SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu (S-1)
Disusun Oleh :
Depita N Pandiangan
8111411034
NEGERI SEMARANG
2015
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul Pembatalan Akta Jual Beli Tanah (Analisis Putusan
Hari :
Tanggal :
Mengetahui, Menyetujui,
Pembantu Dekan Bidang Akademik Dosen Pembimbing I
Fakultas Hukum
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Pembatalan Akta Jual Beli Tanah (Analisis Putusan
telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Hukum (FH)
Hari : Selasa
Tanggal : 29 September 2015
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
DekanFakustasHukum
iii
PERNYATAAN
orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau
seluuruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab aku
ini Allahmu, Aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau dengan
Persembahan :
Pandiangan.
memberikan semanggat.
5. Sahabat-sahabatku.
6. Almamaterku UNNES.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas
memenuhi salah satu persyaratan untuk menempuh ujian akhir guna memperoleh
berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini: Maka pada
Semarang;
2. Drs. Sartono Sahlan, M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang;
3. Rofi Wahanisa, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas
skripsi;
5. Dr. Martitah. M.,Hum, selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan
vii
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang atas
7. Bapak Ari Widodo, S.H., selaku Hakim Pengadilan Negeri Semarang yang
penulis;
8. Panitera dan Staf Pengadilan Negeri Semarang yang membantu dalam proses
penelitian penulis;
10. Staf Pegawai BPN kota Semarang yang membantu dalam proses penelitian
penulis;
11. Kedua orangtuaku tercinta J.Pandiangan dan N. Nadeak terima kasih atas
13. Seluruh Ikatan Mahasiswa asal Samosir Semarang, Ikatan Mahasiswa Batak
viii
14. Seluruh keluarga Edika Kost,Terutama adek-adekku penyemangatku Santi
Semarang yang selama ini memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membagun.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
ix
ABSTRAK
Depita Pandiangan. 2015. Pembatalan Akta jual beli tanah (Analisis Putusan
No 190/Pdt.G/2009/PN.Smg). Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Aprila Niravita, S.H.,M.Kn.
Akta Jual Beli merupakan Akta autentik sebagai alat bukti terkuat
mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan
masyarakat yang dapat menentukan secara tegas hak dan kewajiban sehingga
menjamin kepastian hukum dan sekaligus dapat menghindari terjadinya sengketa.
Jika terjadi sengketa seperti pembatalan akta autentik. Akta otentik Sebagai alat
bukti yang terkuat dan memiliki kekuatan pembuktian sempurna di pengadilan .
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)
Bagaimanakah prosedur pembatalan akta jual beli tanah dalam putusan No
190/Pdt.G/2009/PN Smg, (2) Akibat hukum dari pembatalan akta jual beli tanah
dalam putusan No 190/Pdt.G/2009/PN Smg.
Peneltian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan
mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam buku hukum positif
yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum terhadap
sengketa pembatalan akat jual beli tanah. Dalam hal ini dengan merujuk kepada
peraturan pembatalan akta jual beli tanah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembatalan akta jual beli tanah
diakibatkan oleh adanya kecacatan hukum dan tidak terpenuhinya persyaratan
yang dilakukan oleh dua belah pihak sehingga mengakibatkan tidak sah jaul beli
akta tanah tersebut. Dalam pengajuan gugatan tersebut penggugat mendapat hasil
dengan putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan negri semarang berupa batalnya
akta jual beli tanah dan sertifikat atas tanah tanah akan dikembalikan kepada
penggugat.
Dapat disimpulkan bahwa 1)proses pembatalan akta jual beli tanah adalah
diakibatkan oleh adanya cacat hukum dan proses peralihan tanah tersebut para pihak
yang berkepentingan tidak diukutkan sehingga mengakibatkan akta jual beli tidak
sah. 2) akibat hukum dari pembatalan akta tersebut adalah batalnya akta otentik
tersebut dan penguasaan atas tanah tersebut dikembalikan kepada pemilik
sebelumnya.
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .............................................................................................................. iv
HALAMAN PUBLIKASIv
ABSTRAK ........................................................................................................................x
xi
2.2.1 Hak atas Tanah. ......................................................15
2.3.1 Jenis-jenis hak atas Tanah. .........................................................16
2.2 Tinjauan Umum Tentang Peralihan hak atas Tanah ..............................................22
2.2.1 Pengertian Pendaftara Tanah......................................................................22
2.2.2 Hak Penguasaan atas Tanah........................................................................24
2.3 Tinjauan Umum Tentang Pendaftaran Tanah.........................................................27
2.3.1 Pengertian Pendaftaran Tanah....................................................27
2.3.2 Kegiatan Pendaftaran Tanah...............................................28
2.3.3 Pemeliharaan dan Pendaftaran Tanah.........................................32
2.3.4 Alat Bukti Pendaftaran Tanah....................................................................33
2.4 Tinjauan Tentang sertifikat ats Tanah.................................35
2.4.1 Pengertian Sertifikat Tanah........................................................36
2.4.2 Fungsi Sertifikat Tanah ..............................................36
2.4.3 Kedudukan Sertifikat terhadap Hak Atas Tanah....37
2.4.5 Kekuatan Sertifikat terhadap Hak Atas Tanah...........................................38
2.4.6 Akta Otentik...40
2.5 Pejabat Pembuat Akta Tanah..41
2.6 Tinjauan umum tentang jua beli Tanah....43
2.6.1 Jual beli Tanah menurut UUPA...46
2.6.2 Jual beli Tanah menurut KUHperdata.46
2.7 Tinjauan Umum Tentang Pembatalan Akta Jual beli Tanah......49
2.7.1 Pembatalan sertifikat Atas Tanah.....49
2.7.2 Akibat Pembatalan Jual Beli Tanah.53
2.7.3 Dasar Hukum Pembatalan Jual Beli Tanah..55
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................57
3.1 Metode Penelitian............................................................................58
3.2 Jenis Penelitian ....................................................................................................58
3.3 Spesifikasi Penelitian............................................................................................59
3.4 Lokasi Penelitian...................................................................................................59
3.5 Metode Pengumpulan Data..................................................................................60
3.6 Tehnik Pengumpulan Data....................................................................................61
xii
3.7 Teknik Analisis Data ...........................................................................................63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................65
4.1 HASIL PENELITIAN ..........................................................................................65
4.1.1. Kasus Posisi .................................................................................................65
4.1.2. Prosedur Pembatalan Akta Jual beli Tanah Dalam Putusan No.
190./Pdt.G/2009/PN.Smg................................68
4.1.3. Akibat Hukum Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Dalam Putusan
No.190/Pdt.G/2009/PN.Smg...79
4.2 PEMBAHASAN ...................................................................................................81
4.2.1. Prosedur Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Dalam Putusan
No.190/Pdt.G/2009/PN.Smg...81
4.2.2. Akibat hukum Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Dalam Putusan
No.190/Pdt.G/2009/PN.Smg...96
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................105
5.1. Simpulan .............................................................................................................105
5.2. Saran .................................................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................108
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Negri Semarang
Kota Semarang.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sehingga masalah pertanahan menjadi hal yang sering dihadapi oleh masyarakat.
