Disusun Oleh :
Kecepatan konstan
Keuntungan
a. Murah, sistemnya sederhana dan kokoh.
b. Menghasilkan dfaya max pada satu nilai kecepatan angin.
c. Menggunakan generator tak serempak.
d. Cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar.
Kelemahan
a. Generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik.
b. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid.
c. Rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba.
Kecepatan Berubah
Selain kecepatan konstan ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem
kecepatan berubah artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum
pada berbagai macam kecepatan. Sistem kecepatan berubah dapat menghilangkan
pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed. Sistem variabel speed
mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan daya seperti penyearah
(rectifier), konverter DC-DC, ataupun inverter. Pada sistem variabel speed
menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik kerja generator induksi
diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu
didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap
perubahan beban mekanis secara tiba tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid
dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang
berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.
Gambar diatas menunjukkan pembagian daerah kerja dari turbin angin. Daerah kerja
turbin angin dibagi menjadi 3 yaitu
a. Cut in speed
b. Kecepatan kerja angin rata-rata
c. Cut out speed
Secara ideal, turbin angin dirancang dengan kecepatan cut in yang seminimal
mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal dan kecepatan cut
out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanis kondisi ini sulit diwujudkan
karena kompensasi dari perancangan turbin angin dengan kecepatan maksimal (Vcut
off) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang relatif akan besar pula. Penentuan
kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan metoda probalistik distribusi
weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey.
Siklus uap tunggal flash CaII digunakan untuk menghasilkan listrik dari cairan yang
didominasi atau liquid sumber uap panas bumi campuran, yang memiliki suhu lebih
150C. Di bawah suhu ini. produksi listrik langsung menggunakan geofluid tidak
menguntungkan secara ekonomi. Pada tahun 2007. single-Flash pembangkit listrik
tenaga uap mewakili 42% dari tenaga panas bumi dipasang di seluruh dunia kapasitas.
dan 32% dari pembangkit listrik tenaga panas bumi unit 171.
Gambar 10 Skema PLTP
Untuk siklus uap tunggal-flash, tekanan operasi dari flash drum parameter untuk
dioptimalkan: semakin tinggi tekanan. semakin tinggi adalah output daya yang spesifik
per unit uap, tetapi yang lebih rendah adalah laju alir steam Total melewati turbin.
Beberapa masalah operasi dengan siklus flash steam dapat terjadi karena fisiko-
kimia karakteristik sumber daya. Pertama, mineral terlarut yang terkandung dalam
geofluid dapat mengendap selama pemisahan fase dan menyebabkan penyumbatan
sistem. Oleh karena itu. pembersihan regtLlar diperlukan. yang menghasilkan biaya
pemeliharaan relatif tinggi. Kemudian, geofluid dapat memiliki kandungan tinggi gas
seperti karbon dioksida atau hidrogen sulfida. Gas-gas ini lulus bersama dengan uap di
turbin dan akhirnya tiba ke kondensor, tetapi mereka tidak terkondensasi. Jika mereka
menumpuk, mereka menyebabkan peningkatan tekanan dalam kondensor dan
menurunkan efisiensi sistem. Mereka juga dapat menyebabkan korosi untuk turbin jika
mereka kembali ke itu. Oleh karena itu, gas penghapusan sistem. umumnya
menggunakan perangkat ejeksi, dapat diperlukan. dan gas non-terkondensasi dilepaskan
ke atmosfer. Perlu dicatat bahwa ini menghukum efisiensi siklus. Dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan sumber daya dan karena itu energi dan exergi efidefisiensi.
single-Flash pembangkit listrik tenaga uap dapat dirancang untuk menyediakan juga
district heating.
Jika ada permintaan untuk memuaskan. Hal ini dilakukan dengan menambahkan
penukar panas pada bagian cair dari sumber daya, Hal ini memungkinkan valorizing
bagian cair dari sumber daya, yang dinyatakan tidak digunakan dan hanya kembali
disuntikkan.
Gambar 11 perubahan termepratur terhadap waktu
Untuk steam pada system PLTP Suhu awal adalah 36 C. Maksimum suhu yang
sistem internal boiler dapat memberikan adalah 110,1 C. Dan flywheel mulai berputar
ketika suhu mencapai 105 C. Dari grafik. setelah suhu uap mencapai 100 C.
Hubungan suhu-waktu tampaknya nonlinier. Hal ini karena lingkungan jenuh dalam
boiler. Dan hubungan suhu jenuh dan Tekanan dapat diperiksa dalam tabel standar.
