Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI DALAM PENELITIAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian I

Oleh:

KELOMPOK III

Nama kelompok:
Agus Rizal
Sri Dharma Yunita

Dosen Pengampu

Mona Zulia Zulfa, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH BURHANUDDIN

(STIT- SB) PARIAMAN

T. A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan rasa syukur mendalam kehadirat Allah SWT, dengan
semua rahmat dan nikmat yang di berikan sehingga Insyaallah Makalah ini bisa
selesai dan tersusun sebagaimna mestinya. Shalawat dan salam senantiasa penulis
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW , karena semangat dakwah beliau
lah sehingga sampai saat ini semua manusia terkhusus umat muslim dari berbagai
daerah di seluruh dunia bisa merasakan dampak positif dari ajaran- ajaran yang telah
disampaikan serta dapat mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya untuk
membantu, memahami dan mengetahui lebih jelas mengenai teori dalam penelitian.

Dengan penuh kesadaran dan kekhilafan bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, dengan itu tentunya penyusun sadar. Olehnya demi mendapatkan hasil
yang paling baik, maka penyusun berharap kritik dan saran dari pembaca, juga
melalui kesempatan yang lebih banyak lagi mudah-mudahan penyusun dapat
melakukan revisi dalam perbaikan dan penyusunan kembali buku ini agar dapat di
sajikan dalam bentuk yang lebih sempurna

Terimakasih

Pariaman, 13 oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latarbelakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
Teori Dalam Penelitian ................................................................................................. 2
A. Pengertian dan Macam-macam Teori ............................................................. 2
1. Asumsi ........................................................................................................ 3
2. Konsep ........................................................................................................ 5
3. Konstruk...................................................................................................... 6
4. Proposisi...................................................................................................... 6
B. Teori yang Diperlukan dalam Penelitian dan Sumbernya .............................. 6
1. Teori deduktif hipotetis ............................................................................... 7
2. Teori Induktif-empiris................................................................................. 8
3. Teori spekulatif-empiris .............................................................................. 8
C. Hubungan teori dengan fakta dan masalah ..................................................... 9
BAB III ....................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Dalam penelitian kuantitatif penggunaan teori secara deduktif dan menempatkannya


di awal rencana penelitian. Tujuan penelitian kuantitatif adalah menguji atau
membuktikan sebuah teori, bukannya untuk mengembangkan teori. Oleh karena itu,
untuk memulai penelitian dengan mengajukan sebuah teori, mengumpulkan data
untuk mengujinya dan menguji ulang apakah teori tersebut diperkuat atau diperlemah
oleh hasil penelitian. Teori tersebut menjadi kerangka penelitian secara keseluruhan,
suatu model terorganisir pernyataan atau hipotesa penelitian dan prosedur
pengumpulan data.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Apakah teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian?


2. Bagaimanakah teori penelitian?

Dalam makalah ini akan dijelaskan:

1. Pengertian teori dan macam-macamnya


2. Teori yang diperlukan dalam penelitian dan sumbernya
3. Hubungan teori dengan fakta dan masalah

1
BAB II PEMBAHASAN

Teori Dalam Penelitian

A. Pengertian dan Macam-macam Teori


Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antarkonsep.1 Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori
menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.2
Menurut Kerlinger teori adalah sebagai serangkaian bagian (variabel), definisi
dan dalil yang saling berhubungan yang dihadirkan sebuah pandangan sistematis
tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.
Bentuk teori dapat berupa serangkaian hipotesa, pernyataan logis
jikamaka, atau model visual. Bentuk presentasi teori menunjukkan urutan sebab
musabab variabel-variabel. Hopkins menyajikan teorinya sebagai serangkaian
hipotesa.
Para ahli ilmu pengetahuan secara sistematis membangun teori dan
mengetesnya untuk mengetahui internal konsistensi dan aspek-aspek subjektifnya
dengan data-data empiris.3
Menurut Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada
empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.