pengesahan atas pertanahan tersebut agar dalam menguasi tanah tersebut tidak
jaminan dalam bidang pertanahan perlu adanya kepastian hukum atas tanah dan
isinya. Akta Otentik dari penjualan tanah harus dimiliki oleh setiap orang atau badan
hukum yang menguasai tanah sebab akta jual beli tanah adalah bukti penguasaan
atas tanah yang bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu-gugat oleh pihak-
pihak lainnya. Penguasaan tanah berarti jika ditinjau dari aspek waktu/lamanya
hak atas tanah tersebut, maksudnya pemegang hak atas tanah dilindungi dari
gangguan baik dari sesama warga negara dalam bentuk misalnya penguasaan ilegal
ataupun dari penguasa. Pada dasarnya jika pihak lain memerlukan tanah untuk
keperluan apapun, maka cara untuk memperoleh tanah yang diperlukan harus dilalui
dengan cara musyarah dengan pemegang hak ats tanah hingga tercapai kata
antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Tanah merupakan salah satu sumber
1
2
daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia
yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi rakyat Indonesia guna
segi kehidupan manusia dalam masyarakat yang bersifat politis, hukum, sosial
atau sebagai ruang tempat usaha atau permukiman. Makin meningkatnya jumlah
perlindungan atas hak-hak warga negara, antara lain hak warga negara untuk
mendapatkan, mempunyai, dan menikmati hak hidup. Hak milik atas tanah
sebagai salah satu jenis hak milik, sangat penting bagi negara, bangsa, dan rakyat
Hak atas tanah merupakan hak yang melekat yang tidak dapat dihilangkan
begitu saja. Hak atas tanah ,akan diperoleh setelah melakukan suatu transaksi
misalnya jual beli. Meskipun telah dilakukan transaksi jual-beli atas tanah, tidak
secara otomatis hak atas tanah beralih kepada pembeli, karena terlebih dahulu
harus melalui tahapan-tahapan tertentu agar kepemilikan tanah dapat beralih dari
lain adalah Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang mengatakan bahwa Bumi dan air
dan dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
Agraria, atau yang telah dikenal dengan dengan sebutan Undang-undang Pokok
bahwa untuk menuju cita-cita yang diamanahkan oleh pasal 33 ayat UUD 1945 itu
tidak perlu dan tidak pada tempatnya apabila Negara (sebagai organisasi
kekuasaan dari seluruh indonesia) menjadi pemilik dalam arti keperdataan atas
bumi, air dan kekayaan alam lainnya, tetapi yang tepat adalah negara sebagai Badan
negara dan aparat-aparatnya serta seluruh masyarakat mengenai arti kata negara
dan aparat-aparatnya serta seluruh masyarakat uang mengenai arti kata Negara-
negara dalam ketentuan pasal 2 ayat (1) UUPA, Bumi, air dan ruang angkasa
dalam pasal tersebut tidak boleh diartikan dimiliki, tetapi harus diartikan sebagai
dari) bumi, air dan ruang angkasa, Menentukan dan mengatur hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa. Pendaftaran tanah juga sama hal pentingnya dalam kepemilikan
hak atas tanah. Berdasarkan pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
1997 tentang pendaftaran tanah dapat diketahui bahwa untuk peralihan hak atas
diperlukan suatu akta tanah. Namun terhadap ketentuan dalam pasal 37 ayat 1
adat. Peralihan hak atas tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa memenuhi
terjadi pemindahan hak dari penjual. Pemilikan atas tanah dapat memberikan
manfaat dan kegunaan dalam berbagai aspek kepada pemiliknya, baik dalam
sengketa dapat terjadi karena karena berbagai macam hal, sengketa tersebut dapat
terdapat cacat hukum dalam perjanjian kedua pihak ataupun masalah lainnya yang
Indonesia bersifat dualisme, artinya selain diakui berlakunya hukum tanah adat yang
bersumber dari hukum adat, diakui pula peraturan-peraturan mengenai tanah yang
didasarkan atas hukum barat. Tanah yang sudah didaftarkan harus memiliki bukti-
bukti autentik yang tentunya dalam bentuk tertulis dan di sahkan oleh pejabat
tanah setempat. Bukti autentik tersebut dibuat dalam bentuk sertifikat atas tanah.
kepemilikan atas suatu tanah terhadap mereka yang sudah terdaftar dalam
sertifikat tanah. Permasalahan sering terjadi saat ini adalah banyaknya kasus-
kasus yang meresahkan masyarakat akibat adanya sertikat tanah yang hilang,
hak atas tanah memunculkan rasa tidak aman bagi para pemegang sertifikat.
Seperti kasus yang terjadi di Indonesia dimana pembatalan jual-beli tanah terjadi
terjadi maka perlu sebagai pemegang hak atas tanah harus dilindungi dan harus
mendapatkan kepastian hukum agar terhindar dari gangguan baik dari sesama
penguasaan lainnya seperti yang dialami oleh Nyonya Heni dan Cindi Natalia Wetik
syarat sah untuk memilki hak atas tanah tersebut. Apabila perjanjian batal demi
hukum artinya semula tidak pernah dilakukan suatu perjanjian, dan dengan
demikian tidak pernah ada suatu perikatan. Sedangkan arti dari perjanjian yang
subjektif untuk sahnya suatu perjanjian sebgaimana diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata, yaitu kesepakatan pada pihak dan kecakapan para pihak untuk
kepemilikan tanahnya.
tanahnya.
tanah.
Putusan no 190/pdt.g/2009 ?
