Anda di halaman 1dari 24

Proklamasi Kemerdekaan dan

Konstitusi Pertama
1. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dapat dikelom- pokkan menjadi dua, yaitu sebelum tahun 1908
dan sesudah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu dapat digagalkan oleh penjajah. Hal itu karena
perjuangan masih bersifat kedaerahan, dan perjuangan masih berupa perjuangan fisik dengan senjata yang
sederhana.

Kegagalan perjuangan yang telah dilakukan mendorong pejuang mengubah taktik perjuangan melalui organisasi
sosial politik. Awal tahun
1908 mulailah bermunculan berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische
Partij, dan PNI. Sejak saat ituarahperjuanganbangsaIndonesiapunmakintegas,yaitumewujudkan persatuan nasional.
Langkah konkret para pemuda dalam mewujudkan persatuan adalah mengadakan rapat besar para pemuda
Indonesia. Rapat itu dikenal dengan Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I dihadiri oleh beberapa wakil
organisasi pemuda di daerah seperti Jong Java (Trikoro Dharmo), Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Jong Batavia, dan Jong Islamitent. Kongres Pemuda I ini dipimpin oleh M. Tabrani. Tujuan kongres ini
adalah memajukanpahampersatuandankebangsaan, serta mempererat hubungan antara semua perkumpulan
pemuda.

Kongres Pemuda I belum berhasil membentuk suatu organisasi yang bersifat nasional. Untuk itu, para pemuda
menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Kongres Pemuda II dimulai tanggal 27 Oktober 1928 di Ja- karta, tepatnya di
Gedung Katholieke Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik) di Lapangan Banteng. Kemudian, tanggal 28
Oktober 1928 mengadakan rapat kedua di Gedung Oost Java Bioscoop mulai pukul 8.00 12.00. Rapat dilanjutkan di
Gedung Indonesch Clubhuis (Gedung Sumpah Pemuda) Jl. Kramat Raya 106 Jakarta. Organisasi pemuda yang hadir
dalam kongres ini adalah dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Ambon, Jong Celebes,
Pemuda Betawi, Sekar Rukun, dan lain-lain. Dalam kongres ini, para pemuda mencetuskan ikrar yang dikenal dengan
nama Sumpah Pemuda. Isi ikrar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Peserta Kongres Pemuda II Indonesia bulan
Oktober 1928 di Jakarta

Awal tahun 1945, kedudukan Jepang di Indonesia makin berkurang. Jepang terlibat
perangbesaryangdikenaldenganPerangDuniaII. Padatanggal6Agustus1945,jatuhlahbomatom Amerika Serikat di kota
Hiroshima. Pemimpin- pemimpin Jepang menyadari bahwa negaranya telah mendekati kekalahan.Selain kota Hisroshima,
kota Nagasaki pun dibom oleh Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat ledakan dua bom tersebut,
ratusan ribu penduduk kota Nagasaki dan Hiroshima meninggal dan luka berat. Hal itu yang menyebabkan Kaisar
Jepang, Hirohito menyerah kepada Sekutu.
Pada tanggal 14 Agustus Jepang resmi menyerah kepada Sekutu. Berita penyerahan Jepang tersebut sampai
kepada salah satu pemuda Indonesia, Sutan Syahrir. Ia pun segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta dan
mendesak agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Namun, kedua pemimpin bangsa itu menolak
mengumumkan kemerdekaan Indonesia sebelum bermusyawarah dengan anggota PPKI lainnya.
Para pemuda segera melakukan pertemuan di Lembaga Bakteriologi di Jalan Pengangsaan Timur, Jakarta tanggal 15
Agustus 1945. Pertemuan itu memutuskan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu, Bung Karno dan Bung Hatta sebagai tokoh bangsa diharapkan ikut menyatakan proklamasi. Namun,
Sukarno tetap menolak dan ingin bermusyawarah dengan anggota PPKI lainnya.

a. Peristiwa Rengasdengklok
Pada Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 4.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta berhasil diamankan oleh para
pemuda ke luar kota Jakarta menuju Rengasdengklok. Kewibawaan kedua tokoh itu membuat para pemuda tidak
melakukan penekanan kepada Bung Karno dan Bung Hatta.
Namun,dalam pembicaraan antara kedua tokoh bangsa itu dengan Scudanco Singgih, tersirat adanya kesediaan
Sukarno untuk memproklamasikan kemerdekaan segera setelah kembali ke Jakarta. Scudanco Singgih pun segera
mengabarkan berita tersebut kepada para pemuda di Jakarta.
Sementara itu, terjadi kesepakatan antara Mr. Ahmad Subardjo (wakil golongan tua) dengan para pemuda. Kedua
kelompok tersebut sepakat untuk membawa kedua tokoh bangsa yang diamankan di Rengasdeng- klok kembali ke
Jakarta. Untuk itu, pada 16 Agustus 1945 pukul 16.00
WIB Ahmad Subardjo dan para pemuda menjemput Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
Akhirnya, pada pukul 21.00 WIB Bung Karno sampai di kediamannya. Malam itu juga pukul 02.00 WIB di rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta diadakan pembicaraan persiapan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

3. Sejarah Penyusunan Konstitusi Pertama Indonesia (18 Agustus 1945)


Setiap negara memiliki konstitusi. Demikian halnya bangsa Indonesia sebagai suatu negara juga memiliki konstitusi,
yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Pembentukan atau perumusan Undang-Undang Dasar 1945 ini menjadi konstitusi
Indonesia melalui beberapa tahap.
Pembuatankonstitusiinidiawalidenganproses perumusan Pancasila. Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima, dan sila yang berarti dasar. Jadi, Pancasila
memiliki arti lima dasar. Maksudnya, Pancasila memuat lima hal pokok yang diwujudkan dalam kelima silanya.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, tokoh-tokoh pendiri bangsa merumuskan dasar negara untuk pijakan dalam
penyelenggaraan negara. Awal kelahiran Pancasila dimulai pada saat penjajahan Jepang di Indonesia hampir berakhir.
Jepang yang mulai terdesak saat Perang Pasifik menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk
memenuhi janji tersebut, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
pada tanggal 28 Mei 1945. Badan ini beranggotakan 63 orang dan diketuai oleh dr. RadjimanWidyodiningrat. BPUPKI
bertugas untuk mempersiapkan dan merumuskan hal-hal mengenai tata pemerintahan Indonesia jika merdeka.Untuk
memperlancar tugasnya, BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja, di antaranya sebagai berikut.
a. Panitia sembilan yang diketuai oleh Ir. Sukarno. Tugas panitia ini adalah merumuskan naskah
rancanganpembukaanundang-undang dasar.
b. Panitia perancang UUD, juga diketuai oleh Ir. Sukarno. Di dalam panitia tersebut dibentuk lagi panitia kecil yang
diketuai Prof. Dr. Supomo.
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai Drs. Moh. Hatta. d. Panitia Pembela Tanah Air, yang diketuai
Abikusno Tjokrosuyoso.

BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama BPUPKI terselenggara pada tanggal 29 Mei - 1
Juni 1945. Pada persidangan ini dibahas perumusan dasar negara bagi Indonesia merdeka. Dalam pidato sambutan
pembukaan sidang, dr. Radjiman Widyodiningrat meminta para anggota untuk memberi saran mengenai
pembentukan dasar negara bagi Indonesia merdeka. Permintaan itu memperoleh sambutan dari para anggota sidang. Di
antara para tokoh yang memberi gagasan dasar negara adalah Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan Ir.
Sukarno.
Tokoh yang mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan gagasan tentang dasar negara adalah
Muhammad Yamin. Beliau menyampaikan pidatonya tentang dasar negara pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam
pidatonya, Muhammad Yamin menyampaikan lima Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Muhammad
Yamin menyampaikan pendapatnya sebagai berikut.
a. peri kebangsaan,
b. peri kemanusiaan,
c. Peri ke-Tuhanan,
d. peri kerakyatan, dan
e. kesejahteraan sosial.
Pada tanggal 31 Mei 1945 giliran Prof. Dr. Supomo menyampaikan gagasan mengenai dasar negara. Beliau
mengajukan gagasan dasar negara, yaitu:
a. persatuan,
b. kekeluargaan,
c. keseimbangan lahir dan batin,
d. musyawarah,
e. keadilan rakyat.
Padaesokharinya,yaitutanggal1Juni1945,Ir. Sukarno menyampaikan gagasannya. Pidato beliau tentang dasar
negara Indonesia merdeka dikenal dengan hari lahirnya istilah Pancasila sebagai dasar negara. Ir. Sukarno
menyampaikan rumusan lima dasar negara bagi Indonesia merdeka, yaitu:
a. kebangsaan,
b. internasionalisme atau peri kemanusiaan,
c. mufakat atau demokrasi,
d. kesejahteraan sosial, dan
e. ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Pernyataan gagasan dari Ir. Sukarno tersebut mengakhiri masa persidangan pertama BPUPKI. Dalam
persidangan pertama itu tidak ada kesimpulan yang diambil. Anggota yang hadir hanya diminta menyimak tentang
usulan-usulan dasar negara Indonesia merdeka.
Setelah masa persidangan yang pertama selesai, BPUPKI menjalani masa reses selama satu bulan. Namun,
sebelum masa reses, BPUPKI membentuk Panitia Kecil dengan ketua Ir. Sukarno. Tugas panitia ini menampung
saran, usulan, dari berbagai pemikiran dari anggota tentang dasar negara Indonesia merdeka. Panitia Kecil ini pada tanggal
22 Juni1945 mengadakan pertemuan dengan para aggota BPUPKI lainnya. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk
membentuk panitia dengan jumlah anggota sembilan orang. Panitia tersebut dinamakan Panitia Sembilan yang
bertugas menyusun rumusan dasar negara berdasarkan pemandangan umum anggota. Adapun anggota Panitia
Sembilan sebagai berikut.
1. Ir. Soekarno 6. Abdulkadir Muzakir
Drs. Mohammad Hatta K.H. Wachid Hasyim
2. 7.
Muhammad Yamin H. Agus Salim
3. Achmad Subardjo 8. Abikusno Tjokrosuyoso
A.A. Maramis
4. 9.
Pada akhirnya Panitia Sembilan
5. berhasil membuat rumusan tentang maksud dan tujuan pembentukan dasar negara
Indonesia merdeka. Hasil kerja Panitia Sembilan diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta oleh Muhammad
Yamin. Isi dari Piagam Jakarta adalah sebagai berikut.
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syriat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. persatuan Indonesia;
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
5. (serta dengan wewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sidang kedua dilaksanakan pada tanggal 10 - 17 Juli 1945. Pada pelaksanaan sidang kedua membahas tentang
rencana undang-undang dasar berikut pembukaannya. Untuk itu BPUPKI membentuk panitia yang dinamakan
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Panitia ini diketuai oleh Ir. Sukarno. Adapun seluruh aggotanya adalah
1. A.A. Maramis 10. K.H. Wachid Hasyim
Otto Iskandardinata Parada Harahap
2. 11.
Puruboyo Latuharhary
3. H. Agus Salim 12. Susanto Tirtoprojo
4. Achmad Subardjo 13. Sartono
6. Prof. Dr. Supomo 15. Wongsonegoro
5. 14.
7. Maria Ulfa Santosa 16. Wuryaningrat
R.P. Singgih Tan Eng Hoat
8. 17.
P.A. Husein Djayadiningrat dr. Sukiman
Pada sidang tanggal 11 Juli9.1945, panitia ini dengan suara bulat
18. menyetujui isi pembukaan undang-undang
dasar diambilkan dari isi Piagan Jakarta. Selanjutnya, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar membentuk panitia
kecil. Panitia ini diketuai oleh Prof. Dr. Supomo. Adapun anggota panitia kecil perancang undang-undang dasar
terdiri atas:
1. Prof. Dr. Supomo 5. R.P. Singgih

2. Wongsonegoro 6. H.A.M. Agus Salim


3. Achmad Subardjo 7. dr. Sukiman
4. A.A. Maramis

Tugas panitia ini membuat rancangan undang-undang dasar. Hasil kerja panitia itu dilaporkan kepada Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar dan diterima pada tanggal 13 Juli 1945. Pada persidangan tanggal 14 Juli 1945, Ir.
Sukarno melaporkan hasil kerja seluruh panitia yang mencakup tiga hal, yaitu:
a. Pernyataan Indonesia merdeka,
b. Pembukaan undang-undang dasar,
c. Undang-undang dasar itu sendiri (batang tubuh).
BPUPKI bersidang lagi pada tanggal 15 Juli 1945 untuk membicarakan rancangan undang-undang dasar.
Selanjutnya, pada tanggal 16 Juli 1945 anggota sidang menerima secara bulat rancangan undang-undang dasar. Dengan
demikian, tugas badan ini dalam menyiapkan dasar negara bagi Indonesia merdeka telah selesai.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Akan tetapi, para anggota mengusulkan pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI diresmikan tanggal 9 Agustus 1945. Akibat suasana yang
tidak menentu dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya maka panitia ini baru
dapat bekerja pada tanggal 18 Agustus 1945.
PPKI diketuai oleh Ir. Sukarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pertama kali bersidang diPejambon.Sebelumsidangdimulaibersidang, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta meminta Ki
Bagus Hadikusuma, K.H.Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Teuku Moh. Hassan untuk membahas
kembali rancangan undang- undang dasar. Peninjauan rancangan UUD ini dilakukan karena ada kelompok yang
tidak bersedia menerima kalimat yang terdapat pada sila pertama naskah Piagam Jakarta. Kelompok itu berasal dari
Indonesia bagian timur yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Keberatan ini disampaikan kepada Drs. Moh.
Hatta.Tokoh- tokoh dari Indonesia bagian timur merasa keberatan dengan kalimat yang berbunyi,Ketuhanan yang Maha
Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan seluruh wilayah Indonesia, maka kalimat pada sila pertama
diubah menjadinKetuhanan Yang Maha Esa. Perubahan kalimat tersebut dihasilkan setelah Drs. Moh Hatta
berdiskusi dengan tokoh-tokoh Islam.
Setelah semua tokoh menyetujui perubahan itu, PPKI menetapkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945. Bunyi Pancasila selengkapnya sebagai dasar negara Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
PPKI telah berhasil mengesahkan dasar negara Pancasila. Dengan dasar negara tersebut, bangsa Indonesia
mempunyai pijakan dalam melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Rapat
PPKI juga mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Otto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden
dan wakil presiden dilakukan dengan cara aklamasi. Ia mengajukan Sukarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai
wakil presiden. Semua peserta sidang menerima usul tersebut secara aklamasi.
Selanjutnya, rapat PPKI membahas pasal-pasal rancangan aturan peralihan dan tambahan. Dengan perubahan-
perubahan kecil, seluruh rancangan aturan peralihan dan tambahan itudisepakaiolehanggotarapat PPKI. Akhirnya,
rapat PPKI pun ditutup. Dengan demikian, pada tanggal 18
Agustus1945itu,bangsaIndonesiamemperolehlandasanbernegara(dasar negara), yaitu Pancasila dan UUD 1945 sebagai
konstitusi negara.

4. Konstitusi Pertama (18 Agustus 1945) Indonesia


Konstitusi pertama negara Republik Indonesia adalah UUD 1945. Undang-undang tersebut terdiri atas
pembukaan dan batang tubuh.
Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah jiwa perjuangan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sesuai
dengan Penjelasan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 memuat empat pokok pikiran sebagai berikut.
a. Negara persatuan adalah negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
c. Negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
d. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang mengandung makna yang berbeda-beda.
Alinea I : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea ini mengandung makna sebagai berikut.
a. Bangsa Indonesia menentang penjajahan karena penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan (dalil objektif ).
b. Bangsa Indonesia menginginkan kemerdekaan untuk diri sendiri (dalil subjektif ).
c. Bangsa Indonesia senantiasa mendukung kemerdekaan setiap bangsa.

Alinea II : Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat, sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Makna alinea ini sebagai berikut.
a. Adanya kesinambungan perjuangan.
b. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan.
c. Momentum yang telah dicapai tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
d. Kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Alinea III : Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebasmaka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Makna alinea ini sebagai berikut.
a. Pengukuhan proklamasi.
b. Motivasi spiritual yang menyatakan bahwa kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa.
c. Motivasi riil yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan material dan spiritual,
dunia akhirat.
Alinea IV : Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraanumum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indone- sia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Ke- adilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna alinea ini adalah sebagai berikut.
a. Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
b. Negara Indonesia berbentuk republik dan berkedaulatan rakyat.
c. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila.

Pembukaan UUD 1945 yang merupakan penuangan jiwa Pancasila mengandung empat pokok pikiran sebagai
berikut.
a. Negara persatuan adalah negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
c. Negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan per- musyawaratan/perwakilan.
d. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pembukaan UUD 1945 dibuat oleh pembentuk negara sebagai penjelmaan kehendak rakyat pada hakikatnya
terpisah dari Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pembukaan UUD 1945 memenuhi unsur-unsur
mutlak bagi suatu staats fundamental norm (pokok-pokok kaidah negara yang fundamental). Hal itu dikarenakan
beberapa alasan berikut.
a. Berdasarkan sejarah terjadinya, Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh pembentuk negara (PPKI).
b. Isi Pembukaan UUD 1945 menganut asas falsafah negara (Pancasila), asas politik negara, tujuan negara.
c. Pembukaan UUD 1945 menetapkan adanya suatu UUD Negara Indonesia.
Pada Konstitusi Pertama (18 Agustus 1945), Batang Tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab 37 pasal, dan 4 pasal Aturan
Peralihan, serta 2 ayat Aturan Tambahan (sebelum amandemen). Undang-undang dasar suatu negara merupakan
sebagian hukum dasar yang tertulis di Indonesia. UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat,
warga negara di mana pun dia berada, dan penduduk yang berada di wilayah negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 berisi norma, aturan atau ketentuan yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Norma, aturan, atau ketentuan itu juga terdapat dalam Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi sumber, dasar, dan asas bagi penyusunan tata tertib hukum di
Indonesia. Dengandemikian,UUD1945berkedudukansebagaitertib hukum tertinggi di Indonesia. UUD 1945
merupakan sumber hukum maka semua perundang-undangan harus bersumber pada UUD1945. UUD 1945
berfungsi sebagai alat kontrol dan alat pengecek peraturan perundangan.

a. Latar Belakang Sejarah Hak Asasi Manusia


Sejarah perjuangan menegakkan hak asasi manusia dimulai sekitar abad ke-13, yaitu ketika pada tahun 1215, Raja
John dari Inggris mengeluarkan sebuah piagam yang dikenal dengan nama Magna Charta atau Piagam Agung. Magna
Charta dibuat untuk membatasi kakuasaan raja. Raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja menciptakan hukum
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum itu) menjadi dibatasi kekuasaannya dan mula idiminta
pertanggungjawaban dimuka hukum. Perjuangan menegakkan HAM terus berlanjut hingga muncul peristiwa besar,
yaitu Revolusi Amerika (1776), dan Revolusi Prancis (1789).
1) Revolusi Amerika
Revolusi Amerika (1776) menghasilkan pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat. Hal itu ditandai dengan tiga
belas daerah jajahan Inggris di pantai Benua Amerika melepaskan diri dari jajahan Inggris. Sejak saat itulah berdiri
negara Amerika Serikat. Pada tahun 1789 rakyat Amerika pun menyusun Undang-Undang Hak yang disebut Bill of
Rights dan menjadi bagian dari UUD negara pada tahun 1791.
2) Revolusi Prancis
Revolusi Prancis adalah masa dalam sejarah Prancis antara tahun 1789 dan 1799. Saat itu para demokrat dan
pendukung republikanisme menerapkan monarkhi absolut di Prancis dan gereja Katolik Roma dipaksa
menjalani restrukturisasi yang radikal.
Revolusi Prancis (1789) menghasilkan beberapa peryataan yang lazim disebut pernyataan hak asasi manusia dan warga
negara. Pernyataan itu dikenal dengan Declaration des Droits de Ihomme et du Citoyen, yaitu suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama. Dalam
pernyataan tersebut terdapat rumusan, ... manusia dilahirkan sama dalam keadaan merdeka dan memiliki hak-hak
yang sama .... Dengan adanya pernyataan tersebut maka hilanglah hak istimewa yang dimiliki kaum bangsawan
dan gereja.

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara adalah dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara dalam bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dasar negara merupakan falsafah negara yang
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Falsafah negara atau dasar negara menjadi sikap hidup,
pandangan hidup bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dasar negara yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila.

Ideologi merupakan gabungan dua kata, yaitu idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan
cita-cita; sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan.
Ideologi merupakan suatu pemikiran tentang cita-cita yang dapat ditetapkan sebagai tujuan akhir, bukan
pengetahuan mengenai hal-hal yang objektif. Oleh karena itu, ideologi memikirkan mengenai kebenaran yang diyakini
dapat dijadikan tujuan hidup. Ideologi menghasilkan kebenaran- kebenaran yang dapat diterima dan diyakini sebagai
tujuan akhir.
a. Jenis Ideologi
1. Komunisme
Ideologi ini berasal dari ajaran Karl Marx. Paham komunis merupakan pandangan pada kepentingan bersama dalam
mencapai suatu tujuan, meskipun dengan menghalalkan semua jalan. Ajaran komunisme tidak mengenal Tuhan, tetapi
pada hukum matrialisme.
2. Liberalisme
Liberalisme berasal dari bahasa Latin liber yang artinya bebas. Liberalisme adalah suatu paham ditegakkannya
kebebasan bagi setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi yang sederajat dalam hal kemerdekaan
dan hak-hak dasarnya. Paham individualisme liberalisme menempatkan individu sebagai makhluk yang bebas dan
merdeka di atas segala doktrin dan politik.
3. Sosialisme
Sosialisme merupakan sebuah ideologi yang mempunyai pandangan adanya persamaan serta
kesamaan dalam menjalani kehidupan.
4. Fasisme
Sistem yang dianut paham ini adalah sistem kediktatoran yang disamakan dengan otoritarian.
Kekerasan serta hal-hal mengerikan ialah bentuk praktik dari ajaran fasisme. Pada paham ini lebih
menekankan secara khusus dan ketergantungan kepada pimpinan yang kharismatik . (Hitler, Benito
Mussolini dan Hideki Tojo)
5. Fundamentalisme
Sebuah sistem politik negara yang menetapkan agama sebgai ideologi.

Berikut ini beberapa contoh ideologi yang ada di negara-negara lain:


- RRC dan Korea Utara memiliki ideologi komunisme/maoisme
- Negara2 Eropa Timur dan Rusia (dahulu Uni Sovyet) memiliki ideologi sosialisme dan komunisme stalinisme.
- Eropa Barat dan Amerika Serikat memiliki ideologi liberalisme.
- Indonesia memiliki ideologi pancasila.

b. Lahirnya Ideologi Pancasila


Ideologi Indonesia tercermin dalam Pembukaan UUD 1945. Ideologi Indonesia merupakan ideologi perjuangan.
Ideologi perjuangan, yaitu ideologi yang mencerminkan jiwa dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Ideologi yang mengandung jiwa dan semangat itu
memberikan motivasi negara Indonesia untuk melakukan perjuangan kemerdekaan. Hal itu seperti yang dicantumkan
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I berbunyi, Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Keinginan dan cita-cita untuk mewujudkan kemerdekaan juga tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea II
berbunyi, ... Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keinginan untuk merdeka itu
dilaksanakan dalam bentuk perjuangan. Hal itu tercantum pada Pembukaan UUD 1945 Alinea III yang memuat
petunjuk atau tekad pelaksanaannya, perjuangan mewujudkan negara merdeka sehingga tercapai tujuan negara.
Perumusan Pancasila secara kausalitas dibedakan menjadi dua, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1) Perumusan (asal mula) Pancasila yang langsung. Asal mula Pancasila secara langsung dikemukakan oleh
Notonegoro yang mengutip pendapat Aristoteles, yaitu sebagai berikut.
(a) Kausa Materialis
Kausa materialis atau disebut sebab berupa materi/bahan. Sebab ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang
dari bahan apakah sesuatu (Pancasila) itu dibuat. Artinya bahwa nilai- nilai Pancasila berasal dari nilai-
nilai yang digali dari bangsa Indonesia sendiri berupa adat istiadat, budaya, dan religius.
(b) Kausa Formalis
Kausa formalis atau disebut sebab berupa bentuk. Sebab ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang
bagaimanakah bentuk dari sesuatu (Pancasila) itu dibuat. Kita ketahui bahwa bentuk Pancasila seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 telah diperjuangkan melalui usaha perumusan dan pembahasan
Pancasila oleh BPUPKI pada sidang I maupun sidang II BPUPKI.
(c) Kausa Effisien
Kausa effisien atau disebut sebab berupa kerja. Sebab ini memberi jawaban atas pertanyaan siapakah yang
membuat barang (Pancasila) itu. Artinya bahwa Pancasila merupakan karya PPKI sebagai pembentuk negara
dan atas kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
(d) Kausa Finalis
Kausa finalis atau disebut sebab berupa tujuan. Sebab ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang
untuk tujuan apakah sesuatu (Pancasila) itu dibuat. Artinya bahwa Pancasila memiliki tujuan untuk dijadikan
sebagai dasar negara. Tujuan tersebut dirumuskan BPUPKI dan Panitia Sembilan, kemudian ditetapkan PPKI
sebagai dasar negara.
2) Perumusan (asal mula) Pancasila secara tidak langsung (Kausa Materialis). Nilai-nilai Pancasila sejak dulu
telah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan nilai agama. Semua nilai-nilai itu ada sebelum proklamasi
kemerdekaan. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila, baik nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
maupun keadilan terdapat dalam kepribadian bangsa dan ideologi sehari-hari bangsa Indonesia.
Konstitusi Indonesia
Berdasarkan beberapa pengertian, maka dapat disimpulkan bahwa konstitusi mengandung dua pengertian, yaitu
secara sempit dan luas. Pengertian secara sempit, konstitusi adalah keseluruhan peraturan negara yang bersifat
tertulis. Adapun pengertian secara luas, konstitusi adalah keseluruhan peraturan negara baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Laporan pertanggungjawaban pemerintah di depan parlemen diatur dalam konstitusi.
a. Jenis Jenis Konstisusi
1. Konstitusi di negara yang berideologi liberal
Negara liberal bersumberkan pada paham liberalisme. Liberalisme menekankan kebebasan manusia sebagai
individu untuk dapat mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya. Pemerintahan di negara liberal sangat memberi
kebebasan kepada warganya sehingga negara tidak ikut campur dalam urusan individu. Oleh karena itu, konstitusi
negara liberal sangat memberi jaminan kebebasan dan hak asasi warga negara.
Konstitusi atau undang-undang dasar yang dianut oleh negaranegara Barat yang umumnya berpaham liberal,
misalnya Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan terutama negara-negara di kawasan Eropa Barat.
2. Konstitusi di negara yang berideologi komunis
Komunisme merupakan paham politik yang menekankan pada kepemilikan dan menentang kebebasan
individu. Pemerintahan negara komunis mengendalikan seluruh aspek kehidupan masyarakat, contohnya adanya
pelarangan terhadap kepemilikan individu. Negara-negara komunis yang sekarang masih ada, contohnya Cina,
Cuba, Korea Utara, dan Vietnam.
b. Analisis Penyimpangan-Penyimpangan Konstitusi Yang Berlaku di Indonesia
Secara garis besar, pelaksanaan sistem pemerintahan (ketatanegaraan) di Indonesia dibagi dalam kurun waktu sebagai
berikut.
1. Periode 1945 1949
Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, maka mulailah negara Indonesia menjalankan
sistem pemerintahan berdasar UUD tersebut. Sistem pemerintahan negara yang ditegaskan dalam UUD 1945
sebagai berikut.
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak didasarkan atas kekuasaan belaka.
b. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi, tidak bersifat absolutisme.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR.
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, artinya kedudukan presiden tidak tergantung DPR.
f. Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Dalam situasi tersebut diberlakukan ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan yang menyatakan: Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional. Berdasar
pernyataan itu, pemerintahan Indonesia sepenuhnya dijalankan oleh Presiden Sukarno dengan bantuan sebuah
Komite Nasional. Akhirnya, terjadi perubahan sistem pemerintahan. Perubahan sistem pemerintahan itu
dikarenakan adanya dua hal.
a. Maklumat Wakil Presiden No. X Tanggal 16 Oktober 1945 bahwa Komite Nasional Pusat yang sebelumnya
sebagai pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menentukan garis besar
haluan negara.
b. Maklumat pemerintah Tanggal 14 November 1945 yang menyatakan perubahan dari kabinet
presidensial ke sistem kabinet parlementer.
Kenyataan di atas menunjukkan meskipun menggunakan UUD 1945 yang bercirikan presidensial,
pelaksanaannya berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer. Penyimpangan konstitusional dalam kurun
waktu ini, antara lain sebagai berikut.
a. Komite Nasional Indonesia Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil
Presiden No. X Tanggal 16 Oktober 1945. Seharusnya, tugas legislatif dilakukan oleh DPR dan tugas
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara dilakukan oleh MPR.
b. Sistem kabinet presidensial berubah menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11 November 1945 kemudian disetujui oleh presiden.
Perubahan itu diumumkan dengan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 bahwa kabinet
presidensial berdasarkan UUD 1945 diganti dengan sistem kabinet parlementer.
2. Periode 1949 1950
Pada tanggal 27 Desember 1949 terbentuklah negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan
bentuk negara federal. Negara federal RIS terdiri atas daerah negara dan satuan kenegaraan yang tegak sendiri.
a. Daerah negara adalah negara bagian, yaitu negara Republik Indonesia, negara Indonesia Timur, negara
Pasundan, negara Jawa Timur, negara Madura, dan negara Sumatera Timur.
b. Satuan kenegaraan yang tegak sendiri, yaitu Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak
Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur.

Dengan terbentuknya RIS ini, negara Republik Indonesia hanyalah negara bagian dari RIS. Oleh karena itu,
UUD yang dipakai negara RIS adalah Konstitusi RIS 1949. Sebaliknya, UUD 1945 hanya dipakai oleh negara
Republik Indonesia yang beribu kota di Yogyakarta. Sistem pemerintahan menggunakan prinsip parlementer,
tetapi tidak mutlak sehingga disebut Quasi Parlementer.

Pokok-pokok sistem pemerintahan masa RIS adalah sebagai berikut.


a. Presiden dengan kuasa dari perwakilan negara bagian menunjuk tiga pembentuk kabinet (Pasal 74 Ayat (1)
KRIS).
b. Presiden mengangkat salah seorang dari pembentuk kabinet tersebut sebagai perdana menteri (Pasal 74 Ayat
(3) KRIS).
c. Presiden juga membentuk kabinet atau dewan menteri sesuai anjuran pembentuk kabinet (Pasal 74 Ayat (3)
KRIS).
d. Menteri-menteri (dewan menteri) dalam bersidang dipimpin oleh perdana menteri (Pasal 76 Ayat (1)
KRIS). Perdana menteri juga melakukan tugas keseharian presiden jika presiden berhalangan.
e. Presiden bersama menteri merupakan pemerintah. Presiden adalah kepala pemerintahan (Pasal 68 Ayat (1)
KRIS).
f. Presiden juga berkedudukan sebagai kepala negara yang tidak dapat diganggu gugat (Pasal 69 Ayat (1) dan
Pasal 118 Ayat (1) KRIS).
g. Menteri-menteri bertanggung jawab baik secara sendiri atau bersama-sama kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (Pasal 118 Ayat (2) KRIS).
h. Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat memaksa menteri meletakkan jabatannya (Pasal 122 KRIS).

Pelaksanaan Konstitusi RIS ini tidak berjalan lama karena negara RIS bukanlah cita-cita bangsa Indonesia.
Beberapa negara bagian yang tergabung dalam RIS satu per satu menggabungkan diri ke negara Republik
Indonesia. Akibatnya, negara federal RIS hanya tinggal tiga negara bagian, yaitu negara Republik Indonesia,
negara Indonesia Timur, negara Sumatera Timur. Ketiga negara bagian itu bermusyawarah dan akhirnya
mencapai kata sepakat untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus
1945.
Kembalinya negara RIS ke bentuk negara kesatuan, maka konstitusi pun mengalami perubahan. Pada tanggal 15
Agustus 1950 ditetapkanlah UUD Sementara yang merupakan perubahan dari Konstitusi RIS. Perubahan ini
tertuang dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia
menjadi Undang- Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar ini dikenal dengan
UUDS 1950. Dengan UUDS 1950 ini, Indonesia menjalankan pemerintahan yang baru. Penyimpangan
konstitusional dalam kurun waktu itu, antara lain sebagai berikut.
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi Republik Indonesia Serikat
(RIS). Perubahan tersebut berdasarkan pada konstitusi RIS.
b. Kekuasaan legislatif yang seharusnya dilaksanakan presiden dan DPR dilaksanakan DPR dan senat.

3. Periode 1950 1959


UUDS 1950 ditetapkan tanggal 15 Agustus 1950 dan mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950. Mulai saat itulah
terjadi perubahan pemerintahan di Indonesia. Bentuk negara kembali ke bentuk kesatuan dengan sistem
pemerintahan parlementer. Kabinet dipimpin oleh perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan masa UUDS 1950 adalah sebagai berikut.
a. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara yang dibantu oleh seorang wakil presiden (Pasal 45 Ayat (1)
dan (2) UUDS).
b. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat (Pasal 83 Ayat (1) UUDS).
c. Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang sebagai pembentuk kabinet. Sesuai anjuran pembentuk
kabinet, presiden mengangkat seorang perdana menteri dan mengangkat menteri-menteri yang lain (Pasal
51 Ayat (1) dan (2) UUDS).
d. Perdana menteri memimpin kabinet (dewan menteri).
e. Menteri-menteri, baik secara sendiri maupun bersama-sama bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintah kepada DPR (Pasal 83 Ayat (2) UUDS).
f. Presiden berhak membubarkan DPR (Pasal 84 Ayat (1) UUDS).
Adanya pertanggungjawaban menteri kepada parlemen menunjukkan adanya sistem parlementer. Apabila menteri tidak
dapat bertanggung jawab, maka parlemen mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet sehingga kabinet
mengundurkan diri atau bubar. Pada kurun waktu 1950-1959 kabinet di Indonesia sering berganti karena
adanya mosi tidak percaya dari DPR.
Pada masa sistem pemerintahan ini terdapat Dewan Konstituante yang bertugas membuat undang-undang
dasar baru sebagai pangganti dari UUDS 1950. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 134 UUDS 1950 yang
menyatakan Dewan Konstituante bersama-sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD Republik
Indonesia yang akan menggantikan UUDS ini. Dewan Konstituante mulai bersidang tahun
1955. Namun dalam kurun waktu 2 tahun, Dewan Konstituante tidak menghasilkan undang-undang dasar yang
baru. Oleh karean itu, pemerintah melalui Perdana Menteri Djuanda mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Saran dari Perdana Menteri Djuanda tersebut pada dasarnya dapat diterima anggota Dewan Konstituante,
tapi mereka berbeda dalam pandangan. Akhirnya, diadakan pemungutan suara atau musyawarah untuk
menentukan perbedaan pandangan tersebut. Karena tidak bisa memperoleh dukungan suara yang memenuhi
persyaratan, yaitu disetujui
2/3 dari jumlah anggota yang hadir maka Dewan Konstituante mengalami kebuntuan sehingga Dewan Konstituante
dianggap tidak mampu lagi menjalankan tugasnya.
Akhirnya, Presiden Sukarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan presiden yang dikenal dengan
Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden tersebut adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan pembubaran Dewan Konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi bangsa Indonesia dan tidak berlakunya UUDS 1950.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
Dekret Presiden 5 Juli 1959 menandai berlakunya kembali sistem pemerintahan menurut UUD 1945.
Penyimpangan konstitusional dalam kurun waktu ini adalah berubahnya sistem kabinet presidensial menjadi
kabinet parlementer. Akibat penyimpangan itu adalah kekacauan, baik di bidang politik, keamanan, maupun
ekonomi sehingga tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan yang disebabkan oleh sering bergantinya
kabinet.

4. Periode 1959 1966


Sejak dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959, Indonesia memasuki periode demokrasi terpimpin dengan
menggunakan sistem pemerintahan presidensial. Presiden Sukarno menjadi kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan Republik Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan atas sistem pemerintahan
menurut UUD 1945. Beberapa penyimpangan tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. MPRS mengambil keputusan menetapkan Presiden Sukarno sebagai presiden seumur hidup. Hal ini
bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden 5 tahun.
b. MPRS menetapkan pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita sebagai GBHN
tetap. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
c. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri negara. Pelantikan Suharto menjadi presiden
menggantikan Sukarno.
d. Presiden membuat penetapan presiden yang semestinya berupa undang-undang.
e. Presiden membubarkan lembaga DPR dan membentuk DPR Gotong royong.
Pada kurun waktu ini terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dikenal dengan Gerakan
30 September (G-30- S/PKI) sehingga membuat keadaan negara kacau. Tuntutan rakyat agar presiden
membubarkan PKI banyak disuarakan khususnya oleh mahasiswa. Tuntutan rakyat itu terkenal dengan sebutan
Tritura (tiga tuntutan rakyat), yaitu bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI, dan turunkan harga
Dengan adanya tuntutan itu, tanggal 11 Maret1966 Presiden Sukarno membuat surat perintah kepada Jenderal Suharto. Isi
surat tersebut intinya berisi perintah untuk mengendalikan keadaan negara. Surat perintah itu kemudian dikenal
dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Dengan turunnya Supersemar, kekuasaan politik saat itu tidak
lagi ada pada presiden, tetapi dipegang oleh Suharto sampai diangkat menjadi pejabat presiden tahun 1967.

5. Periode 1966 1998


Sejak diangkat sebagai presiden oleh MPRS, Presiden Suharto bertekad menjalankan pemerintahan
secara murni dan konsekuen sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Kepemimpinan Suharto ingin menciptakan
tatanan perikehidupan kenegaraan yang baru sesuai dengan pengamalan Pancasila dan UUD 1945 serta tidak
ingin mengulang kejadian pemerintahan sebelumnya.
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan masa itu adalah presidensial. Presiden Suharto menjadi
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan masa itu dilakukan melalui mekanisme
kenegaraan yang dikenal dengan Mekanisme Kepemimpinan Nasional Lima Tahun. Mekanisme Kepemimpinan
Nasional Lima Tahun tersebut adalah sebagai berikut.
a. Diadakannya pemilihan umum untuk mengisi keanggotaan MPR, memilih anggota DPR, DPRD I, dan
DPRD II.
b. MPR terdiri atas anggota DPR dan utusan daerah serta golongan yang ditetapkan presiden. MPR
bersidang untuk memilih presiden dan wakil presiden, serta menetapkan GBHN.
c. Presiden membentuk kabinet (menteri-menteri). Kabinet bertanggung jawab kepada presiden. Kabinet
melaksanakan tugas di bawah petunjuk presiden dengan berlandaskan UUD 1945 dan GBHN.
d. Presiden adalah mandataris MPR, presiden bertanggung jawab kepada MPR. Presiden menyampaikan laporan
pertanggungjawaban setiap akhir kepemimpinan kepada MPR.
e. DPR mengawasi jalannya pemerintahan. Di samping itu, DPR bersama presiden membentuk undang-
undang.

Meskipun pelaksanaan pemerintahan telah sesuai dengan UUD 1945, kekuasaan presiden makin lama makin
besar sehingga kekuasaan berlangsung secara absolut. Lembaga-lembaga negara lainnya tidak mampu
mengimbangi kekuasaan presiden sehingga lembaga kepresidenan menjadi yang paling berkuasa. Akibatnya, pada masa
itu mulai merebak penyakit pejabat negara, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Di akhir pemerintahan pada masa itu terjadilah krisis yang dimulai adanya krisis ekonomi tahun
1997 sampai munculnya krisis multidimensional. Rakyat yang kecewa dengan pemerintahan Orde Baru mulai
menuntut perubahan kekuasaan. Akhirnya, Presiden Suharto mengakhiri kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998
dan kepemimpinan diserahkan kepala wakil presiden, yaitu B.J. Habibie.

5. Periode 1998 Sekarang


Setelah Presiden Suharto mengakhiri kekuasaannya, dimulailah era Reformasi. Gerakan reformasi menuntut
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan demokratis. Pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang
bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme yang selama ini menjadi penyakit Orde Baru. Pemerintahan yang
demokratis adalah pemerintahan yang tidak sewenang-wenang kepada rakyat dan menjamin hak-hak dasar warga
negara ataupun hak asasi manusia.
Sesuai dengan konstitusi yang digunakan, yaitu UUD 1945, sistem pemerintahan yang dipakai tetap sistem
pemerintahan presidensial. Namun, untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang bersih dan demokratis
maka UUD 1945 perlu diamandemen. Sampai saat ini UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan.
Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Republik Indonesia menurut UUD 1945 yang diamandemen adalah
sebagai berikut.
a. Presiden adalah kepala negara.
b. Presiden adalah kepala pemerintahan.
c. Presiden mengangkat para menteri sebagai kabinet yang selanjutnya bertanggung jawab kepada presiden.
d. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.
e. Meskipun presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR memiliki kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan.
f. Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR.
g. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
h. DPR memiliki fungsi pengawasan, legislatif, dan anggaran.