1 Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra. Bandung, Yayasan Nuansa
Cendekia: 2004, h. 17

2 S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, Bandung, Jemmars: 1991, h. 4

3 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Malang:
UIN-Malang Press, 2008 h. 36

2
1. Asumsi
Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverifikasi secara
empiris.4 Dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya kita mengenal dua pendekatan
yang memengaruhi proses penelitian, mulai dari merumuskan permasalahan hingga
mengambil kesimpulan. Setiap pendekatan memiliki asumsi dasar yang berbeda.
Asumsi dasar yang ada di dalam pendekatan kuantitatif bertolak belakang dengan
asumsi dasar yang dikembangkan di dalam pendekatan kualitatif. Asumsi dasar inilah
yang memengaruhi pada perbedaan dari cara pandang peneliti terhadap sebuah
fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan.
Adapun asumsi dasar pendekatan kuantitatif , yaitu:5

a. Asumsi Dasar Ontologi (Hakikat Dasar Gejala Sosial)


Gejala sosial dikatakan sebagai sesuatu gejala yang real, yang dapat diungkap
dengan menggunakan indra manusia. Karena suatu gejala adalah real, bisa terjadi
kesepakatan di antara individu-individu yang ada di sekitarnya, dan suatu ketika
gejala tersebut menjadi sebuah fenomena yang sifatnya universal dan diakui oleh
orang banyak.

b. Asumsi Dasar Epistemologi (Hakikat Dasar Ilmu Pengetahuan)


Suatu gejala adalah nyata. Karena gejala itu sifatnya nyata, gejala yang ada
bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa ditangtkap dengan menggunakan indra. Dengan
demikian, kita bisa membuat perbedaan bantara yang satu dengan yang lain.
Epistemologi mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

c. Keterkaitan antara ilmu dengan nilai


Ilmu pengetahuan berpendirian bahwa tahu lebih baik dari tidak tahu
tentang apa pun. Pengetahuan yang diperoleh harus disebarluaskan dan menjadi milik
umum dan tidak boleh dirahasiakan atau menjadi milik pribadi atau kelompok.

4 Kinayati, Op. Cit., h 20

5 Bambang Prasetyo, & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada: 2006 h.28

3
Karena pendirian bahwa tahu lebih baik daripada tidak tahu maka ilmu
pengetahuan memerlukan kebebasan penuh untuk mengadakan penelitian. Kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan akan terhalang bila ada tekanan sosial politik yang
menghambat atau mengekang kebebasan itu.
Jadi sebagai nila-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan dapat kita
sebut: kejujuran, kesediaan mengakui yang salah, mengutamakan kebenaran di atas
harga diri, untuk dipersembahkan kepada umu, tanpa keuntungan pribadi, kebebasan
dalam meneliti dan menyebarkan ilmu agar manusia lebih banyak tahu tentang
dirinya dan dunia tempat ia hidup.
S. Nasution menambahkan bahwa ada kemungkinan nilai-nilai ilmu
pengetahuan itu bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat. Pada hakikatnya ilmu
pengetahuan mencari kebenaran dengan data empiris. Nilai-nilai masyarakat yang
didasarkan atas takhayul, tradisi atau prasangka dibantah oleh hasil penelitian ilmiah.
Individu adalah seorang yang bebas nilai. Bebas nilai dapat diartikan bahwa
indidvidu tidak dipengaruhhi oleh nilai-nilai yang ada di antara orang-orang yang
sedang diteliti. Bebas nilai karena individu telah memiliki seperangkat nilai yang ia
gunakan untuk meneliti orang-orang tersebut. Nilai yang ia bawa dan gunakan adalah
nilai-nilai yang sifatnya universal. Dengan sifat yang universal itu, individu
berasumsi bahwa orang-orang yang akan ia teliti memiliki nilai-nilai yang sama
dengan nilai-nilai yang ia bawa.
1) Keterkaitan ilmu dengan akal sehat
Segala sesuatu yang diperoleh dengan menggunakan cara yang ilmiah atau
yang kita kenal sebagai ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang lebih baik
dibandingkan dengan akal sehat belaka. Dengan demikian, pada saatnya nanti
ilmu akan menggantikan akal sehat
2) Metodologi

