Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan
Nidji adalah grup musik dengan komposisi enam orang awak yang berasal dari Jakarta.
Grup musik tersebut terdiri atas Giring (vokal), Rama dan Ariel (gitar), Adrie (drum),
Andro (bass), dan Randy (keyboard). Nama Nidji merupakan penyempurnaan dari kata
niji yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti pelangi. Nidji dapat diartikan sebagai
ikatan warna dan konsep lagu yang merefleksikan warna musik mereka yang beragam
(Wikipedia,2009).
Konsep musik yang dianut Nidji adalah modern rock yang memadukan unsur-unsur lain,
seperti progresif, funk, alternatif dan pop. Nidji terbentuk pada tahun 2002. Pada tahun
2005 mereka mengawali prestasi yang prestisius dengan mengeluarkan album perdana,
yaitu Breakthru’. Setelah sukses dengan album perdana tersebut, pada tahun 2007 Nidji
kembali melucurkan album baru bertajuk Top Up. Album kedua ini pun mendapat respon
yang positif dari masyarakat. Nidji juga mendapatkan sertifikat Platinum untuk lagu-
lagunya
Pada tahun 2008, Nidji menjadi Lead-Band di album kompilasi Ost. Laskar Pelangi
dengan lagu berjudul Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi adalah representasi dari
sebuah novel karya Andrea Hirata. Novel ini adalah salah satu novel yang fenomenal.
Novel ini kemudian dijadikan sebuah film dengan judul yang sama yakni Laskar Pelangi.
Film ini disutradarai oleh Riri Riza. Untuk mendukung keutuhan film Laskar Pelangi,
maka diciptakan album Ost. Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi karya kelompok musik
Nidji adalah salah satu lagu yang terdapat dalam album lagu tersebut
Lagu Laskar Pelangi tersebut secara tidak langsung merangkum seluruh pesan dalam
novel. Novel Laskar Pelangi adalah novel yang sangat menggugah inspirasi pembaca.
Pesan utamanya adalah mengajak orang untuk berani bermimpi dan berjuang untuk
membuat mimpi itu terwujud. Setiap orang pasti mampu mewujudkan mimpinya apapun
kendala yang dihadapi.
Nidji mampu menciptakan lirik dan lagu untuk mengungkapkan pesan dalam novel
tersebut. Lagu tersebut bersifat riang, penuh rasa optimis, mengagungkan persahabatan,
dan mampu menyulut semangat pantang menyerah. Nuansa religius pun terangkum
dalam lagu tersebut. Pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat
yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini pun dapat dikonsumsi dari berbagai
kalangan dan usia. Banyak nilai pendidikan, motivasi, dan pesan yang terangkum dalam
lagu ini, maka lagu ini patut jika digolongkan ke dalam salah satu lagu pendidikan dan
patut dicermati serta dianalisis. Selain itu, lirik lagu juga merupakan salah satu jenis
wacana yang mempunyai struktur. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis
lirik lagu Laskar Pelangi secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat
imperatif dalam lagu tersebut.

B. Pendekatan dan Kajian Teori


Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis lagu Laskar Pelangi ini adalah
pendekatan tekstual. Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara
internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed., 2008:87). Analisis wacana tekstual
mempunyai dua lingkup penganalisisan yakni analisis aspek gramatikal dan leksikal.
Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir sebuah
wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi pengacuan (reference), penyulihan
(subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule
(2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana seorang penutur,
atau penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar
atau pembaca mengenali sesuatu. Berdasar pada tempatnya, pengacuan dibedakan
menjadi pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan dikatakan endofora jika
acuannya berada di dalam teks wacana tersebut, sedangkan eksofora jika acuannya
berada di luar teks wacana. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuan dibedakan
menjadi pengacuan anaforis dan kataforis. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis
pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.
Penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan
memperoleh unsur pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam,
yakni (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi
klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).
Pelesapan atau elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur
kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau
pendengar, srhingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku
(Gorys Keraf, 2004:132).
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan
dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana
(Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah
wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis.
Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi
(sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi
(kesepadanan).
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Gorys Keraf,
2004:127). Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan
macam, yakni epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis,
epanalepsis, dan anadiplosis.
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-
macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau
lebih memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan
lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara
morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau
sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat
(Sumarlam, ed., 2008:39).
Antonimi atau lawan kata adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda
atau bertentangan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna.
Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi
mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi
majemuk.
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata
yang cenderung digunakan secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44). Hiponimi
adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38).
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46).
Analisis lagu Laskar Pelangi ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu
tersebut. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau
meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur (R.
Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat
imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif
biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat
imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.