c. Hasil-Hasil Amandemen Undang-undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar 1945, pada saat ini telah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat kali.
Amandemen dilakukan karena ada kelenturan pada UUD 1945, dan hal ini bukan merupakan penyimpangan terhadap
UUD 1945 itu sendiri. Tujuan dilakukannya amandemen ini adalah untuk memperkuat fungsi dan posisi UUD 1945
dengan mengakomodasikan aspirasi politik yang berkembang saat ini dengan menghubungkannya terhadap tujuan
negara yang ingin dicapai. Amandemen dilakukan dengan landasan peraturan-peraturan yang berlaku.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 37 dinyatakan bahwa yang diberi wewenang untuk melakukan amandemen adalah
lembaga perwakilan rakyat, yaitu MPR. MPR melakukan amandemen terhadap UUD 1945 dalam Sidang Umum
MPR. Hal ini sesuai dengan tugas dan kewenangan MPR seperti tercantum dalam Pasal 3 Ayat (1) UUD 1945 yang
berbunyi, Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
Empat tahap amandemen terhadap UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1 Amandemen pertama pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999
Pada amandemen pertama pasal-pasal yang mengalami perubahan adalah Pasal 5 Ayat 1, Pasal 7, Pasal 9, Pasal
13 Ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar 1945.
2 Amandemen kedua pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000
Pada amandemen kedua pasal-pasal yang mengalami perubahan dan penambahan adalah Pasal 18, Pasal 18A,
Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26
Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat 3, BAB XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal
28F, dan Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal36S, Pasal 36B, dan Pasal
36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
3 Amandemen ketiga pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 November 2001
Pada amandemen ketiga pasal-pasal yang mengalami perubahan dan penambahan adalah Pasal 1 Ayat (2)
dan (3); Pasal 3 Ayat (1), (3), dan (4); Pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2); Pasal 6A Ayat (1), (2), (3), dan (5); Pasal
7A, Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7); Pasal 7C, Pasal 8 Ayat (1) dan (2), Pasal 11 Ayat (2) dan (3);
Pasal 17 Ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22C Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 22D Ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab VIIB,
Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan 6; Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3); Pasal 23A; Pasal 23C, Bab VIIIA, Pasal
23E Ayat (1), (2), dan (3); Pasal 23F Ayat (1) dan (2); Pasal 23G Ayat (1) dan (2); Pasal 24 Ayat (1) dan (2),
Pasal 24A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 24B Ayat (1), (2), (3), dan (4); dan Pasal 24C Ayat (1), (2), (3),
(4), (5), dan (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4 Amandemen keempat pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002
Pada amandemen keempat pasal-pasal yang mengalami perubahan dan penambahan adalah Pasal 2 Ayat (1);
Pasal 6A Ayat (4); Pasal 8 Ayat (3); Pasal 11 Ayat (1); Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24 Ayat (3); Pasal
31 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 32 Ayat (1) dan (2); Bab XIV; Pasal 33 Ayat (4) dan (5); Pasal 34 Ayat
(1), (2), (3), dan (4); Pasal; 37 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan.
Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945, kita berharap konstitusi Indonesia makin baik dan lengkap
untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan kenegaraan yang demokratis. Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia adalah naskah yang terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal. Pembukaan terdiri atas
empat alinea dan pada batang tubuh terdiri atas 20 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan, dan 2 pasal aturan
tambahan. Amandemen UUD 1945 ini telah memperbarui dan mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia yang
sebelumnya berdasar pada UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen.

Dalam perjalanan sejarah bangsa indonesia sampai dengan saat ini, bangsa indonesia memakai 3 macam konstitusi yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

Perundang Undangan Nasional


Demokrasi
1 Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung adalah demokrasi yang terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan di tangan rakyat pada
suatu negara. Pelaksanaan pemilu merupakan bentuk pemerintahan demokratis. Setiap warga negara dari negara
tersebut boleh menyampaikan langsung tentang hal/persoalan dan pendapatnya kepada pihak yang berwenang. Jadi,
adanya parlemen hampir tidak diperlukan.
2 Demokrasi Tidak Langsung
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi perwakilan yang terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan di
tangan rakyat pada suatu negra, diperlukan adanya semacam lembaga perwakilan/parlemen. Hal itu dikarenakan
masyarakat terlalu banyak di suatu negara itu dan tidak mungkin seluruhnya duduk di lembaga itu.
Kedaulatan Rakyat

1 Lembaga Pemegang Kedaulatan Rakyat di Indonesia dan Peranananya


Pelaksanaan kedaulatan rakyat di Indonesia dilakukan oleh beberapa lembaga yang diberi kekuasaan untuk
melaksanakan kedaulatan tersebut. Kedaulatan rakyat sepenuhnya dipercayakan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi (DPRD provinsi), Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten/kota (DPRD kabupaten/kota), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Lembaga pemegang kedaulatan rakyat di pusat adalah sebagai berikut.

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga kedaulatan rakyat memiliki susunan, kedudukan, tugas, dan
wewenang sebagai berikut.
1) Susunan dan Keanggotaan MPR
Menurut Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang. Dengan demikian, anggota MPR memiliki legitimasi sangat kuat karena semua anggota
MPR dipilih oleh rakyat. Keanggotaan MPR disesuaikan dengan keputusan presiden (Pasal 2 UU No. 22 Tahun
2003 tentang susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota).
Masa jabatan anggota MPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru
mengucapkan sumpah/ janji. Sebelum memangku jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji
bersama-sama yang dipimpin oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna MPR.
2) Kedudukan MPR
MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
3) Tugas dan Wewenang MPR
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2003 Pasal 8, MPR memiliki tugas dan wewenang, antara lain:
a) mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
b) melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam Sidang Paripurna MPR;
c) memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya, presiden/wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna MPR;
d) melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
e) memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil
presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
f) menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
4) Hak dan Kewajiban MPR
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak, yaitu
a) mengajukan usul perubahan pasal-pasal dalam undang-undang dasar;
b) menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan;
c) memilih dan dipilih;
d) membela diri;
e) imunitas;
f) protokoler;
g) keuangan dan administrasi.

Selain memiliki hak, anggota MPR juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakannya, yaitu:
a) mengamalkan Pancasila;
b) melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan
perundang-undangan;
c) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional;
d) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
e) melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah

b. Dewan Perwakilan Rakyat


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga kedaulatan rakyat yang memiliki susunan, kedudukan,
fungsi, dan tugas sebagai berikut.
1) Susunan dan Keanggotaan DPR
DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan
umum. Anggota DPR berjumlah lima ratus lima puluh orang. Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan
presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPR adalah
lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum
memangku jabatannya, anggota DPR mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua
Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPR.
Anggota-anggota DPR yang terpilih kemudian membentuk kelompok kerja yang disebut komisi sebagai
mitra pemerintah. Komisi yang ada di DPR terdiri sebagai berikut.
a) Komisi I membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
b) Komisi II membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria.
c) Komisi III membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan.
d) Komisi IV membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan.
e) Komisi V membidangi perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, perumahan rakyat, pembangunan
pedesaan, dan kawasan tertinggal.
f) Komisi VI membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM, dan BUMN.
g) Komisi VII membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.
h) Komisi VIII membidangi agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan.
i) Komisi IX membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, dan transmigrasi.
j) Komisi X membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, kebudayaan.

Selain komisi-komisi, anggota DPR juga membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk mendalami dan membahas
suatu masalah. Setelah suatu masalah tersebut selesai, Pansus tersebut dibubarkan, seperti Pansus Bulog-gate.
2) Kedudukan dan Fungsi DPR
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPR mempunyai
tiga fungsi, yaitu legislasi, anggaran, pengawasan.
3) Tugas dan Wewenang DPR
DPR mempunyai tugas dan wewenang, antara lain:
a) membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama;
b) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang- undang;
c) menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPR dan yang berkaitan dengan
bidang tertentu serta mengikutsertakannya dalam pembahasan;
d) memerhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang- undang APBN dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
e) menetapkan APBN bersama presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD;
f) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang- Undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, serta kebijakan pemerintah;
g) membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama;
h) memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang memerhatikan pertimbangan DPD;
i) membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang
disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
j) memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi
Yudisial;
k) memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai
hakim agung oleh presiden;
l) memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada presiden untuk
ditetapkan;
m) memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain,
dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi;
n) memberikan persetjuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau pembentukan undang- undang;
o) menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
p) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-undang.
4) Hak dan Kewajiban DPR
Sebagai lembaga perwakilan, DPR mempunyai hak, antara lain interpelasi, angket, dan menyatakan pendapat.
Sebaliknya, setiap anggota DPR juga memiliki hak yang sama dalam beberapa hal. Hak yang dimiliki setiap
anggota DPR adalah
a) mengajukan rancangan undang-undang;
b) mengajukan persetujuan;
c) menyampaikan usul dan pendapat;
d) memilih dan dipilih;
e) membela diri;
f) imunitas;
g) protokoler;
i) keuangan dan administratif.
Anggota DPR selain memiliki hak sebagai lembaga ataupun individu, juga mempunyai kewajiban.
Kewajiban anggota DPR, antara lain:
a) mengamalkan Pancasila;
b) melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Presiden Republik Indoensia Tahun 1945 dan menaati segala
peraturan perundang- undangan;
c) melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah;
d) mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e) memerhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
f) menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
g) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
h) memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politik kepada pemilih dan daerah pemilihannya;
i) menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPR;
j) menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

