahun
total Wajib Pajak yang melaporkan 1993 yaitu sebanyak 3.997 orang
Surat Pemberitahuan (SPT) tepat atau sekitar 3% daritotal Wajib Pajak
pada waktunya. Hal ini disebabkan yang melaporkan Surat
karena pada tahun 2009 adalah tahun Pemberitahuan (SPT) tepat pada
dimana pemberian fasilitas waktunya. Hal ini disebabkan karena
perpajakanatau yang dikenal dengan pada tahun 1993 kesadaran Wajib
istilah Sunset Policyditerapkan di Pajak dalam menyampaikan Surat
Indonesia, dimana pemberlakuan Pemberitahuan (SPT) masih kurang
Sunset Policy ini dimulai pada 1 dan juga pengetahuan dan
januari 2008 hingga 31 maret 2009 pemahaman Wajib Pajak tentang tata
cara perpajakan pada tahun tersebut Pemberitahuan (SPT) tepat pada
masih rendah akibat kurangnya waktunya oleh Wajib Pajak sebesar
sarana informasi bagi Wajib Pajak. 6,84% setiap tahun. Meskipun
Kemudian pada tabel 4.3 jumlah ini kecil secara rata-rata,
dapat juga diketahui bahwa rata-rata namun hal ini sudah menunjukkan
pertumbuhan Kepatuhan Wajib Pajak bahwa kesadaran Wajib Pajak dalam
dalam melaporkan Surat memenuhi kewajiban perpajakannya
Pemberitahuan (SPT) tepat pada dengan cara melaporkan Surat
waktunya setiap tahun adalah sebesar Pemberitahuan (SPT) tepat pada
6,84%. Ini berarti bahwa terjadi waktunya selalu mengalami
peningkatan pelaporan Surat peningkatan setiap tahunnya.
Penerimaan Pajak pembangunan. Menurut Inpers RI
Dari sudut pandang nomor 5 Tahun 2003 bahwa peran
ekonomi, pajak merupakan penerimaan perpajakan semakin
penerimaan Negara yang digunakan signifikan dalam pendapatan Negara,
untuk mengarahkan kehidupan untuk itu upaya yang sudah dimulai
masyarakat menuju kesejahteraan dibidang ini perlu untuk
(Wirawan, 2003:5). Suryadi ditingkatkan. Data Penerimaan Pajak
(2006:105) menyatakan bahwa dari tahun 1993-2009 pada KPP
penerimaan pajak merupakan sumber Pratama Kendari dapat dilihat pada
pembiayaan Negara yang dominan tabel 8 berikut ini.
baik untuk belanja rutin maupun
Tabel 8 Data Penerimaan Pajak Penghasilan WPOP
Penerimaan Pertumbuhan
Tahun Persentase
PPH (Rp) (%)
1993 179.850.648 2%
1994 205.667.320 3% 14,35
1995 235.647.890 3% 14,58
1996 250.771.648 3% 6,42
1997 293.573.975 4% 17,07
1998 345.222.451 4% 17,59
1999 377.403.232 5% 9,32
2000 415.121.362 5% 9,99
2001 455.757.236 6% 9,79
2002 480.232.986 6% 5,37
2003 500.426.397 6% 4,20
2004 573.709.933 7% 14,64
2005 689.265.348 8% 20,14
2006 664.532.757 8% -3,59
2007 775.222.985 10% 16,66
2008 813.400.455 10% 4,92
2009 902.902.899 11% 11,00
Total 8.158.709.522 100% 172,47
Rata-rata 10,78
Sumber : KPP Pratama Kendari tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel mengalami peningkatan setiap
8 menunjukkan bahwa total tahunnya yang mengakibatkan pajak
Penerimaan Pajak Orang Pribadi yang harus ditanggung oleh Wajib
yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak menjadi lebih banyak, dimana
Pajak Pratama Kendari selama kurun hal ini didukung oleh kesadaran dan
waktu 1993-2009 yaitu sebesar kemauan Wajib Pajak untuk
Rp.8.158.709.522. Tingkat memenuhi kewajiban perpajakannya,
Penerimaan Pajak yang tertinggi terlebih lagi dengan adanya Program
ialah pada tahun 2009 yaitu sebesar pemberian fasilitas perpajakan
Rp.902.902.899 atau sekitar 11% (Sunset Policy) pada saat itu yang
dari total Penerimaan Pajak yang tentu saja akan berpengaruh pada
diterima selama periode tahun 1993- meningkatnya jumlah Penerimaan
2009. Hal ini disebabkan karena Pajak yang akan diterima oleh KPP
jumlah Wajib Pajak selalu Pratama Kendari.
Analisis Regresi Berganda
Tabel 9 Hasil Regresi
Variabel Koefisien Regresi T Sig.
PFP 1,362 2,188 0,046
KWP 84067,976 12,329 0,000
R =0,995 F Hitung = 702,688
R Square =0,990 F Sig = 0,000
a. Dependent Variable: ROA

Dimana :
PP = Penerimaan Pajak
PFP = Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan
KWP = Kepatuhan Wajib Pajak
Uji Asumsi Regresi
Uji Normalitas
Tabel 10 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardi
zed Residual
N 17
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. 22346542,0
Deviation 4858667
Most Extreme Absolute ,156
Differences Positive ,077
Negative -,156
Test Statistic ,156
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Berdasarkan Tabel 10 Dapat Uji Asumsi Klasik
dilihat bahwa Asymp. Sig 0,200 Untuk mengetahui data
lebih besar dari 0,05. Hal ini yang digunakan mengalami
menunjukan bahwa pada variabel penyimpangan atau tidak, perlu
Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan, dilakukan uji asumsi klasik sehingga
Kepatuhan Wajib Pajak dan untuk selanjutnya dapat dilakukan uji
Penerimaan Pajak memenuhi Uji regresi berganda. Uji asumsi klasik
Normalitas. terdiri dari Uji Multikolinearitas,
Heteroskesdastisitas, Uji
Autokorelasi. Dari uji asumsi klasik
diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji Multikolinearitas
Tabel 11 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 Pemanfaatan Fasilitas
,147 6,801
Perpajakan
Kepatuhan Wajib Pajak ,147 6,801
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak

Berdasarkan Tabel 11, maka dapat di simpulkan bahwa variabel


Kebijakan Pengampunan Pajak dan Penerimaan Pajak mempunyai nilai Tolerance
(>) 0,1 dan memiliki nilai VIF (<) 10,0. Hal ini menyatakan bahwa tidak
ditemukan gejala multikolineritas antara variabel independent.

Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2 Uji Heterokedastisitas
Pada Gambar 2 Grafik Scatter Plot dibaca dengan jelas. Hal ini
memperlihatkan bahwa titik-titik menunjukan bahwa dari data variabel
pada grafik tidak membentuk pola Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan,
tertentu yang jelas, dimana titik-titik Kepatuhan Wajib Pajak dan
tersebut menyebar keseluruh daerah Penerimaan Pajak tidak terjadi
sumbu X maupun sumbu Y, heteroskedastisitas.
sehingga grafik tersebut tidak bisa

Uji Autokorelasi
Tabel 12 Uji Autokorelasi
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .995a .990 .989 23889458.32 1.868
a. Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak, Kebijakan Pengampunan
Pajak
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui 2. Kepatuhan Wajib Pajak


nilai Durbin-Watson sebesar 1,868, berpengaruh positif
nilai ini akan dibandingkan dengan signifikan terhadap
nilai signifikansi 5%, jumlah sampel Penerimaan Pajak, yang
17(n) dan jumlah variabel berarti bahwa apabila
independen 2 (K=2). Maka diperoleh Kepatuhan Wajib Pajak
nilai du sebesar 1,5361. Nilai dw meningkat maka
1,868 lebih besar dari nilai du Penerimaan Pajak
sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkat.
tidak terdapat autokorelasi. Saran
Kesimpulan Berdasarkan analisis data
1. Pemanfaatan Fasilitas yang telah dilakukan, penulis
Perpajakan berpengaruh mencoba memberikan saran sebagai
positif signifikan terhadap berikut :
Penerimaan Pajak, yang Bagi Kantor Pelayanan Pajak
berarti bahwa apabila Pratama Kendari
Pemanfaatan Fasilitas 1. Berdasarkan hasil penelitian
Perpajakan (Sunset Policy) ditemukan bahwa
meningkat maka Pemanfaatan Fasilitas
Penerimaan Pajak akan Perpajakan berpengaruh
meningkat. Sebaliknya, signifikan terhadap
apabila Pemanfaatan Penerimaan Pajak. Namun,
Fasilitas Perpajakan (Sunset meskipun ini berpengaruh
Policy) menurun maka signifikan akan tetapi
Penerimaan Pajak menurun. kebijakan ini tidak boleh
dipergunakan setiap saat Pelayanan Pajak Pratama
karena akan menimbulkan Kendari.
hazard dari Wajib Pajak Bagi Peneliti Selanjutnya
dalam artian mereka akan 1. Penelitian ini hanya meneliti
sengaja untuk melakukan efek dari Pemanfaatan Fasilitas
penunggakan pembayaran Perpajakan (Sunset Policy)
pajak hanya untuk menunggu yang diberlakukan pada tahun
adanya pemberian fasilitas 2008-2009, dimana ditemukan
perpajakan (sunset policy). bahwa Pemanfaatan Fasilitas
2. Berdasarkan hasil penelitian Perpajakan berpengaruh
diketahui bahwa signifikan dalam meningkatkan
penyampaian SPT tahunan Penerimaan Pajak, maka
berpengaruh dalam disarankan bagi peneliti
peningkatan penerimaan selanjutnya untuk melakukan
pajak penghasilan, maka penelitian ulang dengan data
disarankan kepada KPP setelah tahun 2009 untuk
Pratama Kendari untuk lebih melihat apakah Penerimaan
meningkatkan kesadaran Pajak tetap mengalami
Wajib Pajak dalam peningkatan meskipun tidak
penyampaian SPT secara ada pemberian fasilitas
tepat waktu dengan cara perpajakan (sunset policy).
melakukan sosialisasi- 2. Dikarenakan jumlah sampel
sosialisasi yang sifatnya yang sedikit, maka disarankan
berkelanjutan baik itu secara bagi peneliti selanjutnya untuk
langsung maupun melalui menambah jumlah sampel,
media elektronik. sehingga kesimpulan yang
Bagi Wajib Pajak didapat bisa lebih
1. Wajib Pajak senantiasa digeneralisasikan, misalnya
harus meningkatkan dengan meneliti pelaksanaan
kesadaran akan pentingnya Sunset Policy di Kantor
pajak dengan cara Wilayah Direktorat Jenderal
membayar pajak tepat pada Pajak yang berada di Sulawesi
waktunya. Sebab harus kita Selatan.
sadari bahwa penerimaan
dari pajak itu digunakan
untuk membiayai DAFTAR PUSTAKA
pembangunan nasional yang
akan bermanfaat bagi Wajib Ashari. (2013). Pengaruh Kepatuhan
Pajak itu sendiri. Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Wajib Pajak yang kurang dan Pemeriksaan Pajak
paham mengenai tata cara terhadap Penerimaan Pajak
perpajakan dapat melakukan Penghasilan Pasal 25 Orang
konsultasi pada pihak KPP Pribadi pada Kantor
Pratama melalui seksi Pelayanan Pajak Pratama
pengawasan dan konsultasi Makassar Utara. Skripsi.
yang ada di Kantor Universitas Hasanuddin.
Cara Penyampaian atau
Diana Anastasia, Setiawati Lilis. Pembetulan Surat
(2014). Perpajakan - Teori dan Pemberitahuan dan Persyaratan
Peraturan Terkini, Yogyakarta Wajib Pajak yang Dapat
: C.V Andi Offset Diberikan Penghapusan Sanksi
Administrasi dalam Rangka
Fikriningrum, W. K. 2012. Analisis Penerapan Pasal 37A Undang-
Faktor-Faktor Yang Undang Nomor 6 Tahun 1983