C. Deskripsi Lirik Lagu


Berikut disajikan data berupa lirik lagu Laskar Pelangi secara utuh untuk memudahkan
penulis dalam menganalisis juga dapat mempermudah perujukan, Penyajian lirik lagu ini
adalah penyajian utuh seperti dalam lagu yang sebenarnya. Jadi, penyajian ini tidak ada
penghilangan lirik karena pengulangan.
{1} mimpi adalah kunci
{2} untuk kita menaklukkan dunia
{3} berlarilah tanpa lelah
{4} sampai engkau meraihnya
{5} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{6} bebaskan mimpimu di angkasa
{7} warnai bintang di jiwa
{8} menarilah dan terus tertawa
{9} walau dunia tak seindah surga
{10} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{11} cinta kita di dunia
{12} selamanya
{13} cinta kepada hidup
{14} memberikan senyuman abadi
{15} walau hidup kadang tak adil
{16} tapi cinta lengkapi kita
{17} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{18} jangan berhenti mewarnai
{19} jutaan mimpi di bumi
{20} menarilah dan terus tertawa
{21} walau dunia tak seindah surga
{22} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{23} cinta kita di dunia
{24} menarilah dan terus tertawa
{25} walau dunia tak seindah surga
{26} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{27} cinta kita di dunia
{28} selamanya
{29} selamanya
{30} Laskar Pelangi takkan terikat waktu

D. Analisis Tekstual Lirik Lagu Laskar Pelangi


Lirik lagu Laskar Pelangi adalah salah satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut dapat
dikaji atau dianalisis secara tekstual. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa
analisis tekstual adalah analisis suatu wacana secara internal. Artinya, dalam analisis ini,
hal yang akan menjadi objek analisis adalah lirik lagu Laskar Pelangi.
Analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini meliputi analisis aspek gramatikal dan aspek
leksikal.
1. Analisis Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal wacana dalam analisis lagu Laskar Pelangi ini hanya meliputi
pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjungtion).
a. Pengacuan (reference)
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona,
demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini, hanya terdapat
satu jenis pengacuan, yakni pengacuan persona.
Pada lirik lagu Laskar Pelangi terdapat tiga jenis pengacuan persona, yakni pronomina
pertama jamak, pronomina kedua tunggal, dan nomina. Pengacuan persona pronomina
pertama jamak dapat diperhatikan pada kutipan lirik lagu berikut.
(1) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(2) cinta kita di dunia {11,23,dan 27}
(3) tapi cinta lengkapi kita {16}
Penggunaan kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) adalah pronomina persona pertama
jamak bentuk bebas. Kata kita pada lirik lagu tersebut juga merupakan pengacuan
eksofora karena yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada penulis syair lagu
dan pendengar lagu.
Pronomina kedua tunggal pada lirik lagu Laskar Pelangi ini ditunjukkan dengan
penggunaan engkau dan bentuk terikat lekat –mu dan dapat ditunjukkan pada kutipan
lirik berikut.
(4) sampai engkau meraihnya {4}
(5) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Engkau (4) merupakan pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas. Pengacuan
tersebut termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar
teks, yaitu mengacu pada pendengar lagu. Pengacuan yang berbentuk –mu (5)
menunjukkan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat. Pengacuan –mu termasuk
ke dalam jenis pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar teks, yaitu
pendengar lagu.
Pengacuan nomina terlihat pada penggunaan bentuk terikat lekat kanan –nya seperti
tampak pada kutipan (6).
(6) sampai engkau meraihnya {4}
Penggunaan kata ganti –nya (6) pada kutipan (6) mengacu pada kata mimpi yang terdapat
di lirik lagu paling atas. Pengacuan tersebut termauk ke dalam jenis pengacuan endofora
karena yang diacu berada di dalam teks, yaitu kata mimpi.
b. Penyulihan (subtitution)
Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat penyulihan. Penyulihan ini terjadi pada kata
dunia yang kemudian diganti dengan kata bumi.
(7) cinta kita di dunia {11}
(8) jutaan mimpi di bumi {19}
c. Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu sering digunakan para pencipta lagu
untuk tujuan estetika. Lagu Laskar Pelangi juga memuat lirik-lirik yang mengalami
pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut dapat ditemukan pada kutipan-kutipan berikut.
(9) mimpi adalah Ø kunci {1}-
-mimpi adalah sebuah kunci
(10) Ø berlarilah tanpa Ø lelah {3}
- oleh karena itu, berlarilah tanpa rasa lelah
(11) Laskar Pelangi tØakØkan Ø terikat waktu {5,17, dan 30}
- Laskar Pelangi tidak akan pernah terikat waktu
(12) Ø bebaskan Ø mimpimu di angkasa {6}
- oleh karena itu, bebaskan semua mimpimu di angkasa
(13) Ø warnai bintang di jiwa {7}
- dan warnai bintang di jiwa
(14) Ø bersyukurlah pada Ø Yang Ø Kuasa {10,22, dan 26}
- serta bersyukurlah pada Tuhan Yang Maha Kuasa
(15) Ø cinta Ø kita di dunia Ø {11,23, dan 27}
- yang telah menganugerahi cinta pada kita di dunia ini
(16) Ø selamanya {12,28, dan 29}
- untuk selamanya
(17) cinta Ø kepada hidup {13}
- cinta kita kepada hidup
(18) Ø memberikan senyuman abadi {14}
- akan memberikan senyuman abadi
(19) walau Ø hidup kadang tØak adil {15}
- walaupun hidup kadang tidak adil
(20) tapi Ø cinta Ø Ølengkapi Ø kita {16}
- tapi kekuatan cinta mampu melengkapi kehidupan kita
(21) jangan Ø berhenti mewarnai {18}
- jangan pernah berhenti mewarnai
d. Perangkaian (Conjungtion)
Bentuk perangkaian terdapat dalam lirik lagu Laskar Pelangi. Terdapat tiga bentuk
perangkaian atau konjungsi, yaitu konjungsi untuk yang menunjukkan perangkaian
tujuan, konjungsi walau yang menunjukkan perangkaian konsesif, dan konjungsi tapi
yang menggambarkan perangkaian pertentangan. Tiga bentuk konjungsi tersebut dapat
dilihat pada kutipan berikut.
(22) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(23) walau dunia tak seindah surga {9, 21, dan 25}
(24) walau hidup kadang tak adil {15}
(25) tapi cinta lengkapi kita {16}