c. Dewan Perwakilan Daerah


Dewan Perwakilan Daerah memiliki susunan, kedudukan, fungsi, tugas, hak, dan kewajiban sebagai berikut.
1) Susunan dan Keanggotaan DPD
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2003 Pasal 109, DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah seluruh anggota
DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden.
Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya dan selama sidang bertempat tinggal di ibu kota negara
Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota DPD baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya, anggota DPD mengucapkan
sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna
DPD.
2) Kedudukan dan Fungsi DPD
DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD mempunyai
fungsi, antara lain sebagai berikut.
a) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan
bidang legislasi tertentu.
b) Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.
3) Tugas dan Wewenang DPD
Tugas dan wewenang DPD, antara lain sebagai berikut.
a) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
b)DPD ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya; serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diajukan, baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.
c) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN, rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Pertimbangan tersebut diberikan
dalam bentuk tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan anara DPR dan pemerintah sehingga
menjadi bahan bagi DPR dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah.
d) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
Pertimbangan tersebut disampaikan secara tertulis sebelum pemilihan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan.
e) DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang- undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; hubungan pusat dan daerah pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya; pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan
agama. Pengawasan tersebut merupakan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang yang hasilnya
disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
f) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari Badan Pemeriksaan Keuangan untuk dijadikan
bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
APBN.
4) Hak dan Kewajiban DPD
Sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat, DPD memiliki hak, antara lain:
a) mengajukan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat b) UU No. 22
Tahun 2003 kepada DPR;
b) ikut membahas rancangan undang- undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (1) UU No.
22 Tahun 2003.
Sebaliknya, setiap anggota DPD juga memiliki hak, antara lain:
a) menyampaikan usul dan pendapat;
b) memilih dan dipilih;
c) membela diri;
d) imunitas;
e) protokoler;
f) keuangan dan administratif.
Selain hak sebagai lembaga dan individu, anggota DPD juga mempunyai kewajiban yang harus
dijalankannya. Kewajiban anggota DPD, antara lain:
a) mengamalkan Pancasila;
b) melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala
peraturan perundang- undangan;
c) melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
d) mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia;
e) memerhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
f) menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah;
g) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
h) memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politik kepada pemilih dan daerah pemilihannya;
i) menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD;
j) menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya

d. Presiden
Berdasarkan UUD 1945, negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Hal itu berarti
bahwa kekuasaan pemerintahan dipimpin oleh presiden. Kekuasaan presiden selaku kepala negara, kepala
pemerintahan, dan kekuasaan di bidang legislatif tercantum dalam berbagai pasal dan ayat UUD 1945.
1) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara, antara lain sebagai berikut.
a) Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
(Pasal 10).
b) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
(Pasal 11).
c) Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
undang-undang (Pasal 12).
d) Presiden mengangkat duta dan konsul serta menerima penempatan duta negara lain dengan memerhatikan
pertimbangan DPR (Pasal 13).
e) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, serta
memberi amnesti dan abolisi dengan memerhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14).
f) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang (Pasal 15).
g) Presiden meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan memerhatikan
pertimbangan DPD (Pasal 23F).
h) Presiden menetapkan hakim agung yang disetujui oleh DPR atas usul Komisi Yudisial (Pasal 24A).
2) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Chief of Executive)
Kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan, antara lain sebagai berikut.
a) Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar (Pasal 4).
b) Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
presiden (Pasal 16).
c) Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri (Pasal 17).
3) Kekuasaan Presiden di Bidang Legislatif
Kekuasaan presiden di bidang legislatif, antara lain sebagai berikut.
a) Presiden mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR (Pasal 20), termasuk rancangan undang-
undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Pasal 23).
b) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang- undang.
c) Presiden menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang- undang dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa (Pasal 22).

NEGARA
Unsur pengakuan dari negara lain meliputi pengakuan secara de facto dan de jure. Pengakuan secara de facto
adalah pengakuan berdasarkan kenyataan (fakta) dan bisa bersifat sementara. Secara de facto berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan dibacakan proklamasi
kemerdekaan maka sejak saat itulah kenyataan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berdiri. Secara de
facto negara lain mengakui berdirinya negara Republik Indonesia.
Sedangkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia secara de jure diakui oleh dunia internasional sejak tanggal 18
Agustus 1945. Pengakuan secara de jure adalah pengakuan terhadap syahnya suatu negara menurut hukum
internasional. Dengan adanya pengakuan secara de jure, suatu negara yang baru berdiri mendapat hak dan
kewajiban sebagai bagian dari masyarakat internasional.

RANGKUMAN
1. Negara adalah organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintah yang berdaulat.
2. Unsur-unsur negara terdiri dari rakyat, wilayah, pemerintahan, dan pengakuan.- Terjadinya negara secara
primer dan secara sekunder.
3. Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menye luruh, terpadu, dan berlanjut,
yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesada saran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan
kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan untuk berkorban guna meniadakan ancaman baik dari
dalam maupun luar negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan,
keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yang dijamin dengan undang-
undang.
4. Dasar hukum upaya pembelaan negara adalah UUD 1945, Ketetapan MPR RI No.VI/MPR/2000, Ketetapan
MPR RI No. VII/MPR/2000, dan UU No. 3 tahun 2002.
5. Membela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara yang dijamin oleh UUD1945.
6. Sistem pertahanan keamanan rakyat semesta adalah suatu sistem pertahanan keamanan dengan komponen-
komponen yang terdiri dari seluruh potensi, kemam- puan, dan kekuatan nasional yang bekerja secara total,
integral,serta berlanjut dalam rangka mencapai ketahanan nasional.
7. Upaya bela negara dapat diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah ma- syarakat dan negara.

Otonomi Daerah
Asas-asas otonomi daerah
Dalam penerapannya, terdapat asas-asas yang menjadi pedoman pelaksanaan otonomi daerah. Tiga asas dalam
pelaksanaan otonomi daerah yaitu asas desentralisasi, tugas pembantuan dan dekonsentrasi.
a . Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
c. Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
(Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah)

Pembentukan daerah otonom


a. Syarat administratif
Suatu daerah akan menjadi daerah otonom jika memenuhi syarat administratif. Syarat administratif untuk
provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi
cakupan wilayah provinsi tersebut. Persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta mendapat
rekomendasi Menteri Dalam Negeri.
Sedangkan syarat administratif untuk kabupaten/kota adalah adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota
dan Bupati/Walikota yang bersangkuatan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur serta rekomendasi
Menteri Dalam Negeri.
b. Syarat teknis
Sebuah daerah otonom tentu membutuhkan sumber daya yang mampu menjadi tumpuan bagi hidup,
tumbuh dan berkembangnya daerah tersebut sebagai syarat teknis pembentukan daerah. Syarat teknis
pembentukan daerah otonom meliputi kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, potensi daerah, luas daerah,
sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
c. Syarat fisik
Syarat fisik pembentukan daerah otonom berhubungan dengan cakupan wilayah daerah tersebut. Untuk
membentuk daerah otonom provinsi paling sedikit terdiri dari lima kabupaten/kota. Untuk pembentukan
kabupaten paling sedikit tujuh kecamatan, sedang untuk pembentukan kota sedikitnya terdapat empat
kecamatan. Syarat fisik juga berhubungan dalam lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana
pemerintahan.
Suatu daerah otonom dapat mengalami pemekaran jika telah memenuhi syarat- syarat tertentu. Pemekaran
satu daerah menjadi dua atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan
pemerintahan. Sebaliknya, suatu daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat
dihapus dan/ atau digabung dengan daerah lain.

Tugas dan wewenang DPRD adalah sebagai berikut:


a. Membentuk perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama.
b. Membahas dan menyetujui rancangan perda tentang APBD bersama kepala daerah.
c . Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan
lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan
program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah.
d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah /wakil kepala daerah kepada Presiden
melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
bagi DPRD kabupaten/kota.
e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian
internasional di daerah.
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintah daerah;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah.
i. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggara- an pemilihan kepala
daerah.
j. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang
membebani masyarakat dan daerah.
(Pasal 42 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah).

RANGKUMAN
1. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan me- ngurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peratuan
perundang-undangan.
2. Daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas- batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasar aspisari masyarakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tiga asas pelaksanaan otonomi daerah yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
4. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan UUD 1945 pasal 18, Tap MPR No.IV/ MPR/2000, UU No. 32
tahun 2004, dan UU No. 33 tahun 2004.
5. Syarat pembentukan daerah otonom, yaitu syarat administratif, teknis, fisik kewilayahan.
6. Prinsip otonomi daerah adalah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan
bertanggungjawab.
7. Pemerintahan daerah otonom terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah lainnya sebagai lembaga
eksekutif dan DPRD sebagai lembaga legislatif daerah.
8. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam kehidupan politik.
Partisipasi masyarakat menunjukkan tingkat dukungan masyarakat terhadap kebijakan publik.
9. Kebijakan publik meliputi apa yang dinyatakan, dilakukan, atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang memuat
sasaran dan tujuan program pemerintah.
10.Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan publik meliputi; partipasi dalam perumusan, partisipasi
dalam pelasanaan, partisipasi dalam pemanfaatan dan partisipasi dalam evaluasi.
11. Jika masyarakat tidak aktif dalam perumusan kebijakan publik dapat merugikan masyarakat, diantaranya
kebijakan publik tidak sesuai dengan kehendak masyarakat.