Mempengaruhi Wajib Pajak Tentang Ketentuan Umum dan
Orang Pribadi Dalam Tata Cara Perpajakan
Memenuhi Kewajiban Sebagaimana Telah Beberapa
Membayar Pajak (Studi Kasus kali Diubah Terakhir Dengan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Undang-Undang Nomor 28
Pratama Semarang Candisari). Tahun 2007.
Skripsi program strata-1 Republik Indonesia. Undang-Undang
Fakultas Ekonomi dan Bisnis No. 17 tahun 2000 Tentang
Universitas Diponegoro Perubahan Ketiga Atas
Semarang. Undang-Undang Nomor 7
Mangunsong, Soddin. (2009). Tahun 1983 Tentang Pajak
Pengaruh Sunset Policy Dalam Penghasilan.
Penerimaan Pajak Studi Kasus Republik Indonesia. Undang-Undang
Pada KPP Pratama X di No. 28 tahun 2007 Tentang
Bandung. Jurnal Akuntansi, Perubahan Ketiga Atas
1(1), hal.99. Undang-Undang Nomor 6
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Yogyakarta: ANDI. Umum dan Tata Cara
Musyarofah, S., dan Purnomo, A. Perpajakan.
2008. Pengaruh Kesadaran Republik Indonesia. Undang-Undang
Dan Persepsi Tentang Sanksi, nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Dan Hasrat Membayar Pajak Definisi Wajib Pajak.
Terhadap Kepatuhan Wajib Republik Indonesia. Undang-Undang
Pajak. Jurnal Akuntansi, Nomor 36 tahun 2008 Pasal 17
Manajemen Bisnis dan Sektor ayat (1) Tentang Tarif Pajak
Publik. Vol. 5.No.1. Hlm.34- Penghasilan.
50. Oktober 2008 Republik Indonesia. Undang-Undang
Nasucha, Chaizi. Reformasi Nomor 36 tahun 2008 Pasal 4
Administrasi Publik : Teori ayat (1) Tentang Pajak
dan Aplikasi, Jakarta, PT. Penghasilan.
Gramedia Widiasarana Republik Indonesia. Undang-Undang
Indonesia, 2004. Republik Nomor 28 Tahun
Nurmantu, Safri. Pengantar 2009 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan, Jakarta, Granit dan Tata Cara Perpajakan,
Kelompok Yayasan Obor fungsi Surat Pemberitahuan
Indonesia, 2005. (SPT).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
66/PMK.03/2008 Tentang Tata
Salamun, AT. Pajak Citra dan Pelayanan Pajak (KPP)
Upaya Pembaharuannya. Pratama Badung Utara pada
Jakarta, PT. Bina Rena tahun pajak 2008. Fakultas
Pariwara, 1991. Ekonomi Universitas Udayana,
Simamora, Patar & Deni Suryaman. Bali, Indonesia
2015. Pengaruh Tingkat Tatiana Vanessa Rantung dan Priyo
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Hari Adi. 2009. Dampak
Pribadi Terhadap Penerimaan Program Sunset Policy
Pajak Penghasilan Orang Terhadap Fajtor-faktor yang
Pribadi Pada KPP Pratama Mempengaruhi Kemauan
Cibinong. Jurnal Ilmiah Membayar. Makalah
Manajemen Fakultas Simposium Nasional
Ekonomi.Vol 1 No 1 Perpajakan II. Madura.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan. Yeni. 2013. Pengaruh Tingkat
(2009). Kepatuhan Pajak (Tax Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Compliance) dan Bagi Hasil Terhadap Peningkatan
Pajak Dalam Perekonomian di Penerimaan Pajak yang
Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Dimoderasi oleh Pemeriksaan
dan Studi Pembangunan, 1(2), Pajak pada KPP Pratama
hal.9. Padang(Skripsi). Padang:
Smith, Adam. The Wealth Of Nation. Universitas Negeri Padang
Bantam Books, New York, Undang-undang Republik Indonesia
2003. Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Sumyar. (2004). Dasar-Dasar Perubahan Ketiga Atas
Hukum Pajak dan Perpajakan. Undang-undang Nomor 6
Yogyakarta : Universitas Atma Tahun 1983 Tentang
Jaya KetentuanUmum dan Tata
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Cara Perpajakan.
Kombinasi (Mixed Methods). Undang-undang No 28 tahun 2007
Bandung: Alfabeta. Tentang Ketentuan Umum dan
Supadmi, Ni Luh. 2013. Pengaruh Tata Cara Perpajakan
Efektivitas Kebijakan Sunset
Policy terhadap Penerimaan Undang-undang No 36 tahun 2008
Pajak Penghasilan di Kantor Tentang Pajak Penghasilan

Anda mungkin juga menyukai