2. Analisis Aspek Leksikal


Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah
wacana. Aspek leksikal wacana dalam lirik lagu Laskar Pelangi meliputi repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas
bawah), dan antonimi (lawan kata).
a. Repetisi (Pengulangan)
Wacana berupa lagu sering ditemukan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi
bait atau refren. Pada lagu Laskar Pelangi ditemukan repetisi bait yakni pada larik {8-
11} yang diulang pada lagi pada larik {20-23}dan {24-27}. Bait tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
(26) menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
Pengulangan larik pun ditemukan pada lirik lagu tersebut dan dapat dicontohkan
sebagai berikut.
(27) Laskar Pelangi takkan terikat waktu {5}
Larik di atas yang berada dikutipan nomor {5} dan diulang lagi pada kutipan {17}dan
{30}.
(28) selamanya {12}
Larik di atas berada dikutipan nomor {12} dan diulang lagi pada kutipan {28} dan
{29}.
Pengulangan kata pada lirik lagu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
(29) mimpi adalah kunci {1}
(30) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(31) jutaan mimpi di bumi {19}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata mimpi diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(32) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(33) walau dunia tak seindah surga {9, 21,dan 25}
(34) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata dunia diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(35) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(36) cinta kepada hidup {13}
(37) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata cinta diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(38) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(39) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(40) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata kita diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(41) cinta kepada hidup {13}
(42) walau hidup kadang tak adil {15}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata hidup diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
b. Sinonimi (padan kata)
Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana.
Sinonimi berfungsi sebagai penjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Lagu Laskar Pelangi
memuat dua sinonimi, yakni sinonimi morfem dan sinonimi kata.
(43) sampai engkau meraihnya {4}
(44) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Pada contoh di atas, morfem (bebas) engkau bersinonim dengan morfem (terikat) –
mu.
(45) Selamanya {12, 28, dan 29}
(46) memberikan senyuman abadi {14}
Pada contoh di atas, kata selamanya bersinonim dengan kata abadi.
c. Kolokasi (sanding kata)
Kolokasi dalam sebuah wacana berguna untuk mendukung kepaduan wacana. Dalam
lagu Laskar Pelangi juga terdapat contoh kolokasi.
(47) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(48) warnai bintang di jiwa {7}
Pada contoh di atas, tampak pemakaian kata angkasa dan bintang. Kedua kata
tersebut saling berkolokasi dan mendukung kepaduan lirik lagu.
d. Hiponimi (hubungan atas bawah)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat ditemukan unsur leksikal hiponimi.
Contoh penggunaan hiponimi dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan
berikut.
(49) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(50) walau dunia tak seindah surga {9,21,dan 25}
(51) cinta kita di dunia {11,23, dan 27}
(52) jutaan mimpi di bumi {19}
Pada contoh tersebut, kata dunia menjadi hipernim, sedangkan kata angkasa dan bumi
menjadi hiponim karena angkasa dan bumi adalah bagian dari dunia.
e. Antonimi (lawan kata)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat ditemukan unsur antonimi. Contoh
penggunaan antonimi dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(53) menarilah dan terus tertawa {8, 20, dan 24}
(54) jangan berhenti mewarnai {18}
Pada contoh tersebut, kata terus berantonim dengan kata berhenti . Antonimi dalam
kutipan lirik lagu tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi mutlak.

E. Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi


Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau
meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur.
Wujud kalimat imperatif dalam sebuah wacana sangat beragam, mulai yang terasa
halus sampai kasar. Kalimat imperatif dapat pula berkisar pada suruhan untuk
melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu.
Lirik Lagu Laskar Pelangi adalah sebuah wujud wacana yang sarat amanat. Kalimat
imperatif dapat dihubungankan dengan sifat persuasif. Oleh sebab itu, di dalam lirik
lagu ini sering ditemukan wujud kalimat imperatif. Contoh penggunaan kalimat
imperatif dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(55) berlarilah tanpa lelah {3}
(56) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(57) warnai bintang di jiwa {7}
(58) menarilah dan terus tertawa {8}
(59) bersyukurlah pada Yang Kuasa {10}
(60) jangan berhenti mewarnai {18}
Pada beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor (55) sampai dengan nomor (59)
mengindikasikan suatu kalimat suruhan positif. Kalimat suruhan positif tersebut
ditandai dengan penggunaan kata berimbuhan yakni berlarilah, bebaskan, warnai,
menarilah, dan bersyukurlah. Pada kutipan nomor (60), kata jangan berhenti
mengindikasikan suatu kalimat suruhan negatif. Jadi, semua kutipan di atas dapat
diklasifikasikan sebagai kalimat imperatif suruhan.
Penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi bukanlah tanpa fungsi.
Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk menekankan makna dan pesan
lagu. Lagu Laskar Pelangi banyak memuat nasihat-nasihat positif yang diwujudkan
dengan bentuk kalimat imperatif. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan
yang berbentuk kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat
imperatif dalam lagu ini juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang
halus. Dengan demikian, pesan-pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak
menghakimi pendengarnya.

F. Penutup
Lagu Laskar Pelangi adalah salah satu lagu yang terkenal dari kelompok musik Nidji.
Lagu ini tergabung dalam album Ost. Laskar Pelangi yang merupakan refleksi dari
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang fenomenal. Lagu ini mengandung
pesan-pesan yang dapat memotivasi seseorang.
Lirik lagu Laskar Pelangi merupakan salah salah satu jenis wacana yang memiliki
struktur. Analisis tekstual lagu laskar pelangi mencakup analisis gramatikal dan
leksikal. Berdasar pada analisis gramatikal, di dalam lirik lagu Laskar Pelangi
ditemukan beberapa aspek gramatikal, yaitu pengacuan (reference), penyulihan
(subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Dalam analisis
secara leksikal, lirik lagu Laskar Pelangi mengandung beberapa aspek leksikal, yaitu
repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi
(hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa kalimat imperatif. Kalimat
imperatif berguna untuk menekankan makna dan pesan yang terkandung dalam lirik
lagu. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat
imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu
Laskar Pelangi juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus.
Selain itu, penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi mendukung
lagu ini sebagai lagu pendidikan dan lagu yang dapat memotivasi pendengarnya.

Daftar Pustaka
George Yule. 2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Nidji, diakses pada tanggal 27 Desember 2009.

R. Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumarlam. Ed. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Anda mungkin juga menyukai