Disusun oleh :
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I (PENDAHULUAN) ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Maksud Perancangan Pabrik ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Perancangan Pabrik............................................................................................. 2
1.4 Keberadaan Bahan Baku ................................................................................................. 2
1.3 Supply Demand ............................................................................................................... 2
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ............................................................................................. 3
2.1 Deskripsi Proses .............................................................................................................. 3
2.2 Seleksi Proses .................................................................................................................. 4
BAB III (LOKASI PABRIK) .................................................................................................. 15
3.1 Ketersediaan Syarat-Syarat Perancangan Pabrik ......................................................... 15
3.2 Peta Lokasi Perancangan Pabrik .................................................................................. 15
BAB IV (PENUTUP) .............................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia hingga saat ini masih memiliki hutan alami yang cukup luas.
Selama ini pemanfaatan hasil yang berupa kayu terutama dipakai untuk bahan
bakar, bahan untuk pembuatan alat-alat rumah tangga dan untuk bahan konstruksi.
Untuk dunia industri, konsumen utama kayu adalah industri kayu lapis dan pulp.
Selain kedua industri tersebut bahan dari kayu ini memilki potensi sebagai industri
yang berbasis kayu walaupun tidak secara langsung, yaitu Pabrik Karbon
Disulfida dari Belerang dan Arang Kayu (Charcoal). Karbon disulfida merupakan
bahan yang sangat diperlukan dalam jumlah besar yang berguna untuk industri
Rayon, Karet, Carbon tetra Chlorida, Flotation Agent untuk karet dan bahan
Insektisida (Kirk and Othmer,1995).
Pendirian pabrik karbon disulfida dari arang kayu dan belerang sangat
tepat dengan iklim kemitraan yang selama ini digiatkan oleh pemerintah, yaitu
dengan jalan memakai produksi arang kayu masyarakat sekitar, karena teknologi
pengolah kayu menjadi arang kayu relatif sederhana.
Tujuan rancangan pabrik pembuatan Karbon Disulfida dari arang kayu (charcoal)
dan belerang ini adalah untuk mengaplikasikan disiplin ilmu teknik kimia yang meliputi
neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia, utilitas, dan
bagian ilmu teknik kimia lainnya serta untuk mengetahui aspek ekonomi dalam
pembiayaan pabrik sehingga akan memberikan gambaran kelayakan pra-rancangan
pabrik pembuatan Karbon Disulfida dari arang kayu (charcoal) dan belerang.
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang
umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang dan benda lain. Arang
yang hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai
98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Arang pada awalnya
digunakan sebagai pengganti mesin. Arang juga digunakan dalam metalurgi sebagai
reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian besar produksi
charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada
kayu biasa.
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara
didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya
terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
Daya serap arang ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan bahan-
bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang
akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut
sebagai arang aktif. Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui
komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan. Arang aktif
merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas.
Arang dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap arang sangat besar terhadap beratnya, yaitu 25-100%. Arang dibagi atas 2 tipe,
yaitu arang sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang sebagai pemucat, biasanya
berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A digunakan dalam
fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan
kegunaan lain yaitu pada industri kimia.
Arang sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat
keras, dengan diameter pori berkisar antara 10-200A tipe pori lebih halus, digunakan
dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan
pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang
mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras. (Wikipedia, 2008).
Arang kayu dibuat dengan mengarangkan kayu dalam tumpukkan yang ditutupi
lempengan kering, atau di dalam oven yang tertutup atau juga labu destilasi.
Mengandung 93% karbon, 2,5% hidrogen dan 3% abu dengan pemanasan diatas 1500 oC
hidrogen menjadi 0,62%. Yield kira-kira 24% kayu, dalam oven 25% dengan 10% teer,
40% asam pyroligeous dan 25% gas. Arang aktif digunakan sebagai absorben dibuat dari
arang yang cocok, lumpur bahan pembakar atau batu bara dengan metode berbeda.
Dalam proses arang langsung atau batu arang temperatur rendah dari arang yang
cocok dipanaskan dalam labu destilasi pada suhu 1000oC. Seadanya diatur jumlah udara
atau uap, yang memindahkan materi yang menghalangi pori-prori. Dalam proses
pembatuan arang digumpalkan dengan terkayu dan sedikit soda kaustik dan biji yang
diutamakan untuk pemanasan progresif, terakhir dalam penguapan pada suhu 800-
1000oC. Dalam proses kimia kayu atau lumpur bahan pembakar dicampur dengan garam
seperti magnesium atau seng klorida (ZnCl2) atau dengan asam fosfor (HFO4) dan
karbon setelah materi dapat larut dipindahkan dari arang dengan pencucian asam dilute.
Arang aktif mengadsorpsi gas lebih dari biasanya arang dan digunakan dalam alat
pernafasan. Itu juga digunakan sama baiknya seperti arang hewan untuk decolorising
sirup gula dan untuk memindahkan minyak fucel dari sawit. Gas karbon adalah bentuk
keras yang murni hitam keabu-abuan dari karbon dan konduktor yang baik dari elektrik
yang diendapkan oleh dekomposisi dari metan dalam kontak dengan bak merah panas
atau labu destilasi dalam pembuatan gas batu bara. (Partington,1961)
Dari persamaan di atas maka dapat dihitung perkiraan proyeksi kebutuhan karbon
disulfida tahun 2015 2020 dengan data sebagai berikut :
2. Proses Pencampuran
Arang kayu yang berupa karbon dimasukkan ke dalam tungku listrik (F-102)
melalui bucket elevator (BE-101) dan belerang padat dimasukkan ke dalam tungku
listrik (F-102) melalui bucket elevator (BE-105). Pada tungku ini arang kayu bereaksi
dengan belerang pada temperatur 900 oC dan tekanan 1 atm. Belerang dan karbon
yang masuk menyatu di dalam tungku listrik berubah fasa menjadi fasa gas yaitu gas
belerang pada kondisi operasi atas. Sumber panas yang diperlukan pada tungku listrik
berasal dari panas yang dihasilkan elektroda yang dialiri oleh arus listrik.
Pada tahapan operasi ditungku listrik terbentuk gas Karbon disulfida sebagai produk
utama,reaksi yang terjadi di dalam tungku listrik, adalah:
C + 2S CS2
Gas karbon disulfida yang keluar dari tungku listrik (F-102) masuk ke dalam cylcon
(FG-101), dalam alat ini terjadi proses pemisahan antara padatan dan gas. Pada proses
pemisahan ini padatan yang berupa karbon (C) dibuang..
3. Proses Pendinginan
Gas yang keluar dari tungku listrik (F-102) di masukkan ke dalam cooler (CO-
101) dari temperatur 900oC diturunkan menjadi 550oC dengan media pendingin air
pada temperatur 10C, 1 atm. Gas yang keluar dari cooler (CO-101) dimasukkan
kedalam condensor (CD-101) gas yang masuk akan berubah fasa dari gas menjadi
cair, penukaran gas dengan media pendingin air pada temperatur 100oC, 1 atm
sehingga diperoleh Karbon Disulfida cair (119C, 1atm) sebagai hasil pendinginan.
Karbon Disulfida yang telah cair di dinginkan lagi pada alat pendingin cooler (CO-
101) pada temperatur 10C, 1 atm sehingga gas Karbon Disulfida yang diperoleh pada
temperatur 44C, 1 atm. Cairan karbon disulfida dari cooler kemudian di alirkan ke
dalam tangki produk (T-101) Karbon Disulfida (CS2).
2. Indonesia pada saat ini mempunyai pertimbangan dalam pembuatan karbon disulfida
dengan menggunakan proses arang kayu dan belerang perlu mendapat perhatian lebih,
karena reaksi antara arang kayu dan belerang dapat ditulis :
C (P) + 2 S (P) CS (g)
Dengan menggunakan reaktor kolom terfluidasi, diperoleh konversi S menjadi CS2
sebasar 75% dengan waktu tinggal 0,5 10 detik. Namun selain kedua reaksi tersebut
masih ada proses :
2 CO + 2 S 2 COS CS2 + CO2
C + 2 H2S CS2 + 2 H2
BAB III
LOKASI PABRIK
b. Kebutuhan air
Suatu jenis pabrik mungkin memiliki sejumlah air yang cukup banyak sementara
pabrik jenis lain memerlukan air tidak terlalu banyak. Kebutuhan air untuk pabrik
Karbon Disulfida ini diperoleh dari sungai Sampean, di daerah Panarukan, Situbondo,
Jawa Timur yang debitnya relatif tetap setiap tahun.
c. Tenaga kerja
Di daerah ini tersedia tenaga kerja terdidik maupun yang tidak terdidik serta
tenaga kerja yang terlatih maupun tidak terlatih.
d. Transportasi
Faktor transportasi perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pendirian pabrik,
yaitu transportasi bahan baku dan transportasi produk, serta jarak lokasi pabrik dengan
pasar yang terjangkau. Pemilihan lokasi pabrik Karbon Disulfida ini didasarkan pada
beberapa hal seperti jarak pabrik dengan kawasan dan adanya sarana transportasi lain
seperti transportasi darat.
e. Pemasaran
Kebutuhan akan Karbon Disulfida terus berkembang dengan pesat, sehingga
pemasaran produk ini cukup menguntungkan. Selain itu, daerah lokasi pabrik
diusahakan dekat dengan pelabuhan dan bandar udara sehingga mempermudah untuk
melakukan ekspor.
SUNGAI
PANARUKAN
LOKASI
BAB IV
PENUTUP
Tugas Akhir Perancangan Pabrik Karbon Disulfida ini merupakan salah satu bentuk
dari kesiapan mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan dan juga untuk meningkatkan disiplin ilmu yang dapat menggali wawasan.
Dengan adanya perancangan pabrik karbon disulfida ini diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan permintaan yang semakin meningkat di Indonesia.
Demikian proposal Tugas Akhir Perancangan Pabrik ini kami susun dengan harapan
dapat memberikan gambaran singkat dan jelas tentang tujuan dari perancangan pabrik ini.
Besar harapan kami untuk dapat disetujui permohonan kami dalam melakukan perancangan
pabrik karbon disulfida sebagai syarat kelulusan jenjang D-IV Politeknik STMI Jakarta. Atas
segala perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRA RANCANGAN PABRIK
Hormat Kami,
Pemohon 1 Pemohon 2
Menyetujui,
Kepala Jurusan
Teknologi Kimia Industri