Anda di halaman 1dari 15

KEIMANAN DAN KETAQWAAN

Makalah Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

Khoirunisa Nur Safira (21080115140098)

R. Ay. Arinta Adi Tiara (21080115140099)

Regita Salsabila (21080115140100)

R. Raditya I. W. (21080115140101)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TEKNIK LINGKUNGAN

2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang KEIMANAN DAN KETAQWAAN. Makalah ini kami susun
dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Diponegoro
Semarang.

Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan
khususnya mengenai iman dan taqwa seiring dengan perkembangan zaman. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan kita semua di dunia maupun di akhirat. Aamiin ya rabbal alamin.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Masut, S.Ag, M.Si selaku
pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun tulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi penulisan makalah yang lebih
baik pada masa yang akan datang.

Semarang, 17 September 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .i

Daftar Isi. ii

BAB I ( Pendahuluan ).1

1.1 Latar Belakang..1


1.2 Rumusan Masalah.1

BAB II ( Pembahasan ) 2

A. Keimanan
2.1.A. Pengertian Iman..2
2.2.A. Wujud Iman 2
2.3.A. Tanda Tanda Orang Beriman...4
2.4.A. Proses Terbentuknya Iman..5
2.5.A Cara Memperbaharui Iman 7

B. Ketaqwaan

2.1.B. Pengertian Taqwa8


2.2.B. Tanda Tanda Orang Bertaqwa 8
2.3.B. Keutamaan dan Ganjaran Orang Bertaqwa.8
2.4.B. Implementasi Iman dan Taqwa 9
2.5.B. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan...10

BAB III ( Kesimpulan) .11

Daftar Pustaka12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus memiliki
akhlaq yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah
dengan manusia lain. Proses pembentukan akhlaq sangat berperan dengan masalah keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlaq
seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketaqwaan seseorang maka semakin
baik pula akhlaq seseorang hal ini karena keimanan dan ketaqwaan adalah modal utama untuk
membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketaqwaan sebenarnya potensi yang ada pada
manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut
akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan dan
ketaqwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan
mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari
arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu, dari persoalan
dan masalah-masalah yang terpapar di ataslah yang melatar belakangi kelompok kami untuk
membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketaqwaan yang kami bukukan menjadi
sebuah makalah kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian iman dan taqwa?
b. Bagaimana proses pembentukan iman dan taqwa sesuai dengan pandangan Islam?
c. Bagaimana korelasi antara iman dan taqwa dengan pesatnya kemajuan zaman saat ini?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. KEIMANAN

2.1.A Pengertian Iman

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-
yamanu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada
Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap
kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah
dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya
keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan
membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam.
Dalam Surat Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang
yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman
kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Quran dan Sunah
Rasul.
Dalam hadist di riwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan
(Al-Iimaanu aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani waamalun bil arkaan). Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya
hidup.

2.2.A Wujud Iman

Karena Iman itu bukan hanya suatu kepercayaan, tetapi adalah keyakinan yang
mendorong perbuatan baik, maka wujud iman adalah dilaksanakannya amal-amal shalih
yang sesuai dengan aturan atau ajaran Islam secara lahir dan batin.

2
Jadi wujud iman merupakan keutuhan dari keyakinan, ucapan dan perbuatan
seseorang dalam melaksanakan amal shalih. Dengan demikian wujud iman itu sangat
luas, karena mencakup berbagai jenis amal shalih yang dilakukan oleh manusia yang
didasarkan atas keyakinannya kepada Allah.

Adapun wujud iman sesuai rukun iman yaitu:


1) Iman Kepada Allah
Mengenal kepada Allah adalah hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim
dalam beragama. Bermula dari mengenal Allah maka kita akan mengenali diri kita,
sebagaimana sebagaian atsar shahabat. Dari penganalan terhadap Allah itulah, keimanan
dan ketakwaan kita akan meningkat. Jalan mengenal Allah yang islami adalah dengan
mengoptimalkan akal,fitrah,pendengaran,pengelihatan. Hal inilah yang akan mampu
mendeteksi adanya keberadaan Allah

2) Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah


Beriman kepada hal yang ghaib adalah sesuatu yang menjadi cirri-ciri orang yang
bertakwa, sebagaimana firman-Nya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib (QS Al- Baqarah: 3)
Segala yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera manusia disebut sebagai al-ghaib,
sebaliknya yang dapat dijangkau oleh panca indera manusia adalah as-syahadah.
Malaikat adalah salah satu makhluk gaib. Secara bahasa mala-ikah adalah bentuk
jamak dari malak,berasal dari mashadar al-alukah yang artinya ar-risalah (misi,pesan).
Malaikat diciptakan Allah SWT dari cahaya. Malaikat adalah makhluk Allah yang
senantiasa patuh terhadap Allah.

3) Iman Kepada Kitab Allah


Kitab adalahmashadar dari kata kataba yang berarti menulis. Kitab berarti tulisan
atau buku. Kitab yang dimaksudkan disini adalah kitab kitab suci Allah yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya, kitab suci Allah berisi wahyu yakni firman Allah SWT
yang antara lain berisi perintah dan larangan-Nya. Kita wajib mengimani kitab tersebut
sebagaimana firman-Nya

3
Bukanlah menghadap wajahmu ke arahh timur dan barat itu suatu
kebajikan,akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,hari
kemudian,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi (QS.Al-Baqarah:177)

4) Iman Kepada Rasul-Nya


Setelah beriman kepada kitabullah, kita diwajibkan beriman kepada rasul-rasul-
Nya. secara bahasa nabi berasal dari kata na-ba artinya yang ditinggikan, atau kata na-ba-a
yang artinya berita. Menurut Ustadz Yunahar Ilyas,Lc, nabi berarti seseorang yang
ditinggikan derajatnta oleh Allah SWT dengan memberinya wahyusedangkan rasul adalah
seorang yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan atau risalah. Setiap rasul adalah
seorang nabi, namun seorang nabi belum tentu seorang rasul.

5) Iman Kepada Hari Akhir


Hari akhir adalah berakhirnya kehidupan di dunia yang fana ini. Hari yang ditandai
dengan hancurnya alam semesta dan berakhirnya seluruh kehidupan umat manusia. Kiamat
adalah sesuatu yang harus kita imani bakal terjadi. Namun begitu tak ada seorang pun yang
tau kapan terjadinya hari kiamat.

6) Iman Kepada Takdir Baik maupun Buruk


Yang dimaksud dengan takdir adalah qadha dan qadar. Qadha adalah kehendak
atau ketetapan hukum,yakni kehendak dan ketetapan hukum Allah SWT terhadap segala
sesuatunya. Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran,,, (QS.Al-
Qomar:49

2.3.A Tanda Tanda Orang Beriman

Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :

Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Quran,
maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).

4
Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut
6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52,
Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al- Anfal:
3, dan al-Muminun: 2,7).
Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Muminun: 4).
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Muminun: 3,5)
Memelihara amanah dan menepati janji (al-Muminun: 6)
Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)

2.4.A Proses Terbentuknya Iman

Dalam hal ini dijelaskan beberapa prinsip dengan mengemukakan implikasi


metodologiknya:

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan


Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin
lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak
kecil dan berlangsung hidup.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi


Sesuatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui
satu peristiwa internalisasi ( yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap
mentalnya ) dan individuasi ( yakni usaha menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya ). Implikasinya metodologiknya ialah bahwa pendekatan untuk

5
membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi
juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut.

3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai nilai hidup baru benar benar mempunyai arti, bila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu, satu bentuk tingkah laku terpola baru
teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologiknya
ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya
tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual, tetapi perlu
mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial.

4. Prinsip Konsistensi dan Koherensi


Nilai iman lebih mudah tumbuh, apabila sejak semula ditangani secara konsisten
yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologiknya
adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku
yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.

5. Prinsip Integrasi
Hakekat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada
problematic kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang
sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, tingkah laku yang
dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah pisah. Implikasi
metodologiknya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak
sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah ppisah, tetapi melalui
pendekatan yang intensif, dalam kaitan problematic kehidupan yang nyata.

6
2.6.A Cara Memperbaharui Iman

Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah

Perbanyaklah amal shalih

Lakukan berbagai macam ibadah

Hadirkan perasaan takut mati

Banyak-banyaklah ingat mati

Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Berdzikirlah yang banyak

Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Memikirkan kehinaan dunia

Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

7
B. KETAQWAAN

2.1.B Pengertian Taqwa

Kata takwa ( ) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja ()
yang
memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung. Oleh karena itu
imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam
perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa.
Sehingga takwa dalam istilah syari adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.

2.2.B Tanda Tanda Orang Bertaqwa

Beriman kepada Allah dan yang ghaib(QS. 2:2-3)


Sholat, zakat, puasa(QS. 2:3, 177 dan 183)
Infak disaat lapang dan sempit(QS. 3:133-134)
Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. 3: 134)
Takut pada Allah (QS. 5:28)
Menepati janji (QS. 9:4)
Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS. 9:7)
Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)
Tidak meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

2.3.B Keutamaan dan Ganjaran Orang Bertaqwa

Diberi jalan keluar serta rezeki dari tempat yang tak diduga-duga (QS.65:2-3)

Dimudahkan urusannya (QS. 65:4)

Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi (QS. 7:96)

Mendapat petunjuk dan pengajaran (QS. 2:2, 5:46, 2:282)

Mendapat Furqan (QS. 8:29)

8
Cepat sadar akan kesalahan (QS. 7:201)

Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain (QS.3:120)

Mendapat kemuliaan, nikmat dan karunia yang besar (QS. 49:13, 3:147)

Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan (QS. 7:35)

Sebaik baik bekal (QS. 2:197)

ALLAH bersamanya (QS. 2:194)

ALLAH menyukainya (QS. 9:4)

Mendapat keberuntungan (QS. 3:200)

Diperbaiki amalnya dan diampuni dosanya (QS. 33:70-71)

Mendapat rahnmat (QS. 6:155)

Tidak disiasiakan pahala mereka (QS. 12:90)

Diselamatkan dari api neraka (QS. 19:71-72)

2.4.B Implementasi Iman dan Taqwa

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Iman memberikan ketentraman jiwa

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Iman melahirkan sikap ikhlas

9
Iman memberikan keberuntungan

2.5.B Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis ( tauhid rububiyyah ) dan tauhid praktis ( tauhid
uluhiyyah ). Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan zat,
keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Sedangkan tauhid praktis yang
disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid
ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,


konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian, bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hatim mengucapkan
dalam lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu, seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertaqwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illallaah, kemudian diikuti dengan
mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya.

10
BAB III

KESIMPULAN

1. Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan
apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-
benar perintah dan menjauhi larangan.

3. Korelasi antara iman dan taqwa pada zaman sekarang sudah sedikit meluntur, Hal
tersebut dikarenakan oleh kemajuan teknologi yang sudah memasuki berbagai aspek
dalam kehidupan manusia. Teknologi tersebut telah membuat manusia terlena sehingga
melupakan kewajibannya dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar:


TimDosen UNM

2. Saepul Anwar. Keimanan dan Keyakwaan.


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-
SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll%29/Pendidikan_Agama_Isla
m/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf

3. Azyumardi Azra, Prof, Dr, dkk. Pendidikan Agama Islam, 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai