Anda di halaman 1dari 18

1.

Gen penyandi molekul globin


Gen-gen untuk sintesis globin terletak di kromosom 11 (rantai gamma,delta & beta) dan
kromosom 16 (rantai alfa & zeta). Manusia mempunyai 6 rantai polipeptida globin yaitu rantai
dan non yang terdiri dari , , , , . Pada orang normal ada 7 sintesis rantai globin yang
berbeda yaitu : 4 pada masa embrio seperti Hb Gower 1 ( 22 ), Hb Gower 2 ( 22 ), dan Hb
Portland (2 2 ). Hb F (22 ) adalah Hb yang predominant pada saat kehidupan janin dan
menjadi hemoglobin yang utama setelah lahir. Hb A (22 ) adalah hemoglobin mayor yang
ditemukan pada dewasa dan anak-anak. Hb A2 (22 ) dan Hb F ditemukan dalam jumlah kecil
pada dewasa ( kira-kira 1,5 - 3,5 % dan 0,2 1,0 % ). Perbandingan komposisi Hb A, A2 dan
F menetap sampai dewasa setelah umur 6 12 bulan. Pada orang dewasa , HbA2 kira-kira
1,5% -- 3,5% hemoglobin total, Persentasenya jauh lebih rendah dari pada waktu dilahirkan,
kira-kira 0,2% - 0,3% meningkat pada saat dewasa pada 2 tahun pertama. Kenaikan yang tajam
terjadi pada 1 tahun pertama dan naik dengan perlahan pada 3 tahun kelahiran.
Sintesa globin
Chromosome 11 (- cluster) :
Urutannya -G-A- --
Chromosome 16 (-cluster):
Urutannya 2-1-2-1-2-1-
Perkembangan sintesa globin

% of total
globin 50
synthesis

30

10

6 18 30 birth 6 18 30 42
prenatal age (wks) postnatal age (wks)
2. Thalasemia

2.1. Defenisi
Thalassemia mempunyai banyak definisi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Renzo Galanello, thalassemia adalah sekelompok kelainan darah herediter yang ditandai
dengan berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis rantai globin, sehingga menyebabkan
Hb berkurang dalam sel-sel darah merah, penurunan produksi sel-sel darah merah dan anemia.
Kebanyakan thalassemia diwariskan sebagai sifat resesif.
Thalassemia adalah suatu kelainan genetik yang sangat beraneka ragam yang ditandai
oleh penurunan sintesis rantai atau dari globin. (Bakta IM, 2015)

2.2.Epidemiologi
Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak
mereka mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga
memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia
mayor.

L.O. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi

Wilayah dengan prevalensi tinggi thalassemia adalah di sekitar Laut


Tengah, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, thalassemia juga sering disebut sebagai Mediterranean Cooleys
Anaemia atau Homozygous Beta Tallasesaemia.
Frekuensi thalassemia beta di Asia Tenggara sekitar 3-9 % gen yang
tersebar luas di daratan Cina. Sedangkan penyebaran kasus thalassemia alfa berada
di kawasan perbatasan Muangthai Utara dan Laos dengan frekuensi 3-40 %, lalu
tersebar dalam frekuensi lebih rendah di kawasan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. (Kosasih, 2001)
Indonesia termasuk wilayah dengan kasus thalassemia beta cukup
tinggi. Data dari sejumlah rumah sakit besar dan pusat pendidikan
menunjukkan frekuensi gen thalassemia berkisar antara 8-10% artinya dari 100
orang penduduk ada 1 orang yang mempunyai gen thalassemia.
2.3. Etiologi

Thalassemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom manusia.
Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom. Bentuk daripada
gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai mutasi pada gen atau pada
unsur-unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran transkripsi,
pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan frameshifts. Hasilnya adalah penurunan atau
pemberhentian daripada penghasilan rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom
thalassemia beta.
Mutasi Beta-zero (0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin, yang
biasanya akibat mutasi nonsense, frameshift, atau splicing. Sedangkan mutasi beta-plus(+)
ditandai dengan adanya produksi beberapa beta-globin tetapi dengan sedikit cacat splicing.
Mutasi yang spesifik memiliki beberapa hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda
yang lazim di berbagai belahan dunia. Seringkali, sebagian besar individu yang mewarisi
penyakit ini mengikuti pola resesif autosomal, dengan individu heterozigot memiliki kelainan
gen tersebut, sedangkan pada individu heterozigot atau individu compound homozigot,
kelainan itu memanifestasi sebagai penyakit beta-thalassemia mayor atau intermedia.

Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :


Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak
mungkin mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia
mayor kepada anak-anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai
darah yang normal.

Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan,


sedangkan yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%)
kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassemia
trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka Thalassemia
mayor.
Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak
mereka mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga
memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia
mayor.

2.4. Klasifikasi

Secara molekuler talasemia dibedakan atas thalasemia dan , sedangkan secara klinis
dibedakan atas thalasemia mayor dan minor. Hemoglobin terdiri dari dua jenis rantai protein
rantai globin dan rantai globin. Jika masalah ada pada globin dari hemoglobin, hal ini
disebut talasemia . Jika masalah ada pada globin hal ini disebut talasemia . kedua bentuk
dan mempunyai bentuk dari ringan atau berat. Bentuk berat dari talasemia sering disebut
anemia CooleyS.
Talasemia
Empat gen dilibatkan di dalam membuat globin yang merupakan bagian dari
hemoglobin, Dua dari masing-masing orangtua.Talasemia terjadi dimana satu atau lebih
varian gen ini hilang.
- Orang dengan hanya satu gen mempengaruhi disebut silent carriers dan tidak punya
tanda penyakit.
- Orang dengan dua gen mempengaruhi disebut talasemia trait atau talasemia . akan
menderita anemia ringan dan kemungkinan menjadi carrier
- Orang dengan tiga gen yang yang dipengaruhi akan menderita anemia sedang sampai
anemia berat atau disebut penyakit hemoglobin H.
- Bayi dengan empat gen dipengaruhi disebut talasemia mayor atau hydrops fetalis.
Pada umumnya mati sebelum atau tidak lama sesudah kelahiran.
Jika kedua orang menderita talasemia trait ( carriers) memiliki seorang anak, bayi
bisa mempunyai suatu bentuk talasemia atau bisa sehat.

Hemoglobin
Jumlah
Genotip Presentasi Klinis Elektroforesis
gen
Saat lahir >6 bulan
/ 4 Normal Normal Normal
0-3% Hb
-/ 3 Silent Carier Normal
Barts
--/- Trait 2-10% Hb
2 Normal
-/- Thalasemia- barts
--/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb H
>75% Hb
--/-- 0 Hydrops fetalis -
Barts
Hb Barts = 4 Hb H = 4
Talasemia
Melibatkan dua gen didalam membuat globin yang merupakan bagian dari
hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. talasemia terjadi ketika satu atau
kedua gen mengalmi variasi.
- Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita anemia
ringan. Kondisi ini disebut thallasemia trait/ talasemia minor
- Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang (talasemia
intermedia atau anemia Cooleys yang ringan) atau anemia yang berat ( talasemia
utama, atau anemia Cooleys).
- Anemia Cooleys, atau talasemia mayor jarang terjadi. Suatu survei tahun 1993
ditemukan 518 pasien anemia Cooleys di Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka
mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi mungkin kebanyakan dari mereka tidak
terdiagnosis.

Jika dua orangtua dengan talasemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah
satu dari tiga hal dapat terjadi:
- Bayi bisa menerima dua gen normal ( satu dari masing-masing orangtua) dan
mempunyai darah normal ( 25 %).
- Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang talasemia
trait ( 50 persen). Bayi bisa menerima dua gen talasemia ( satu dari masing-masing
orangtua) dan menderita penyakit bentuk sedang sampai berat (25%).

Penamaan
Genetika
Klinis Genotip Penyakit
Molekuler
Nomenklatur

- Homozigot 0 -
1. - thalassemia Berat,
thalassemia (0/0) membutuhkan Jarang delesi gen
Thalassemia - Homozigot +- transfusi darah pada (0/0)
mayor thalassemia secara teratur
(+/+)
Defek pada
/
0 Berat, tetapi tidak transkripsi,
2. Thalassemia perlu transfusi pemrosesan, atau
intermedia +/+ darah teratur translasi mRNA
-globin

Asimtomatik,
0/ dengan anemia
3. Thalassemia ringan atau tanpa
minor +/ anemia; tampak
kelainan eritrosit
2.5. Patofifiologi

Patofisiologi Thalassemia
Pada thalassemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai globin
satu atau lebih rantai globin. Penurunan kecepatan sintesis salah satu jenis rantai globin (rantai-
atau rantai-) menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Bila pada keadaan
normal rantai globin yang disintesis seimbang antara rantai dan rantai , yakni berupa 22,
maka pada thalesemia 0 , dimana tidak disintesis sama sekali rantai , maka rantai globin
yang diproduksi berupa rantai yang berlebihan (4). Sedangkan pada thalesemia-0, dimana
tidak disintesis sama sekali rantai , maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai yang
berlebihan (4).
Patofisiologi thalassemia-
Pada thalesemia- , dimana terdapat penurunan produksi rantai , terjadi produksi
berlebihan rantai . Produksi rantai globin , dimana pasca kelahiran masih tetap diproduksi
rantai globin 22 (HBF), tidak mencukupi untuk menkompensasi defisiensi 22 (HbA). Hal
ini menunjukan bahwa produksi rantai globin dan rantai globin tidak pernah dapat
mencukupi untuk mengikat rantai yang berlebihan. Rantai yang berlebihan ini merupakan
ciri khas pada pathogenesis thaesemia-.
Rantai yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan
berpresipitasi pada prekursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor
dalam darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan prekursor eritroid
dalam eritropoesis yang tidak efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek.
Akibatnya, timbul anemia, anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong (drive)
proliferasi erotroid yang terus menerus (intens) dalam sumsum tulang yang infektif, sehingga
terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal dan
berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi
(exacerbated) dengan adanya hemodilusi akibat adanya hubungan langsung (shunting) darah
akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang
membesar makin banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian akan
dihancurkan oleh sistem fagosit. Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan
absorbsi dan muatan besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga mrnambah muatan besi.
Hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif dijaringan berbagai organ, yang
akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian bila besi ini tidak segera
dikeluarkan.
Hal yang terjadi Akibatnya/Manifestasinya
Mutasi primer terhadap produksi globin : Sintesis globin yang tidak seimbang

Rantai globin yang berlebihan terhadap


metabolism dan ketahanan terhadap (survival)
Anemia.
eritrosit

Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ


Anemia, splenomegaly, hepatomegali, dan kondisi
hiperkoagulabilitas.

Anemia terhadap fungsi organ


Produksi eritropoetin dan ekspansi sumsum tulang,
deformitas skeletal, gangguan metabolism, dan
perubahan adaptif fungsi kardiovaskular.

Muatan besi berlebih kerusakan jaringan hati,


endokrin, miokardium, kulit.
Metabolisme besi yang abnormal
Rentan terhadap infeksi spesifik.

Peningkatan kadar HbF; heterogenitas populasi sel


darah merah.
Sel seleksi
Variasi fenotip; khususnya melalui respons HbF

Modifiers genetik sekunder Variasi metabolisme bilirubin, besi, dan tulang

Muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang


dikeluarkan lewat darah, toksisitas obat
Variasi dari latar belakang genetik: respon terhadap
infeksi
Riwayat evolusioner
Faktor ekologi dan entologi

Patofisiologi thalassemia
Patofisiologi thalesemia pada umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalesemia- kecuali beberapa perbedaan ytama untuk delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin-
. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak berdampak pada fenotip.
Sedangkan thalesemia-2a- homozigot (-/-) atau thalesemia-1a heterozigot ( /- - )
memberi fenotip seperti thalesemia- carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin- memberikan
fenotip tingkat penyakit berat menengah (moderat), yang dikatakan sebagai HbH disease.
Sedangkan thalesemia-0, homozigot(--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-
Barts hydrops syndrome.
Kelainan dasar thalesemia- sama dengan thalesemia , yakni ketidakseimbangan
sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis
thalesemia ini.
Pertama, karena rantai- dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa (tidak
seperti thalesemia-). Maka thalesemia bermanifestasi pada masa fetus. Kedua, sifat- sifat
yang ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan rantai globin- dan yang disebabkan
oleh defek produksi rantai globin- sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi
berlebihan rantai- pada thalesemia-. Bila kelebihan rantai tersebut menyebabkan
presipitasi pada prekursel eritrosit, maka thalesemia menimbulkan tetramer yang larut
(soluble), yakni 4, Hb Barts dan 4.