Putusan no 190/pdt.g/2009 ?
diantaranya;
Jual beli tanah menurut pasal 145 KUHperdata menyatakan bahwa jual- beli
tanah adalah sesuatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya artinya
berjanji untuk menyerahkan hak atas tanah yang bersangkutan kepada pembeli
dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual harga yang telah
disetujui. (Subekti,1963:11).
sebuah persyaratan atau perjanjian dimana kedua belah pihak tersebut bisa
Pengesahan oleh PPAT tersebut maka nantinya akan diterbitkan yang namanya
sertifikat, dari sertifkat ini berfungsi untuk pembuktian jika terjadi perbuatan
dengan mendapatkan sertifikat dan tidak melakukan cacat hukum maka untuk
pembatalan akta tersebut harus sesuai dengan prosedur yang sudah berlaku.
9
tentang pembatalan jual-beli tanah dan akibat hukumnya. Untuk lebih jelasnya
Bagan 1.1
Dasar Hukum :
skripsi agar memudahkan di dalam mempelajari seluruh isinya. Skripsi yang penulis
susun ini terbagi atas empat bab. Setiap bab terbagi lagi menjadi sub bab yang
Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar judul, lembar pengesahan,
BAB I. PENDAHULUAN
penulisan penelitian.
akta otentik dan tinjauan umum tentang pembatalan akta jual beli tanah,
Bab ini menjabarkan metode penelitian, sumber data, objek penelitian, teknik
Dalam bab ini penulis membahas tentang prosedur pembatalan akta jual
tentang akibat hukum dari pembatalan akta jual beli tanah di Pengadilan
Negeri Semarang. Pokok bahasan diperoleh dari hasil dari hasil penelitian
BAB V. PENUTUP
Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
dari pembahasan yang telah diuraikan diatas proses pembatalan akta jual beli
tanah dan akibat hukum dari pembatalan akta jual beli tanah.
Bagian akhir dari skripsi ini berupa daftar pustaka dan lampiran. Isi daftar
PUSTAKA
Istilah tanah (agrarian) berasal dari berasal dari beberapa bahasa, dalam
bahasa latin agre berarti tanah atau sebidang tanah, Agrarius berarti persawahan,
pertanahan atau tanah pertanian juga urusan pemelikan tanah, dalam bahasa
sedangkan dalam UUPA mempunyai arti sangat yaitu meliputi bumi, air dan
dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya. Dalam bahasa latin, Ager berarti tanah atau sebidang tanah, Agrarius
bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali, keadaan bumi disuatu tempat,
bidang pertanahan. Lingkup pengertian agrarian dan hukum agrarian dalam UUPA
bahkan meliputi ruang angkasa, yaitu ruang diatas bumi dan air yang mengandung
13
14
tenaga dan unsur-unsur dalam ruang diatas bumi dan air yang mengandung tenaga
pengertian dari tanah meliputi permukaan bumi yang ada didaratan, permukaan
bumi yang ada di bawah air termasuk air laut. (Boedi harsono,2008: 6). Dari
kekayaan alam.
b) Pengertian air adalah Air adalah semua air yang terdapat pada , di
pengertian ini air permukkan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada didarat.
bumi, gas alam, mineral dan batubara. Minyak bumi adalah hasil prose
lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh oleh prose
pengertian hukum tanah. Tanha merupakan bagian dari bumi yang disebut
permukaan bumi. Tanah yang dimaksud bukan mengatur tanah dalam segala
sapek, melainkan hanya mengatur dalam pasal 4 UUPAyaitu atas dasar hak
adanya macam-macam hak atas permukaan bukti yang disebut tanah , yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersam- sama
dengan orang lain serta badan hukum Dengan demikian bahwa tanah dalam
pengertian yuridis adalah permukkan bumi, sedangkan hak atas tanha adalah hak
atas sebagian tertentu permukaan bumi , yang terbatas dimensi dua dengan ukuran
panjang dan lebar. Sedangkan nauang dalam pengertian yuridis, yaitu berbatas
Hak Atas Tanah terdapat pada pasal-pasal UUPA yang menyebutkan adanya
dan macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 14 ayat 1, 2, 16 ayat 1 dan
a) Atas dasar hak mengenai dari negara sebagai dimaksud dalam pasal 2,
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
badan-badan hukum.
16
b) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini member
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar
1. Hak milik
Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah dan member kewenangan untuk menggunakannya bagi segala
macam keperluan selama waktu yang tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan
khusus unutuk itu.( Boedi Harsono, 2008: 292). Ciri-ciri dari Hak Milik adalah,;
e) Terjadinya hak milik karena hukum adat dan penetapan Pemerintah, serta
Hak guna bangunan adalah salah satu hak lainnya yang diatur dalam undang-
Dalam hal ini pemilik bangunan berbeda dari pemilik hak atas tanah
dimana bangunan berbeda dari pemilik hak atas tanah dimana bangunan tersebut
didirikan. Ini berarti seorang pemegang Hak Guna Bangunan adalah berebeda dari
pemegang Hak Milik atas bidang tanah dimana bangunan tersebut didirikan.
Mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara ,karena penetapan pemerintah.
a. Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada Pihak lain.
berkedudukan di Indonesia.
Hak Tanggungan.
Subjek hukum yang dapat menjadi pemegang hak guna bangunan adalah
Bangunan oleh badan hukum yang didirikan menurut ketentuan hukum Negara
ini berarti badan hukum yang didirikan menurut ketentuan hukum Indonesia tetapi
Tanah yang dapat diberikan dengan Hak guna Bangunan diatur dalam
pasal 21 Peraturan Pemerintah tahun 1996 menentukan bahwa, tanah yang dapat
diberikan dengan Hak Guna Bangunan adalah tanah negara, Tanah hak Pengelolaan,
Tanah Hak Milik. Hak Guna Bangunan di Atas tanah negara dan hak Pengelolaan
ketentuan mengenai hak milik hak guna Bangunan di atas tanah negara Pengelolaan
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 menentukan bahwa pada dasrnya Hak
Guna Bangunan yang diberikan diatas tanah Negara atau tanha Hak Pengelolaan
pemberian hak atas Tanah Negara, Khususnya ketentuan dalam pasal 4, pasal 9
Pokok Agraria, Dalam rumusan pasal ini Hak Guna Bangunan yang diberikan diatas
hak pengelolaan atau diatas hak Milik. Terhadap Hak Guna Bangunan yang
diberikan diatas tanah hak Milik, karena pemberian tersebut lahir dari perjanjian
maka sebgai konsekuensinya dari sifat perjanjian itu sendiri, yang menurut
ketentuan pasal 1315 dan pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum perdata
hanya berlaku diantara pihak, yaitu pemegang Hak Milik dan pemegang Hak
Guna Bangunan di atas Hak milik tersebut, setiap tindakan yang berhubungan
dengan Hak Guna Bangunan diatas bidang tanah tersebut, termasuk peralihannya.
