OLEH
KELOMPOK :3
KELAS : 1A-TK
2016
MODUL PRAKTIKUM : Pembuatan CuSO4.5H2O dari Limbah Tembaga
I. Tujuan Percobaan
Setelah mempelajari dan melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga
2. Mengenal sifat-sifat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat
3. Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan jumlah air kristal (hidrat)
secara stoikiometri
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+
mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini
bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada
keadaan bagaimana mereka ditembukan yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+)
cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak sebab
konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+.
Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di lain pihak Cu+ dijaga sangat rendah
(seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan
tembaga (I) menjadi mantap
Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion
Cu(H2O)42+. Jika larutan ini ditambah ammonia akan menghasilkan ion Cu(NH3) 42+
yang berwarna biru pekat. Senyawa CuCl2, CuBr2, CuI2 sukar larut dalam air dengan
Ksp masing masing 1,9.10-7, 5. 10-9, dan 1. 10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat
dibuat langsung dari unsurnya pada suhu tinggi. Kedua senyawa ini cenderung
nonstoikiometrik karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan CuS.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna,
perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). mereka mudak dioksidasi menjadi
senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam.
Garam garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat,
maupun dalam larutan air, warna ini benar benar khas hanya untuk ion tetraakuoprat
[Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat (II) yaitu
warna ion tembaga (II) dalam larutan air adalah 500 g dalam batas konsentrasi 1
dalam 104. Garam garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat
CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning).
Larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk
endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam keadaan basah
dibiarkan terkena udara, tembaga (II) sulfide cenderung teroksidasi menjadi tembaga
(II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut dalam air. Banyak sekali panas yang
dilepaskan pada proses ini.
50 ml air Pencampuran
10 ml H2SO4 pekat (98%) dan
5 gram tembaga (sudah dipotong kecil) Pengadukan
15 ml HNO3 40%
Larutan berwarna
biru terang
Pemanasan
100oC
Adanya uap
berwarna coklat
(gas NO3) dan
larutan berwarna
Penyaringan semakin biru terang
Pendinginan
Adanya endapan
(Kristalisasi)
berbentuk kristal
bongkahan
Penimbangan
kristal dalam
keadaan basah
Pengeringan
(dipanaskan
dalam oven)
Warna kristal
lebih putih
Penimbangan
Kristal anhidrat
kristal dalam
keadaan kering
V. Keselamatan Kerja
1) Gunakan jas lab, masker dans epatu tertutup sebelum memasuki laboratorium
2) Pastikan semua alat dan bahan tersedia dan siap digunakan
3) Hati-hati menangani asam sulfat dan asam nitrat pekat dan perhatikan
prosedur cara pembuatan larutan dan lakukan dalam lemari asam, gunakan
sarung tangan, masker karena asam sulfat bersifat oksidator, korosif dan
bereaksi dengan air bersifat eksplosif
4) Limbah dikumpulkan dalam satu tempat
5) Kristal tembaga (II) sulfat dikumpulkan pada satu tempat bersih
- BA Cu = 63,55 gr/mol
Ditanya : Rendemen?