Gambar 12 perubahan tekanan terhadap waktu untuk steam pada system PLTP
Dari hasil sensor tekanan, tekanan awal adalah 103 KPa. Tekanan maksimum yang
sistem internal yang boiler dapat memberikan adalah 151,12 kPa. Dan roda gila mulai
berputar ketika tekanan menghantam 138 kPa. Ada beberapa liku-liku pada kurva. ini
adalah karena tidak stabil dari sistem loop terbuka. Karena bahan bakar yang diberikan
kepada sistem ini tidak seragam, kuantitas uap menghasilkan dalam boiler juga tidak
merata.
Gambar 13 perubahan termepratur terhadap waktu untuk steam pada system PLTP
Tekanan vs temperatur grafik diplot. A adalah titik ketika roda gila slart berputar. Ai
titik. suhu sekitar 105 C dan tekanan l3 kPa.
Titik didih suatu cairan atau dikenal juga dengan temperatur saturasi adalah
temperatur dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan lingkungan sekitar cairan
tersebut. Pada titik ini cairan akan berubah fase menjadi uap. Temperatur saturasi dari
air pada tekanan atmosfer adalah 100oC. Pada titik inilah air akan berubah fase menjadi
uap dengan membentuk gelembung-gelembung uap air.
Temperatur saturasi menjadi sebuah fungsi yang unik dari tekanan. Semakin tinggi
tekanan di sekitar air maka akan semakin tinggi pula titik didihnya, dan apabila
semakin rendah tekanan di sekitar air tersebut maka semakin rendah pula titik didih air
tersebut. Hal tersebut disebabkan karena tekanan air akan mempengaruhi karakteristik
seperti entalpi (kandungan kalor) air, panas laten, dan entalpi uap dari uap air yang
terbentuk pada tekanan tersebut.
Pada kondisi tekanan kritis 3200 psi (22,1 MPa) misalnya, panas laten yang
dibutuhkan untuk membentuk uap air menjadi nol, dan pada kondisi ini tidak akan
timbul gelembung-gelembung uap pada saat proses evaporasi. Sehingga proses transisi
perubahan fase air menjadi uap air pada kondisi tersebut akan terjadi secara lebih
smooth. Atas dasar fenomena inilah dikenal sebuah teknologi boiler bernama critical
boiler. Boiler ini bekerja dengan mensirkulasikan air-uap air pada pipa-pipa boiler
dengan tekanan kritis 22,1 MPa (221 bar).
Kurva Didih (Boiling Curve)
Pada kesempatan kali ini saya ingin memperkenalkan kepada Anda sebuah kurva
bernama boiling curve (kurva didih). Kurva ini akan menjelaskan kepada kita
bagaimana karakteristik terjadinya proses pendidihan air. Penelitian dilakukan dengan
jalan mencelupkan sebuah logam (metal) panas yang dijaga temperaturnya, ke dalam
sejumlah air di suatu wadah. Kecepatan (rate) perpindahan panas tiap satuan luas atau
disebut dengan heat flux (fluks kalor) mengisi sumbu Y kurva. Sedangkan sumbu X
diisi oleh diferensial temperatur antara permukaan metal dengan air disekitarnya.
Mendekati titik C, permukaan evaporasi akan semakin luas. Pada saat ini proses
pembentukan uap terjadi sangat cepat sehingga menyebabkan uap yang terbentuk
seakan-akan menghalangi air untuk mendekati permukaan metal. Permukaan metal
menjadi terisolasi oleh semacam lapisan film yang tersusun oleh uap air, sehingga
mengakibatkan penurunan kecepatan perpindahan panas. Proses ini (C-D) dikenal
dengan sebutan critical heat flux (CHF), dimana proses perpindahan panas dari metal
ke air menjadi lambat karena adanya lapisan film yang terbentuk.
Lebih lanjut, seperti digambarkan dengan titik D ke E, disebut dengan proses unstable
film boilling. Dimana pada saat ini temperatur permukaan kontak metal-fluida tidak
mengalami kenaikan. Konsekuensinya adalah terjadinya penurunan performa
perpindahan panas per luas area serta penurunan proses transfer energi. Dari titik E
melewati D ke F, lapisan insulasi uap air pada permukaan metal menjadi sangat
efektif. Sehingga perpindahan panas dari permukaan metal melewati lapisan film ini
terjadi dengan cara radiasi, konduksi, serta mikro-konveksi ke permukaan air yang
berbatasan dengan lapisan film. Pada fase ini proses evaporasi berlanjut dengan
ditandai terbentuknya gelembung-gelembung uap air. Fase ini dikenal dengan sebutan
stable film boiling.