4
Logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses pembentukan ide dan
gagasan diberlakukan secara ketat dengan memakai prinsip nomotetik dan
menggunakan pola deduktif.6
3) Hakikat dasar manusia
Dengan adanya pola yang bersifat universal, pada gilirannya manusia
sersungguhnya diatur dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia
dipengaruhi oleh lingkungan, manusia bukan merupakan individu yang bebas.
Dalam kenyataan hidup kita sehari-hari, kita pasti mengalami bahwa dalam
setiap tindakan, perkataan, serta perilaku kita diatur oleh sebuah hukum yang
universal.
4) Aksiologi (Tujuan dilakukannya sebuah penelitian)
Tujuan dilakukannya sebuah penelitian adalah dalam upaya untuk
menemukan hukum universal dan mencoba menjelaskan mengapa suatu gejala
atau fenomena terjadi, dengan mengaitkan antara gejala atau fenomena yang
satu dengan gejala atau fenomena yang lain.

2. Konsep
Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan
suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.7 Bailey (1982)
menyebutkan sebagai persepsi (mental Image). Atau abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus.
Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian
yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di
dalam mendesain instrument penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar
masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau
pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian
variable, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud

6 Bambanng Prasetyo, & Lina Miftahul Jannah, Op. Cit. h. 31


7 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor, Ghalia Indonesia: 2002 h. 17

5
penelitiannya kali ini. Lebih konkrit, konsep adalah generalisasi dari sekelompok
fenomena yang sama8
Dalam membangun konsep ada dua desain yang perlu diperhatikan, yaitu
generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh
prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris. Abstraksi
yaitu cakupan ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan.

3. Konstruk
Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diamati langsung seperti
pemecahan masalah. Konsep seperti ini lebih tinggi tarafnya daripada abstraksi yang
ciri-cirinya dapat diamati langsung. Jadi konstruk adalah konsep sedangkan tidak
semua konstruk adalah konsep.9 Menjadikan konstruk yang dapat kita ukur disebut
operasionalisasi. Kata kerjanya mengoperasionalisasikan.

4. Proposisi
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.

B. Teori yang Diperlukan dalam Penelitian dan Sumbernya

Deduksi

Hipotesis Alam konkrit

Pengujian/Penelitian Alam Abstrak

Fakta Pengetahuan

Induksi

8 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Kencana: 2008 h. 57

9 Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati. Op. Cit. h.18-19

6
Mengikuti proses terbentuknya ilmu pengetahuan seperti yang digambarkan
dengan lingkaran/bagan di atas, dapat kita mengerti bahwa makin sering diuji dengan
data (riset), maka derajat pengetahuannya makin tinggi. Dan apabila pengujiannya
dengan data-data tersebut dilakukan dengan mengunakan prosedur ilmiah, maka
pengetahuan yang diperoleh merupakan pengetahuan ilmiah yang disebut Science-
Ilmu pengetahuan. Science inilah yang kemudian menelorkan teori ilmiah, The
basic aim of science is theory.10
Dilihat dari proses hubungan antara teori dan riset, maka teori yang disusun dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu

1. Teori deduktif hipotetis


Teori ini umumnya terdiri atas seperangkat hipotesis yang kemudian membentuk
suatu system deduktif. Artinya teori ini tersusun dari seperangkat proposisi hipotesis,
kemudian dari hipotesis-hipotesis yang lebih tinggi ditarik serangkaian deduksi
secara logis. Bila disusun bagannya adalah sebagai berikut:11

Dalam proses ini, ternyata penelitian empiris tidak ikut berperan. Teori sepenuhnya
disusun berdasarkan renungan atau spekulasi tanpa didasari oleh data empiris.