Jawab :
Mol Cu = massa
Mr
= 5 gr
63,55 gr/mol
= 0,079 mol
Mol H2SO4 = 10 x x % x v
1000 x Mr
= 10 x 1,84 x 98 x 10
1000 x 98
= 0,184 mol
Mol HNO3 = 10 x x % x v
1000 x Mr
= 10 x 1,4 x 40 x 15
1000 x 63
= 0,133 mol
= 50 gr
18 gr/mol
= 2,778 mol
VIII. Pembahasan
1. Fuja Adwina Sahyugi (151411009)
Pada praktikum kali ini membuat senyawa kompleks tembaga sulfat pentahidrat
(CuSO4.5H2O) dari limbah kabel bekas yang mengandung logam tembaga. Limbah
tembaga ini di masukan ke dalam larutan H2SO4 dan aquades, lalu ditambahkan larutan
HNO3 40%. Tujuan dari penggunaan H2SO4 adalah untuk membuat suasana asam dan
membentuk gugus sulfat pada tembaga sehingga terbentuk garam CuSO4 sehingga terjadi
persamaan reaksi:
Proses ini dilakukan sambil di panaskan dan di aduk terus menerus. Tujuan dari
pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi dan menjadikannya larutan yang
jenuh sehingga dapat terjadi pembentukan kristal CuSO4. Sedangkan pengadukan
berfungsi agar tembaga dapat cepat larut seluruhnya. Pada awalnya larutan berwarna biru
keruh lalu menjadi biru langit dan lama kelamaan menjadi berwarna biru tua. Ketika
sudah tidak terdapat uap berwarna coklat, hal ini menunjukan bahwa tembaga sudah larut
seluruhnya. Persamaan reaksi secara keseluruhan adalah:
Setelah disaring dan didinginkan, terbentuk kristal CuSO4.5H2O berwarna biru dan
bentuknya seperti bongkahan kecil kecil sebanyak 11,58 gram dalam keadaan basah
(belum kering sempurna). Maka untuk mendapatkan kristal yang murni, dilakukan proses
pengeringan didalam oven sehingga warna kristal berubah menjadi biru keputihan.
setelah ditimbang, didapatkan berat kristal kering setelah di oven sebesar 7,4 gram.
Secara teoritis, seharusnya kristal CuSO4.5H2O yang dihasilkan sebesar 16,595
gram. Namun dalam percobaan hanya didapatkan 11,58 gram sehingga diperoleh yield
sebesar 69,78%. Penyimpangan ini terjadi karena larutan HNO3 yang digunakan bukan
HNO3 pekat melainkan HNO3 encer juga pada saat pemanasan, suhu tidak mencapai
angka 100oC seperti yang dituliskan dalam prosedur, memungkinkan larutan belum
terlalu jenuh sehingga mempengaruhi banyaknya kristal yang terbentuk
Pada analisis kadar air dalam kristal didapatkan dari perbandingan koefiesien dan
mol air dengan CuSO4. Sehingga diperoleh x dalam CuSO4.xH2O adalah 5
menjadikannya menjadi CuSO4.5H2O
Dari pemanasan yang telah dilakukan, terbentuk larutan berwarna biru tua. Untuk
memisahkan filtrat dengan endapan (zat pengotor) maka dilakukan penyaringan.
Penyaringan tidak dilakukan ketika larutan telah dingin, melainkan dilakukan saat larutan
tersebut masih panas. Hal ini ditujukan agar pembentukan kristal yang tidak diharapkan
(kristal yang masih mengandung zat pengotor) dapat terhindar. Dari hasil penyaringan
diperoleh larutan berwarna biru tua dengan endapan (yang mengandung zat pengotor)
berwarna hijau. Selanjutnya, filtrat yang telah disaring didiamkan selama satu hari untuk
mendapatkan kristal dari tembaga (II) sulfat. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Cu(NO3)2 + H2SO4 CuSO4 + 2HNO3
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O
Kristal yang diperoleh setelah didiamkan selama satu hari menghasilkan warna
biru, dengan bentuk seperti gel yang lembut. Untuk mendapatkan kristal yang murni, maka
dilakukan proses pengeringan. Dari proses ini diperoleh zat yang diinginkan yang bebas
dari zat pengotor. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
Cu2++3H2O+H2SO4+2HNO3 c+ 2NO2
Kristal yang kami diperoleh masih dalam keadaan basah berbentuk balok kecil
sebanyak 11,58 gram dan setelah dilakukan proses pengeringan, didapatkan berat kristal
kering menjadi 7,4 gram. Secara teoritis melalui perhitungan stoikiometri massa kristal
CuSO4.5H2O adalah 16,595 gram sedangkan pada percobaan kami mendapatkan massa
CuSO4.5H2O adalah 11,58 gram, jadi yield yang didapatkan adalah 69,78%.
Selanjutnya pada praktikum kali ini juga kami ingin melihat kadar air pada kristal
CuSO4.xH2O melalui perbandingan koefiesien dan mol air dengan CuSO4, didapatkan
bahwa nilai x = 5 sehingga rumus kimianya menjadi CuSO4.5H2O. Nilai ini sesuai
dengan perhitungan secara teoritis bahwa perbandingan antara mol air dan mol CuSO4
adalah 5:1
Percobaan ini bertujuan untuk mensintesis garam tembaga sulfat (II) pentahidrat
CuSO4.5H2O, dimana bahan yang digunakan yaitu aquadest (HO), asam nitrat pekat, asam
sulfat pekat 40%(HSO), dan tembaga yang ada di dalam kabel (Cu). Hal yang pertama
dilakukan yaitu mencampurkan larutan H2SO4 pekat 40% sebanyak 10ml dan air sebanyak
50ml, dimana air terlebih dahulu dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian asam sulfat.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi ledakan karena pengenceran asam sulfat pekat dengan
air menghasilkan panas yang bersifat eksotermis karena daya tarik asam sulfat terhadap air
sangat kuat, dimana reaksi yang terjadi :
Apabila ketiga larutan tersebut tercampur maka akan mengeluarkan gas yang
berwarna kuning kecoklatan, hal ini disebabkan karena karena gas NO sangat reaktif
terhadap oksigen membentuk gas NO2 yang berwarna cokelat. Terdapat endapan dan
berasap. Gas ini beracun sehingga kegiatan ini harus dilakukan di lemari asam. Reaksinya
adalah:
Setelah itu dilakukan pemanasan sampai gas berwarna cokelat tersebut tidak keluar
lagi, dimana pemanasan tersebut berfungsi untuk mempercepat reaksi, kemudian
mendidihkan larutan sampai volumenya berkurang. Setelah itu didinginkan sampai
terbentuk kristal. Kristal terbentuk setelah t > 24 jam pendinginan dengan bentuknya yang
berupa batang-batang kecil. Persamaan reaksi kristalisasi secara keseluruhan adalah:
Jika dihitung massa CuSO4.5H2O sesuai teoritis adalah 16, 595 gram dengan
menggunakan 5 gram tembaga. Perhitungan hasil yield atau rendemennya sebesar
69,78%. Hal tersebut terjadi karena memang kandungan air yang terdapat dalam senyawa
tersebut tidak sesuai dengan pentahidratnya. Pada saat praktikum, kadar pelarut (larutan
HNO3) yang seharusnya digunakan dalam konsentrasi pekat, tetapi digunakan dengan
konsentrasi sebesar 40% dan suhu yang digunakan seharusnya 100oC tetapi pada saat
reaksi pemanasan, maksimum dilakukan pada suhu 70oC dan pada suhu itu Cu yang
dicampurkan dengan pelarut lainnya sudah terlarut semua, sehingga data yang dihasilkan
pun akan berbeda. Dibandingkan dengan hasil praktikum kelompok 4, didapatkan massa
CuSO4.5H2O lebih banyak tetapi dengan bentuk kristal yang lebih halus dan lebih kecil.
Semakin besar konsentrasi pelarut semakin besar bentuk kristalnya yaitu seperti
bongkahan batu-batu. Variabel yang berpegaruh dalam praktikum ini adalah suhu,
konsentrasi larutan, waktu proses, kadar dari tembaganya dan kecepatan dalam
pengukuran proses senyawa tersebut.
Pada perhitungan kadar air dalam senyawa CuSO4.5H2O didapatkan hasil kadar air
yang hasilnya adalah
Massa x.H2O = 11,58 gram-7,4 gram
= 4,18 gram
Sehingga jika dihitung dengan perbandingan mol antara koefisien air dan CuSO4
didapatkan koefisien airnya adalah 5 yaitu menjadi CuSO4.5H2O.
KESIMPULAN
25 Mei 2016]