Anda di halaman 1dari 14

1

Membangun SPIP:
Mencari Model Implementasi Komprehensif

Marno Kastowo, M.E., Ak.

Abstrak
PP 60 Tahun 2008 mewajibkan menteri, kepala lembaga, gubernur, bupati, dan
walikota untuk mengimplementasikan SPIP dan menetapkan BPKP sebagai Pembina
SPIP. BPKP telah melakukan sosialisasi dan diklat SPIP agar setiap instansi memahami
makna SPIP, menyadari pentingnya SPIP, dan mampu mengimplementasikan SPIP.
Peserta diklat dan sosialisasi umumnya dapat memahami makna dan arti penting SPIP
dalam penyelenggaraan pemerintahan namun belum mengetahui bagaimana cara
mengimplementasikan SPIP. Narasumber BPKP umumnya kesulitan untuk menjelaskan
langkah praktis implementasi karena materi sosialisasi dan bahan ajar diklat belum
mencakup langkah-langkah nyata untuk menerapkan kerangka kerja SPIP secara
komprehensif. Tulisan ini berusaha untuk merumuskan panduan praktik implementasi
SPIP secara komprehensif melalui studi literatur.

Implementasi SPIP dapat diawali dengan pembangunan falsafah manajemen


risiko (lingkungan pengendalian dalam arti sempit), penetapan tujuan organisasi dan tujuan
kegiatan, identifikasi dan penilaian risiko, pelaksanaan kegiatan pengendalian,
pembangunan mekanisme informasi dan komunikasi yang dapat mengukur dan
melaporkan risiko aktual dan biaya yang ditimbulkan, monitoring, dan pengembangan
lingkungan pengendalian dalam arti luas. Langkah tersebut diterapkan dari tingkat
aktivitas, unit organisasi, dan diintegrasikan untuk entitas organisasi secara menyeluruh.
Monitoring dan perbaikan yang berkelanjutan akan menjamin SPIP dapat berfungsi efektif.

Kata Kunci: Implementasi SPIP, SPIP Komprehensif, Sektor Publik

PENDAHULUAN luruh. Untuk melaksanakan amanat undang-


Krisis ekonomi 1997 menimbulkan undang tersebut presiden menetapkan
kesadaran publik bahwa tanpa pengenda- PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem
lian yang memadai penyelenggaraan Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
pemerintahan mudah terjerumus ke dalam yang mewajibkan menteri, kepala lembaga,
masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. gubernur, bupati, dan walikota untuk
Kesadaran tersebut memperoleh pengu- mengimplementasikan SPIP di lingkungan-
kuhan secara formal dalam pasal 58 nya dan menetapkan BPKP sebagai
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 pembina penyelenggaraan SPIP. Sebagai
tentang Perbendaharaan Negara yang pembina SPIP, BPKP telah melakukan
mewajibkan presiden untuk menyeleng- sosialisasi dan diklat teknis agar
garakan sistem pengendalian intern kementerian, lembaga, dan istansi peme-
lingkungan pemerintahan secara menye- rintah memahami makna, menyadari arti
2

penting, dan mulai mengimplementasikan model praktis yang dapat digunakan untuk
SPIP. Pengalaman penulis menunjukkan membangun SPIP secara komprehensif.
bahwa umumnya peserta diklat dan
sosialisasi dapat memahami makna dan arti PEMBAHASAN
penting SPIP dalam penyelenggaraan Gambaran Umum SPIP
pemerintahan tetapi belum memahami cara SPIP merupakan sistem pengendalian
untuk membangun SPIP secara kompre- yang diselenggarakan secara menyeluruh
hensif di lingkungan instansi masing-masing. di lingkungan pemerintah pusat dan
daerah. SPIP dilaksanakan menyatu dan
Materi bahan ajar dan sosialisasi BPKP menjadi bagian integral dari kegiatan
belum mencakup langkah-langkah nyata instansi pemerintah. SPIP bertujuan untuk
untuk membangun SPIP secara kompre- memberikan keyakinan yang memadai
hensif. Alih-alih mengembangkan panduan bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
praktis implementasi SPIP, BPKP justru pencapaian tujuan penyelenggaraan pe-
lebih dulu mengembangkan alat untuk merintahan negara, keandalan pelaporan
menilai SPI dalam bentuk Diagnostic keuangan, pengamanan aset, dan keta-
Assesment yang lebih bermanfaat untuk atan pada peraturan perundang-undangan.
mengidentifikasi hal-hal yang harus diper-
baiki pada setiap unsur pengendalian. Menurut BPKP (2009), selain untuk
Ketidaktersediaan pedoman praktis untuk melaksanakan amanat UU Nomor 1 Tahun
membangun SPIP dapat menyebabkan 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
kebingungan dan menyurutkan semangat PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP,
kementerian, lembaga, serta pemda untuk implementasi SPIP juga timbul dari kesa-
segera mengimplementasikan SPIP. daran atas kegagalan pelaksanaan sistem
pengendalian yang telah diterapkan
Tulisan ini bertujuan untuk mencari sebelumnya dalam mencegah korupsi,
model yang berisi langkah-langkah praktis kolusi, dan nepotisme dalam penyeleng-
untuk membangun SPIP secara kompre- garaan pemerintahan. Pengendalian intern
hensif. Suatu model praktis yang dapat sebelum SPIP dilakukan mengacu pada
dimanfaatkan oleh semua entitas dan Inpres No.15 Tahun 1983 tentang Pedo-
aktivitas organisasi dengan tanpa melihat man Pelaksanaan Pengawasan, Inpres
perbedaan ukuran, budaya, dan peng- No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
alaman manajemen risiko. Mengingat Pelaksanaan Pengawasan Melekat, serta
SPIP pada dasarnya merupakan adopsi Kepmenpan No.93/Menpan/1994 tentang
dan adaptasi dari konsep pengendalian Petunjuk Pengawasan Melekat. Penyebab
menurut The Committee of Sponsoring kegagalan pengendalian tersebut antara
Organizations of the Treadway Commis- lain terjadi karena adanya reduksi makna
sion (COSO) maka penelitian dilakukan pengawasan melekat. Pengawasan mele-
dengan studi literatur mengenai implemen- kat yang secara ilmiah merupakan
tasi COSOs Entreprise Risk Management pengendalian yang dibangun melekat pada
Integrated Framework pada sektor privat kegiatan (built in control) mengalami
serta pedoman standar pengendalian reduksi makna sebagai pengawasan
intern sektor publik dari INTOSAI. Dari langsung dari atasan kepada bawahan.
hasil studi tersebut akan dirumuskan suatu Kegagalan juga terjadi karena pengenda-
3

lian lebih berorientasi pada hard factor yang serius, padahal soft factor/aspek
yang bersifat statik. Pengendalian dinamik merupakan kunci efektivitas
dianggap kuat jika organisasi telah pengendalian karena subjek pengendalian
memiliki unsur-unsur pengendalian yang adalah manusia.
dikelompokkan ke dalam enam sarana: SPIP merupakan adopsi konsep
struktur organisasi, kebijakan pelaksa- pengendalian COSO dengan berbagai
naan, rencana kerja, prosedur kerja, pen- penyesuaian untuk diterapkan pada sektor
catatan dan pelaporan, serta pembinaan publik di Indonesia. Adopsi dan adaptasi
personil. Peran faktor manusia yang tersebut dapat dilihat dari kemiripan antara
bersifat dinamik berupa kesadaran dan COSO Integrated Framework dengan
tanggung jawab semua personil terhadap perspektif SPIP sebagaimana terlihat
pentingnya pengendalian dalam organisasi dalam Gambar 1 sebagai berikut:
(soft factor) belum memperoleh perhatian

Gambar 1.
COSO Integrated Framework dan Perspektif SPIP

COSO Integrated Framework Perspektif SPIP

Gambar 1 menunjukkan bahwa untuk perlu dinyatakan secara tegas sebagai


mewujudkan operasi yang efektif dan tujuan implementasi SPIP. SPIP telah
efisien, keandalan laporan keuangan, menekankan pentingnya aspek dinamik &
pengamanan aset, dan ketaatan terhadap soft factor dalam pengendalian dengan
peraturan maka setiap aktivitas dan unit mengakui lingkungan pengendalian seba-
organisasi perlu mengimplementasikan gai unsur pengendalian.
lima komponen pengendalian yang
integral. Lima komponen tersebut meliputi: Sosialisasi dan Diklat SPIP oleh BPKP
lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
dan Kelemahannya
kegiatan pengendalian, serta pemantauan
pengendalalian. Gambar 1 juga menunjuk- Pasal 59 PP 60 Tahun 2008 tentang
kan bahwa pengamanan aset negara SPIP telah menunjuk BPKP sebagai Pem-
merupakan masalah yang serius sehingga bina penyelenggaraan SPIP. Pembinaan
oleh BPKP tersebut dilaksanakan melalui
4

penyusunan pedoman teknis penye- pemerintah. BPKP telah merespon tugas


lenggaraan SPIP, sosialisasi SPIP, diklat tersebut dan menegaskan bahwa
SPIP, pembimbingan dan konsultansi penyelenggaraan SPIP akan dilaksanakan
SPIP, serta peningkatan kompetensi dalam tahapan implementasi sebagai
auditor aparat pengawasan intern berikut:

Gambar 2. Tahap-Tahap Implementasi SPIP

Sesuai dengan tahapan tersebut, BPKP bagi kementerian/lembaga/instansi peme-


telah aktif memfasilitasi implementasi SPIP rintah. Modul 2 sampai dengan Modul 6
dengan melakukan sosialisasi SPIP, menjelaskan unsur dan subunsur SPIP
menyiapkan alat pemetaan pengendalian secara rinci, lengkap dengan penjelasan
(diagnostic assessment tools), serta mengenai pembangunan infrastruktur dan
menerbitkan panduan cara pembangunan internalisiasi tiap-tiap subunsur SPIP.
infrastruktur dan internalisasi setiap unsur Walaupun modul tersebut telah meng-
SPIP. Untuk mendukung sosialisasi dan uraikan secara lengkap cara membangun
pembangunan unsur-unsur SPIP, BPKP setiap unsur dan subunsur SPIP namun
melalui Pusdiklat Pengawasan BPKP telah tidak menyediakan panduan untuk mem-
menerbitkan enam modul diklat SPIP, bangun SPIP secara komprehensif.
yaitu: Membangun SPIP dengan mengimple-
Modul 1 Gambaran Umum SPIP mentasikan semua subunsur pengendalian
Modul 2 Lingkungan Pengendalian bukan merupakan hal yang praktis, belum
Modul 3 Penilaian Risiko tentu efektif, dan memerlukan sumber
Modul 4 Kegiatan Pengendalian daya yang besar. Tidak ada rancangan
Modul 5 Informasi dan Komunikasi SPI yang mampu memenuhi kebutuhan
Modul 6 Pemantauan Pengendalian Intern. semua instansi pemerintah. Pengendalian
harus dirancang sesuai dengan sifat
Modul 1 Gambaran Umum SPIP aktivitas dan kondisi entitas yang ber-
menguraikan makna dan arti penting SPIP sangkutan. Modul dan bahan sosialisasi
5

BPKP tidak memuat langkah praktis untuk lama dan biaya yang besar. Oleh karena
membangun SPIP yang bersifat selektif itu mereka mengemukakan suatu pende-
tetapi komprehensif. BPKP juga belum katan untuk mengimplementasikan
menerbitkan pedoman teknis untuk COSOs Entreprise Risk Management Inte-
membangun SPIP secara komprehensif. grated Framework yang dapat diterapkan
Hal-hal tersebut menimbulkan kesulitan untuk berbagai ukuran organisasi,
narasumber BPKP untuk memberikan tun- berbagai budaya organisasi, dan berbagai
tunan kepada peserta diklat dan sosialisasi pengalaman manajemen risiko yang diberi
yang akan membangun SPIP secara nama building-block approach. Pende-
komprehensif di instansi masing-masing. katan tersebut memilih unsur-unsur
Jika dibiarkan, hal tersebut dapat pengendalian secara selektif untuk me-
menyurutkan gairah dan komitmen untuk mulai membangun SPI yang komprehensif.
segera mengimplementasikan SPIP.
Kunci pendekatan ini adalah mulai dari
Beberapa Model Implementasi Sistem tujuan dan risiko organisasi, kemudian
Pengendalian Intern Berbasis COSO melaksanakan semua tahap pengendalian
yang Komprehensif dengan mengambil unsur pengendalian
secara selektif. Sistem yang selektif dan
Building-block approach Ballau dan komprehensif tersebut dijadikan sebagai
Heitger pondasi bagi pengembangan pengen-
Ballau dan Heitger (2005) menyadari dalian yang lebih lengkap secara bertahap.
bahwa merubah kultur untuk menerapkan Secara garis besar pendekatan Ballau dan
Entreprise Risk Management (ERM) Heitger dapat dituangkan dalam tabel
secara utuh membutuhkan waktu yang sebagai berikut:

Table 1. building-block approach Ballau dan Heitger


No Tahap Langkah Praktis
1 Internal Enviroment Mengembangkan falsafah manajemen risiko
Menciptakan kultur manajemen risiko
Membuat struktur organisasi manajemen risiko
2 Objective Setting Menetapkan secara tegas tujuan stratejik, strategi, serta tujuan operasional
Menentukan selera risiko organisasi secara luas
3 Event Identification Mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi
Mempertimbangkan keterkaitan antar risiko
Mengidentifikasi isu pengukuran yang terkait dengan teknik/metodologi yang
digunakan
4 Risk Assessment Memilih teknik penilaian risiko
Menilai probabilitas kejadian risiko
Menilai dampak biaya dari risiko
Membuat peta risiko
5 Risk Response Mengidentifikasi dan memilih respon untuk setiap risiko
Mempertimbangkan respon terpilih pada risiko lain
Menyesuaikan peta risiko
6 Control Activities Membagi risiko
Mengurangi risiko
Menyesuaikan peta risiko
6

No Tahap Langkah Praktis


7 Information and Meyakinkan bahwa sistem informasi dapat mengukur dan melaporkan risiko
Communication Mengomunikasikan efektivitas manajemen risiko dan biayanya
8 Monitoring Melaksanakan evaluasi risiko terpisah
Mengevaluasi kembali penilaian risiko
Memperluas penerapan manajemen risiko

Pembangunan SPI dengan pendekatan Penetapan tujuan organisasi dan


Ballau dan Heitger dapat dijelaskan sebagai implementasi manajemen risiko
berikut: Organisasi harus menspesifikasi tujuan
Mempersiapkan lingkungan internal stratejik, tujuan operasional, dan mene-
untuk penerapan manajemen risiko. tapkan strategi untuk mencapai tujuan.
Organisasi harus memahami selera risiko Untuk setiap tujuan, organisasi meng-
dari setiap stakeholder kunci. Menye- identifikasi faktor-faktor yang mempe-
laraskan selera risiko para stakeholder ngaruhi pencapaian tujuan dan risiko
menjadi selera risiko organisasi. Organi- yang dapat menghambat pencapaian
sasi menciptakan kultur manajemen risiko tujuan; menetapkan metode/teknik un-
dengan menekankan nilai integritas dan tuk menilai dan mengukur risiko, serta
etika pada setiap urusan, menekankan melakukan analisis risiko dalam kate-
pentingnya komitmen dan kapabilitas gori stratejik, operasional, pelaporan, &
pegawai melalui insentif dan pengukuran ketaatan. Selanjutnya, organisasi me-
kinerja, serta mendesain kebijakan dan netapkan metode untuk menganalisis
praktik SDM yang baik. Agar lebih formal, tingkat probabilitas dan dampak suatu
organisasi perlu membuat uraian tanggung risiko serta memetakan risiko berdasar-
jawab untuk mana-jemen dan pimpinan kan dampak dan probabilitas. Peme-
serta mempertimbangkan adanya komite & taan risiko berdasarkan selera risiko
manajemen yang menangani urusan risiko. dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Pemetaan Risiko dan Selera Risiko
7

Berdasarkan analisis risiko, organisasi dap suatu risiko pada risiko lain dan
menetapkan respon untuk setiap risiko menyesuaikan peta risiko yang
apakah akan diterima, dihindari, dibagi, dihasilkan pada tahap penilaian risiko
atau dikurangi. Organisasi juga harus sebagaimana dapat terdapat pada
mempertimbangkan efek respon terha- Gambar 3.

Gambar 3 Peta Risiko Disesuaikan dengan Respon terhadap Risiko

Tinggi

Risiko 5

(Asuransi)
Risiko 2
Risiko 4
(Dikurangi)
Biaya Dampak Risiko

(Aliansi)

Risiko 1

(Diterima)

Organizations Risk
Appetite

Rendah Tinggi
Probabilitas (Frekuensi) Kejadian Risiko

Kegiatan pengendalian melaporkan informasi kejadian aktual


Organisasi yang memilih respon untuk (termasuk yang dapat dihindari orga-
mengurangi risiko harus menetapkan nisasi). Sistem informasi harus mampu
kegiatan pengendalian yang tepat & melaporkan biaya pengendalian aktual
menghitung biayanya. Biaya untuk untuk ditandingkan dengan estimasi-
mengurangi risiko meliputi semua biaya nya. Sistem komunikasi harus mampu
untuk asuransi, aliansi, & implementasi menjamin pelaporan manajemen risiko
aktivitas pengendalian. Pelaksanaan di semua jenjang secara tepat waktu
respon terhadap risiko biasanya tidak sehingga efektivitas dan biaya manaje-
menghilangkan risiko. Oleh karena itu, men risiko selalu tersedia up to date
biaya pengendalian juga mencakup bagi pimpinan.
biaya atas risiko residual.
Pemantauan
Informasi dan Komunikasi Pemantauan merupakan dasar bagi or-
Secara minimal, sistem informasi dan ganisasi untuk memutuskan pengem-
komunikasi harus dapat melacak dan bangan lebih lanjut penerapan mana-
8

jemen risiko. Dengan membandingkan lokakarya risiko, membantu pimpinan


kejadian aktual dan biayanya dengan dan unit organisasi memahami risiko,
estimasi risiko dan dampaknya orga- mengumpulkan data seluruh organisasi,
nisasi dapat memperbaiki mutu proses dan membantu pelaporan risiko pada
penilaian risiko dan penentuan respon- pimpinan puncak. Elemen umum dalam
nya. Apabila pimpinan dan manajemen implementasi ERM adalah: adanya ko-
sudah nyaman dan merasakan manfaat mitmen pimpinan; kebijakan risiko; pela-
manajemen risiko yang dijalankan poran kepada manajamen dan pimpinan;
maka kultur dan falsafah risiko yang pengembangan kerangka risiko; pe-
lebih luas dan lebih mantap dapat di- ngembangan istilah baku risiko; teknik
kembangkan untuk seluruh organisasi. identifikasi risiko; sarana penilaian risiko;
sarana pelaporan dan monitoring risiko;
Tiga Fase Implementasi Menurut Institute mengintegrasikan risiko dengan uraian
of Management Accountants tugas / jabatan dan tanggung jawab
Institute of Management Accountants pegawai; mengintegrasikan risiko de-
(2007) menyatakan bahwa implementasi ngan fungsi penganggaran; serta meng-
ERM sangat tergantung pada kondisi integrasikan penilaian risiko ke dalam
organisasi. Tidak ada resep khusus yang strategi organisasi.
menjamin kesuksesan implementasi
pada setiap organisasi. Pendekatan Menurut IMA, implementasi ERM
umum yang sering digunakan adalah dapat dikembangkan dalam tiga fase
membentuk tim ERM untuk memfasilitasi dengan tahapan utama sebagai berikut:

Gambar 4. Tahapan Implementasi ERM

FASE I FASE II FASE III


Pembangunan Pondasi Implementasi Tingkat Implementasi Tingkat
ERM Unit Organisasi

Tahapan: Tahapan: Tahapan:


1. Awareness 1. Engagement 1. Collaborate
2. Capability 2. Value 2. Coordinate
3. Allignment 3. Operationalize 3. Integrate

Gambar 4 menunjukkan bahwa imple- pada tingkat organisasi. Implementasi


mentasi pengendalian secara utuh di- dapat dilaksanakan dalam 9 tahap.
awali dengan peletakan pondasi untuk Kegiatan yang harus dilakukan untuk
penerapan manajemen risiko, implemen- setiap tahap dapat disajikan secara
tasi pada tingkat segmen dan unit orga- ringkas dalam tabel berikut ini:
nisasi, serta implementasi secara penuh
9

Tabel 2. Tahapan Implementasi ERM menurut IMA


Tahapan Tujuan Tahapan
Awareness Membangun visi manajemen risiko, strategi dan kesadaran
Capability Membangun struktur dasar manajemen risiko, sumber daya, dan model implementasi
Allignment Menyatukan tujuan melalui komitmen manajemen risiko
Engagement Melaksanakan komitmen pada area/isu tertentu
Value Menunjukkan manfaat nyata dari pelaksanaan manajemen risiko
Operationalize Menerapkan secara penuh ERM pada tingkat unit organisasi
Collaborate Meningkatkan kolaborasi tim manajemen risiko segmen lain untuk mengatasi
keterkaitan antar risiko
Coordinate Meningkatkan koordinasi antar area/unit organisasi
Integrate Mengintegrasikan secara penuh ERM dengan perencanaan, manjemen kinerja,
manajemen mutu, dan proses manajemen kunci lainnya

Pedoman bagi standar pengendalian


internal sector publik INTOSAI 2004 Pedoman INTOSAI 2004 menegas-
Menurut pedoman standar pengendalian kan bahwa manajemen, auditor internal,
intern untuk sektor publik yang dikeluarkan dan pegawai memiliki tanggung jawab
International Organization of Supreme Audit terhadap pengendalian; sementara eks-
Institutions / INTOSAI (2004), pengendalian ternal seperti auditor eksternal, legislator,
intern merupakan suatu proses integral penerima manfaat, serta rekanan memi-
dinamik yang selalu disesuaikan dengan liki pengaruh pada pengendalian intern.
perubahan yang dihadapi organisasi. Pedoman telah menguraikan unsur-unsur
Manajemen dan pegawai pada setiap level pengendalian intern secara rinci. Pedo-
terlibat dalam proses ini untuk menentukan man tidak menguraikan tahapan imple-
risiko dan memberikan jaminan yang layak mentasi SPI tetapi memberikan contoh
atas pencapaian misi dan tujuan umum enti- berupa matriks untuk menentukan unsur
tas organisasi. SPI akan efektif jika bersifat pengendalian intern yang harus dimple-
padu/melekat dan menjadi bagian utuh dari mentasikan untuk mencapai tujuan
aktivitas organisasi. tertentu sebagaimana tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Matriks Pengembangan Pengendalian INTOSAI 2004

Unit Organisasi: .. Tujuan: ..

Lingkungan Aktivitas Informasi dan


Penilaian Risiko Monitoring
Pengendalian Pengendalian Komunikasi
Unsur yang Unsur yang Unsur yang Unsur yang Unsur yang relevan
relevan relevan relevan relevan
10

Tabel 3 menunjukkan bahwa unsur ling- manfaat bagi pemangku kepentingan.


kungan pengendalian, penilaian risiko, Setiap entitas menghadapi ketidakpas-
aktivitas pengendalian, informasi dan ko- tian dan manajemen harus menentukan
munikasi, dan monitoring harus dite- seberapa jauh ketidakpastian yang dapat
rapkan secara komprehensif mengacu diterima dalam menciptakan manfaat
pada tujuan yang akan dicapai orga-nisasi. bagi pemangku kepentingan (stake-
Sebagai pelengkap pedoman holders). Menurut INTOSAI, entity risk
tersebut, INTOSAI (2004) menerbitkan management merupakan suatu proses
Guidelines for Internal Control Standards yang dipengaruhi oleh pimpinan puncak
for the Public SectorFurther Information organisasi, manajemen, & pegawai lain
on Entity Risk Management sebagai yang diterapkan dalam penentuan stra-
kerangka untuk menerapkan prinsip- tegi dan diterapkan diseluruh entitas, di-
prinsip entity risk management di sektor rancang memanajemen risiko sesuai
publik dan sebagai dasar agar aktivitas selera risiko entitas, dan untuk membe-
manajemen risiko dapat dievaluasi. rikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan organisasi. ERM
INTOSAI menganggap penting COSO terdiri dari delapan komponen yang
Entity Risk Management karena eksis- dapat diterapkan dengan tahapan
tensi entitas adalah untuk menghasilkan sebagai berikut:

Gambar 4. Tahapan Implementasi Entity Risk Management

Setting Objectives:
Identifying Events, Risks, Assessing
Risk Enviroment/Context Strategic, Operational,
& Opportunities Risks
Reporting, Compliance

Information and Control Risks


Monitoring
Communication Activities Respons

Gambar 4 menunjukkan bahwa tahapan nilai-nilai etik dan integritas; kompetensi


ERM dibangun secara lengkap di mulai staf; dan cara manajemen untuk me-
dari mempersiapkan lingkungan limpahkan otoritas dan tanggung jawab,
pengendalian yang diperlukan untuk merancang organisasi, serta mengem-
implementasi manajemen risiko, pene- bangkan staff. Setelah lingkungan in-
tapan tujuan, pelaksanaan manajemen tern siap, organisasi menerapkan mana-
risiko dan aktivitas pengendalian, infor- jemen risiko secara lengkap. Kegiatan
masi dan komunikasi, serta monitoring. pengendalian yang diterapkan meliputi
Lingkungan pengendalian yang harus di- pengendalian preventif, pengendalian
siapkan untuk implementasi manajemen direktif, pengendalian detektif, dan pe-
risiko meliputi falsafah manajemen risiko; ngendalian korektif. Sistem informasi dan
selera risiko; pengawasan pimpinan; komunikasi dibangun untuk menjamin
11

pencapaian pengendalian intern. Sistem COSO Guidance on Monitoring Internal


informasi menjamin informasi yang tepat Control Systems
akan sampai pada pimpinan dan orang Menurut pedoman monitoring sistem
yang tepat. Komunikasi diperlukan untuk pengendalian intern yang diterbitkan
mengarahkan personil pada tanggung COSO (2009), pengendalian yang tidak
jawab dan perilaku yang diharapkan. dimonitor akan melemah dengan
Monitoring dilaksanakan untuk menjamin berjalannya waktu. Monitoring dibangun
bahwa setiap kelemahan akan ditemu- untuk meyakinkan bahwa pengendalian
kan dan diperbaiki terus-menerus internal terus berfungsi secara efektif.
sehingga setiap unsur Entity Risk Oleh karena itu COSO menghendaki
Management dapat berfungsi dangan monitoring yang kontinyu sebagimana
baik. gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Monitoring Sistem Pengendalian Intern yang Kontinyu

Dengan monitoring yang kontinyu, orga- suatu model implementasi SPIP yang
nisasi mampu mengidentifikasi masalah sederhana tetapi efektif. Suatu model
dalam pengendalian intern secara tepat yang utuh tetapi selektif sehingga cocok
waktu, menghasilkan informasi yang untuk berbagai organisasi dan tidak
lebih akurat untuk pengambilan putusan terlalu menghamburkan sumber daya.
dan pelaporan keuangan, serta selalu Dengan berjalannya waktu, bertambah-
dapat mengetahui efektivitas pengenda- nya pengalaman, serta bertambahnya
lian intern. manfaat yang dirasakan manajemen
maka model tersebut akan diperbaiki
MODEL IMPLEMENTASI SPIP secara berkelanjutan. Secara garis
SECARA KOMPREHENSIF besar, model yang penulis sarankan
Berdasarkan hasil studi literatur adalah sebagai berikut:
tersebut kita dapat merumuskan suatu
12

1. Implementasi SPIP perlu Menggunakan jemen risiko, menetapkan tujuan secara


Entity Risk Management jelas, mengidentifikasi risiko, meng-
Fokus implementasi SPIP adalah analisis dan menentukan res-pon
pencapaian tujuan organisasi, bukan terhadap risiko, membangun kegiatan
penciptaan pengendalian yang lengkap pengendalian sesuai dengan respon
tanpa memperhitungkan biaya manfaat. terhadap risiko, membangun sistem
Agar implementasi tetap fokus pada informasi dan komunikasi untuk me-
tujuan, organisasi harus mengimple- mungkinkan jalannya ERM, serta me-
mentasikan pengendalian dalam lakukan monitoring berkelanjutan
kerangka manajemen risiko entitas terhadap jalannya ERM. Agar ERM
(ERM). Implementasi awal SPIP dimu- tersebut menjadi lebih efektif maka
lai dengan memilih secara selektif lingkungan pengendalian dalam arti
unsur-unsur pengendalian yang diperlu- luas perlu dilengkapi secara bertahap.
kan untuk memungkinkan jalannya Jika hanya memperhatikan komponen
ERM. Organisasi harus memper- SPIP maka implementasi pengendalian
siapkan lingkungan pengendalian yang intern dapat digambarkan dalam
diperlukan untuk pelaksanaan mana- gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6 Implementasi SPIP Komprehensif dengan Menggunakan ERM

Penanggung-
jawab
Tujuan 5. Monitoring

1a. Lingkungan 4. Informasi


Kejelasan 2. Penilaian 3. Kegiatan
Pengendalian dan
Tujuan Risiko Pengendalian
dalam arti sempit Komunikasi

1.b. Lingkungan Pengendalian dalam Arti luas

Kultur instansi pemerintah sangat pencapaian tujuan juga harus dinya-


berbeda dengan kultur sektor privat. takan secara tegas. Dengan demikian
Pada sektor privat, kegagalan mene- implementasi SPIP dengan kerangka
rapkan Entreprise Risk Management ERM mampu menghadirkan dan meng-
dapat berakhir dengan kebangkrutan hidupkan unsur-unsur SPIP secara di-
organisasi, suatu hal yang tidak terjadi namik dalam kegiatan untuk mencapai
pada sektor publik di Indonesia. Oleh tujuan organisasi.
karena itu, pihak yang bertanggung Untuk membantu memperjelas keter-
jawab terhadap tujuan dan risiko harus kaitan tujuan yang akan dicapai dengan
ditetapkan secara tegas. Konsekuensi unsur-unsur SPIP yang akan dite-
atas kegagalan dan keberhasilan rapkan, instansi pemerintah dapat
13

menggunakan matriks pada pedoman maka monitoring harus dilakukan seca-


standar pengendalian intern untuk ra berkelanjutan dan hasil monitoring
sektor publik yang dikeluarkan harus segera ditindaklanjuti.
INTOSAI sebagaimana Tabel 3. Agar
lebih jelas, matriks tersebut dapat PENUTUP
dimodifikasi. Matriks dibuat untuk setiap Simpulan dan Saran
tujuan lengkap dengan penanggung Implementasi SPIP dapat diawali dengan
jawab untuk setiap tujuan. pelaksanaan entity risks management se-
cara lengkap tetapi selektif. Implementasi
2. Implementasi Bertahap dari Area SPIP dapat diawali dengan pembangunan
Tertentu Sampai Keseluruhan Entitas falsafah manajemen risiko (lingkungan
Sebagai permulaan, SPIP dibangun pengendalian dalam arti sempit), pene-
pada lingkungan yang kecil (area tapan tujuan organisasi dan tujuan
tertentu/kegiatan tertentu) sehingga ti- kegiatan, identifikasi dan penilaian risiko,
dak terlalu rumit dan tidak memakan pelaksanaan kegiatan pengendalian, pem-
biaya yang besar. Implementasi awal bangunan mekanisme informasi dan ko-
tersebut merupakan sarana pembe- munikasi yang dapat mengukur dan
lajaran dan sarana unjuk manfaat. Jika melaporkan risiko aktual dan biaya yang
implementasi pada area/kegiatan ter- ditimbulkan, pelaksanaan monitoring, dan
tentu telah berhasil maka cakupan pengembangan lingkungan pengendalian
implementasi dapat diperluas untuk unit dalam arti luas. Langkah tersebut mulai
organisasi. Keberhasilan implementasi diterapkan pada tingkat area/aktivitas, unit
pada suatu unit organisasi akan mem- organisasi, dan pada akhirnya diintegra-
buka mata unit organisasi lain bahwa sikan untuk organisasi secara menyeluruh.
pengendalian mampu menjamin penca- Monitoring dan perbaikan yang berkelan-
paian tujuan organisasi. Unit organisasi jutan akan menjamin SPIP dapat berfungsi
yang berhasil tersebut dapat menjadi efektif.
pusat percontohan bagi unit lainnya Agar peserta sosialisasi dan diklat SPIP
sehingga pengembangan pada unit-unit mampu mengimplementasikan SPIP pada
berikutnya menjadi lebih mudah. Tahap instansi masing-masing, kami sarankan
terakhir adalah implementasi secara agar sosialisasi dan diklat SPIP dilengkapi
penuh untuk tingkat entitas. dengan materi mengenai model imple-
mentasi SPIP yang komprehensif. Materi
3. Monitoring & Perbaikan Berkelanjutan tersebut meliputi: Panduan implementasi
Manusia merupakan subjek pengen- entity risk management yang bersifat
dalian. Manusia adalah makhluk yang selektif tetapi komprehensif, termasuk
rasional. Manusia akan terdorong mela- menggunakan matriks untuk merancang
kukan pengendalian jika sejalan de- pengendalian yang relevan secara utuh;
ngan kepentingannya. Jika tidak seja- Tahapan implementasi SPIP dari pemba-
lan dengan kepentingannya maka ma- ngunan pondasi ERM, implementasi ting-
nusia akan bereaksi terhadap pengen- kat kegiatan, unit organisasi, dan tingkat
dalian sehingga rancangan pengen- entitas secara menyeluruh; serta
dalian menjadi tidak efektif. Untuk men- Monitoring & perbaikan yang berkelanjutan
jamin efektivitas implementasi SPIP untuk menjamin efektivitas SPIP.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ballou, Brian and L. Heitger. 2005. A INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
Building-Block Approach for Imple- Control Standards for the Public
menting COSOs Enterprise Risk Sector. INTOSAI General Secretariat.
Management-Integrated Framework. Vienna.
Management Accounting Quarterly,
Winter 2005, Volume.6, No.2. INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
Control Standards for the Public
BPKP. 2009. Modul 1: Gambaran Umum Sector Further Information on Entity
SPIP. Pusdiklatwas BPKP. Ciawi. Risk Management. INTOSAI General
Secretariat. Vienna.
BPKP. 2009. Modul 2: Lingkungan
Pengendalian. Pusdiklatwas BPKP. Republik Indonesia. 2004. Undang-
Ciawi. Undang Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara.
BPKP. 2009. Modul 3: Penilaian Risiko Setneg. Jakarta.
Pusdiklatwas BPKP. Ciawi.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan
BPKP. 2009. Modul 4: Kegiatan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
Pengendalian. Pusdiklatwas BPKP. Tentang Sistem Pengendalian Intern
Ciawi. Instansi Pemerintah. Setneg. Jakarta.
BPKP. 2009. Modul 5: Informasi dan The Committee of Sponsoring
Komunikasi. Pusdiklatwas BPKP. Organizations of the Treadway
Ciawi. Commission (COSO). 2009.
Guidance on Monitoring Internal
BPKP. 2009. Modul 6: Pemantauan Control Systems. www.cpa2biz.com
Pengendalian Intern. Pusdiklatwas diakses tanggal 27 Juli 2011.
BPKP. Ciawi.

Institute of Management Accountants.


2007. Enterprise Risk Management:
Tools And Techniques For Effective
Implementation. www.imanet.org di
akses 27 Juli 2011.

Anda mungkin juga menyukai