10 Fred N. Kerlinger, 1973: 8 dalam Moh. Kasiram. Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan dan Penguasaan
Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press, 2008 h. 42

11 Moh. Kasiram, Op. Cit. h. 43

7
2. Teori Induktif-empiris
Teori ini disusun atas dasar data empiris. Dengan mendeskripsi dan menganalisis data
empiris, kita dapat menyusun konsep-konsep dan hipotesis-hipotesis, yang kemudian
bisa muncul teori sebagai penjelasan dari data-data empiris tersebut. Bila digambar
bagannya adalah sebagai berikut:

Data

Teori Deskriptif Data

Hipotesis yang
berdasarkan Konsepsi
fakta

Dalam penyusunan teori yang macam kedua ini, penelitian justru menduduki tempat
yang menentukan. Dalam hal ini justru data hasil penelitian menjadi sumber pokok
penyususunan teori.

3. Teori spekulatif-empiris
Teori ini disusun atas dasar pengetahuan umum atau ilmu pengetahuan yang ada.
Dengan cara deduktif disusunlah hipotesis-hipotesis. Kemudian hipotesis-hipotesis
itu diuji dengan data-data empiris. Dari hasil pengujian inilah yang kemudian muncul
suatu teori. Bagannya adalah sebagai berikut:

Teori

Data Konsepsi

Hipotesis

Kedudukan riset dalam teori yang macam ketiga inilah yang member peluang besart
berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
menemukan ilmu yang baru atau mengembangkan ilmu yang sudah ada atau menguji

8
kebenaran ilmu yang sudah ada.12 Pencapaian tujuan riset inilah yang
memperkembangkan ilmu pengetahuan.

C. Hubungan teori dengan fakta dan masalah


Science mempunyai konsep tersendiri tentang teori dan fakta serta hubungan antara
keduanya. Fakta adalah hasil observasi yang dapat dibuktikan secara empiris. Teori
menunjukan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk
yang sistematis sehingga dapat dipahami. Fakta tidak dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan jika dikumpulkan tanpa system. System disusun berdasarkan teori.
Tanpa system, tanpa teori, science tidak dapat mengadakan ramalan atau prediksi
tentang apa yang akan terjadi dalam kondisi tertentu (jika, maka). Jadi fakta
dalam ilmu pengetahuan adalah hasil observasi, bukan secara acakan, akan tetapi
relevan dan bertalian dengan teori. Maka karena itu teori dan fakta saling
berhubungan. Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi berkat interaksi antara fakta
dan teori.
Teori merupakan alat science yang penting sekali. Fungsinya antara lain:
1) Teori mengarahkan perhatian. Teori member orientasi atau arah kepada
penelitian dan dengan demikian membatasi fakta-fakta yang harus
dikumpulkan dan dipelajari dari dunia kenyataan yang luas. Tiap ilmu
pengetahuan dan tiap spesialisasi membatasi gejala-gejala bidang
penelitiannya sehingga dapat dikuasai. Teori dapat membantu menentukan
fakta-fakta mana yang relevan bagi suatu penelitian.
2) Teori merangkum pengetahuan. Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk
generalisasi dan prinsip-prinsip, sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami
dalam rangka generalisasi itu. Teori juga mencoba melihat hubungan antara
generalisasi-generalisasi yang serba kompleks dengan membentuk sistem-
sistem pemikiran ilmiah.
3) Teori meramalkan fakta. Dengan teori dicoba meramalkan kejadian yang akan
dating dengan mempelajari kondisi-kondisi yang menuju kepada kejadian itu.

12 Hadi, 1980: 3 dalam Moh. Kasiram, Op. Cit h. 44

9
Teknologi di dunia barat dan perkembangan industry menimbulkan urbanisasi
dan gejala ini merenggangkan hubungan kekeluargaan tradisional. Majunya
teknologi modern di Negara-negara yang berkembang diramalkan akan
menimbulkan hal-hal yang bersamaan. Namun ilmu-ilmu sosial belum cukup
berkembang untuk mengadakan ramalan atau prediksi seperti yang dapat
dilakukan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam.
Sedangkan peranan atau fungsi fakta antara lain:
Fakta dapat merupakan alas an untuk menolak teori yang ada. Tiap teori harus
cocok dengan fakta. Bila fakta tidak sesuai dengan teori yang berlaku, maka teori itu
harus ditolak atau dirumuskan kembali dengan memhitungkan fakta yang tadinya
belum tercakup oleh teori itu.
Fakta menyebabkan lahirnya teori baru. Ada kalanya suatu fakta yang
diamatai secara kebetulan menimbulkan teori baru seperti penemuan
penisilin. Kadang-kadang fakta-fakta yang biasa, dipandang dari segi
baru, misalnya mimpi dari segi pandangan Freud.
Fakta dapat juga memberi dorongan untuk mempertajam atau
memperluas rumusan teori yang telah ada.
Dalam penelitian masalah memegang peranan utama. Tanpa masalah tak ada
penelitian. Masalah adalah jiwa penelitian.
Masalah mendorong untuk berfikir, menyelidiki agar menemukan makna
sesuatu. Masalah harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga merangsang untuk
berfikir. Masalah penelitian harus mendorong pemahaman yang lebih mendalam,
lebih fundamental, prinsipil dan kausal, seperti Apa sebab alat peraga
mempengaruhi proses belajar.
Dalam thesis dan disertasi peneliti sering panjang lebar bicara tentang latar
belakang masalah, sedangkan masalah hanya disebut dalam beberapa kalimat. Justru
masalah yang perlu mendapat pemikiran yang banyak agar kita pahami seluk
beluknya

10
S. Nasuition mengatakan:13
Dalam pengalaman kami selama membimbing penulisan thesis dan disertai kami
lihat berulang kali bahwa bagian Latar Belakang M<asalah sering disalahgunakan
untuk omong panjang lebar, ada kalanya sampai 20-30 halaman. Uraiannya tak
jelas ujung pangkalnya karena tidak terikat oleh rumusan masalahnya, sehingga
penelitian merasa bebas untuk bicara sesuka hatinya saja. Masalahnya sendiri baru
dirumuskan setelah beberapa puluh halaman. Maka krarena itu kami anjurkan agar
Latar Belakang Masalah ditulis setelah masalah dirumuskan
Maksud Latar Belakang Masalah yang utama adalah menjelaskan bahwa
masalah yang kita pilih memang suatu masalah, bahkan suatu masalah yang sedang
dihadapi dalam masyarakat jadi bukan masalah yang dibuat-buat saja yang tak ada
relevansinya dengan kehidupan masyarakat. Ada kriteria ilmiah yang perlu
diperhatikan, yang pada pokoknya mensyaratkan agar masalah penelitian itu member
sumbangan kepada perkembangan pengetahuan antara lain:
1) Masalah itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang pokok
2) Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas cara-cara mentest
suatu teori
3) Masalah itu memberikan sumbangan kepada pengembangan metodologi
penelitian denganm menemukan alat, teknik, atau metode baru
4) Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep, teori, atau data dan
teknik dari disiplin-disiplin yang bertalian
5) Masalah hendaknya dituangkank dalam disain yang cermat dengan uraian
yang teliti mengenai variabel-variabelnya serta mengfgunakan metode-metode
yang paling serasi.

13 S. Nasution, Op. Cit. h. 19

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, dan proposisi untuk


menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antarkonsep.
2. Menurut Kerlinger teori adalah sebagai serangkaian bagian (variabel), definisi
dan dalil yang saling berhubungan yang dihadirkan sebuah pandangan
sistematis tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel,
dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
3. Menurut Hopkins teori adalah sebagai serangkaian hipotesa.
4. Menurut Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada
empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
5. Ada tiga teori yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Teori deduktif hipotesis
2. Teori induktif-empiris
3. Teori spekulatif-empiris
4. Antara teori, fakta, dan masalah mempunyai hubungan yang sangat
erat. Teori yang tidak sesuai dengan fakta, berarti penelitian tidak
bersifat ilmiah. Begitu juga dengan masalah yang tidak teoritis dan
factual akan sulit untuk dipertanggungjawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2008

Djojosuroto, Kinayati, & M.L.A. Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa &


Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004

Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,


Bogor: Ghalia Indonesia, 2002

Kasiram, Moh., Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan dan Penguasaan


Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press, 2008

Prasetyo, Bambang, & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori
dan Aplikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006

S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, Bandung: Jemmars, 1991

13

Anda mungkin juga menyukai