Hak Guna Bangunan atas Negara dengan hak Guna Bangunan yang
diberikan diatas Pengelolaan atau diats tanah hak Milik. Terhadap Hak Guna
Bangunan yang diberikan diatas tanah Hak Milik, karena pemberian tersebut lahir
dari perjanjian, maka sebagian konsekuensi dari sifat perjanjian itu sendiri, yang
menurut ketentuan pasal 1315 dan pasal 1340 kitab Undang-undang Hukum Perdata
hanya berlaku diantara para pihak, yaitu pemegang hak milik dan pemegang hak
guna bangunan diats hak milik tersebut. Ketentuan mengenai pendaftaran peralihan
Hak Guna Bangunan juga diatur dalam ketentuan yang sama seperti halnya
peralihan Hak milik dan hak Guna Usaha, yaitu mulai dari pasal 37 hingga pasal 46
diatur dalam ketentuan yang sama seperti halnya peralihan Hak Guna Bangunan
juga diatur dalam ketentuan yang sama seperti halnya peralihan Hak Milik dan
Hak Guna Usaha, yaitu dari pasal 37 hingga pasal 46 Peraturan Pemerintah No 24
3. Hak Pakai
Agraria adalah Hak pakai. Rumusan umum mengenai Hak pakai sebagai hak atas
tanah diatur dalam ketentuan pasal 41 Undang- Undang Poko Agraria, yang
menyatakan sebagai berikut, hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik
orang lain, yang member wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian pengolahan tanah,
undang-undang ini. Hak pakai dapat diberikan Selama jangka waktu yang
a) Negara Indonesia,
berkedudukan di Indonesia,
langsung oleh Negara maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain
dengan izin pejabat yang berwenang. Hak pakai atas tanah milik hanya dapat
dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang
Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang Hak guna usaha, hak Guna Bangunan dan
hak pakai atas tanah. Maka dapat disimpulkan bahwa hapusnya Hak pakai antara
Kewajiban
4. Hak sewa
Hak sewa adalah Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa
atas tanah apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan
bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Cirri-
3. Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak boleh
Indonesia.
Pengertian Peralihan hak atas tanah terjadi karena pewarisan wasiat dan
peraturan hukum pemindahan hak. Menurut Hukum Perdata jka pemegang suatu
hak atas tanah meninggal dunia, hak tersebut karena hukum beralih kepada ahli
warisnya. Peralihan hak tersebut kepada para ahli waris. Hukum Tanah memberikan
hal-hal mengenai pemberian surat tanda bukti pemelikannya oleh para ahli waris
tujuannya untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain (penerima hak).
Peralihan hak atas tanah dapat terjadi karena pewarisan tanpa wasiat dan
perbuatan hukum yaitu pemindahan hak (Boedi Harsono, 1999: 333). Peralihan hak
karena pewarisan tanpa wasiat berbeda dengan perbuatan hukum pemindahan hak,
mempunyai salah satu hak meninggal dunia maka haknya itu dengan sendirinya
menjadi hak ahli warisnya, sedangkan perbuatan hukum pemindahan hak adalah
peralihan hak dilakukan dnegan sengaja supaya hak tersebut terlepas dari
pemegangnya yang semula dan menjadi hak pihak lain. Perbuatan hukum
peralihan Hak untuk memindahkan hak atas tanah yang dimiliki kepada orang lain
kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.
e. Hibah wasiat(legant)
member itu masih hidup tetapi pelaksanaannya setelah yang memeberi itu
meninggal dunia.
dan pembayaran harga baik selurunya maupun sebagian dari pembeli syarat tunai.
Syarat terang berarti bahwa perjanjian jual beli tersebut dihadapan pejabat yang
berwenang membuat akta jual belinya yaitu PPAT dan disaksikan oleh dua orang
saksi. Syarat tunai berarti adanya dua perbuatan yang dilakukan secara bersaman
yaitu pemindahan hak dari si penjual kepada si pembeli dan pembayaran harga
Pengertian Penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik, juga dlam arti
yuridis, juga beraspek privat dan beraspek publik. Penguasaan dalam arti yuridis
adalah penguasan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada
umumnya memberi kewenangan untuk menguasai tanah. Hak penguasaan atas tanah
haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh,
wajib, atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan atau
dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi
kriteria atau tolak ukur pembeda diantar hak-hak penguasaan atas tanah yang
Pengaturan hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah dibagi menjadi
Hak penguasaan atas tanah ini belum dihubungkan dengan tanah dan orang atau
b) Menetapkan isinya, yaitu mengatur apa saja yang boleh, wajib, dan
dilarang untuk diperbuat oleh pemegang hak nya serta jangka waktu
penguasaanya
Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan tertentu sebagai
objeknya dan orang atau badan hukum tertentu sebagai subjek atau pemegang
berikut:
26
a) Wewenang Umum
tubuh dan air dan ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk
b) Wewenang khusus
macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada Hak Milik adalah
Tanah. Maka pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Pelaksanaan
untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftran tanah secara sistematik dan
pendaftaran yang dilakukan untuk pertama kali secara serentak yang meliputi
semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah atau
sporandik adalah Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak
atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya( Boedi harsono,
2008: 474-475).
kegiatan pengukuran data fisik meliputi kegiatan pengkuran dan pemetaan, kegiatan
awal dari kegiatan. Peta dasar pendaftaran ini digunakan baik untuk tanah yang
belum didaftarkan maupun pada tanah yang sudah didaftar. Dengan adanya peta
dasar pendaftran tersebut setiap tanah yang didaftarkan tersebut setiap tanah yang
dilapangan setiap saat. Dan dengan adanya peta dasar pendaftaran bidang-bidang
tanah lain dalam suatu wilayah sehingga dapat dihindarkan terjadinya penerbitan
oleh pemegang hak atas tanah dengan disetujui oleh pemegang hak atas tanah
Pendaftaran.
dasar pendaftaran, untuk tanah yang luas pemetaanya dilakukan dengan peta
tersendiri.