Berbicara tentang Prinsip kerja PLTGU sama halnya dengan membahas siklus dasar turbin
gas yang disebut siklus Brayton, yang pertama kali diajukan pada tahun 1870 oleh George
Brayton seorang insinyur dari Boston. Sekarang siklus Brayton digunakan hanya pada turbin
gas, yang merupakan cikal bakal dari PLTGU dengan proses kompresi dan ekspansi terjadi
pada alat permesinan yang berputar. John Barber telah mempatenkan dasar turbin gas pada
tahun 1791. Dua penggunaan utama mesin turbin gas adalah pendorong pesawat terbang dan
pembangkit tenaga listrik.
Turbin gas digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang berdiri sendiri (simple cycle)
atau bergandengan dengan turbin uap (combined cycle) pada sisi suhu tingginya. Turbin uap
(combined cycle) memanfaatkan gas buang turbin gas sebagai sumber panasnya. Turbin uap
dianggap sebagai mesin pembakaran luar (external combustion), dimana pembakaran terjadi
diluar mesin. Energi termal dipindah ke uap sebagai panas.
Turbin gas pertama kali berhasil dioperasikan pada pameran nasional Swiss (Swiss National
Exhibition) tahun 1939 di Zurich. Turbin gas yang dibangun antara tahun 1940-an hingga
tahun 1950-an efisiensinya hanya sekitar 17 persen; hal ini disebabkan oleh rendahnya
efisiensi kompresor dan turbin dan suhu masuk turbin yang rendah karena keterbatasan
teknologi metalurgi pada saat itu. Turbin gas terpadu dengan turbin uap (combined cycle)
yang pertama kali dipasang pada tahun 1949 di Oklahoma oleh General Electric
menghasilkan daya 3,5 MW.
Sebelum ini, pembangkit daya ukuran besar berbahan bakar batu bara ataupun bertenaga
nuklir telah mendominasi pembangkitan tenaga listrik. Tetapi sekarang, turbin gas berbahan
baker gas alam yang telah mendominasinya karena kemampuan start (black start) yang cepat,
efisiensi yang tinggi, biaya awal yang lebih rendah, waktu pemasangan yang lebih cepat,
karakter gas buang yang lebih baik dan berlimpahnya persediaan gas alam. Biaya
pembangunan pembangkit tenaga turbin gas kira-kira setengah kali biaya pembangunan
pembangkit tenaga turbin uap berbahan bakar fosil yang merupakan pembangkit tenaga
utama hingga awal tahun 1980-an. Lebih dari separoh dari seluruh pembangkit daya yang
akan dipasang dimasa akan datang diperkirakan akan merupakan pembangkit daya turbin gas
ataupun dikombinasikan dengan turbin uap (combined cycle).
Di awal tahun 1990-an, General Electric telah memasarkan turbin gas dengan ciri
perbandingan tekanan (pressure ratio) 13,5 menghasilkan daya net 135,7 MW dengan
efisiensi termal 33 persen pada operasi sendiri (simple cycle operation). Turbin gas terbaru
yang dibuat General Electric bersuhu masuk 1425 OC (2600 OF) menghasilkan daya hingga
282 MW dengan efisiensi termal mencapai 39.5 persen pada operasi sendiri (simple cycle
operation).
Bahan bakar minyak ringan seperti minyak diesel, minyak tanah, minyak mesin jet, dan
bahan bakar gas yang bersih (seperti gas alam) paling cocok untuk turbin gas. Bagaimanapun
, bahan bakar tersebut diatas akan menjadi lebih mahal dan pasti akan habis. Oleh karena itu,
pemikiran kemasa depan harus dilakukan untuk menggunakan bahan bakar alternatif lain.
Gb Turbin Gas Siklus terbuka
Biasanya turbin gas beroperasi pada siklus terbuka. Udara yang segar mengalir ke kompresor,
suhu dan tekanannya dinaikkan. Udara bertekanan terus mengalir ke ruang pembakaran,
dimana bahan bakar dibakar pada tekanan tetap.
Gas panas yang dihasilkan masuk ke turbin, kemudian berekpansi ke tekanan udara luar
melalui berbaris sudu nosel. Ekspansi ini menyebabkan sudu turbin berputar, yang kemudian
memutar poros rotor berkumparan magnet, sehingga menghasilkan teganan listrik
dikumparan stator generator. Gas buang (exhaust gases) yang meninggalkan turbin siklus
terbuka tidak digunakan kembali.
Gb Siklus Braiton
Turbin gas siklus terbuka dapat dibentuk menjadi sebagai turbin gas siklus tertutup dengan
menggunakan anggapan udara standar (air-standard assumptions). Proses kompresi dan
ekspansi tetap sama, tetapi proses pembuangan gas panas tekanan tetap ke udara luar diganti
dengan proses pendinginan qout.
Siklus ideal yang fluida kerja jalani dalam siklus tertutup ini adalah siklus Brayton, yang
terdiri dari empat proses dalam dapat balik (internally reversible):
Pertama, turbin gas berfungsi menghasilkan energi mekanik untuk memutar kompresor dan
rotor generator yang terpasang satu poros, tetapi pada saat start up fungsi ini terlebih dahulu
dijalankan oleh penggerak mula (prime mover).
Penggerak mula ini dapat berupa diesel, motor listrik atau generator turbin gas itu sendiri
yang menjadi motor melalui mekanisme SFC (Static frequency Converter). Setelah
kompresor berputar secara kontinu, maka udara luar terhisap hingga dihasilkan udara
bertekanan pada sisi discharge (tekan) kemudian masuk ke ruang bakar.
Kedua, proses selanjutnya pada ruang bakar, jika start up menggunakan bahan bakar cair
(fuel oil) maka terjadi proses pengkabutan (atomizing) setelah itu terjadi proses pembakaran
dengan penyala awal dari busi, yang kemudian dihasilkan api dan gas panas bertekanan. Gas
panas tersebut dialirkan ke turbin sehingga turbin dapat menghasilkan tenaga mekanik berupa
putaran. Selanjutnya gas panas dibuang ke atmosfir dengan temperatur yang masih tinggi.
Proses seperti tersebut diatas merupakan siklus turbin gas, yang merupakan penerapan Siklus
Brayton. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Langkah 1-2 : Udara luar dihisap dan ditekan di dalam kompresor, menghasilkan
udara bertekanan (langkah kompresi)
Langkah 2-3 : Udara bertekanan dari kompresor dicampur dengan bahan bakar,
terjadi reaksi pembakaran yang menghasilkan gas panas (langkah pemberian panas)
Langkah 3-4 : Gas panas hasil pembakaran dialirkan untuk memutar turbin (langkah
ekspansi)
Langkah 4-1 : Gas panas dari turbin dibuang ke udara luar (langkah pembuangan)
Salah satu kelemahan mesin turbin gas (PLTG) adalah efisiensi termalnya yang
rendah. Rendahnya efisiensi turbin gas disebabkan karena banyaknya pembuangan panas
pada gas buang. Dalam usaha untuk menaikkan efisiensi termal tersebut, maka telah
dilakukan berbagai upaya sehingga menghasilkan mesin siklus kombinasi seperti yang dapat
kita jumpai saat ini.
Di bidang industri saat ini, dilakukan usaha untuk meningkatkan efisiensi turbin gas
yaitu dengan cara menggabungan siklus turbin gas dengan siklus proses sehingga diperoleh
siklus gabungan yang biasa disebut dengan istilah Cogeneration. Sedangkan untuk
meningkatkan efisiensi termal turbin gas yang digunakan sebagai unit pembangkit listrik
(PLTG), siklus PLTG digabung dengan siklus PLTU sehingga terbentuk siklus gabungan
yang disebut Combined Cycle atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
Siklus PLTGU terdiri dari gabungan siklus PLTG dan siklus PLTU. Siklus PLTG
menerapkan siklus Brayton, sedangkan siklus PLTU menerapkan siklus ideal Rankine seperti
gambar :
Gb Siklus Kombinasi
Gb Siklus
Brayton, Siklus Rankine dan Siklus kombinasi (PLTG, PLTU, PLTGU)
Penggabungan siklus turbin gas dengan siklus turbin uap dilakukan melalui peralatan
pemindah panas berupa boiler atau umum disebut Heat Recovery Steam Generator
(HRSG). Siklus kombinasi ini selain meningkatkan efisiensi termal juga akan mengurangi
pencemaran udara.
Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG menjadi unit pembangkit siklus kombinasi
(PLTGU) maka dapat diperoleh beberapa keuntungan, diantaranya adalah:
Kurva ramalan beban adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara beban
sistem jawa Bali (SJB) dalam MW tiap setengah jam nya. Kurva ramalan beban ini sangat
membantu dispatcher untuk mengatur SJB yang berkaitan dengan menaik-turunkan beban
pembangkit dalam rangka mengikuti perubahan beban listrik.
