Anda di halaman 1dari 9

Allah Subhanahu wa Taala telah mengutus Nabi Muhammd Shallallahu alaihi wa

sallam, agar beliau mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam telah melaksanakan kewajiban dengan sebaik-
baiknya, menunaikan amanah, menyampaikan risalah dan menasihati ummat.
Sehingga tidaklah beliau Shallallahu alaihi wa sallam wafat, kecuali agama Islam telah
sempurna, nyata, terang-benderang, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali pasti
binasa.

Kemudian, risalah Islam ini diteruskan oleh generasi-generasi terbaik umat ini. Mereka
menerima dan menyampaikan yang dibawa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
berupa Al Quran dan As Sunnah.

Al Quran, kitab suci yang tidak ada kebatilannya semenjak diturunkan, karena
memang dijaga oleh Allah Al-Aziz (Yang Maha Perkasa), Al Alim (Yang Maha
Mengetahui). Dan As Sunnah, merupakan penjelasan Al Quran. Seperti telah
disepakati oleh seluruh umat Islam yang terdahulu semuanya, bahawa Sunnah Nabi
merupakan sumber kedua di dalam syariat Islam dalam seluruh sisi kehidupan
beragama.

Dalam tulisan ini, secara ringkas akan kami sampaikan dalil-dalil dari para ulama
tentang kewajiban berpegang dengan Sunnah, dalam seluruh sisi kehidupan. Namun
sebelumnya, kami akan menyampaikan erti As Sunnah secara ringkas, agar tidak
terjadi salah pemahaman.

Secara bahasa, erti As Sunnah ialah jalan atau ajaran. Meliputi jalan yang baik atau
yang buruk. Adapun Sunnah yang dimaksudkan dalam tulisan ini, ialah Sunnah
menurut istilah ulama ushul fiqih, yaitu berupa dalil-dalil agama yang datang dari Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam yang bukan berupa Al Quran, meliputi qaul (perkataan),
fiil (perbuatan), dan taqrir (penetapan, pengakuan) Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
[1]. Yang dimaksudkan dalam tulisan ini bukan Sunnah dalam istilah ahli fiqih, yang
semakna dengan mustahab, mandub, tathawwu, atau nafilah. Juga bukan Sunnah
dalam istilah ulama aqidah atau ulama Salaf, yang bermakna ajaran Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yang lawannya adalah bidah. Tetapi Sunnah
yang dimaksudkan dalam tulisan ini, yaitu menurut istilah ulama ushul fiqih,
sebagaimana di atas. Inilah dalil-dalil yang menunjukkan bahawa Sunnah merupakan
hujjah dan satu sumber agama yang wajib diikuti.

DALIL AL-QURAN

1. Perintah Mentaati Allah Dan Rasul

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang beriman. [Al
Anfal:1].

Dalam menafsirkan ayat ini, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi rahimahullah
berkata: Sesungguhnya keimanan itu mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan
RasulNya, sebagaimana jika orang yang tidak mentaati Allah dan RasulNya, maka dia
bukanlah seorang mukmin [2].

Mentaati Allah, yaitu dengan mentaati Al Quran, dan mentaati RasulNya ialah dengan
mentaati Sunnah beliau Shallallahu alaihi wa sallam.

2. Berpaling Dengan Tidak Mentaati Allah Dan Rasul, Merupakan Sifat Orang-Orang
Kafir.

Allah Azza wa Jalla berfirman:




Katakanlah: Taatilah Allah dan RasulNya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir. [Ali Imran:32].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Ini menunjukkan, bahawa menyelisihi


(menyalahi) beliau Shallallahu alaihi wa sallam di dalam thariqah (jalan, ajaran)
merupakan kekafiran. Allah tidak menyukai orang-orang yang bersifat dengannya,
walaupun dia mengaku dan menyangka pada dirinya bahawa dia mencintai Allah dan
mendekatkan diri kepadaNya, sampai dia mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, penutup
seluruh rasul, dan utusan Allah kepada jin dan manusia. [3]

3. Perintah Mengembalikan Segala Perkara Yang Diperselisihkan Kepada Allah Dan


RasulNya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:






Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri
(ulama dam umara) diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An Nisaa:59].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa Taala


memerintahkan untuk taat kepadaNya dan taat kepada RasulNya. Allah mengulangi
kata kerja (yakni: taatilah!) sebagai pemberitahuan bahawa mentaati RasulNya wajib
secara mutlak, dengan tanpa meninjau (mengukur) apa yang beliau perintahkan
dengan Al Quran. Bahkan jika beliau memerintahkan, maka wajib ditaati secara
mutlak, baik yang beliau perintahkan itu terdapat dalam Al Quran ataupun tidak.
Karena sesungguhnya, beliau Shallallahu alaihi wa sallam diberi Al Quran dan yang
semisalnya. [4]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata: Kemudian Allah memerintahkan


orang-orang beriman agar mengembalikan permasalahan yang mereka perselisihkan
kepada Allah dan RasulNya, jika mereka benar-benar orang-orang yang beriman. Dan
Allah memberitahu mereka, bahawa hal itu lebih utama bagi mereka di dunia ini, dan
lebih baik akibatnya di akhirnya. Ini mengandung beberapa perkara.

Pertama : Orang-orang yang beriman terkadang berselisih pada sebagian hukum-


hukum. Perselisihan pada sebagian hukum tidak mengakibatkan mereka keluar dari
keimanan (tidak kufur), jika mereka mengembalikan masalah yang mereka
perselisihkan kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana yang Allah syaratkan. Dan
tidak disangsikan lagi, bahawa satu ketetapan hukum yang diterikat dengan satu
syarat, maka ketetapan itu akan hilang jika syaratnya tidak ada.

Kedua : Firman Allah Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
(maksudnya) mencakup seluruh masalah yang diperselisihkan oleh orang-orang yang
beriman, berupa masalah agama, baik kecil atau yang besar, yang terang dan yang
samar.

Ketiga : Manusia telah sepakat bahawa mengembalikan kepada Allah, maksudnya


mengembalikan kepada kitabNya. (Dan) mengembalikan kepada RasulNya adalah
mengembalikan kepada diri beliau di saat hidupnya dan kepada Sunnahnya setelah
wafatnya.

Keempat : Allah menjadikan mengembalikan apa yang mereka perselisihkan kepada


kepada Allah dan RasulNya termasuk tuntutan dan natijah iman. Sehingga jika itu
tidak ada, iman pun hilang.[5]

4. Hidayah (Petunjuk) Hanyalah Dengan Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad


Shallallahu Alaihi Wa Sallam .







Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; dan jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul hanyalah apa yang dibebankan
kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat
kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tiada lain kewajiban Rasul hanya
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [An Nuur:54].

Dalam menafsirkan ayat Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi rahimahullah berkata : Menuju
jalan yang lurus dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga tidak ada jalan bagimu
menuju petunjuk, kecuali dengan mentaatinya. Tanpa itu, tidak mungkin, bahkan
mustahil. [6]

5. Ancaman Keras Terhadap Orang-Orang Yang Menyelisihi Perintah Rasulullah


Shallallahu Alaihi Wa Sallam.



Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [An Nuur:63].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: FirmanNya Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintahnya, (perintah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam), yaitu jalan,
ajaran, Sunnah, dan syariat beliau. Sehingga seluruh perkataan dan perbuatan
ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Beliau. Yang sesuai dengan itu diterima,
dan yang menyelisihinya dikembalikan kepada orang yang mengatakannya atau orang
yang melakukannya, siapa pun orang itu.

Hendaklah orang yang menyelisihi / menyalahi syariat Rasulullah Shallallahu alaihi


wa sallam, secara lahir atau batin, takut (akan ditimpa fitnah, cobaan, musibah), yakni
di dalam hati mereka, yang berupa kekufuran atau kemunafikan atau bidah. (Atau
ditimpa azab yang pedih), yakni di dunia dengan pembunuhan, had (hukuman),
penahanan atau semacamnya. [7]

6. Perintah Mengikuti Wahyu Yang Diturunkan Allah Kepada Nabi Muhammad


Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Yang Mencakup Al Quran Dan As Sunnah.

Allah Azza wa Jalla berfirman:



Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(dari padanya). [Al Araf : 3].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa Taala


memerintahkan untuk mengikuti apa yang diturunkan dariNya secara khusus. Dia
memberitahukan, barangsiapa mengikuti selainNya, maka dia telah mengikuti
pemimpin-pemimpin selainNya.[8].

Ketahuilah, bahawa yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam adalah Al Kitab (Al Quran) dan Al Hikmah (As Sunnah),
sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah. [Al Baqarah :
231].

Dan Allah telah menurunkan Al Kitab dan Al Hikmah kepadamu. [An Nisaa:113]

Imam Asy Syafii rahimahullah berkata: Allah menyebutkan Al Kitab, yaitu Al


Quran. Dan menyebutkan Al Hikmah. Aku telah mendengar orang yang aku ridhai,
yaitu orang yang ahli ilmu Al Quran mengatakan, Al Hikmah adalah Sunnah
Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallam. [9]

7. Wajib Menyerah Terhadap Hukum Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam


Allah Azza wa Jalla berfirman:




Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. [An Nisaa:65].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa Taala bersumpah


dengan diriNya yang mulia, yang suci, bahawa seseorang tidak beriman sehingga
menjadikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai hakim di dalam segala
perkara. Apa yang Beliau Shallallahu alaihi wa sallam putuskan adalah haq, wajib
dipatuhi secara lahir dan batin. Oleh karena itu Allah berfirman kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. Yaitu jika mereka telah menjadikanmu sebagai
hakim, mereka mentaatimu di dalam batin mereka, kemudian tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka tunduk
kepadanya lahir batin, dan menerimanya dengan sepenuhnya, tanpa menolak dan
membantah. [10]

8. Wajib Tunduk Tanpa Pilihan, Terhadap Keputusan Allah Dan Keputusan RasulNya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:




Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mumin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al Ahzab : 36].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Ayat ini umum dalam segala perkara.
Yaitu, jika Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu, maka tidak ada hak bagi
siapa pun menyelisihinya, dan tidak ada pilihan (yang lain) bagi siapapun, tidak juga
ada pendapat dan perkataan. [11].

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata : Sesungguhnya


tidak ada perbedaan antara keputusan Allah dengan keputusan RasulNya. Orang
mukmin tidak ada pilihan untuk menyelisihi keduanya. Dan maksiat kepada Rasul
(sama ertinya) seperti maksiat kepada Allah. Yang demikian itu merupakan kesesatan
yang nyata. [12]

9. As Sunnah Adalah Penjelas Al Quran, Maka Keduanya Tidak Boleh


Dipisahkan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:




Dan Kami turunkan Adz Dzikr (peringatan, Al Quran) kepadamu, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya
mereka memikirkan. [An Nahl : 44].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Firman Allah Dan Kami turunkan Adz
Dzikr (peringatan) kepadamu yakni Al Quran agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka yaitu dari Rabb mereka -.
Karena pengetahuanmu terhadap makna yang telah Allah turunkan, dan karena
keinginanmu terhadapnya dan engkau mengikutinya, dan karena pengetahuan Kami
bahawa engkau adalah sebaik-baik makhluk dan penghulu anak Adam, sehingga
engkau menjelaskan dan menerangkan apa yang (Al Quran) menyebutkan secara
umum, dan engkau menjelaskan kepada mereka apa yang susah difahami (supaya
mereka memikirkan), yaitu memperhatikan diri mereka, kemudian mendapatkan
petunjuk, lalu meraih keberuntungan dengan keselamatan di dua negeri (dunia dan
akhirat). [13]

Dengan demikian, orang-orang yang berusaha memisahkan Al Quran dengan As


Sunnah, dengan sangkaan bahawa sebagian Sunnah bertentangan dengan Al Quran
atau dengan akal, maka alangkah jauhnya mereka dari akal yang sehat, jalan yang
lurus, dan dari iman yang benar!

10. Larangan Mendahului Allah Dan RasulNya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:




Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. [Al Hujurat : 1].

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : Yaitu janganlah engkau berkata sebelum
dia ( Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) berkata. Janganlah engkau memerintah sebelum
dia (Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) memerintah. Janganlah engkau berfatwa
sebelum dia ( Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ) berfatwa. Janganlah engkau
memutuskan perkara sebelum dia ( Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) yang memutuskan
perkara padanya dan melangsungkan keputusannya. [14]

DALIL AS SUNNAH

1. Wasiat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Untuk Berpegang Dengan Sunnahnya


Dan Sunnah Khulafaur Rasyidin.

Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.














Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah; mendengar dan taat
(kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (ia) seorang budak Habsyi. Karena
sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselisihan yang
banyak. Maka wajib bagimu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah
yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham.
Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam
agama) adalah bidah, dan semua bidah merupakan kesesatan. [HR Abu Dawud, no.
4.607; Tirmidzi, 2.676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al Irbadh bin Sariyah].

2. Kewajiban Mentaati Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Dan Diantara Penyebab


Kebinasaan Umat, Ialah Karena Menyelisihi Para Nabinya.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Biarkan aku apa yang aku tinggalkan. Sesungguhnya orang-orang sebelum engkau
binasa disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap nabi-
nabi mereka. Jika aku melarangmu dari sesuatu, maka jauhilah ia, dan jika aku
memerintahkanmu dengan sesuatu, maka lakukanlah semampumu [HR Bukhari, no.
7.288, dari Abu Hurairah].

3. Apa Yang Diharamkan Oleh Nabi Shallallahu Alihi Wa Sallam Wajib Diterima,
Sebagaimana Apa Yang Diharamkan Oleh Allah.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Al Kitab (Al-Quran) dan (diberi) yang semisalnya
(yaitu As Sunnah) bersamanya.

Ingatlah, hampir ada seorang laki-laki yang kenyang berada di atas tempat tidurnya
yang dihiasi, dia akan berkata : Kamu wajib berpegang dengan Al Quran ini. Apa yang
kamu dapati di dalamnya perkara yang halal, maka halalkanlah ia! Dan apa yang kamu
dapati di dalamnya perkara yang haram, maka haramkanlah ia!

Ingatlah, tidak halal bagi kamu daging keledai jinak, dan (tidak halal) seluruh yang
bertaring dari binatang buas, dan (tidak halal) barang temuan milik orang kafir
muahid [15], kecuali jika pemiliknya tidak memerlukannya. Barangsiapa bertamu
kepada satu kaum, maka mereka wajib menjamunya. Jika mereka tidak menjamunya,
maka dia berhak mengambil dari mereka dengan semisal jamuannya. [HR Abu
Dawud, no. 4.604; Tirmidzi, Ahmad, dan Al Hakim dari Al Miqdam bin Madi Karib.
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani].

Dalam riwayat lain dengan lafazh :


Hampir ada seorang laki-laki yang bersandar di atas tempat tidurnya yang dihiasi,
disampaikan kepadanya sebuah hadits dariku, lalu dia akan berkata: Diantara kami
dan kamu ada kitab Allah . Apa yang kita dapati di dalamnya perkara yang halal, maka
kita menghalalkannya. Dan apa yang kita dapati di dalamnya perkara yang haram, maka
kita mengharamkannya!

Ingatlah, sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa


sallam, seperti apa yang diharamkan oleh Allah. [HR Ibnu Majah, no. 12, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani].

4. Mentaati Rasul Merupakan Jalan Ke Syurga.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Seluruh umatku akan masuk Syurga, kecuali yang enggan! Para sahabat bertanya,
Wahai, Rasulullah! Siapakah yang enggan? Beliau menjawab, Siapa saja mentaatiku
dia masuk Syurga, dan siapa saja bermaksiat kepadaku, maka dia benar-benar enggan
(masuk Syurga).. [HR Bukhari, no. 7.280, dari Abu Hurairah].

5. Berpegang Dengan Al Kitab Dan As Sunnah Merupakan Jaminan


Terhindar Dari Kesesatan.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.




:
Aku telah tinggalkan untukmu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya. (Yaitu) Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. [Hadits shahih lighairihi,
HR Malik; Al Hakim; Al Baihaqi; Ibnu Nashr; Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh
Salim Al Hilali di dalam At Tazhim Wal Minnah Fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13].

Dari keterangan di atas, jelaslah kedudukan As Sunnah terhadap Al Quran. Pertama.


Memiliki kedudukan yang sama sebagai sumber agama, karena As Sunnah dan
Quran, keduanya merupakan wahyu. Kedua. Memiliki kedudukan yang sama sebagai
hujjah (argumen) dan wajib untuk diikuti.
Kesimpulannya, Al Quran dan As Sunnah adalah dua yang saling menyatu, tidak
berpisah. Dua yang saling mencocoki, tidak bertentangan. Al hamdulillahi Rabbil
alamin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M.]

Notakaki

[1]. Lihat kitab-kitab ushul fiqih dalam Bab: As Sunnah

[2]. Tafsir Taisir Karimir Rahman, surat Al Anfal : 1

[3]. Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran: 32

[4]. Ilamul Muwaqqiin (1 atau 2/46), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Th. 1422 H / 2002 H.

[5]. Diringkas dari Ilamul Muwaqqiin (2/47-48), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Th. 1422 H /
2002 H.

[6]. Tafsir Taisir Karimir Rahman, surat An Nuur : 54

[7]. Tafsir Ibnu Katsir, surat An Nuur : 63

[8]. Ilamul Muwaqqiin (2/46), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Tahun 1422 H / 2002 H.

[9]. Ar Risalah, hlm. 32, 33.

[10]. Tafsir Ibnu Katsir, surat An Nisa: 65

[11] Tafsir Ibnu Katsir, surat Al Ahzaab : 36

[12]. Al Hadits Hujjatun Binafsihi, hlm. 33.

[13]. Tafsir Ibnu Katsir, surat An Nahl : 44

[14]. Ilamul Muwaqqiin (2/49), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Th. 1422 H / 2002 H.

[15]. Orang kafir yang ada perjanjian keamanan dengan kaum muslimin

Anda mungkin juga menyukai