LAPORAN KASUS
PSORIASIS VULGARIS
Pembimbing:
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya yang telah dikaruniakan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan kasus SMF bagian kulit dan kelamin dengan judul
Psoriasis Vulgaris.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak, rekan sejawat, dan yang terutama dr. Firdausi N, Sp.KK, yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing saya sehingga Laporan kasus ini dapat
selesai dengan baik.
Saya menyadari Laporan kasus ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu
kritik dan saran kami harapkan demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan
yang mungkin ada. Semoga Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi rekan dokter
muda khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Psoriasis berasal dari kata psora yang merupakan bahasa Yunani, yang
berarti sisik. Psoriasis merupakan penyakit keradangan pada kulit yang bersifat
kronik dan berulang yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, ditandai
dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas, kering diatasnya terdapat skuama
yang kasar, berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abua atau keperakan, dan disertai
dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Koebner. (1)
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak
menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik. Insiden pada
orang kulit putih lebih tinggi daripada kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan
sebanyak 3% sampai dengan 7 %. Di Amerika Serikat 1% sampai dengan 2%.
Sedangkan dijepang 0,6%. Jarang ditemukan pada bangsa Afrika dan Indian di
Amerika. 2 Psoriasis lebih banyak ditemukan pada usia dekade ketiga, rata-rata
pria usia 29 tahun dan wanita 27 tahun meskipun psoriasis dapat mengenai usia
(1)
berapapun, dari bayi hingga dewasa tua. Onset psoriasis dan derajat
keparahannya sangat dipengaruhi oleh umur dan genetic, dan mungkin dipicu oleh
factor internal dan factor eksternal, seperti trauma fisik kulit, obat sistemik,
infeksi, dan stress emosional. Psoriasis vulgaris merupakan jenis psoriasis yang
paling banyak sekitar 90% dari pasien dengan psoriasis. (2)
1.2. Definisi
1.3. Sinonim
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, dan
psoriasis yang lain misalnya psoriasis pustulosa. (1) (3)
1.4. Epidemiologi
1.5. Etiopatogenesis
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga
jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis memerlukan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang
umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri
atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.
Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8
Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. (3)
Sel langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis. Sel
langerhans bertindak sebagai antigen presenting cell (APC) yang akan
mengaktivasi limfosit T. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan
limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan
pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi
psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. (3)
Perubahan morfologi pada kulit psoriatik terutama disebabkan oleh adanya
hiperproliferasi dan gangguan diferensiasi keratinosit serta inflamasi. Gangguan
diferensiasi menyebabkan pada lesi psoriasis stratum granulosum menipis atau
menghilang. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan waktu siklus sel,
dimana pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya
3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 4 minggu. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih dari 90%
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. (1)
Faktor predisposisi, antara lain trauma pada epidermis atau dermis, seperti
goresan atau jaringan parut operasi, menimbulkan psoriasis pada kulit yang luka
(fenomena Koebner). Insiden menunjukkan fenomena koebner pada penderita
psoriasis dapat meningkat ketika penyakit masih dalam keadaan aktif dan
penderita yang menderita psoriasis sejak usia dini sehingga diperlukan beragam
terapi untuk mengendalikan penyakitnya. (1)
Faktor pencetus yang lain adalah infeksi, yang diketahui sebagai pemicu
onset atau eksaserbasi psoriasis. Hampir 54% kasus melaporkan mengalami
eksaserbasi psoriasis dengan interval 2-3 minggu setelah menderita infeksi
saluran napas atas. (1) Infeksi fokal menunjukkan hubungan erat dengan salah satu
bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis
vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang sembuh
setelah diadakan tonsilektomi. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus.
(3)
Stres psikis merupakan factor pencetus utama dan juga merupakan salah
satu factor pencetus yang memperberat psoriasis dan terjadi pada kurang lebih 30-
40% kasus. Tidak ada sifat atau gangguan kepribadian yang khusus pada
(1)
penderita psoriasis. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi yang positif
antara stress dengan keparahan dari psoriasis. Dimana didapatkan separuh dari
pasien mengalami stress tersebut. (5)
Lesi psoriasis pada kulit memiliki empat gambaran yang menonjol yaitu: (1)
a) Makula atau papula eritematosa yang berbatas tegas dengan ukuran bervariasi
dari lentikuler, numuler, atau plakat.
b) Skuama berlapis-lapis di permukaan dan transparan keperakan (silverly),
yang lekat pada bagian tengah dan lepas pada tepi lesi.
c) Fenomena tetesan lilin (Karsvleek phenomen), yaitu skuama yang berubah
warnanya menjadi putih seperti lilin apabila digores, oleh karena terjadi
perubahan indeks bias.
d)
Tanda Auspitz adalah perdarahan bintik yang timbul karena lapisan epidermis
yang begitu tipis sehingga ujung papilla dermis yang memanjang dan
menonjol langsung terlihat apabila skuama psoriasis dikelupas secara paksa.
Fenomena ini hanya terdapat pada psoriasis.
Selain menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi (arthtritis psoriatic), terdapat pada 10-15%
pasien psoriasis. Umumnya pada sendi distal interfalang dan bersifat poliartikular,
terbanyak pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan
lesi kistik subkorteks. (1)
Bentuk ini ialah yang lazim ditemukan, karena itu disebut vulgaris.
Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. (5) Tempat
predileksinya adalah siku, lutut, kulit kepala dan terutama regioaurikuler, region
lumbal, dan umbilikus. Lesi tunggal berukuran kecil bisa menyatu dengan yang
lain dan membentuk plak dengan tepi miring peta bumi ( psoriasi geografik). Lesi
dapat meluas ke lateral dan menjadi mirip cincin karena menyatunya sejumlah
plak (Psoriasis Gyrate). (1)
Kata gutta berasal dari bahasa latin yang berarti a drop. Psoriasis gutata
ditandai oleh lesi papula dengan diameter biasanya 0,5-1 cm dan berjumlah lebih
dari satu pada tubuh bagian atas dan ekstremitas proksimal. (2) Bentuk ini banyak
terjadi pada remaja atau dewasa muda dan sering didahului oleh infeksi
(2)
tenggorokan akibat Streptococcus. . Bentuk ini terutama menyerang pasien di
bawah usia 30 tahun. (4) Peningkatan titer antistreptolisin sering ditemukan pada
psoriasis gutata. (1) (3) Selain itu, bentuk ini juga dapat timbul setelah infeksi yang
lain, baik bakteri maupun virus. (1)
Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi yang khas dan seringkali hanya
terbatas mengenai permukaan lipatan, lekukan, dan fleksor seperti telinga telinga,
aksila, selangkangan, lipatan di bawah payudara, pusar, lekukan interglutea, glans
penis, bibir, menyerang seluruh bagian tubuh termasuk muka, tangan, kaki, dan
jari. Gambaran yang menonjol adalah eritema dan skuama yang tidak begitu
banyak. Bisa timbul akibat respon terhadap terapi topikal yang tidak dapat
ditoleransi oleh penderita, sehingga terbentuk reaksi koebner menyeluruh. (1)
Sumber: Fitzpatricks
1.8. Histopatologis
1.9. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan secara : (8)
A. Anamnesa dan pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda klinis seperti yang
telah disebutkan di atas.
B. Histopatologis, dalam hal ini pemeriksaan patologi anatomi adalah spesifik
dan menentukan kepastian diagnosis psoriasis.
a. Akantosis akan disertai pemanjangan rete ridge
b. Pemanjangan dan pembesaran papila dermis
c. Hiperkeratosis dan parakeratosis
d. Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
e. Peningkatan mitosis pada stratum basalis
f. Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit
g. Mikro abses Munro yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrofil
pada stratum korneum.
