Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizqi Halim Hediansyah

NIM : 145020300111044

BAB 8
PELAPORAN FINANSIAL NON REGULASI

Argumen teoritis seperti mengapa manajemen perusahaan memilih untuk secara


sukarela memberikan informasi tertentu kepada pihak luar organisasi. Argumen ini adalah
grounded/dasar dalam Teori Akuntansi Positif.

Perspektif teoretis alternatif yang mengatasi masalah ini diantaranya adalah


legitimacy theory/teori legitimasi, stakeholder theory/teori pemangku kepentingan dan
institutional theory/teori kelembagaan.

Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa suatu organisasi dan masyarakat
yang berorientasi ke sistem akan memungkinkan kita melihat peran informasi pada hubungan
yang terjadi antara organisasi, negara, individu, dan grup.

Teori Ekonomi Politik


Teori legitimasi dan stakeholder adalah teori yang diderivasi dari teori ekonomi
politik (Gray, Owen dan Adams,1996). Gray mendefinisikan ekonomi politik sebagai
kerangka pikir yang mengkaitkan masalah sosial, politik dan ekonomi. Masalah ekonomi
tidak dapat dipisahkan tanpa memperhatikan masalah sosial. Dengan menggunakan ekonomi
politik seorang peneliti dapat memperhatikan isu-isu (sosial) yang lebih luas yang berdampak
pada perusahaan, dan informasi apa yang harus diungkapkan. Guthrie dan Parker (1990)
menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik memandang pelaporan akuntansi sebagai
dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat untuk
pembangunan, penjagaan, dan legitimasi institusi-institusi ekonomi dan politik.
Pengungkapan mempunyai kapasitas untuk menyalurkan makna-makna sosial, politik, dan
ekonomi bagi pembaca laporan yang plural.
Teori ekonomi politik telah dibagi ke dalam dua bagian besar yang abu-abu/tidak
jelas, Owen & adam (1996) telah memberi label "klasik dan borjuis. Ekonomi politik klasik
adalah berkaitan dengan karya pilsuf seperti Karl Mark dan kelas kelas kepentingan, konflik
structural, ketimpangan, dan peran Negara (Owen & Adams, 1996). Kontras dengan borjuis
teori ekonomi politik menurut Kouhy dan lavers (1995) mengabaikan unsur-unsur yang lebih
besar dan, sebagai hasilnya, adalah konten untuk melihat dunia sebagai dasarnya pluralistik.

Teori Legitimasi
Teori legitimasi menyatakan organisasi secara kontinyu mencari cara agar beroperasi
dalam batas norma-norma masyarakat, artinya bahwa operasi perusahaan dipandang oleh
orang lain sebagai hal yang legitimate. Norma yang ada selalu berubah, sehingga perusahaan
harus menyesuaikan. Lindblom (1994) membedakan legitimasi sebagai status atau kondisi,
dan legitimasi sebagai proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang divonis/diputuskan
sah.

Teori legitimasi didasarkan pada ide bahwa ada kontrak sosial antara perusahaan
dengan masyarakat. Masyarakat sekarang mengharapkan perusahaan untuk melakukan
pencegahan kerusakan lingkungan, menjamin adanya keamanan bagi konsumen, karyawan.
Karena itu, perusahaan dengan lingkungan sosial yang jelek akan sulit meneruskan
operasinya. Teori legitimasi menekankan perusahaan untuk mempertimbangkan hak-hak
publik. Kegagalan untuk memenuhi harapan sosial (kontrak sosial) ini akan menimbulkan
sanksi dari masyarakat. Social contract merupakan harapan implisit dan eksplisit bahwa
dimilki masyarakat sekitar bagaimana organisasi harus melakukan kegiatan operasional
persyaratan hukum yang mungkin memberikan persyaratan eksplisit kontrak, sementara yang
lain mewujudkan harapan masyarakat yang implisit. Ide kontrak sosial ini bukanlah barang
baru, tapi sudah lama didiskusikan oleh para filsuf seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan
Rousseou.

Cara atau alat perusahaan untuk melegetimasi menurut Dowling dan Pfeffer adalah
sebagai berikut:
1. menyesuaikan output, tujuan, dan metode operasinya sesuai norma legitimasi masyarakat
2. menggunakan alat komunikasi untuk mengubah pandangan masyarakat.
3. mengkomunikasikan maksudnya agar sesuai dengan simbol-simbol legitimasi
masyarakat.
4. Sesuai dengan Dowling dan Pfeffer, perusahaan dapat menggunakan laporan tahunan
perusahaan sebagai public disclosure. Misal, perusahaan menyediakan informasi untuk
menagkal berita negatif.
5. Hurst (1970) menyatakan bahwa salah satu fungsi akuntansi adalah untuk melegitimasi
eksistensi perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tidak sesuai dengan norma/harapan
masyarakat akan kena penalti. Istilah lisensi beroperasi merujuk ke pengertian
kontrak sosial.

Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi


Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi digunakan oleh banyak peneliti meneliti
praktek pelaporan sosial dan lingkungan. Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi digunakan
untuk mencoba untuk menjelaskan pengungkapan. Pengungkapan merupakan bagian dari
strategi portofolio dilakukan untuk membawa legitimasi atau mempertahankan legitimasi
organisasi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hogner (1982) meneliti corporate social
reporting dalam laporan tahunan pada US Steel Corporation selama 8 tahun menunjukkan
bahwa luasnya social disclosure dari tahun ke tahun bervariasi, dan variasi tsb mungkin
karena harapan masyarakat yang juga berubah. Bagaimana cara perusahaan menentukan
harapan-harapan masyarakat? Caranya dengan meneliti melalui koran/media. Media biasanya
bisa membentuk opini harapan masyarakat. Brown dan Deegan menyatakan bahwa liputan
media terhadap isu tertentu merupakan proxy hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat.
Media Agenda Setting Theory. Semakin tinggi liputan media berkorelasi dengan tingginya
pengungkapan dalam laporan tahunan.
Teori legitimasi sangat mirip dengan political cost hypothesis yang ada dalam positive
accounting theory. Selain ada kemiripan, ada juga perbedaanya yaitu teori legitimasi tidak
berdasarkan pada asumsi ekonomi bahwa semua tindakan didorong oleh kepentingan pribadi
(maksimisasi kesejahteraan). Juga tidak menggunakan asumsi efisiensi pasar.

Teori Stakeholder
Teori Stakeholder mempunyai 2 cabang yaitu cabang yang ethical (moral atau
normatif) dan cabang positif (manajerial). Kedua teori secara eksplisit mempertimbangkan
berbagai kelompok (dari stakeholder) yang ada dalam masyarakat, bagaimana harapan dari
kelompok stakeholder tertentu dapat mempunyai lebih (kurang) pengaruh pada strategi
perusahaan. hal ini dapat mempunyai implikasi bagaimana harapan stakeholder
dipertimbangkan dan dikelola oleh perusahaan.

a. Teori stakeholder ethikal


Teori ini menyatakan semua stakeholder mempunyai hak untuk diperlakukan secara fair
atau adil oleh perusahaan. Siapapun stakeholder harus diperlakukan dengan baik.
Stakeholder mempunyai hak instrisik yang tidak boleh dilanggar (seperti gaji yang
wajar). Definisi stakeholder (Freeman & Reed): grup atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan. Clarkson membagi
stakeholder menjadi 2 yaitu stakeholder primer dan sekunder. Stakeholder primer adalah
pihak yang mempunyai kontribusi nyata terhadap perusahaan, tanpa pihak ini perusahaan
tidak akan bisa hidup. Sedang stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak akan
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan secara langsung. Menurut Clarkson
stakeholder primer harus diperhatikan oleh manajemen agar perusahaan bisa hidup.
Namun pernyataan ini ditentang oleh teori stakeholder cabang etika yang beragumentasi
bahwa semua stakeholder mempunyai hak yang sama untuk diperhatikan oleh
manajemen. Semua stakeholder mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai
bagaimana dampak perusahaan bagi mereka. Berkaitan dengan hak informasi, Gray
menyarankan menggunakan perspektif model akuntabilitas. Akuntabilitas adalah
kewajiban untuk menyediakan laporan atas tindakan mereka sebagai wujud
tanggungjawabnya. Akuntabilitas meliputi 2 kewajiban: 1) kewajiban/tanggungjawab
melakukan tindakan tertentu, 2) tanggungjawab menyediakan laporan akibat tindakan
tersebut. Dengan model akuntabilitas tersebut, maka pelaporan dianggap dipicu oleh
tanggungjawab, bukan dipicu karena permintaan.
b. Teori Stakeholder Managerial
Teori ini lebih terpusat pada organisasi (organization-centered). Perusahaan harus
mengidentifikasi perhatian para stakeholder. Semakin penting stakeholder bagi
perusahaan, semakin banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk mengelola
hubungannya dengan stakeholder ini. Informasi adalah elemen penting yang dapat
dipakai oleh perusahaan untuk mengelola (memanipulasi) stakeholder agar supaya terus
mendapatkan dukungan. Perusahaan tidak akan memperhatikan semua kepentingan
stakeholder secara sama, tapi hanya kepada yang sangat powerfull saja. Power
stakeholder (kreditor, pemilik, dll) dipandang sebagai fungsi tingkat kontrol stakeholder
terhadap sumber daya perusahaan. Semakin tinggi tingkat kontrol stakeholder terhadap
sumber daya perusahaan, maka semakin tinggi perhatian perusahaan terhadap
stakeholder ini. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat memuaskan
permintaan berbagai stakeholder.

Uji Empirik Terhadap Teori Stakeholder


Manfaat teori ini adalah digunakan untuk menguji kemampuan stakeholder dalam
mempengaruhi disclosure CSR (corporate social responsibility). Roberts (1992) menemukan
bahwa ukuran power stakeholder dan kebutuhan informasi yang terkait dapat menjelaskan
mengenai level dan tipe disclosure CSR. Neu, Warsame, dan Pedwell (1998) juga
mendukung temuan bahwa sekelompok stakeholder tertentu dapat menjadi lebih efektif dari
pada kelompok yang lain dalam meminta disclosure CSR. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perusahaan menjadi lebih responsif terhadap permintaan stakehoder finansial dan regulator
(pemerintah) dibanding stakeholder pemerhati lingkungan. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder saling bersaing kepentingannya,
maka perusahaan akan memilih stakeholder yang paling penting. Sayangnya Teori
stakeholder manajerial tidak secara langsung memberikan resep mengenai informasi apa yang
harus diungkapkan. Sehingga ini akan menimbulkan masalah siapa stakeholder yang paling
penting (powerfull), dan informasi apa yang dibutuhkan oleh stakeholder.

Anda mungkin juga menyukai