Thalesemia- Thalesemia-
Mutasi Delesi gen umum terjadi Delesi gen umum jarang terjadi

Sifat-sifat globin yang Tertramer 4 atau 4 yang larut Agregat rantai yang idak larut
berlebihan
Pembentukan hemikrom Pembentukan hemikrom cepat
lambat
Band 4.1 teroksidas
Band 4.1. tidak teroksidasi
Interkasi kurang dari band 3
Terikat kepada band 3

Sel darah merah Hidrasi berlebihan


Dehidrasi
(overhydrated)
Kaku
Kaku (rigid)
Membrane tidak stabil
Membra hiperstabil
p50 menurun
p50 menurun
Terutama hemolitik
Anemia terutama diseritropoetik
Jarang
Perubahan tulang umum
Jarang
Besi berlebih umum

2.6. Manifestasi klinis

Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian
besar penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya anemia hemolitik. Pada bentuk yang
lebih berat, khususnya thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka
di kulit (ulkus/ borok), batu empedu, serta pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang
terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan
wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita
thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan
anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani
transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang
pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.
1. Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
- Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada transfusi darah.
- Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.

a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)


Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa
ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah berlebihan,
haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan
fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah.
Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila. Pertumbuhan gigi
biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung
masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu
keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai
umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat transfusi
darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan
kulit.

b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor, anemia
sedang (hemoglobin 7 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali,
eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa.

c. Thalasemia minor atau trait ( pembawa sifat)


Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk
heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.

2. Thalassemia-
a. Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta kardiomegali.
Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering disertai toksemia gravidarum,
perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang dapat membahayakan sang ibu.
HbH disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%, splenomegali, sumsum tulang
hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen-
pada kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-. Krisis hemolitik juga dapat
terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan oksidatif.

Thalassemia Trait/ Minor


Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik hipokrom.

Sindrom Silent Carrier Thalassemia


Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/ gen.

2.7.Pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang

Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT


Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, dan ukuran (size).
Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan jika iya,
jenis apa. Tes darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat besi dan feritin
tes). Sebuah tes darah yang mengukur jumlah berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis
hemoglobin). Hitung darah lengkap (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan
saudara kandung). Hasil menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering
mendiagnosa bentuk yang paling parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's.
Kadar Hb adalah 7 10 g/ dL. Pada sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom
mikrositik, anisositosis, dan poikilositosis (target cell)

Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA : 95% -98%
HbA2 : 2% - 3%
HbF : 0,8 % -2%
HbS : 0%
HbC : 0%
Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat. Pemeriksaan
pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan HbA2
meningkat (> 3,5% dari Hb total)

Mean Corpuscular Values ( MCV)


Pemeriksaan mean corpuscular values terdiri dari 3 jenis permeriksaan, yaitu Mean
Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration (MCHC). Untuk pemeriksaan ini diperlukan data mengenai kadar
Hb (g/dL), nilai hematokrit (%), dan hitung eritrosit (juta/uL).
Pemeriksaan Rontgen
Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan
trabekula tegak lurus pada korteks.

(Gambaran hair on end)


Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula
tampak jelas.
2.8. Diagnosis dan diagnosis banding

Diagnosis dan Diagnosis Banding Thalassemia


Untuk menegakkan diagnosis thalasemia diperlukan langkah sebagai berikut, seperti
yang digambarkan pada alogaritma dibawah ini.

Riwayat penyakit
(ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)

Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi)

Laboratorium darah dan sediaan apus


(hemoglobin, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah
tepi/termasuk badan inklusi dalam eritrosit darah tepi atau sumsum tulang,
dan presipitasi HbH)

Elektroforesis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada Ph 6-7 untuk HbH dan H
Barts

Penentuan HbA2 dan HbF


(untuk memastikan thalassemia )

Distribusi HbF Sintesis rantai globin Analisis struktural


intraseluler Hb varian (Misal Hb
Lepore)

Riwayat penderita dan keluarga sangat penting dalam mendiagnosis thalasemia, karena
pada populasi dengan ras dan etnik tertentu terdapat frekuensi yang tinggi jenis gen abnormal
thalasemia yang spesifik. Pemeriksaan fisik mengarahkan ke diagnosis thalasemia, bila
dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukan anemia, ikterus yang menunjukan hemolitik,
splenomegali yang menunjukan adanya penumpukan (poooling) sel abnormal, dan deformitas
skeletal, terutama pada thalasemia-, yang menunjukan ekspansi sumsum tulang, pada
thalasemia mayor.
Penderita sindrom thalasemia umumnya menunjukan anemia mikrositik hipokrom.
Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun, tetapi hitung jenis eritrosit biasanya secara
disproporsi relatif tinggi terhadap derajat anemia, yang menyebabkan MCV yang sangat
rendah. MCHC biasanya edikit menurun. Pada thalasemia mayor yang tidak diobati, relative
distribution width (RDW) meningkat karena anisositosis yang nyata. Namun pada thalasemia
minor RDW biasanya normal, hal ini membedakannya dengan anemia defisiensi besi. Pada
pewarnaan Wright eritrosit khas mikrositik dan hipokrom, kecuali pada fenotip pembawa sifat
tersembunyi. Pada thalasemia -heterozigot dan HBH disease, eritrosit mikrositik dengan
poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada thalasemia heterozigot terdapat
mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang poikilositosis. Pada thalasemia homozigot dan
heterozigot berganda , dapat ditemukan poikilostopsis yang ekstrim, termasuk sel target dan
eliptosit, dan juga polikromasia, basophilic stipping, dan nRBCs. Hitung retikulosit meningkat,
menunjukan sumsum tulang merespon proses hemolitik. Pada HBH disease, hitung retikulosit
dapat mencapai 10%. Pada thalasemia homozigot hitung retikulosit kurang lebih 5%; hal ini
secara tidak proporsional relatif rendah terhadap derajat anemia. Penyebabnya paling mungkin
akibat eritropoiesis infektif.
Sumsum tulang penderita thalassemia yang tidak diobati menunjukan hiperselularitas
yang nyata dengan hiperplasia eritroid yang ekstrim. Hemopoiesis ekstramedula terlihat
menonjol. Namun HbH disease kurang menunjukan hiperplasia eritroid. Sementara itu
thalassemia heterozigot hanya menunjukan hiperplasia eritroid ringan.
Eritrosit thalassemia yang mikrositik hipokrom memiliki fragilitas osmotik yang
menurun. Hal ini digunakan sebagai dasar dari variasi one-tube tes fragilitasosmotik sebagai
uji tapis pembawa sifat thalassemia pada populasi dimana thalassemia sering dijumpai. Namun,
tes ini tidak dapat membedakannya dengan anemia defisiensi besi, karena pada anemia
defisiensi besi ditemukan fragilitas osmotik yang menurun.
Pada thalassemia -minor (trait), HbH disease, dan thalassemia- pembawa sifat
tersembuyi (silent) tes pewarnaan brilliant chresyl blue untuk HbH inclusion dapat digunaka
untuk merangsang presipitasi HbH yang secara intrinsik tidak stabil. HbH inclusions
mempunyai ciri khas berupa materi (bodies) yang kecil, multipel, berbentuk iregular, berwarna
biru kehjauan, yang mirip bla golf atau buah raspberry. Materi ini biasanya merata dalam
eritrosit. Pada HbH disease, hampir seluruh eritrosit mengandung inclusions, sedangkan pada
thalassemia minor hanya sedikit eritrosit yang mengandung inclusions, sementara itu pada
thalassemia pembawa sifat tersembunyi inclusions ini jarang sekali ditemukan. Inclusions ini
berbeda dengan Henz bodies, dimana materi ini menunjukan ukuran yang lebih besar,
jumlahnya sedikit, dans ering letaknya ekstrinsik disepanjang membran eritrosit. Bila tidak
ditemukan HbH inclosions tidak berarti menghilangkan kemungkinan diagnosis thalassemia-
minor atau pembawa sifat tersembunyi. Untuk itu diperlukan metode pemeriksaan khusus.
Elektroforesis dengan selulosa asetat pada pH basa pentign untuk menapis diagnosis
hemoglobin H, Barts, Constrant Spring, Lepore, dan variasi lainnya. HbH dan Barts cepat
bergerak pada selulosa asetat pada ph basa tetapi pada pH asam hanya mereka merupakan
hemooglobin yang bermigrasi anodally. Peningkatan HbA2 dengan elektrofosesis hemoglobin
dapat dilakukan pada uji tapis thalassemia- minor, yang diukur dengan menggunakan
mikrohematografi, nilai HbA2 Peningkatan HbF yang ditamukan ada thalassemia-, HPFH
dan varian thalassemia- lainnya dapat dideteksi dengan juga dengan elektroforesis.
Prosedur khusus lainnya seperti tes rantai globin dan analisis DNA dikerjakan untuk
mengidentifikasi genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian, untuk
membedakan thalassemia- carrier dari thalassemia carrier, untuk mengidentifikasi gen
pembawa sifat tersembunyi atau melihat pola pewarisan keluarga dengan gen yang banyak.
Harus ditentukan apakah keuntungan uji lengkap ini melebihi biayanya.
Diagnosis Banding :

2.9.Tatalaksana

Pada penatalaksanan pada pasien harus melakukan pertimbangan aspek ekonomi,


sosial, dan budaya pasien. Untuk memberikan terapi senantiasa meminta persetujuan dari
pasien. Pada pasien anak tersebut dapat diberikan terapi:
- Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl. Sebelum melakukannya
perlu dilakukan pemeriksaan genotif pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit.
Transfusi PRC (packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
- Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk menentukan jenis
antibiotik yang digunakan perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut pada pasien.
- Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat transfusi. Khelasi besi
dapat berupa: desferoksamin diberikan injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin
(oral), Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll.
- Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas fungsional eritropoesis.
- Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250 mg/hari selama pemberian
khelasi besi
- Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit. Dosis 200-400 IU setiap hari.
- Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme.
- Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika
disetujui pasien hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5
tahun sehingga tidak terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat
splenektomi.
Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan dengan konsultasi
pra nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada pembawa gen thalassemia (trait),
amniosentris melihat komposisi kromosom atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada
rantai globin.

2.10. Prognosis
Tidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus penyakit Hb H
mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfusi darah atau splenektomi dan dapat
hidup biasa. Talasemia alfa 1 dan Talasemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada umumnya
juga mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Transplantasi
sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi hingga saat ini belum
mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di antara berbagai penyelidik
secara global.
Talasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia
dekade ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating
agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak terjangkau oleh
penduduk Negara berkembang). Di Negara maju dengan fasilitas transfuse yang cukup dan
perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai dekade ke 5 dan kualitas
hidup juga lebih baik.
3. Silent carrier: baik
4. Hydrops fetalis: buruk
4.1.HbH: ada yang baik dan ada yang buruk

2.11. pencegahan

Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu
menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah
merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari talasemia memang masih tergolong kecil
karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan donor dan biaya
- Penapisan (skrining) pembawa sifat thalassemia
- Konsultasi genetik (genetic counseling)
- Diagnosis prenatal.
Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara
prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi
diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui
penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini
diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu
program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan
tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di
negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang
tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang
dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di
negara berkembang daripada program prospektif.
Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi
belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang
keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan
retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak
thalssemia, dan sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan
yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil.
Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil
sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.
Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang
harus disampaikan kepada masyarakat, ialah :
(1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya;
(2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian;
(3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah
dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat
penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua
orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia.
Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat :
(1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia
(2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah
darah seperti zat besi
(3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.

Anda mungkin juga menyukai