Dermatitis atopik Gambaran lesi berupa makula yang eritematosa yan diatasnya
terdapat vesikula, papula folikuler, dan akhirnya dapat timbl
likenifikasi.
1.11. Penatalaksanaan
Terapi psoriasis membutuhkan waktu yang lama dan kekambuhan hampir
bisa dipastikan terjadi dan lesinya bias hilang spontan. Tetapi ada kecenderungan
tiap pengobatan secara perlahan akan berkurang efektifitasnya dan karena itu
perlu diberikan terapi dengan metode yang bervariasi. Tetapi perlu disesuaikan
dengan letak lesi, tingkat keparahan, durasi, terapi sebelumnya, dan usia pasien.
Pada beberapa kasus mungkin hanya perlu terapi topical atau sistemik atau
keduanya. (1)
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal paling poten adalah clobetasol propionate 0,025-
0,1% selama 2 minggu. Preparat ini memberikan hasil yang baik tetapi harganya
mahal. Untuk kulit kepala kortikosteroid yang digunakan dengan bahan gel atau
propylene glycol. Krim lebih dipilih untuk daerah lipatan (kulit tipis) dan area
yang terpapar sinar matahari. Dengan kortikosteroid, bentuk salep lebih efektif
dibandingkan krim (stoughton) walaupun memiliki potensi sama. Injeksi
kortikosteroid intralesi juga dapat diberikan untuk kelainan kuku atau bercak yang
membandel melalui preparat triamsinolon 2,5 10 mg/ml dalam sediaan suspensi
dalam larutan salin yang steril setiap sebulan sekali. (1)
c. Dihydroxyanthralin (Anthralin)
Senyawa yang masih dipakai secara luas untuk obat psoriasis dalam bahan
pembawa dan cara pemakaian yang berbeda. Kelebihan utama anthralin adalah
tidak ada efek samping jangka panjang sehingga obat ini dapat diberikan tanpa
waktu yang terbatas sesuai kebutuhan terapi. Namun obat ini menyebabkan iritasi
terutama pada lipatan tubuh dan meninggalkan warna kuning pada kulit, baju dan
sprei. Untuk menghindarinya dipakai konsentrasi yang lebih rendah (0,01 1%)
kemudian ditutup dengan pembalutberperekat aagar tidak mengenai kulit normal
disekitarnya. (1)
Terapi dapat dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dioleskan semalam
kemudian dibersihkan dengan minyak mineral pagi harinya, cara kedua dengan
pemakaian singkat selama 30 menit dengan dosis awal mencapai 0,5 % lalu
perlahan-lahan dosis dinaikan mencapai 4% tetapi setelah dosis mencapai 1%
waktu aplikasi dikurangi. Iritasi yang terjadi minimal dan hasilnya sangat bagus.
Penyembuhan terjadi dalam 3 4 minggu. (1)
dan jika kelebihan malah akan memperbarat psoriasis. Karena itu digunakan sinar
UV artifisial, diantaranya sinar A atau UVA (320 400 nm). (1)
Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau kombinasi psoralen
(8-metoxypsoralen) secara oral atau topikal disebut PUVA, atau bersama-sama
dengan preparat ter yaitu pengobatan cara Geockerman. Sinar ultraviolet buatan
atau UVB (290 320 nm) sering dipakai sebagai pengganti. UVB juga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasi tipe plak, guttata, pustular, dan eritoderma.
Dosis UVB pertama 12 23 mJ menurut tipe kulit, kemudian dinaikan berangsur-
angsur. Setiap kali dinaikan sebagai 15% dari dosis sebelumnya. Dibarikan
seminggu 2 3 kali. Mandi PUVA adalah cara lain untuk memberikan
fotosensitizer (8-MOP atau 5-MOP) ke kulit adalah dengan menambah senyawa
ini ke dalam air mandi. (1)
Kelebihan utama mandi PUVA adalah tidak adanya efek sistematik,
seperti keluhan saluran cerna. Penurunan dosis UVA total hingga seperempat dari
yang dibutuhkan untuk mencapai efek terapetik yang sama seperti PUVA
konvensional, sehingga akan menurunkan resiko kanker kulit non melanoma.
Eritema juga jarang terjadi pada terapi ini dan tidak memerlukan kacamata
sebagai proteksi mata. Mandi PUVA dapat menurunkan proliferasi keratinosit dan
menekan aktivasi sel T di tempat lesi. (1)
e. Emolien Lembut
Antar periode terapi, perawatan kulit dengan emolien lembut harus
dilakukan guna mencegah terjadinya kekeringan yang bisa mengakibatkan
kekambuhan dan untuk memperpanjang interval bebas obat. Penambahan urea
(hingga 10%) berguna untuk memperbaiki hidrasi kulit dan melepaskan skuama
pada lesi yang baru muncul. (1)
Terapi psoriasis sistemik dibutuhkan untuk kasus yang berat dimana lesi
tersebar luas diseluruh tubuh atau lesi berbentuk pustular atau psoriasis pada fase
aktif yang kambuh setelah mendapat obat tropikal termasuk sinar UV atau bila
terapi topikal tidak berhasil. Terapi sistemik harus dimonitor secara ketat. (1)
Untuk lesi yang terbatas digunakan asam folat tablet dengan dosis sehari 3 kali
satu tablet. (8)
Untuk lesi yang luas digunakan : methotrexate (8)
Cara 1: sehari 2 tablet selama 7 hari, kemudian istirahat 1 minggu
untuk observasi LFT, RFT, dan darah rutin. Bila hasil laboratorium tetap baik
MTX dapat diberikan lagi dengan dosis dan aturan yang sama sampai terjadi
perbaikan klinis (lesi tidak aktif lagi), kemudian dosis MTX diturunkan secara
tapering off sampai mencapai dosis maintenance.
Cara 2 : MTX 2 tablet diberikan 2-3 kali selang 12 jam, istirahat 1
minggu. Setelah itu diberikan dengan dosis yang dikurangi 1 tablet setiap
minggu sampai tidak minum lagi. Sewaktu tidak minum MTX, maka
penderita minum asam folat tablet sehari 3 kali 1 tablet. Sewaktu minum
MTX, tidak dibolehkan minum asam folat.
a. Methotrexate (MTX)
Obat ini adalah terapi sistemik yang telah dipakai secara luas untuk jenis
psorisis yang parah dan paling bermanfaat untuk psoriasis pustule. Obat ini adalah
pilihan untuk arthritis psoriatik yang parah. MTX bekerja dengan menghambat
sintesa DNA dengan cara memblok saat asam dihidrofilik reduktase yang
afinitasnya lebih besar dari asam folat terikat sehingga pembelahan sel pun juga
ikut berhenti, dosis MTX 10 25 mg sekali dalam seminggu. Pemberianya IV/IM
agar didapatkan efikasi dan pengendalian penyakit secara optimal juga dapat
diberikan per oral dosis 5 mg tiap 12 jam selama jangka waktu 36 jam. Regimen
ini sama efektifnya dengan terapi parenteral dosis seminggu sekali. (1)
Efek samping sering muncul adalah anoreksia, nyeri kepala, mual,
muntah, leukopenia, trombositopeni, luka saluran cerna, hepatotoksin disertai
perubahan degeneratif dan nekrosis atau sirosis hepatis juga biasa terjadi.
Kematian juga pernah dilaporkan terjadi. Monitoring selama terapi adalah hitung
leukosit dan trombosit tiap 1 4 minggu, hemoglobin, urinalisis, keratinin
SGOT/SGPT. Dan alkali fosfatase tiap 4 bulan dan klirens kreatinin dan foto
rontgen dada setahun sekali. Biopsi hepar direkombinasikan setelah mendapat
obat sebanyak 1500 mg. (1)
b. Cyclosporin
Adalah polipeptida siklik yang telah digunakan secara luas untuk
pencegahan penolakan graft. Efeknya imunosupresif. Dengan pemakaian klinis
menunjukan efektifitas pada penderita psoriasis tipe plak kronis yang parah jika
diberi regimen dengan dosis rendah (kurang dari 5 mg/kg/ hari). Untuk perbaikan
pada perubahan kuku dan arthritis psoriasis dapat tercapai dengan terapi jangka
panjang. Terapi ini dapat direkomendasika sebagai regimen intermiten jangka
pendek dimana obat dihentikan secara perlahan setelah timbul perbaikan utama
atau sebagai terapi kontinyu jangka panjang untuk kasus yang membandel.
Cyclosporin juga efektif untuk eritoderma dan psoriasis pustural generalisata. (1)
c. Retinoid
Acitretin, yakni derivat vitamin A dipakai terutama pada terapi psoriasis.
Manfaat klinis terbaik pada jenis psoriasis pustular. Mekanisme kerjanya adalah
mengatur pertumbuhan dan deferensiasi akhir keratinosit sehingga akan
menormalkan kondisi hiperproliperasi pada psoriasis. (1)
d. Kortikosteroid
Dapat mengontrol psoriasis yang ekivalennya dengan prednison 2030
mg/hari. Setelah membaik dosis diturunkan secara perlahan-lahan kemudian
diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian secara mendadak akan menyebabkan
kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. (1)
e. Levodopa
Sebenarnya dipakai untuk penyakit parkinson. Diantara penderita
parkinson yang sekaligus juga penderita psoriasis, maka psoriasisnya akan
membaik dengan pengobatan levodova. Dosis antara 2 x 500 mg 3 x 500 mg
yang mempunyai efek samping mual, muntah, hipertensi, dan gangguan fisik, juga
pada jantung. (1)
f. DDS
Diaminodifenilsulfon dipakai sebagai psoriasis tipe barber dengan dosis
2x100 mg sehari. Obat ini merupakan second line atau third line, tetapi menurut
penelitian tidak terlalu efektif. Efek sampingnya berupa anemia hemolitik,
methemoglobinema, agranulositosis. (1)
Makrolaktam digunakan pada bagian tubuh yang tipis dan tidak dapat
diterapi dengan kortikosteroid. Menimbulkan perbaikan lesi jika diberikan secara
topikal dan kemudian di bebat dalam keadaaan kering, namun hal ini tidak
dijumpai ketika obat diberikan tanpa bebat. Laporan terbaru menyatakan efikasi
yang tinggi untuk psoriasis ketika pimecrolimus atau tacrolimus makrolaktam
diberikan dalam waktu singkat per oral. (1)
Metode baru lain untuk terapi psoriasis yaitu pemakaian excimer laser
kemungkinan akan berperan penting dimasa mendatang. Laser ini mengeluarkan
sinar UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Hasil penelitian pertama
menunjukan kalau sekitar 4 kali terapi bisa menimbulkan perbaikan sel, dengan
respon terapi yang dapat bertahan. (1)
1.12. Prognosis
Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronik dan
residif. (1) (3) (2) (4) (8) (5) Tidak ada cara mencegah terkena psoriasis. (2)
Psoriasis gutata sering sembuh sendiri setelah 12-16 minggu tanpa terapi.
Estimasi mendatang pasien ini bahwa sepertiga sampai dua per tiga akan
berkembang menjadi psoriasis plak kronik. Kenyataannya, psoriasis plak kronik
merupakan kasus penyakit seumur hidup, interval dari manifestasinya tidak dapat
diprediksi. Remisi spontan dalam waktu yang bervariasi, mungkin terjadi pada
psoriasis sampai dengan 50% pasien. Penyeban remisi spontan tidak diketahui,
tapi dapat merefleksikan generasi kesuksesan self-tolerance berdasarkan model
immunologic sel reactivity. (2)
DAFTAR PUSTAKA