A. Hak-Hak Baru
akta ppat.
30
3. Tanah wakaf dibuktikan dengan Akta ikrar wakaf yang apabila dilihat
4. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan,
hak ini sama dengan tanah wakaf tersebut diatas apabila dilihat dari
objeknya maka pendaftaran pertama kali walaupun hak atas tanah yang
tanggungan.
B. Hak-hak Lama
tahun 1997 ayat 24 ayat 1 yang menyatakan bahwa, Untuk keperluan pendaftaran
hak-hak atas tanah yang berasal dari konersi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-
alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi
dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh panitia
ajudikasi dalam pendaftran tanah secara sistematik atau oleh kepala kantor
mendaftarkan hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
31
Surat tanda bukti hak bagi pemegang hak atas tanah adalah sertifikat, seperti
mengenai data fisik dan data yuridis mengenai suatu bidang tanah yang ada pada
peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, dan nah terbuka untuk dan buku tanah
terbuka untuk umum dan dapat diberikan secara visual maupun tertulis yang
diberikan dalam bentuk surat keterangan pendaftaran tanah. Hal ini sesuai dengan
dan simpan dikantor pertanahan dalam tempat khusu sesuai dengan tata cara
standart atau tempat lain yang ditentukan oleh menteri. Hal ini dinyatakan dalam
untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan perubahan- perubahan
yang terjadi dikemudian. Perubahan itu misalnya terjadi sebagai akibat beralihnya
dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak yang telah didaftarkan, hapusnya
atau diperpanjangnya jangka waktu yang sudah berakhir pemecahan, pemisahan dan
penggabungan bidanhg tanah yang haknya sudah didaftarkan Pada pasal 36 ayat
(2) PP NO 10 Tahun 1961 tentang ditentukan bahwa para pemegang hak yang
PPAT merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-
akta tanah tertentu sebagai yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan, yaitu akat pemindahan dan pembebanan hak atas tanah dan Hak Milik
atas satuan Rumah susun,dan akata pemberian kuasa untuk membebankan Hak
tanggungan. Akta yang dibuat oleh PPAT tersebut merupakan sumber data bagi
syarat yang ada sehingga akta yang dibuatnya dapat dijadikan sebagai dasar yang
hukum yang sah. Syarat tersebut misalnya adalah harus meminta sertifikat yang
diperlukan.
bukti pendaftaran hak atas tanah menjadi dua, yaitu alat bukti hak baru dan bukti
lama
2) Asli Akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak
milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna
5) Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan
tanggungan.
Alat- alat bukti tersebut merupakan alat bukti tertulis yang merupakan alat
bukti otentik yang merupakan alat bukti otentik yang mempunyai kekuatan
34
pembuktian yang sempurna. Alat bukti yang dimaksud sehingga orangtidak perlu
Alat bukti hak lama, menurut pasal 24 ayat 1 PP No.24 tahun 2007 tentang
Pendaftaran tanah sebagai berikut: Untuk keprluan pendaftaran hak, hak atas
tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti
6. Alat pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian.
Dalam UUPA tidak pernah disebut sertifikat tanah, namun seperti yang
dijumpai dalam pasal 19 ayat 2 huruf c ada disebutkannya surat tanda bukti hak,
surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atau sebidang
tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang
yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemelikan itu mempunyai bukti
yang kuat berupa surat yang di buat oleh instansi yang berwenang.
Secara umum sertifikat hak atas tanah merupakan bukti hak atas tanah.
dan pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yakni sertifikat
merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya sepanjang data fisik
dan data yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak
suatu hak atas bidang tanah tertentu. Data fisik mencakup keterangan mengania
letak, batas, dan luas tanah. Sedangkan data yuridis mencakup keterangan mengenai
lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Data fisik dan data yuridis dalam
buku tanah diuraikan dalam bentuk daftar, sedangkan data Fisik dalam surat Ukur
disajikan dalam peta dan uraian. Dalam Surat ukur dicantumkan keadaan, letak,luas,
Pasal 32 ayat (1) jo, Pasal 1 angka 20 dan Pasal 1 angka 6,7,17 dan angka 19
tanah yang belum dilengkapi dengan surat ukur disebut sertifikat sementara. Sebagai
ganti dari surat ukur, maka dimuat gambar situasi dalam sertifikat sementara
terbatas pada penunjukan objek hak yang didaftarkan ,bukan bukti data fisik.
Dengan dengan demikian surat tanda bukti hak atau sertifikat tanah berfungsi
menjadi pemegang hak milik atas tanah, kepastian hukum mengenai lokasi dari
tanah, batas serta luas suatu bidang tanah dan kepastian hukum tersebut dapat
Sertifikat hak atas tanah mempunyai fungsi utama yaitu sebagai bukti atas
hak atas tanah, hak atas satuan rumah susun dan hak tanggungan. Dalam
37
sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat. Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa siapapun termasuk
mempunyai fungsi untuk menjamin kepastian bagi pemegang hak atas tanah.
Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang
Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna
jika penggunaanya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi. Status
kepemilikan dari tanah untuk menjamin adanya kepastian hukum dan kepastian
untuk menjamin kepastian hukum dari tanah tersebut, kewajiban ini tertera
didalam pasal 19 UUPA, pasal tersebut juga mengenai pemberian surat bukti hak.
menyelenggarakan pula soal pendaftaran. Selain sebagai kepastian hukum dan untuk
kedudukan dari tanah tersebut perlu diadakan pendaftaran tanah, tujuan dari
bidang tanah yang data fisiknya belum lengkap atau masih disengketakan,
38
merupakan surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam
surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Sertifikat tanah merupakan tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan
data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang
32 ayat 1 bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data
yuridis yang tercantum didalamnya harus diterima sebagai data yang benar, baik
dipengadilan.
Akta otentik sebagaimana diterangkan dalam Pasal 165 H.I.R bahwa akta
otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempuanyai peranan penting
bisnis, kegiatan dibidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial dan lain lain,
kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan
ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, reional, maupun global. Melalui
39
akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang
untuk memasukan bahwa apa yang termuat dalam akta Notaris sungguh sunggh
telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak yaitu dengan cara
memabacakanya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta memberian akses
terkait bagi para pihak yang menandatangani akta. ( Tatanusa, 2014: 75-76 ).
