PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang akan mengalami proses penuaan seiring dengan bertambahnya usia.
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Saat
mengalami proses penuaan banyak perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, antara lain
penurunan fungsi organ-organ tubuh, penurunan daya ingat dan kondisi kejiwaan yang labil.
Salah satu masalah yang sering dialami lansia seiring dengan proses penuaan adalah
penurunan pemenuhan kebutuhan seksual.
Perubahan fisiologis pada wanita dan pria serta adanya masalah medis merupakan
beberapa penyebab dari penurunan pemenuhan kebutuhan seksual. Orang yang berumur
diatas 50 tahun umumnya mengalami kerusakan biologis parsial yang meningkat menjadi
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan seksual1. Penurunan pemenuhan kebutuhan
seksualitas pada lansia menyebabkan lansia hanya melakukan penekanan kebutuhan
seksualitas pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari
kesenangan. Perlu adanya hubungan intim yang teratur untuk mempertahankan kemampuan
dari elastisitas dinding vagina wanita dan kemampuan lubrikasi sehingga kebutuhan
seksualitas lansia terpenuhi. Dibutuhkan suatu pengertian dari pria dalam memahami kondisi
seksual pasangannya sehingga tidak timbul masalah lain yang lebih berat 2. Mungkin
menurut sebagian orang hal ini tabu untuk dibicarakan, sehinngga banyak dari para lansia
membiarkan masalah ini berlarut-larut tanpa mencari solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya.
Beberapa lansia memiliki koping yang salah dalam menghadapi masalah kebutuhan
seksualitas. Banyak pria yang sering marah karena merasa istrinya tidak bisa memenuhi
kebutuhan seksualitasnya dan memilih untuk menikah lagi. Penanganan yang salah ini harus
dikaji dan diperbaiki. Perbaikan dalam penanganan masalah kebutuhan seksual pada lansia
bisa dilakukan oleh perawat, lansia sendiri, dan keluarga. Peran perawat sangat dibutuhkan
dalam hal ini sehingga nantinya kebutuhan seksual para lansia tetap dapat terpenuhi. Peran
perawat salah satunya yaitu dengan melakukan pengkajian yang tepat dan memberikan
intervensi untuk mengatasi masalah seksualitas pada lansia. Lansia sendiri harus bisa
menyadari kondisinya dan kondisi pasangannya. Keluarga berperan dalam memberikan
dukungan positif kepada lansia sehingga lansia bisa menerima kondisi seksualitasnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada lansia dengan
gangguan pola seksual.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan teori penuaan yang berhubungan dengan lansia yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan seksualitas pada lansia.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran keluarga dalam melakukan intervensi pada
lansia yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan seksualitas.
BAB II
ISI
KASUS 5
Bp. A berusia 65 tahun. Sejak 3 bulan yang lalu Bp. A tidak aktif bekerja karena sudah
pensiun TNI. Bp. A mempunyai istri Ny. R berusia 64 tahun. Bp. A mempunyai kebiasaan olah
raga seperti bulu tangkis, senam dan lari pagi sejak menjadi mahasiswa di akademi. Kebiasaan
berolah raga tersebut selalu Bp. A jalani sampai saat ini, sedangkan Ny. R jarang mengikuti olah
raga. Bp. A sampai saat ini selalu memiliki keinginan untuk selalu berhubungan intim dengan
Ny. R, apalagi setelah berolah raga Bp. A merasa badannya segar dan biasanya keinginan
memenuhi kebutuhan seksualitasnya meningkat. akan tetapi Ny. R selalu mengatakan mudah
lemes dan tidak mungkin berhubungan intim seperti waktu masih muda. Penolakan yang
berulang-ulang dari Ny. R, membuat Bp. A marah-marah, bahkan sampai Bp. A mempunyai
keinginan untuk menikah lagi.
A. TEORI PENUAAN
Penuan adalah perubahan fisik dan tingkah laku yang terjadi pada semua orang.
Peroses penuaan dibahas dalam beberapa toeri penuaan antara lain :
1. Teori Biologis
Teori biologis merupakan proses penuaan secara fisik yang meliputi perubahan
fungsi dan struktur, yang berpengaruh pada pengembangan, panjang usia dan kematian.
Teori biologi menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda
dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan
terhadap penyakit dan kematian atau perubahan seluler 3. Salah satunya yaitu perubahan
pada fungsi dan struktur sistem reproduksi.
2. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang tambah usia, pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita
berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi, sehingga banyak lansia lebih berhati-hati
dan berusaha menghindar untuk berhubungan dengan pasangannya3.
3. Teori Neuroendokrin
Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Kasus
tersebut bisa diketahui sistem neuroendokrin berpengaruh dimana sistem hormon pada
lansia dapat berubah seiring dengan aktivitas dan perubahan-perubahan yang lain pada
lansia3.
4. Teori Psikososiologis
Teori psikososiologis menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan
psikososiologis seseorang seiring pertambahan usia. Perubahan sikap dan perilaku pada
seseorang juga dapat mempengaruhi pola seksualitasnya3.
5. Teori kepribadian
Teori lingkungan menyebutkan penuaan yang sehat tidak bergantung pada jumlah
aktivitas sosial seseorang tetapi pada kepuasan orang tersebut pada aktivitas sosial yang
dia lakukan. Menurut Jung pada teori kepribadian terdapat aspek-aspek pertumbuhan
psikologis yang tidak menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Pengembangan
kepribadian orang dewasa memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.
Keseimbangan antara kedua hal tersebut penting bagi kesehatan. Menurunya tanggung
jawab serta tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial yang terjadi pada lansia mengakibat
lansia manjadi introvert3.
6. Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses3.
7. Teori disengagement
Teori disengagement menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
dan tanggung jawab dalam masyarakat. Menurut ahli teori ini penarikan diri dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat sedang tumbuh. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
mempunyai waktu untuk merefleksikan hidupnya dan untuk menghadapi hadapan yang
tidak terpenuhi3.
8. Teori aktifitas
Teori aktifitas merupakan lawan langsung dari teori disengagement yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan
yang dibutuhkan orang lain. Kesempatan untuk berperan dengan cara penuh arti bagi
seseorang yang penting adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Selain
itu pentingnya aktifitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan disepanjang masa3.
9. Teori kontinuitas
Teori ini menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua.
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu dan kepribadian untuk sebagian
dasar memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan3.
2. Fase Arousal
a. Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan
kandung kemih.
b. Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat4.
3. Fase Orgasmic
a. Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksi
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
b. Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
kontraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun4.
4. Fase Pasca Orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi4.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan4
Fase tanggapan
Pada wanita lansia Pada pria lansia
seksual
Fase desire Terutama dipengaruhi oleh Interval untuk meningkatkan
penyakit baik dirinya sendiri hasrat melakukan kontak seksual
atau pasangan, masalah meningkat;hasrat sangat
hubungan antar keduanya, dipengaruhi oleh penyakit;
harapan kultural dan hal-hal kecemasan akan kemampuan
tentang harga diri. Desire pada seks dan masalah hubungan
lansia wanita mungkin antara pasangan. Mulai usia 55
menurun dengan semakin tahun testosteron menurun
lanjutnya usia, tetapi hal ini bertahap yang akan
bisa bervariasi. mempengaruhi libido.
2. Artritis
Nyeri sendi seperti artritis dapat mengganggu aktivitas seksual. Beberapa posisi
bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin
mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang
dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual. Pengobatan anti
inflamasi dapat mengurangi nyeri namun dapat juga menurunkan gairah seksual5.
3. Infark Miokard
Masalah jantung juga dapat mengganggu aktivitas seksual yang normal. Resiko
kematian pada penderita jantung masih rendah, tetapi sebaiknya lansia dengan riwayat
penyakit jantung konsultasi dengan dokter. Penderita stroke tidak menghalangi dalam
melakukan hubungan seksual dengan memodifikasi posisi atau penggunaan alat bantu.
Pasien pasca stroke memilki banyak masalah yaitu :
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami ansietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasihat spesifik tentang aktivitas seksual
ditawarkan. Sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka
respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanen maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan
mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien
dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami
kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat
diatasi dengan bantuan fisik atau teknik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi3,5.
4. Efek Pembedahan
Histerektomi serta mastektomi tidak mengubah fungsi seksual pada lansia,
walaupun kehilangan organ tertentu membuat wanita merasa berbeda serta menimbulkan
ketakutan. Konseling dapat dilakukan untuk membantu wanita menghadapi kondisinya.
Prostatektomi tidak mengganggu ereksi, karena telah ditemukan pembedahan dengan
metode baru yang tidak merusak saraf5.
5. Konsumsi Obat dan Alkohol
Alkohol dan pengobatan dapat mempengaruhi fungsi seksual pada lansia.
Konsumsi alkohol mengakibatkan penundaan orgasme pada wanita dan gangguan ereksi
pada laki-laki. Digitalis, diuretik, antihipertensif, transquilizer, dan antidepresan dapat
menyebabkan masalah pada kehidupan seksual laki-laki dan perempuan. Penyesuaian
obat atau dosis dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengobatan
antiparkinsonian mampu menaikkan hasrat seksual tetapi tidak meningkatkan performa
seksual5.
6. Penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnea, yang mungkin dapat membahayakan jiwa3.
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan TNI
Keluhan Utama : Kebutuhan seksual tidak terpenuhi
b. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bp. A mempunyai kebiasaan olah raga seperti bulu tangkis, senam dan lari
pagi. Setelah berolahraga keinginan untuk berhubungan seksual selalu meningkat
sehingga Bp. A selalu ingin berhubungan seksual dengan istrinya.
c. PEMERIKSAAN FISIK
1) TTV
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Pernapasan : 24x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 370 C
2) PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK SEKSUALITAS
Organ Reproduksi Laki-laki
No. Pemeriksaan Fisik Jawaban
1. Adanya lesi Tidak
2. Adanya keluaran Tidak
3. Nyeri testis Tidak
4. Masa pada testis Tidak
5. Masalah pada prostat Tidak
6. Penyakit kelamin Tidak
7. Perubahan pengendalian hubungan seksual Tidak
8. Impoten Tidak
9. Perhatian sebelum melakukan aktivitas Tidak
seksualitas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua pasti akan dialami oleh semua orang. Penuaan yang dialami oleh
semua orang pasti akan menimbulkan banyak masalah, dan salah satu maslah tersebut
adalah tentang pemenuhan kebutuhan seksualitas. Ada beberapa teori penuaan yang
mendukung munculnya masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas, diantranya yaitu
Teori Biologis, Teori Imunitas, Teori Neuroendokrin, Teori Psikososiologis, Teori
kepribadian, Teori Tugas Perkembangan, Teori Disengagement, Teori Aktifitas, dan Teori
Kontinuitas. Masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas juga disebabkan oleh reaksi
perubahan fisiologis pada organ reproduksi wanita ataupun pria. Wanita mengalami
perubahan fisiologis pada payudara, saluran genitalia, dan menopause, sedangkan pria
mengalami perubahan fisiologis yaitu terjadinya disfungsi ereksi. Hal yang bisa
mempengaruhi kebutuhan seksualitas pada lansia yaitu adanya reaksi atau komplikasi
yang ditimbulkan oleh beberapa penyakit seperti penyakit Diabetes, penyakit Artritis,
penyakit Infark Miokard, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, serta efek dari Pembedahan
dan efek dari Konsumsi Obat dan Alkohol. Diperlukan asuhan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi pemunuhan kebutuhan seksualitas pada lansia. Ada beberapa instrument
yang bisa dipakai untuk melakukan pengkajian pada pemenuhan kebutuhan seksualitas.
Perawat perlu melakukan pengkajian yang mendalam dan membina hubungan terapeutik
dengan pasien dan keluarganya sebelum memberikan asuhan keperawatan sehinggaa
asuhan yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Peran keluarga sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas pada lansia.
B. SARAN
1. Lansia harus mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasangannya.
2. Dalam pemenuhan kebutuhan seksualitas lansia tidak harus berhubungan intim tetapi
bisa dengan cara lain.
3. Keluarga harus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih kepada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed.2.
Jakarta : EGC
2. Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, Ed.4 Vol.1. Jakara : EGC
3. Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi. 2000. Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ).
Jakarta : FKUI
4. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
5. Hoffman, Gloria.1999. Basic Geriatric Nursing, Ed.2. Philadelphia : Mosby
6. Lueckenotte, Annettte G. 2000. Gerontologic Nursing, second edition. Philadelphia : Mosby
7. Nanda. 2009-2011. Diagnos Keperawatan. Jakarta : EGC
8. Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition. St.
Louis, Missouri : Mosby inc
9. McCloskey, Joanne C & Bulechek, Gloria M. 2000. Nursing Intervention Classification
(NIC) third edition. St. Louis, Missouri : Mosby inc
10. Maryam, Siti R, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
MAKALAH
KASUS 5
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS PADA LANSIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Gerontik II
Oleh Kelompok 5 :