Kurva ramalan beban diatas adalah kurva beban hari minggu atau hari libur. Bisa kita
lihat, pada saat hari libur, warga Jawa pukul 4 pagi (bukit kurva paling kiri) sudah mulai
bangun tidur. Kebanyakan muslim yang melakukan hal ini. Mereka bangun, menyalakan
lampu, pompa air dan sebagainya. Para marbot masjid juga melakukan hal yang sama,
menyalakan lampu masjid, menyetel radio qiroah buat bangunin orang (tepatnya
mengingatkan bahwa subuh telah tiba) lalu kipas angin di puter saat jamaah mulai
berdatangan ke masjid. Aktivitas ini bisa dilihat dari naiknya konsumsi listrik di Jawa Bali
pada saat jam 4 subuh sampai jam setengah 6 sebesar 800 MW. Selepas jam setengah 6,
kegiatan bangun subuh dan ibadah telah selesai.
Maka bisa kami terawang bahwa banyak warga jawa yang molor lagi setelah sholat
subuh. Kok tahu? iya tahu dong, dari kurva beban listrik yang turun sangat besar sekitar 1400
MW setelah pukul setengah 6 sampai jam 7. Para marbot mematikan lampu masjid dan kipas
angin, meng-off kan radio menutup pintu masjid rapat-rapat lalu pulang ke rumah. Mereka
yang ada di rumah, mematikan lampu, pompa air dan sebagainya lalu molor lagi karena tidak
ada tanggung jawab pergi ngantor. Sementara itu, lampu penerangan jalan mulai padan
karena saklar sensor cahaya secara otomatis mematikan lampu-lampu jalan seiring
munculnya matahari di ufuk timur.
Selepas jam 7, ibu-ibu pada bangun menyalakan magic jar, microwave untuk masak
nasi dan memanggang daging. Sambil menunggu nasinya masak, mereka nonton tivi dulu
lihat acara eyang bubur versus adi bing celamet di infotainment-infotainment. :) . Anak kos
yang berduit, menekan tombol on mesin cuci untuk membersihkan pakaian mereka yang
ditumpuk selama seminggu dan tentu saja sambil nyalain laptop buat dengerin lagu dangdut
masak-masak sendiri, cuci baju sendiri yang tersohor itu. :p. Itu semua bisa kami terawang
dari tempat berbentuk kotak bersuhu 18 celcius yang dipenuhi monitor-monitor raksasa yang
berbentuk kotak juga. Untung saja, muka dispatcher nya ga ada yang kotak. hehe.. Lihatlah
kenaikan konsumsi beban listrik dari jam tujuh sampai siang hari. Bebannya merangkak naik.
Pada saat sore hari, tepatnya jam 17.00 para warga jawa mulai melakukan aktivitas
malam. Lampu-lampu jalan mulai nyala lagi beriringan tenggelamnya sang surya di ufuk
barat yang menandakan sudah saatnya waktu sholat maghrib. Masjid-masjid pun mulai hidup
lagi, lampu, kipas angin, radio, speaker dan lain-lain mulai di on kan marbot masjid. Orang
tua mulai berdatangan ke masjid dengan beberapa anak muda dan kecil. Tapi sayangnya,
mayoritas warga jawa tidak pergi ke masjid sehingga banyak sekali dari mereka lebih
memilih tinggal di rumah, menyalakan tivi maupun laptop, duduk manis didepannya sambil
melihat sinetron tukang subur naik haji. Lihatlah kenaikan beban listrik dari jam 17.00
sampai jam 19.00, mencapai 4000 MW !!! Hal ini (menurut kami) disebabkan banyaknya tivi
yang dinyalakan secara serentak pada jam tersebut buat nonton si tukang bubur tadi. :(
Setelah jam 19.00, warga mulai beranjak ke tempat tidur, mematikan lampu dan tivi
untuk bersiap melakukan aktivitas keesokan harinya. Memang beban turun mulai pukul 19.00
sampai dinihari lagi.
Kira-kira begitulah penerawangan dispatcher JCC tentang pola hidup warga jawa
berdasarkan kurva beban. Hal ini tidak 100% akurat, bahkan akurasinya mungkin hanya 5%.
tapi bagaimanapun juga, disaat mereka beraktivitas, kami selalu mengusahakan listrik tersalur
dengan baik ke rumah-rumah pelanggan meskipun mereka terlelap dalm tidur.