Selain itu akta otentik juga memiliki kekuatan bukti Materiil yaitu apa apa
yang diterangkan yang tercantum dalam akta adalah benar -benar keterangan yang
sebenarnya. Maka dari itu jelas bahwa akta otentik memiliki 3 macam kekuatan
pembuktian yaitu :
bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut
telah terjadi;
ketiga pada tanggal yang tersebut dalam akta yang bersangkutan telah
68 ).
40
formal maka harus dibuktikan dari segi formalitas akta yaitu harus dapat embuktikan
dilihat, disaksikan dan didengar oleh Notaris, dan ketidakbenaran tandatangan para
pihak, saksi dan Notaris ataupun ada prosedur pembuatan akta yang dilakukan. (
Adjie, 2010: 19 ).
Akta Otentik dalam Pasal 165 H.I.R bahwa Akta Otentik adalah: Akta
Otentik, yaitu suatu surat yang diperbuat oleh atau dihadapan pegawai umum
yang berkuasa akan membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi kedua
belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapatkan hak
daripadanya, yaitu tentang segala hal yang disebut didalam surat itu dan juga tentang
yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan sahaja, tetapi yang tersebut
kemudian itu hanya sekedar yang diberitahukan itu langsung berhubung dalam
Jadi disimpulkan Akta Otentik merupakan suatu akata yang dibuat dengan
Kewenangan para pejabat dilakukan dibuat ditempat dimana akta itu dibuat dan
merupakan bukti yang cukup bagi para pihak berikut ahli warisnya serta seluruh
41
pihak-pihak yang terkait atau mempunyai hak dan kewajiban dengan pembuatan
Akta otentik bersifat akta partai, merupakan alat bukti yang tidak memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal tersebut disebabkan akta partai itu
hanya berlaku terhadap para pihak, ahli waris dari para pihak serta pihak ketiga yang
berkepentingan dengan akta itu. Akta Partai hanya sebagai alat pembuktian bebas(
formal maksudnya bahwa antara para pihak telah membuktikan apa yang ditulis
adalah benar dengan apa yang tercantum dalam akta tersebut. Pembuktian
material dimana para pihak bersangkutan membuktikan bahwa antara para pihak
Kekuatan pembuktian lahir atau keluar dimana disamping akta tersebut digunakan
sebagai alat bukti bagi para pihak, akta itu juga mengikat pihak ketiga yang
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) pasal 1 angka 1 yang menyatakan bahwa
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberi
tertentu mengenai hak atas Hak Milik Atas satuan Rumah Susun selanjutnya
a. PPAT adalah Pejabat umum yang diberi tugas dan wewenang khusus
pemindahan hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun dan
b. Akta yang dibuatnya adalah akta otentik, yang hanya dialah yang berhak
membuatnya
d. Akta PPAT bukan surat keputusan Pejabat Tata Usaha Negara karena
akta adalah relaas, yaitu suatu laporan tertulis dari pembuat akta berupa
wajib menolaknya.
dalam hukum agrarian, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih berlaku
dua macam hukum yang menjadi dasar bagi hukum pertanahan kita, yaitu hukum
adat hukum barat. Sehingga terdapat juga dua macam tanah yaitu tanah adat
(tanah Indonesia) tanah barat (tanah eropah). (Harun, 1987 : 50). Dalam
hukum, yang mana pihak penjual menyerahkan tanah yang dijualnya kepada
harus sebagaian) tanah tersebut kepada penjual. Maka mulai sejak itu hak atas tanah
telah beralih ari penjual kepada pembeli. Sehubungan dengan hal tersebut Boedi
Harsono berpendapat bahwa dalam hukum adat perbuatan pemindahan hak (jual-
berlaku,maka dari saat terjadinya persetujuan jual beli sampai kepada si pembeli
lainnya adalah lebih mirip kepada jual beli eigendom dari jual beli tanah dengan hak
milik Indonesia.
praktek adalah tanahnya, sehingga timbul istilah jual-beli tanah karena objek jual
belinya adalah hak atas tanah yang akan dijual. Memang benar bahwa tujuan
membeli hak atas tanah ialah supaya pembeli secara mengusai dan
mempergunakan tanah. Tetapi yang dibeli (dijual) itu bukan tanahnya, tetapi hak
pemindahan hak, yang sifatnya tunai,rill dan terang. Sifat tunai berarti berarti
penyerahan hak pembayaran harganya dilakukan pada saat yang sama. Jaul-beli
beli dilakukan oleh para pihak di hadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya.
jual-beli yang ditandatangani para pihak membuktikan telah terjadi pemindahan dari
beli dilakukan oleh para pihak dihadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya.
perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi). Akta jual beli
yang ditandatangani para pihak membuktikan telah terjadi pemindahan hak dari
memenuhi syarat tunai dan menunjukkan bahwa secara nyata atau rill perbuatan
hukum jual beli yang bersangkutan telah dilaksanakan. Akta tersebut tersebut
membuktikan bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum pemindahan hak untuk
Syarat jual-beli tanah ada dua, yaitu syarat materil dan syarat formil;
a. Syarat Materiil
Syarat materiil sangant menentukan akan sahnya jual-beli tanah tersebut dimana
sebagai penerima hak harus memenuhi syarat untuk memiliki tanah yang
dimilikinya. Menurut UUPA, yang dapat mempunyai hak milik atas tanah hanya
warga negara Indonesia tunggal dan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh
46
b. Syarat Formil
Akta Tanah) akan membuat akta jual-belinya. Akta jual-beli menurut pasal 37 PP
dengan membuat akta perjanjian jual-beli hak dihadapan notaries, dimana masing-
masing pihak saling berjanji untuk melakukan suatu prestasi berkenaan dengan
hak atas tanah yang menjadi obyek jual beli itu, yaitu pihak penjual untuk menjual
dan menyerahkan tanahnya kepada pembeli dan pembeli membeli dan membayar
karena perjanjian itu belum memindahkan hak milik. Adapun Hak milik baru
beli tanah yang tercantum dalam pasal 145 KUHPerdata menyatakan bahwa jual-
beli tanah adalah sesuatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya
(artinya berjanji) untuk menyerahkan hak atas tanah yang bersangkutan kepada
pembeli dan pembeli mengikatkan dirinya untuk memnayar kepada penjual harga
Untuk mengetahui jual-beli secara umum, kita lihat pasal 1457 kitab undang-
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan Jual-beli menurut
berjanji untuk menyerahkan hak milik atas sesuatu barang, sedangkan pihak yang
lainnya pembeli berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang
Tentang persetujuan jual beli pasal 1458 KUH Perdata menyebutkan jual-
beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya
dibayar (soedharyo soimin, 2001 : 86). Jual-beli hak atas tanah, merupakan hal
yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, didalm praktik lalu-lintas hukum. Akan
tetapi jual-beli atas tanah yang dilakukan oleh yang tidak berhak akan
Sebidang tanah yang merupakan harta warisan dari beberapa orang, maka
yang berhak menjual tanah tersebut adalah para ahli warisnya. Jadi
diperbolehkan seoarang saja yang bertindak sebagai penjual atau semua ahli
warisnya itu bertindak sebagai penjual dan apabila salah seorang tidak diikut
sertakan dalam jual-beli tersebut, maka jual beli batal. Dalam hal untuk menjual
tanah seseorang itu berhak atas sesuatu tanah , akan tetapi orang tersebut belum
48
yaitu masih dibawah untuk menjual haknya, karena belum dipenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu masih dibawah umur atau belum dewasa untuk bertindak sendiri
didalam hukum.
Dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1961 yang mengatur hak-hak
a. Hak Milik
Jual beli tanah yang ada objeknya adalah Hak Milik,Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah Negara yang harus dilakukan di
PPAT, dan dilakukan pula akta dibawah tangan dan dilakukan dihadapan PPAT
bahwa setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak asas tanah, harus
dibuktikan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.Jadi Jual-beli atas tanah
dilakukan dihadapan PPAT, yang sebagai bukti bahwa telah terjadi jual-beli hak
atas tanah.
Jual beli tanah yang ada objeknya adalah Hak Milik,Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah Negara yang harus dilakukan di
PPAT, dan dilakukan pula akta dibawah tangan dan dilakukan dihadapan PPAT
bahwa setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak asas tanah, harus
dibuktikan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.Jadi Jual-beli atas tanah
dilakukan dihadapan PPAT, yang sebagai bukti bahwa telah terjadi jual-beli hak
atas tanah.
perbuatan hukum atas tindakan hukum atau perbuatan hukumatas tuntutan dari
adalah suatu proses, cara, perbuatan membatalkan, atau suatu pernyataan batal.
Suatu akata merupakan suatu tulisan yang memang sengaja dibuat untuk dapat
dijadikan bukti bila ada suatu peristiwa dan ditanda tangani.(R. Subekti, 2001:
yaitu pembatalan karena tidak memenuhi syarat subyektif, dan pembatalan karena
adanya wanprestasi dari debitur. Pembatalan dapat diartikan dengan tiga syarat
yakni :
Negara Agraria/ kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 3 tahun 1999 tentang
Keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena keputusan tersebut
Nasional Nomor: 9 tahun 1999 tentang Tata cara Pemberian dan Pembatalan Hak
pemberian hak atas tanah atau sertifikat hak ats tanah karena keputusan tersebut
Pembatalan hak atas tanah dalam pasal 104 ayat (1) PMNA/KBPN No.
hukum.
undang-undang.
Apabila perjanjian batal demi hukum artinya dari semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian, dan dengan demikian tidak pernah ada suatu
apabila perjanjian tersebut tidak memenuhi unsure subjektif untuk sahnya perjanjian
sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu kesepakatan pada pihak
dan kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum, sedangkan pejabat
yang dapat membuatnya tidak dapat dihindarkan agar berbobot yang sama harus
dengan undang-undang.
52
Menurut ketentuan pasal 1266 ayat (1) KUHPerdata, syarat batal dianggap
perjanjian tersebut mengingkari apa yang telah diperjanjikan. Pasal 1266 ayat(2)
putusan hakim. Selanjutnya pasal 1266 ayat (3) KUH-Perdata menegaskan bahwa
dicantumkan dalam perjanjian. Dlam Praktik dilapangan para pihak yang membuat
suatu perjanjian seing mengabaikan ketentuan pasal 1266 ayat (2) tersebut.
maka akta tersebut membuktikan bahwa penerima hak (pembeli) sudah menjadi
Negari atas suatu akta PPAT dapat terbentuk batal demi hukum (van rechtswege
neiting) atau dapat dibatalkan (van rechtswege neiting) atau dapat dibatalkan
(verniettigbear), apabila suatu akta dari PPAT tidak memenuhi persyaratan yang
Perdata), yaitu apabila tidak memenuhi syarat subyektif ( sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya, cakap untuk berbuat sesuatu perjanjian) dan syarat objektif (
suatu akat PPAT dalam bentuk batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat
adanya kkapan dan yang terjadi karena kehilafan, paksaan, penipuan, membawa
keadaan perjanjian dibuat. Namun, Terhadap hal perjanjian tersebut untuk dibatlkan
dengan dasar tidak dipenuhinya syarat subjektif sahnya suatu perjanjian. Para pihak
yang merasa dirugikan harus mampu membuktikan bahwa perjanjian tersebut cacat
hukum atau tidak sah menurut hukum, (Tesis, Magister hukum Universitas syiah
Dengan demikian, akibat hukum terhadap akta jual-beli tanah yang dibuat
oleh PPAT mengandung suatu kecacatan hukum adalah akata jual beli tanah
hukum;
perjanjian, yaitu hal tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH
perdata;
perjanjian, yaitu sebab yang halal sebagaimana diatur dalam pasal 1320
KUH Perdata;
perjanjian, yaitu sebab yang halal sebagaimana datur dalam pasal 1320
KUH perdata;
perjanjian, yaitu sebab yang halal sebagimana diatur dalam pasal 1320
KUH Perdata:
pembatalan perjanjian jual beli tanah meskipun telah memiliki Akta Jual Beli Tanah
a. Kedudukan atau status penjual adalah pihak yang berhak menjual tanah;
a. UU KUHPerdata
Nomor 9 tahun1999
METODE PENELITIAN
masalah, sedang penelitian, adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan tertentu, di mana dalam hal itu langkah
yang dilakukan harus sesuai dan saling mendukung antar satu dengan yang lain,
sehingga dapat diharapkan agar penelitian mempunyai sifat yang cukup memadai
fakta hukum tersebut, kemudian mengusahakan suatu pemecah atas fakta hukum
56
57
hukum dapat ditinjau dari segi sifat, bentuk, tujuan dan penerapan serta ada
keterkaitan antara jenis penelitian dengan sistematika, metedo, serta analisa data
Dalam penulisan hukum ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah
bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier sebagai bahan utama (Soekanto
berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan
Jenis penelitian doktrinal atau normatif juga merupakan suatu penelitian yang
bersumber dari undang-undang atau peraturan hukum yang berlaku serta doktrin-
doktrin. Bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji dan dikaitkan dengan
deskriptif analis, yaitu suatu penelitian untuk memberikan data yang seteliti
untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-
membantu dan memperkuat teori lama atau dalam kerangka menyusun teori baru
(Ibrahim, 2008:310).
untuk menggambarkan semua data yang diperoleh yang berkaitan dengan judul
penelitian secara jelas dan rinci kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan
yang ada. Dalam penelitian ini, Penulis ingin memperoleh gambaran lengkap dan
jelas tentang pembatalan akta jual beli tanah dan akibat hukum dari batalnya jual
menggunakan jenis data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier
Sumber data penelitian adalah Sumber dari mana data dapat diperoleh
dalam setiap penelitian ilmilah, agar diperoleh data yang lengkap, benar, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
teori.metode teknik dan analisis normatif. Dan dalam hal ini dipergunakan data
serta menelita bahan pustaka yang merupakan data sekunder yang berhubungan
terdiri dari:
1. HIR
Agraria
tanah
60
wewenang PPAT.
7. Yurisprudensi
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku, skripsi, tesis, dan disertai jurnal-
berkaitan dengan dengan Akta jual beli tanah yaitu tentang pembatalan Akta
tanah.
berikut : Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
(Moleong, 2007:186).
pedoman yaitu daftar pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti, sedangkan
61
terhadap bahan bahan hukum yang telah terkumpul sesuai dengan permasalahan
yang diangkat.Dalam teknik analisis yang diperlukan adalah adanya disripsi yang
menguraikan kondisi hukum yang ada dalam permasalahan yang diangkat dalam
dilakukan analisis maka perlu adanya beberapa hal yang harus dilakukan dalam
1. Pengumpulan data
lapangan dan seluruh data baik yang bersala dari wawancara, observasi
maupun dokumentasi.
2. Reduksi data
Reduksi data bertujuan untuk membuang data yang tidak diperlukan dan
3. Penyajian Data
Dalam penyajian data peneliti membuat laporan hasil penelitian yang telah
pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat
2002:183)
Teknik analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis, yaitu
kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis
Analisis dilakukan secara kualitatif, berlaku bagi data dan studi kasus yang
di teliti dan dianalisis tersebut dilaporkan dalam bentuk skripsi. Hal ini tergantung
dari sifat penelitiannya yaitu mengenai Putusan Pengadilan Negeri Kota Semarang
No190/Pdt.G/2009/PN .Smg.
PENUTUP
5.1. SIMPULAN
otentik jual beli tanah tersebut. Akta jual-beli merupakan Akta Autentik
sebagai alat bukti terkuat dan mempunyai peranan penting dalam setiap
autentik sebagai alat bukti merupakan bukti terkuat dan memiliki kekuatan
hak waris yang diberikan kepada para penggugat yang berstatus ahliwaris
atasnya adalah milik para ahli waris dimana penggugat maupun tergugat
103
104
104
juga menyatakan bahwa akta jual beli No 17/2009 tanggal 4 juni 2009
dengan proses yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum dimana para
pihak yang berhak menguasai tanah dan bangunan SHM No 4175 yaitu
penggugat tidak ikut dilibatkan dalam perikatan perjanjian jual beli dengan
para tergugat.
Pengadilan Negeri Semarang dan menyatakan jual beli tanah tersebut batal
dan tanah sengketa menjadi hak milik dari penggugat, akibat dari
pembatalan dari akta PPAT ini dilakukan oleh kesalahan dari tergugat
administrasi pada akta tanah. Dengan batalnya akta jual beli tanah tersebut
penggugat, karena yang berhak atas hak milik dari tanah tersebut adalah
para ahli waris dari Almarhum Wetik Wetik Vicesco Laurentino Boyke
Suharso.
105
105
5.2. SARAN
dilakukan dalam suatu akta otentiik yang dibuat dihadapan notaris, agar
para pihak yang membuat perjanjian tersebut lebih terlindungi dan dalam
Notaris juga dalam pembuatan akta pengikat jual beli tanah diharapkan
tidak berpihak, agar akta jual beli yang dibuat dapat menjadi alat bukti
yang sempurna.
Sutedi, Andrian. 2009. Peralihan Hak atas Tanah. Jakarta : Sinar Grafika
Supriyadi. 2010. Aspek Hukum tanah Nasional. Pt. Pustaka Raya.
Suharnoko. 2009. Hukum Perjanjian Teori dan Aplikasi. Jakarta.Raja
Grafindo Persada.
106
107
107
107
b. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang KUHPerdata
Akmelan zulda putra. 2010. Akibat hukum dari pembatalan jual beli
tanah yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan PPAT Tesis
Fakultas Hukum Universitas Diponogoro
Buang Afandi. 2008. Akibat hukum Terhadap pembataln jual beli tanah di
Jakarta Tesis fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
d. Website
https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-agraria-suatu
pengantar. Diakses pada tanggal 17 februari 2015. Pukul 20.00 wib
108
108
108
https://ami23.wordpress.com/2012/05/12/pendaftaran-tanah/.Diakses Pada
tanggal 2 Maret 2015. Pukul 19.00
http://www.lontar.ui.ac.id/file=digital/1360022-T+28042-
Pembaruan+hukum-Tinjauan+literatur.pdf. Diakses pada tanggal 8
Maret 2015.Pukul 20.00 wib
http://massofawordpress.com/2011/01/04/peralihan-hak-atas-tanah-jual-
beli-tanah. Diakses pada tanggal 17 Maret 2015.Pukul 20.00 wib
109
109
109
110
110
110
111
111
111
112
112
112