GLOSARIUM
A
absolut : mutlak, sewenang-wenang asasi
: dasar
amandemen : perubahan undang-undang dasar
ateis : suatu paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan
apatride : orang yang tidak memiliki kewarganegaraan

B
bipatride : orang yang memiliki kewarganegaraan ganda

D
deskripsi : menggambarkan, penggambaran
demokrasi : pemerintah rakyat, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
demokrasi Terpimpin : sistem pemerintahan yang sepenuhnya berpusat pada individu
doktrin : ajaran, ajakan
dimensi : tolok ukur

E
ekspresi : perwujudan, raut muka
eksekutif : lembaga pelaksana UUD
eksploitasi : pemerasan, pengrusakan
empiris : pengalaman, berdasarkan pengalaman

F
federal : negara bagian/serikat
filosofis : berdasarkan kajian filsafat
fleksibilitas : lentur, tidak kaku
formal : resmi, legal, sah
founding father : pendiri bangsa, bapak bangsa

H
hukum : peraturan, undang-undang yang dibuat untuk mengatur masyarakat
hierarki : jenjang susunan
hak : kewenangan untuk bertindak
hak opsi : hak untuk memilih warga negara
hak repudiansi : hak untuk menolak warhga negara

I
infrastruktur : sarana, elemen, komponen
infrastruktur politik : elemen politik yang berada di luar lingkaran kekuasaan, seperti partai politik.
inkonstitusional : melanggar, melakukan pelanggaran hukum
interaksi : bergaul (hubungan)
idealisme : paham yang mengutamakan ide-ide atau
ideologi : paham, asas yang dicita-citakan sebagai dasar/prinsip hidup pemerintahan
imunitas : kekebalan
ius constituendum : yaitu hukum yang diharapkan atau dicita-citakan berlaku pada waktu yang akan
datang
ius constitutum : hukum yang berlaku dalam suatu nagara pada saat sekarang disebut juga hukum
positif
ius sangunis : asas berdasarkan keturunan
ius soli : asas berdasarkan tempat lahir

K
komisi : panitia yang terdiri atas beberapa orang yang ditunjuk oleh pemerintah
konstitusi : segala aturan ketatanegaraan
kongres : rapat besar
kausa : sebab, penyebab
kolusi : bersama-sama dalam melakukan pelanggaran hukum
komunis : orang atau yang menganut paham yang tidak mengakui hak milik perseorangan
korupsi : menggunakan kekuasaan, uang, waktu, untuk kepentingan dirinya sendiri

L
legislatif : lembaga pembuat UUD
liberal : bebas tanpa batas

M
modernisasi : paham tentang sesuatu yang mutakhir, terbaru
moral : ajaran tentang perilaku baik dan buruk, akhlak
monarkhi : sistem pemerintahan kerajaan
manifestasi : wujud, perwujudan, bentuk
modus : cara, teknik
money politic : uang yang disalahgunakan untuk kepentingan politik tertentu
monopoli : menguasai secara sendirian
monoteis : orang/individu atau kaum yang menyembah satu Tuhan

N
norma : aturan untuk menentukan sesuatu
nasionalisme : cinta tanah air, bangsa, dan negara
nepotisme : tindakan yang mementingkan/menguntungkan kerabat, sanak-saudara sendiri
naluri : hasrat

O
otonomi : kekuasaan yang mandiri
otokrasi : kekuasaan ada ditangan satu orang yang menjadi penguasa

P
piagam : surat,tulisanresmiyangberisipernyataan/pengukuhansesuatu hal
privat : bersifat pribadi
proklamasi : permakluman kepada rakyat
perlementer : sistem pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi pada DPR

R
represif : bersifat memaksa, menekan dengan keras
revolusi : perubahan secara cepat (dengan jalan kekerasan)
rezim : penguasa, kekuasaan
rasio : akal, otak, pikiran
realitas : kenyataan
reboisasi : penghijauan kembali
RIS : sistem pemerintahan Indonesia yang berbentuk federal/negara serikat

S
sanksi : hukuman atas perbuatan yang tidak baik
serikat : perkumpulan, perhimpunan, persekutuan
sosiologi : ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, kemasyarakatan
suprastruktur : elemen politik yang berada pada lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif

T
tabu : dilarang, haram
toleran : tenggang rasa, tidak mengganggu hak/kebebasan orang lain
tradisi : adat,kebiasaan,ajaranyangberlangsungsecaraturun-temurun
transformasi : perubahan nilai (dari sikap negatif ke positif, dari tidak bisa menjadi bisa)

U
universal : menyeluruh

Y
yudikatif : lembaga pengawas UUD
yuridis : berdasarkan hukum

Akuntabel :
Dapat dipertanggungjawabkan
Ambisi :
Keinginan ( hasrat yang besar) untuk mencapai sesuatu
Apatis :
Acuh tak acuh, masa bodoh
Daerah otonom :
Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasai
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi :
Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah (pusat) kepada gubenur sebagai wakil pemerintah
dan/atau instansi vertikal di wilayah tertentu.
Emosional Quotient :
Kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri)
Fungsi :
Pelaksanaan tujuan yang akan dicapai
Global :
Mencakup seluruh dunia
Globalisasi :
Proses dimana hubungan sosial dan saling ketergantungan antar negara dan antar manusia di dunia ini semakin
besar.
Gross Domestic Product :
Nilai tolal barang atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah negara dalam waktu satu tahun.
Hak angket :
Hak untuk penyelidikan yang menyangkut kepentingan orang banyak
Hedonisme :
Paham yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Inovasi :
Pembaharuan
Intellectual Quotient :
Kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebe lah kanan).
Interpelasi :
Hak meminta penjelasan atau keterangan resmi kepada pemerintah.
Ius Sanguinis :
Suatu cara penetapan kewarganegaraan seseorang berdasarkan garis keturunan, yakni garis keturunan orang
tuanya tanpa melihat di mana ia dilahirkan
Ius Soli :
Sutu cara penetapan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran
Kedaulatan :
Wewenang tertinggi suatu kesatuan politik yang tidak terletak di bawah kekuasaan lain.
Komunitas :
Masayarakat.
Legislasi :
Pembuat undang-undang
Motivasi :
Suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong individu untuk berbuat mencapai tujuan.
Multinasional :
Berada di banyak negara
Nature :
Kepribadian seseorang yang terbentuk dari bawaan lahir / bakat
Naturalis :
Suatu cara penetapan kewarganegaraan seseorang berdasarkan proses hukum kewarga- negaraan yang
berlaku dalam suatu negara (yakni memenuhi persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan) yang menyebabkan seseorang itu mendapatkan
kewarganegaraannya.
Nuture :
Kepribadian seseorang terbentuk karena pengaruh lingkungan
Otonomi daerah :
Hak, wewenang, kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Partisipasi :
Berturut serta dalam suatu kegiatan.
Pemerintah :
Kekuasaan negara yang hanya dilaksanakan oleh lembaga eksekutif.
Pemerintahan :
Kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Pengakuan de facto :
Pengakuan berdasarkan kenyataan (fakta)
Pengakuan de jure :
Pengakuan terhadap sahnya suatu negara menurut hukum Internasional.
Politik :
Sesuatu yang berkaitan dengan kebijaksanaan yang dijalankan oleh pemerintah untuk mengatur negara dan
bangsa.
Potensi diri :
Kemampuan seseorangyang sifatnya masih tersimpan.
Pragmatis :
Hal-hal yang bermanfaat
Prakarsa :
Inisiatif atau usaha (tindakan, gagasan, dan sebagainya)
Regional :
Bersifat daerah, kedaerahan
Sentralisasi :
Penyatuan kekuasaan pada pemerintah pusat.
Sishankamrata :
sistem pertahanan keamanan dengan komponen-komponn yang terdiri dari seluruh potensi, kemampuan,
dan kekuatan nasional yang bekerja secara total, integral, serta
berlanjut dalam rangka mencapai ketahanan nasional.
Spiritual Quotient :
Kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan kearifan di luar ego
atau jiwa sadar
Tugas Pembantuan :
Penugasan dari pemerintah (pusat) kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/desa serta dari pemrintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Unsur :
Bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan sehingga bagian- bagian itu menjadi satu kesatuan yang saling
melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai