Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau atau
laut, atau ke sungai yang lain.
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam
tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara
yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air
yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang
mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai
utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di
sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai
muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku
air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah
aliran sungai (DAS).
Perlu juga dikemukakan bahwa sodetan sungai kini telah tergolong sebagai
alternatif yang primitif jika ditinjau dari konsep ekohidrologi, serta tidak selaras dengan
kesepakatan dunia pada KTT Bumi (Earth Summit) di Johannesburg bulan September
2002 yang mengklasifikasikan sodetan sungai (river diversion) sebagai pembangunan
yang tidak berkelanjutan.
Pada tahun 1880 an seorang geologis berkebangsan Amerika, William
Davis Morris, berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup. Sungai
berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. Menurut
Davis, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut.
Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu
sesamanya dan membentuk sungai. Danau menampung air pada daerah yang cekung, tapi
kemudian hilang sebagai sungai dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan

1
mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai
kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua
sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang.

1.2. Dasar teori


1.2.1. Tipe Sungai

Dari sudut topografi susunan sungai induk dan cabang-cabangnya dapat


dibedakan dalam 3 tipe :
Tipe Bulu Ayam

Susunan sungai induk dengan anak-anak sungai semacam bulu ayam yang
terdiri dari batang, cabang dan ranting.

Tipe Sejajar

Cabang-cabang besar mengalir paralel (sejajar) kemudian setelah mendekati


muara mereka bertemu dan berkumpul menjadi sungai induk.

Tipe Kipas

Anak-anak yang mengalir dari segala penjuru menuju ke titik pusat dan
mengalir ke laut.
Secara umum dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
Pada kondisi tanah yang lapisannya rembes air (permeable), angka
kerapatannya kecil.
Pada kondisi tanah yang lapisannya kedap air (impermeable), angka
kerapatannya besar.

1.2.2. Susunan Tanah (Soil Structure)


Susunan tanah adalah susunan partikel tanah utama dan partikel tanah
sekunder.Partikel tanah utama merupakan susunan yang terdiri dari kerikil
(gravel), pasir (sand), lumpur (silt), dan tanah liat (clay).Partikel tanah sekunder
merupakan susunan dari agregat mikro yang terdiri dari mineral dan
organic.Dalam tanah yang telah tersusun, ukuran dan bentuk agregat menjadi
model terhadap tempat retakan maupun pori-pori. Pergerakan air pada dasarnya
akan melalui retakan-retakan atau lubang pori yang besar.

2
Terdapat 4 aspek dalam susunan tanah yaitu :
a. Berdasarkan penyelidikan lapangan apa yang kelihatan dari bentuk dan ukuran
butir-butiran dapat dibedakan sekilas mengenai butir-butiran, warna, rupa dan
sebagainya terhadap susunan tanah tersebut.
b. Spasi-spasi yang terkandung dalam susunan tanah itu baik makro maupun
agregat mikro ataupun distribusi ukuran pori-porinya.
c. Susunan stabilitas tanah, khususnya tanah teratas (topsoil) atau lapisan-lapisan
yang dapat dibajak (plough layer).
d. Profil susunan tanah, macam tanah, ketebalan tanah dan urut-urutan lapisan
terhadap macam-macam susunan horizontal tanah tersebut.
1.2.3. Jenis Bangunan-Bangunan Irigasi
Ada beberapa jenis bangunan-bangunan irigasi antara lain:

1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung
gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung
biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap
air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan
bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan
tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka air di
sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

3
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air
dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun memiliki
banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir,
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-
upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik
dari segi teknis maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi
dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi
dan eksploitasi yang sangat besar.
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran
yang ada dalam suatu sistem irigasi.

Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder

4
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir
Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir

3. Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini
masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima.
Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 bagian
utama, yaitu.

Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
tinggi pelayanan yang direncanakan
Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-
gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk
saluran dapat diatur.
Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur
besarnya debit yang mengalir.

4. Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang
saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan
pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas
yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi
informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur
dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.
5
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan pelimpah.
Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran
pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer.
Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

Mengeringkan sawah
Membuang kelebihan air hujan
Membuang kelebihan air irigasi

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah


atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier
menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer
menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali
ke sungai.
6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap
berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan.
Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis
bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan,
tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

6
1.2.4. Peraturan Pemerintah Tentang Sungai
Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai :
RUANG SUNGAI

Gambar 1.1 Sketsa Garis Sempadan

Pasal 5
(1) Sungai terdiri atas:
a. palung sungai; dan
b. sempadan sungai.
(2) Palung sungai dan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
membentuk ruang sungai.
(3) Dalam hal kondisi topografi tertentu dan/atau banjir, ruang sungai dapat terhubung
dengan danau paparan banjir dan/atau dataran banjir.
(4) Palung sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai
ruang wadah air mengalir dan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan
ekosistem sungai.
(5) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi sebagai
ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan
kegiatan manusia tidak saling terganggu.

7
Pasal 6
(1) Palung sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a membentuk
jaringan pengaliran air, baik yang mengalir secara menerus maupun berkala.
(2) Palung sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
topografi terendah alur sungai.
Pasal 7
Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk mengendalikan
banjir, ruang antara tepi palung sungai dan tepi dalam kaki tanggul merupakan
bantaran sungai.
Pasal 8
(1) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b meliputi
ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi palung
sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar
kaki tanggul untuk sungai bertanggul.
(2) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan pada:
a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. sungai yang terpengaruh pasang air laut;
f. danau paparan banjir; dan
g. mata air.
Pasal 9
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan:
a. Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama
dengan 3 m(tiga meter);
b. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga
meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan

8
c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua
puluh meter).
Pasal 10
(1) Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 (lima ratus kilometer
persegi); dan
b. Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 Km2 (lima
ratus kilometer persegi).
(2) Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditentukan paling sedikit berjarak
100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
sungai.
(3) Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
Pasal 11
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga
meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Pasal 12
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari
tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Pasal 13
Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang air laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf e, dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
garis sempadan sesuai Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 yang diukur dari tepi
muka air pasang rata-rata.

9
1.3. Rumusan masalah
- Bagaimana topografi tanah sepanjang alur sungai lasiana?
- Bangunan apa saja yang ada sepanjang alur sungai lasiana
- Apa saja pemanfaatan yang digunakan oleh masyarakat dari sungai lasiana?

1.4. Tujuan
- Mengetahui keadaan topografi tanah sepanjang alur sungai lasiana
-Mengetahui bangunan-bangunan yang ada sepanjang alur sungai lasiana
-Mengetahui pemanfaatan sungai lasiana oleh masyarakat

1.5. Batasan masalah


Sungai yang ditinjau adalah sungai lasiana dengan jarak tinjau pada alur
sungai adalah sepanjang 12 km dihitumg dari muara ke hulu sungai dengan melihat kondisi,
pemanfaatan dan penanggulangan terhadap kerusakan yang terjadi pada bangunan-bangunan
yang ada di sungai tersebut.

10
BAB II
DATA PENGAMATAN

Survey pada sungai lasiana dilakukan pada hari/tanggal selasa, 14 Maret 2017.Data
yang diamati adalah merupakan yang ditunjukan pada gambar peta di bawah ini, namun
hanya diambil 15 titik sebagai titik utama yaitu dari WP 15 (hulu) sampai dengan WP 01
(hilir) menggunakan program Google Earth dan ditampilkan dalam gambar dibawah dengan
luasan das sebesar 33,1 km2 sehingga poin-poin yang akan dibahas di dalamnya yaitu:

Topografi
Secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja,
tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan
kebudayaan lokal(Ilmu Pengetahuan Sosial). Topografi umumnya menyuguhkan
relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan.
Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung
masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat
mengenai keadaan suatu lahan.
Sistem Jaringan Drainase Pada Sungai Lasiana
Pada konteks ini Jaringan drainase yang dimaksud adalah kelebihan air yang
dibuang dan masuk kedalam sungai lasiana.
Pemanfaatan Sungai
Merupakan pemanfaatan sungai oleh masyarakat sekitar dalam menunjang
kehidupannya, yang akan dibahas pertitik waypoint.
Bangunan Sepanjang Sungai
Membahas tentang bangunan-bangunan apa saja yang ada pada titik-titik yang
ditinjau sepanjang alur sungai lasiana dari hulu hingga ke hilir.
Masalah/ Kerusakan
Membahas tentang masalah ataupun kerusakan yang terjadi pada sepanjang
alur sungai Lasiana.

11
(a). Titik-titik lokasi pengambilan data

(b). Lokasi dan DAS sungai Lasiana

12
Gambar 2.1. Peta Lokasi Pengambilan dan DAS Sungai Lasiana

Sehingga titik-titik yang diperoleh tersebut diuraikan di bawah ini:

2.1.WP 15 ( Hulu )

(a). Koordinat titik waypoint 15 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data.

Gambar 2.2. Lokasi Titik WP 15 yang Merupakan Hulu dari Sungai Lasiana terdapat pohon-
pohon yang rimbun.

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lanau, berbatu karang dan ditumbuhi dengan
beberapa jenis tanaman. Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya mengalirkan air
hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainya. Ukuran dari alur sungai pada titik WP
15 ini dengan lebar 1,5 m dan kedalaman 0,6 m.

13
2.2.WP 14

(a). Koordinat titik waypoint 14 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat sebuah (c) Terdapat genagan air


bangunan wc yang berada pada penampang sungai
di pinggir sungai

14
(d) Saluran melintang di atas sungai merupakan saluran pembuangan dari
rumah warga

Gambar 2.3. Lokasi Titik WP 14

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lanau, berbatu karang dan ditumbuhi dengan
beberapa jenis tanaman. Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya mengalirkan air
hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik WP
14 ini dengan lebar 2 m dan kedalaman 1 m.

Sistem Jaringan drainase

Pada titik ini memiliki jaringan drainase yang masuk padanya, yang merupakan
jaringan drainase dari rumah penduduk sekitar yang berbentuk penampang persegi.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini terdapat sebuah gorong-gorong yang berada di bawah permukaan
jalan dan jaringan drainase dari rumah penduduk.

2.3.WP 13

(a). Koordinat titik waypoint 13 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

15
(b) Perkerasan beton melintang (c) Batas Kota Kupang
pada alur sungai dan Kabupaten Kupang

Gambar 2.4. Lokasi Titik WP 13

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lanau, berbatu karang dan ditumbuhi dengan
beberapa jenis tanaman. Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya mengalirkan air
hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik WP
13 ini dengan lebar 2,5 m dan kedalaman 1

2.4. WP 12

16
(a). Koordinat titik waypoint 12 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) kondisi bebatuan pada (c) Jembatan kayu darurat


waypoint 12 pada jembatan penghubung pada jalan putus
putus akibat banjir

Gambar 2.5. Lokasi Titik WP 12

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lanau, dominan dengan berbatu karang dan
ditumbuhi dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini merupakan jalan yang belum
memilih jembatan dan tanah disekitar ini terjadi erosi akibat air hujan dengan debit air
hujan yang tinggi .Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya mengalirkan air hujan di
sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik WP 12 ini
dengan lebar 10 m dan kedalaman 6 m.

17
2.5.WP 11

(a). Koordinat titik waypoint 11 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Pinggir sungai (c) Dasar sungai

Gambar 2.6. Lokasi Titik WP 11

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lanau, dengan dasar berbatu karang dan
ditumbuhi dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya
mengalirkan air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai
pada titik WP 11 dengan lebar dasar 3 m dan kedalaman 10 m.

18
2.6.WP 10

(a). Koordinat titik waypoint 10 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Tepi sungai (c) Dasar sungai

Gambar 2.7. Lokasi Titik WP 10

Kondisi Topografi Tanah

Titik yang ditinjau pada perumahan matani merupakan tanah lanau, berbatu karang
dan ditumbuhi dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini tidak dialiri air, dan hanya
mengalirkan air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai
pada titik WP 10 dengan lebar dasar 2,5 m dan kedalaman 10 m.

19
2.7.WP 09

(a). Koordinat titik waypoint 09 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat Sebuah Bendung (c) Pintu air

20
(d) Bangunan Bagi (e) Pintu Air Pada Bangunan Bagi.

Gambar 2.8. Lokasi Titik WP 09

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu karang dan ditumbuhi
dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan
air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik
WP 09 dengan lebar 4 m dan kedalaman 1 m.

Sistem Jaringan drainase

Pada titik ini memiliki jaringan drainase yang masuk padanya berupa air
pembuangan dari lahan pertanian pada daerah Manikin yang kemudian masuk ke
dalam sungai Lasiana. Air dari titik ini pun dibendung pada sebuah bendung kecil
untuk menaikkan muka air untuk kepentingan pertanian pada daerah Lasiana. Untuk
luasan daerah tangkapan dan daerah layanan ditunjukan dalam gambar pada lampiran.
Ditunjukan pula pada gambar dibawah ini luasan area pertanian Manikin sebagai
pemberi yaitu sebesar 550,43 m2 ditunjukan gambar (f). sedangkan luasan area
pertanian Lasiana sebagai penerima sebesar 64,94 m2 yang ditunjukan dalam gambaar
(g).

21
(f). Luas daerah Pemberi (Area pertanian Manikin)

(g).Luas daerah Penerima ( Area pertanian Lasiana)

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini hnaya terdapat sebuah bendung kecil dan bangunan bagi dengan
pintu air yang berfungsi untuk mengalirkan air yang dibendung pada sungai Lasiana
untuk dialirkan ke area pertanian disekitarnya. Dapat dilihat pada gambar Tampak
Atas Bendung pada lampiran.

22
Pemanfaatan sungai

Pada titik ini sudah kelihatan pemanfaatan dari sungai Lasiana yaitu air yang
dibendung digunakan oleh para petani untuk kebutuhan irigasi pada daerah pertanian
Lasiana.

2.8.WP 08

(a). Koordinat titik waypoint 08 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b). Jembatan penghubung antara persawahan lasiana dan persawahan Manikin

Gambar 2.9. Lokasi Titik WP 08

23
Kondisi topografi tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu karang dan ditumbuhi
dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan
air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik
WP 08 ini lebar 4 m dan kedalaman 2 m.

Sistem Jaringan drainase

Pada titik ini memiliki jaringan drainase yang masuk padanya barupa air
pembuangan dari lahan pertanian pada daerah Manikin yang kemudian masuk ke
dalam sungai Lasiana.

2.9.WP 07

(a). Koordinat titik waypoint 08 yang diambil pada GPS yang menerangkan koordinat,
elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat sebuah pipa (c) air manikin


pembuangan kelebihan air dari
area pertanian Manikin
24
Gambar 2.10. Lokasi Titik WP 07

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu karang dan ditumbuhi
dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan
air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik
WP 07 ini 5m dan kedalaman 1,5 m.

Sistem Jaringan drainase

Pada titik ini memiliki jaringan drainase yang masuk padanya barupa air
pembuangan dari lahan pertanian pada daerah Manikin yang kemudian masuk ke
dalam sungai Lasiana.

2.10. WP 06

(a) Koordinat titik waypoint 06 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

25
(b) Terdapat dinding Penahan (c) Terdapat dinding penahan
berupa bronjong pada sisi kiri tanah Pasangan Batu pada sisi
Kanan.

Gambar 2.11. Lokasi Titik WP 06

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu karang dan ditumbuhi
dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan
air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik
WP 06 ini dengan lebar 6 m dan kedalaman 2,5 m.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini sudah terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu
dengan ukuran 0,5 m (lebar) x 3 m (tinggi) dan bronjong batu 2m x 0,5m yang
dipasang 5 tumpukan berfungsi untuk menahan pergeseran tanah pada area tersebut.
Gambar dapat dilihat pada lampiran

26
2.11. WP 05

(a) Koordinat titik waypoint 05 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat sebuah jembatan (c) Terdapat dinding penahan


penghubung persawahan berupa batu beronjong
manikin dan lasiana

Gambar 2.12. Lokasi Titik WP 05 .

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu karang dan ditumbuhi
dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan
air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik
WP 05 ini dengan lebar 6 m dan kedalaman 2 m.

27
Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu dengan
ukuran 0,5 m (lebar) x 2 m (tinggi) dan bronjong batu 2 m x 0,5 m yang dipasang 5
tumpukan berfungsi untuk menahan pergeseran tanah pada area tersebut. Gambar
dapat dilihat pada lampiran Terdapat pula sebuah jembatan yang menghubungkan
area pertanian Manikin dan area pertanian Lasiana.

2.12. WP 04

(a) Koordinat titik waypoint 04 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat sebuah dinding (b) dinding bronjong baru


bronjong batu dan dinding menahan tanah pada area
pasangan batu manikin

Gambar 2.13. Lokasi Titik WP 04

28
Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu dan ditumbuhi dengan
beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan air hujan
di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Ukuran dari alur sungai pada titik WP 04 ini
dengan lebar 6 m dan kedalaman 1,5 m.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini sudah terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu
dengan ukuran 0,5 m (lebar) x 2 m (tinggi) dan bronjong batu 2 m x 0,5 m yang
dipasang 5 tumpukan berfungsi untuk menahan pergeseran tanah pada area tersebut.
Gambar dapat dilihat pada lampiran

29
2.13. WP 03

(a) Koordinat titik waypoint 03 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) Terdapat sebuah dinding (c) aliran air pada penampang


penahan pasangan batu pada penampang sungai

Gambar 2.14. Lokasi Titik WP 03

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung berpasir dan, agak berbatu serta
ditumbuhi dengan beberapa jenis tanaman. Pada titik ini dialiri air, dan juga

30
mengalirkan air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Pada titik ini air
sungai sudah payau dikarenakan merupakan daerah muara Ukuran dari alur sungai
pada titik WP 03 ini dengan lebar 8 m dan kedalaman sekitar 2 m.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini sudah terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu
dengan ukuran 0,5 m (lebar) x 2 m (tinggi) yang berfungsi untuk menahan pergeseran
tanah pada area tersebut. Gambar untuk dinding penahan tanah diwakilkan oleh
gambar WP 05 pada lampiran.

Pemanfaatan sungai

Pada titik ini sudah kelihatan pemanfaatan dari sungai Lasiana yaitu air yang
payau memungkinkan untuk ikan-ikan hidup didalamnya. Sehingga para nelayan pun
memanfaatkan daerah tersebut untuk menjala ikan untuk kebutuhannya.

2.14. WP 02

(a) Koordinat titik waypoint 02 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) kondisi air pada sungai di


waypoint 02

31
Gambar 2.15. Lokasi Titik WP 02

Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah lempung, agak berbatu dan ditumbuhi dengan
beberapa jenis tanaman. Pada titik ini sudah dialiri air, dan juga mengalirkan air hujan
di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya. Pada titik ini air sungai sudah payau
dikarenakan merupakan daerah muara Ukuran dari alur sungai pada titik WP 03 ini
dengan lebar 8 m dan kedalaman sekitar 1 m.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu dengan
ukuran 0,5 m (lebar) x 2 m (tinggi) yang berfungsi untuk menahan pergeseran tanah
pada area tersebut. Gambar untuk dinding penahan tanah diwakilkan oleh gambar WP
05 pada lampiran.

Pemanfaatan sungai

Pada titik ini sudah kelihatan pemanfaatan dari sungai Lasiana yaitu air yang
payau memungkinkan untuk ikan-ikan hidup didalamnya. Sehingga para nelayan pun
memanfaatkan daerah tersebut untuk menjala ikan untuk kebutuhannya.

2.15. WP 01

32
(a) Koordinat titik waypoint 01 yang diambil pada GPS yang menerangkan
koordinat, elevasi, akurasi dan waktu pengambilan data

(b) kondisi muara sungai (c) kondisi muara sungai


terjadi penyempitan akibat terjadi penyempitan akibat
pasir lasiana pasir lasiana

(d) bronjong yang mengalami (e) breakwater pada pantai


kerusakan lasiana

Gambar 2.16 Lokasi Titik WP 01 (b) dan (c) Muara sungai (d) bronjong yang
mengalami kerusakan (e) Breakwater Pada Pantai Lasiana
Kondisi Topografi Tanah

Pada titik ini merupakan tanah berpasir dan agak berbatu. Pada titik ini sudah
dialiri air, dan juga mengalirkan air hujan di sepanjang Daerah Aliran Sungainnya.
Pada titik ini air sungai sudah payau dikarenakan merupakan daerah muara Ukuran

33
dari alur sungai pada titik WP 01 ini dengan lebar 2,5 m dan kedalaman sekitar 0,5
sampai rata dengan permukaan laut.

Pada titik ini juga diperoleh perkiraan debit yang mengalir ke laut adalah sebesar
0,179 m3/detik.

Bangunan sepanjang sungai

Pada titik ini terdapat dinding penahan tanah berupa pasangan batu dengan
ukuran 0,5 m (lebar) x 2 m (tinggi) dan dinding penahan tanah dipasang sepanjang alur
pantai yang berfungsi untuk menahan pergeseran tanah dan gelombang laut pada area
tersebut. Gambar untuk dinding penahan tanah diwakilkan oleh gambar WP 05 pada
lampiran.

34
BAB III
EVALUASI TERHADAP SISTEM YANG DITINJAU

Sungai lasiana adalah sungai yang membatasi antara Kota Kupang dan Kabupaten
Kupang. observasi yang dilakukan adalah sepanjang 12 km dari hilir sungai. Sungai Lasiana
sendiri dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Suplai air
yang mengalir pada sungai Lasiana tersebut merupakan kelebihan air dari area pertanian
Manikin yang mengalir lewat sungai Lasiana dan dimanfaatkan kembali oleh para petani di
area pertanian Lasiana.

Pada sungai Lasiana yang diamati dari menurut topografinya sungai Lasiana
tergolong dalam sungai Tipe Bulu Ayam, hal ini dikarenakan susunan sungai induk dengan
anak-anak sungai semacam bulu ayam yang terdiri dari batang, cabang dan ranting yang
ditemukan selama observasi dilakukan.

Pada sungai lasiana dari titik WP 10 sampai Ke WP 15 (hulu) tidak ada air yang
mengalir pada daerah tersebut pada musim kemarau, lokasi tersebut hanya mengalirkan air
hujan saat musim penghujan. Namun dari titik WP 09 sampai ke WP 01 air yang mengalir
merupakan air yang dibuang dari area pertanian Manikin sehingga diperoleh debit yang
mengalir pada hilir sungai adalah 0,179 m3/detik dengan perhitungan sederhana dari luasan
penampang basah dikalikan kecepatan aliran.

Pada survey sepanjang alur sungai lasiana diambil beberapa titik sebagai data
pengamatan untuk struktur tanah pada dasar sungai. Berikut akan ditampilkan titik-titik yang
di ambil pada lokasi survey :

1. Pada titik WP 15 sampai dengan WP 10 kondisi tanah yaitu yaitu merupakan


tanah lanau dan berbatu karang pada dasar alur sungai.
2. Pada titik WP 09 sampai dengan WP 03 kondisi tanah yaitu merupakan tanah
lempung dan berbatu karang. Pada area ini dimanfaatkan untuk pertanian.
3. Pada titik WP 02 sampai dengan WP 01 kondisi tanah berbutir halus, hal ini
dikarenakan pengendapan pasir dari sekitar pantai yang terbawa oleh arus laut.

35
Pada Bab ini juga akan dibahas mengenai fungsi dan kerusakan terhadap bangunan-
bangunan penting yang ada pada sungai lasiana:

Pada titik WP 09 terdapat sebuah bendung kecil dengan panjang 8 m, lebar 0,45 m
dan tinggi 0,45 m (dapat dilihat pada Gambar 2.8). Bendung ini bertujuan untuk
menaikan muka air pada sungai Lasiana untuk dimanfaatkan untuk tujuan pertanian
pada daerah Lasiana itu sendiri. Pada gambar yang diambil terliat bahwa kolam
olakan pada bendung tersebut telah rusak terkena gerusan air sungai itu sendiri. Jika
hal ini dibiarkan lebih lama maka aliran air dengan debit yang besar melewati
bendung tersebut secara terus-menerus dapat mengakibatkan penggerusan pada
lapisan tanah dibawah bendung. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan kerusakan
yang lebih fatal pada bendung. Jika dibiarkan lebih lama bendung akan hancur dan
aliran air yang dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi tidak dapat berfungsi lagi.

Pada bagunan bagi, kerusakan yang terjadi hanya sebatas retakan pada dinding
penampang salurannya. Tetapi pada keadaan ini masih berfungsi dengan baik
mengalirkan air ke area pertanian Lasiana. Bangunan bagi ini dengan berukuran
panjang 2 m, lebar 2 m dan dengan tinggi 0,5 m. Penampang saluran yang
menglirkan air berukuran lebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m, dengan tinggi air pada saat
pengukuran adalah 0,18 m.
Kerusakan pun terjadi pada beberapa titik pada dinding penahan tanah pasangan batu
sepanjang alur sungai Lasiana dari WP 06 sampai ke WP 01 (hilir). Hal ini
dikarenakan pergerseran tanah yang menyebabkan keretakan dan pengerusakan oleh
warga sekitar yang membobol dinding penahan tersebut untuk mengalirkan kelebihan
air dari area pertanian Lasiana kembali ke sungai. Kerusakan juga terjadi pada
bronjong batu yang ada di WP 01, dimana kawat bronjong mengalami karat dan
sebagian besar telah putus dan batu dari bronjong tersebut berserakan keluar terbawa
arus ke laut.
Sampah juga masih ditemukan di beberapa titik pada sungai Lasiana, permasalahan
ini tergolong ringan namun jika semakin hari kian parah maka akan memberikan
dampak buruk bagi kualitas air yang mengalir ke pantai Lasiana yang merupakan
objek wisata di Kota Kupang.

36
Adanya pengendapan pasir pada muara sungai Lasiana menyebabkan pendangkalan
pada area muara sungai Lasiana yang dibawa oleh ombak air laut.
Pada observasi ini juga diamati tentang embung Bimoku yang berada pada DAS
sungai Lasiana. Embung adalah bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah
depresi, biasanya di luar sungai. Kolam embung menyimpan air pada musim hujan,
dan dimanfaatkan oleh masyarakat desa pada musim kemarau, dengan skala prioritas :
penduduk, ternak, dan sedikit untuk kebun. Embung Bimoku merupakan embung
kecil yang dibangun pada tahun 1997/1998, proyek bantuan Pemerintah Jepang.
Dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya oleh pihak Jepang sebagai
pelaksana utama dan Pemerintah Indonesia lewat instansi yang berwenang turut
mendampingi. Setelah embung ini selesai dibangun dan diuji coba maka pada bulan
Juni tahun 1998 diserahkan pada pemilik proyek yakni Proyek Pembangunan
Konservasi Sumber Sumber Air Timor (PKSA Timor) Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis Embung Bimoku terletak di Dusun
Bimoku Kelurahan Lasiana Kecamatan Kelapa Lima 12 km bagian timur Kota
Kupang. Pada embung ini juga terdapat sebuah bendung yang berfungsi untuk
membendung air untuk kebutuhan masyarakat di sekitar embung tersebut. Terdapat
juga spillway yang berfungsi untuk membuang kelimpahan air dari embung menuju
ke sungai Lasiana.

(a)

37
(a) (c)
Gambar 3.1. (a)Lokasi Embung Bimoku (b) Bendung pada embung (c) spillway pada
embung

38
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Sungai Lasiana merupakan sungai yang bermanfaat bagi masyarakat
sekitar karena airnya dimanfaatkan dalam bidang pertanian dan perikanan.
sungai lasiana.
Debit yang mengalir pada sungai Lasiana adalah 0,179 m3/detik yang
diperoleh dari kelebihan air di area pertanian Manikin.
Sungai lasiana sendiri juga memiliki beberapa bengunan-bangunan seperti
dinding penahan tanah, bendung dan bangunan bagi yang masih berfungsi
dengan baik, namun sudah mulai nampak kerusakan-kerusakan yang
terjadi.
Embung adalah bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi,
biasanya di luar sungai. Kolam embung menyimpan air pada musim hujan,
dan dimanfaatkan oleh masyarakat desa pada musim kemarau, dengan
skala prioritas : penduduk, ternak, dan sedikit untuk kebun

4.2.Saran
Harus terus diperhatikan dan dirawat bangunan-bangunan yang ada
sepanjang sungai Lasiana, hal ini dikarenakan sungai Lasiana sendiri
memeberikan kontribusi yang sanagat besar bagi masyarakat disekitarnya
karena dimanfaatkan untu kepentingan pertanian dan perikanan.
Harus dihimbau kepada masyerakat sekitar agar tidak membuang sampah
sembarangan agar kualitas air yang ada tidak tercemar dan menjadi
sumber penyakit.
Harus diperhatikan pendangkalan terhadap muara sungai, sehingga perlu
dibuat bangunan pengaman pantai seperti Jetty yang bangunan tegak lurus
pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk
mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Gambar rencana
penempatan Jetty dapat dilihat pada lampiran.

39
Gambar 4.1. Jetty yang dipasang pada muara sungai agar mengurangi
pendangkalan muara akibat material yang dibawa arus laut

40
PERTANYAAN DARI KELOMPOK LAIN :
1. Kapan pelaksanaan survey tersebut dan apakah dimensi yang diperoleh berdasarkan
pengukuran riil atau diperoleh dari referensi tertentu?
2. Bagaimana kondisi anak sungai yang terkoneksi dengan induk sungai berkaitan
dengan tipe dari sungai (bulu ayam)?
3. Bagaimana pemanfaatan embung oleh warga sekitar? Dan upaya pemeliharaan yang
perlu dilakukan.
4. Bagaimana pemanfaatan sungai oleh warga sekitar?
5. Alternative apa yang anda tawarkan bila air pada sungai kurang untuk area
persawahan?

JAWABAN PERTANYAAN KELOMPOK LAIN :


1. Survei/ observasi yang kami lakukan yaitu pada tanggal 14 Maret 2017 dan dimensi
yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran sendiri yang dilakukan oleh kelompok
kami.
2. Kondisi anak sungai dapat dikatakan sama dengan kondisi anak sungai yang hanya
mengalirkan air di saat musim penghujan dan akan kering di saat musim kemarau.
Kondisi topografi yang dikategorikan bulu ayam tersebut dikarenakan anak-anak
sungai Lasiana ini memiliki cabang dan ranting sehingga ikut menyumbang aliran air
dan saling terkoneksi hingga pada induk sungainya.
3. Sejauh yang kelompok kami amati pada embung Bimoku yang kami amati, meskipun
bukan sebagai focus utama dalam survey ini, embung tersebut tidak digunakan lagi
oleh masyarakat untuk konsumsi secara langsung, dan hanya digunakan untuk
memelihara dan membersihkan sapi ternakan warga sekitar.
Untuk upaya pemeliharaannya sendiri, dapat dilakukan pembersihan terhadap
kotoran-kotoran sapi yang ada di dalam embung tersebut dan direncanakan ulang
karena embung tersebut sudah tidak layak pakai dikarenakan endapan lumpurnya
sudah melewati batas yang ditentukan sehingga merusak system irigasi yang ada pada
embung tersebut.
4. Pemanfaatan sungai Lasiana oleh mayarakat sekitar adalah air yang mengalir dari
sungai lasiana itu dibendung dan dialirkan kepada lahan pertanian daerah Lasiana, dan
pada sekitar jarak 200m dari muara sungai juga digunakan warga sekitar untuk
menjala ikan untuk kebutuhan ekonomi masyarakat di sekitar muara sungai Lasiana.

41
5. Dikarenakan bahwa sungai Lasiana menerima suplai air dari area pertanian Manikin,
maka jika area pertanian Manikin mengalami kekeringan maka area pertanian Lasiana
pun akan menerima imbas berupa kekeringan pula. Sehingga debit yang mengalir
pada area pertanian Manikin perlu dijaga kestabilan debit airnya agar dapat memenuhi
kebutuhan pada lahan pertanian Manikin dan Lahan pertanian Lasiana.

42

Anda mungkin juga menyukai