Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan respon normal yang sering terjadi dan dialami semua

orang ketika menghadapi sesuatu yang dianggap mengancam dan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini diperparah apabila orang tersebut pernah

mengalami trauma sebelumnya dan dapat berpengaruh terhadap perawatan dimasa

yang akan datang. Kecemasan sering ditandai dengan gejala perasaan yang tidak

enak, tidak berdaya, dan serangkaian reaksi emosional negatif lainnya, seperti

frustasi, ketakutan, kemarahan, penarikan diri dan depresi. Untuk melakukan

pengukuran tingkat kecemasan seeorang perlu dilakukan penilaian dan pemeriksaan

baik secara fisiologi, emosional dan kognitif dari pasien seperti adanya tanda-tanda

fisiologi, yang timbul ditandai dengan meningkatnya denyut nadi atau berkeringat

(Pusparatri, 2015). Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi dan kondisi, salah

satunya ialah kecemasan dental.

Kecemasan dental merupakan suatu kecenderungan merasakan cemas

terhadap perawatan gigi dan mulut (Koch dan Poulsen, 2003). Seseorang yang belum

pernah berpengalaman terhadap perwatan gigi lebih cenderung timbulnya rasa cemas

diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu mendengarkan pengalaman orang


2

lain juga bisa disebabkan seseorang tersebut takut terhadap alat-alat kedokteran gigi,

juga bisa pertama kalinya seseorang tersebut melakukan perawatan gigi maupun

mengalami trauma perawatan gigi sebelumnya. Kecemasan dental banyak dialami

setiap orang baik orang dewasa maupun anak-anak (Elvira, 2013).

Pada pasien anak kecemasan ini menjadi hal yang wajar dikarenakan dengan

situasi yang dihadapinya merupakan suatu hal yang baru, sedangkan pasien dewasa

dapat terjadi berdasarkan pengalaman perawatan gigi sebelumnya yang dapat

mempengaruhi kecemasan ataupun menyebabkan trauma berdasarkan pengalaman

kecemasan dental masa kanak-kanak (Hmud dan Walsh, 2013).

Kecemasan dental anak merupakan hambatan bagi pasien anak dalam

perawatan gigi, kecemasan pada pasien anak telah diakui sebagai masalah selama

bertahun-tahun yang menyebabkan anak sering menunda dan menolak untuk

melakukan perawatan gigi. Di seluruh dunia tingkat kecemasan pada perawatan gigi

tinggi yaitu mencapai 6-15 % dari seluruh populasi. Namun cukup beragam di

berbagai belahan dunia dan pada populasi sampel yang berbeda. Penelitian Fransiskus

(2008) di Australia menyatakan bahwa diantaranya berkisar 50 % hingga 80 % dari

seluruh kasus penyakit yang terjadi berkaitan secara langsung dengan kecemasan.

Anak merasa cemas terhadap perawatan gigi lebih cenderung menghindar untuk

dilakukan perawatan dan tidak kooperatif.

Hal ini berpengaruh terhadap prosedur dalam menjalani perawatan gigi karena

pasien menjadi tidak kooperatif. Penanganan untuk mengatasi kecemasan anak dapat

diakukan melalui pendekatan komunikasi, seperti modeling, tell show do dan


3

distraksi (Soeparmin dkk, 2004). Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap

perawatan gigi begitu banyak metode pengukuran untuk perawatan gigi salah satunya

metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS).

Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah salah satu metode alat

pengukuran kecemasan yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan

seseorang. Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) dikembangkan untuk mengukur

stress atau keadaan psikologis. Metode ini dikembangkan oleh Corah dan Pantera

pada tahun1968. Metode ini dapat mengukur tingkat kecemasan terhadap perawatan

gigi pada anak usia 5-15 tahun. Metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) ini

menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang. Metode

pengukuran ini mempunyai 4 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 5

jawaban alternatif. Jumlah nilai Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar 4-20,

diantaranya CDAS 4-8 dikategorikan rasa cemas ringan, CDAS 9-12 dikategorikan

rasa cemas sedang dan CDAS 13-20 dikategorikan rasa cemas tinggi (Corah dan

Pantera 1968).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengukur tingkat kecemasan

anak terhadap perawatan gigi dengan metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) di

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang. Sehingga dapat mengetahui

tingkat kecemasan anak dalam perawatan gigi dengan metode ini dengan harapan

memudahkan dalam menilai tingkat kecemasan anak tersebut.


4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat kecemasan pada anak terhadap perawatan gigi dengan metode

Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah

Padang

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak dengan metode Corah

Dental Anxiety Scale (CDAS) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan peneletian ini diantaranya, yaitu :

1. Secara umum dapat mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi

dengan metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS).

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumber informasi terkhusus di

kalangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang.

3. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian seterusnya yang berkaitan dengan

tingkatan kecemasan terhadap perawatan gigi.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan Dental

2.1.1 Definisi

Kecemasan dental merupakan faktor utama menyebabkan permasalahan yang

signifikan dalam menajemen pasien, dengan pasien merasa cemas lebih mungkin

menghindari maupun merasa khawatir, takut, gelisah, dan sebagainya untuk

dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi. Berdasarkan penjelasan Balaji dalam Textbook

of Oral and Maxillofacial Surgery dalam pemeriksaan subyektif yang dilakukan

terhadap pasien, keluhan utama pasien adalah rasa sakit (Balaji, 2007).

Kecemasan dental merupakan suatu kecenderungan merasakan cemas

terhadap perawatan gigi dan mulut (Koch dan Poulsen, 2003). Kecemasan dental

menduduki peringkat kelima diantara beberapa situasi kecemasan secara umum.

Mengingat prevalesinya yang tinggi, pasien dengan kecemasan dental seringkali

menghindari kunjungan ke dokter gigi. Hanya sedikit pasien yang memiliki tingkat

kecemasan yang rendah terhadap perawatan gigi

Prevalensi di seluruh dunia kecemasan pada perawatan gigi tinggi yaitu

mencapai 6-15 % dari seluruh populasi, namun cukup bervariasi diberbagai bagian

dunia dan pada populasi sampel yang berbeda.Menurut penelitian bahwasanya


6

menyatakan antara 50 % hingga 80 % dari seluruh kasus penyakit yang terjadi

berkaitan secara langsung dengan kecemasan (Fransiskus 2008).

2.1.2 Ciri-ciri dan Gejala Kecemasan Dental

Kecemasan dapat didefinisikan yaitu dimana kondisi emosional yang tidak

menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subyektif misalnya seperti

ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya system syaraf

pusat. Pada dasarnya gejala-gejala kecemasan dapat terilihat dari beberapa faktor

diantaranya yaitu gejala yang bersifat fisik dan gejala yang bersifat mental. Gejala-

gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : merasa sakit perut, pusing,

hiperhidrosis (keringat berlebih), hiperrefleksia (reflek otot), palpitasi (perasaan

berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur), gelisah, sinkop (pingsan),

takikardia (kecepatan denyut jantung yang abnormal), tremor (gemetar), frekuensi,

hesitensi, dan urgensi uri (dorongan mendesak yang mendadak untuk berkemih)

(Sadock & Sadock, 2010).

2.1.3 Faktor Penyebab Kecemasan Dental

Faktor penyebab dari kecemasan dental dapat dibagikan menjadi 3 kelompok

besar, yaitu diantaranya faktor personal, faktor eksternal, dan faktor dental. Faktor

personal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan yang berasal dari

orang itu sendiri yang terdiri usia, jenis kelamin, dan temperamen. Faktor eksternal

merupakan hal-hal yang mempegaruhi kecemasan seseorang dan berasal dari

lingkungan disekitar orang tersebut, latar belakang etnik keluarga, serta pola asuh dan

peran anak di lingkungan sosial. Faktor dental merupakan hal yang menyebabkan
7

kecemasan yang disebabkan oleh tindakan perawatan yang menimbulkan rasa sakit

dan perilaku dokter gigi beserta tim dental lainnya (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg

dan Raadl, 2003).

1. Faktor Personal

Pada diri setiap manusia terdapat kecenderungan temperamen yang berbeda,

beberapa kecenderungan dari temperamen diantaranya sifat malu dan emosi negative

yaitu memberontak. Dua temperamen tersebut telah diasosiakan dengan rasa cemas

dan takut terhadap perawatan dental (Koch dkk., 1999 cit. Klingberg dan Raadal,

2003).

Faktor personal lainnya yang memepengaruhi terhadap kecemasan dental

adalah jenis kelamin, Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan,

Trismiati (2004) mengatakan bahwa perempuan lebih secara umum lebih banyak

mengalami cemas jika dibandingkan dengan laki-laki. Wong juga menyatakan anak

perempuan lebih cenderung mengeksperiskan ketakutan yang lebih banyak dan lebih

kuat jika dibandingkan dengan anak laki-laki.

Selain itu usia juga dikategorikan sangat berpengaruh terhadap kecemasan

dental. Hasil penelitian menyatakan kelompok usia yang lebih muda lebih tinggi

tingkat kecemasannya jika dibandingkan kelompok anak yang usia lebih tua, hal ini

disebabkan belum bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa takut dan cemas

(Simon, 2014).
8

2. Faktor Eksternal

Pada situasi sosial anak sangatlah penting, kelompok dengan kategori sosial

ekonomi rendah memperlihatkan tingginya prevalensi kecemasan dental dan masalah

perilaku (Koch dkk., 1991 cit. Klienberg dan Raadal, 2003). Faktor eksternal lainnya

yang dapat berpengaruh, yaitu sebagai berikut:

a. Sikap orang tua terhadap perawatan dental

Rasa cemas terhadap orang tua seseorang anak dapat mempengaruhi kecemasan

dental pada anak-anak tersebut. Orang tua yang cemas terhadap perawatan dental

anaknya contohnya seperti menanyakan keperluan injeksi atau perawatan restoratif.

Pada saat tersebut orang tua yang takut pada perawatan dental dapat menjadikan

model yang kuat bagi kecemasan dental anaknya. Jadi, orang tua dengan kecemasan

terhadap perawatan dental cenderung memiliki anak yang cemas demikian pula

(Chadwick,2003).

b. Pengalaman medis dan dental pada anak

Anak yang tidak kooperatif atau cemas selama kunjungan dental terkait dengan

pengalaman yang traumatik atau prosedur dental yang menyakitkan di masa laulu.

Namun, tidak semua pasien yang mendapat nyeri atau rasa sakit selama perawatan

dental mejadi cemas (Chadwick, 2003).

c. Pengalaman dental dari teman, kerabat dan sebagainya

Banyaknya dari kalangan orang yang belum mendapatkan perawatan dental akan

tetapi telah merasakan sangat cemas dan merasakan kekhawatiran akan terjadi

sesuatu yang tidak diinginkan terhadapnya. Hal ini disebabkan anak mendapatkan
9

dental fear melalui pembelajaran sosial dari saudara kandung, kerabat, kenalan,

maupun teman (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg dan Raadal, 2003).

d. Jenis Persiapan yang dilakukan di rumah sebelum perawatan dental

3. Faktor Dental

Dari beberapa faktor penyebab kecemasan dental, faktor dental salah satu

penyebab kecemasan dan masalah perilaku yang disebabkan pada saat perawatan gigi

adalah rasa sakit yang ditimbulkan dari perawatan tersebut. Rasa sakit diartikan

sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang disebabkan karena adanya

kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Penting diketahui bahwa sensasi

tidak harus disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga dapat disebabkan oleh

pada kondisi seperti suara bur dan jarum. Hal ini disebabkan karena secara normal

rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk melindungi tubuh dari

kerusakan jaringan, sementara perilaku tidak kooperatif ialah reaksi yang wajar saat

anak merasakan sakit atau ketidaknyamanan (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg dan

Raadal, 2003).

Situasi dan kondisi praktik dental juga dapat mempengaruhi kecemasan dental.

Pada saat pasien untuk dilakukan perawatan, kecemasan muncul dan tingkat

kecamasannya meningkat jika pasien duduk diruang tunggu untuk beberapa waktu.

Saat pasien dibawakan pada ruang atau tempat dilakukannya praktik dental, pasien

dihadapkan pada stimuli sensori yang dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman.

Stimuli ini antara lain :


10

a. Lampu yang terang

b. Instrument-instrument dental

c. Bau medikasi yang tidak mengenakkan

d. Bunyi-bunyi instrument termasuk suara bur

Banyaknya stimuli sensori yang menyebabkan perasaaan tidak

menyenangkan, hal ini merupakan kecamasan dental yang dapat mempengaruhi

dalam proses perawatan dental. Diantara stimuli sensori tersebut, ditambah

komunikasi yang buruk dari dokter gigi maupun tim medis lainnya akan menambah

kecemasan pada pasien (Sharma. 1976 cit. Hertanto, 2008).

2.2 Kecemasan Dental Pada Anak

Kecemasan dental dialami setiap individu baik orang dewasa, remeja,

maupun anak-anak. Menurut Kent (1991) dan Eli (1992) ditemukan kecemasan dental

seseorang biasanya dimulai dari masa anak-anak. Kecemasan dental berawal

semenjak masa kanak-kanak, kemudian memuncak pada awal masa dewasa dan

menurun secara perlahan dengan seiringnya faktor usia.

2.2.1 Klarifikasi Kecemasan Dental Pada Anak

Kecemasan dental pada anak merupakan kecemesan yang timbul semenjak

dari masa kanak-kanak yang menjadi suatu hambatan terbesar dalam melakukan

perawatan dental yang optimal. Kecemasan pada ank-anak telah diakui sebagai

masalah selama bertahun-tahun yang menyebabkan anak sering menunda dan

menolak untuk melakukan perawatan. Penundaan terhadap perawatan dapat


11

mengakibatkan bertambah parahnya tingkat kesehatan mulut dan menambah

kecemasan pasien anak untuk berkunjung ke dokter gigi. Diberbagai belahan dunia,

tingkat kecamasan dental tinggi yang mencapai 6-15 % dari seluruh populasi, akan

tetapi cukup bervariasi di berbagai bagian belahan dunia dan pada populasi sampel

yang berbeda. Penyebab dari fenomena ini pun bersifat multifaktorial, salah satunya

usia (Hertanto, 2008).

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Dental Pada Anak

Adapun faktor penyebab dari kecemasan dental pada anak tidak jauh

berbeda dengan faktor penyebab kecemasan dental umumnya. Namun terdapat

peningkatan atau perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan seiring dengan

bertambahnya usia.

Pada usia 6-7 tahun ialah periode dimana ditemukan kecemasan dental

tertinggi pada perawatan dental. Anak usia dari 8-9 tahun paling banyak mengalami

kecemasan dental yang tidak kooperatif selama perawatan. Dan pada anak berusia

diantara berusia 4-14 melaporkan ketakutan spesifik dri dokter gigi, dengan peringkat

tertinggi dengan ketakutan terhadap injeksi dan pengeburan (Catherine, 2004).

Winner (1982) cit. Hertanto (2008) mengemukakan pendapat berbeda.

Dengan kesimpulan ada indikasi bertambahnya kecemasan dental anak seiring

bertambahnya usia, khususnya setelah usia 7-8 tahun. Kemudian naik secara

signifikan pada usia 9-12 tahun. Ia menyatakan hal ini berkaitan dengan

perkembangan fisiologis dan psikologis.


12

2.3 Corah Dental Anxiety Scale

Corah dental anxiety scale ini adalah merupakan salah satu skala

pengukuran pada kecemasan. Ada banyak macam-macam dari alat pengukuran

kecemasan seseorang diantaranya seperti The Venham Picture Test (VPT), Behavior

Profile Rating Scale, Venham Anxiety and Behavior Rating Scales, Childrens Fear

Survey Schedule Dental Subscale (CFSS-DS), Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS), Modified Dental Anxiety Scale (MDAS), Kleinknechts Dental Fear

Scale (KDFS), Stouthards Dental Anxiety Inventory (SDAI), Corah Dental Anxiety

Scale (CDAS) dan alat ukur kecemasan lainnya. Pada penelitian ini menggunakan

alat ukur skala Corah Dental Anxiety Scale (CDAS).

Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) merupakan skala yang menunjukan 4

reaksi yang berbeda dalam situasi atau prosedur yang ditemukan di klinik gigi.

Adapun keempat situasi yang digambarkan dalam skala pengukuran ini adalah : 1)

sebelum datang ke praktik dokter gigi ; 2) saat menunggu perawatan; 3) saat duduk di

dental unit; 4) saat menjalani perawatan.

Metode ini dikembangkan oleh Corah dan Pantera pada tahun 1968. Metode

ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi pada

anak usia 5-15 tahun. Metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) ini menggunakan

kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang. Metode pengukuran ini

mempunyai 4 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 5 jawaban alternatif.

Dimana setiap pilihan jawaban memiliki skor tertentu, yaitu :


13

1. Pilihan jawaban A dengan nilai skor 1

2. Pilihan jawaban B dengan nilai skor 2

3. Pilihan jawaban C dengan nilai skor 3

4. Pilihan jawaban D dengan nilai skor 4

5. Pilihan jawaban E dengan nilai skor 5

Dengan keterangan 5 jawaban alternatif dari metode pengukuran Corah

Dental Anxiety Scale (CDAS) dengan keterangan pilihan A = menunjukkan pasien

santai ataupun tenang, B = menunjukkan pasien sedikit merasa khawatir, C =

menunjukkan pasien mengalami tegang, D = menunjukkan pasien mengalami cemas,

E = menunjukkan pasien dalam kondisi tingkat maksimum dari kecemasan dental.

Jumlah nilai dari metode pengukuran Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar

4-20, yaitu dengan keterangan sebagai berikut :

1. CDAS 4-8 dikategorikan pasien dengan rasa cemas ringan

2. CDAS 9-12 dikategorikan pasien dengan rasa cemas sedang

3. CDAS 13-20 dikategorikan pasien dengan rasa cemas tinggi


14

2.4 Kerangka Konsep

Diagram 1. Kerangka Konsep

Kecemasan Dental

Etiologi Gejala Metode Pengukuran

The Venham Picture Test

Behavior Profile Rating Scale

Venham Anxiety and Behavior


Rating Scales

Childrens Fear Survey


Schedule Dental Subscale

Hamilton Anxiety Rating Scale

Modified Dental Anxiety Scale

Kleinknechts Dental Fear Scale

Stouthards Dental Anxiety


Tingkat Kecemasan Inventory
Dental Pada Anak Corah Dental Anxiety Scale
15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik

yang bersifat cross sectional, yang dimaksudkan pengambilan data primer dengan

mewawancari beserta pembagian lembaran kuesioner pada responden. Pada

penelitian ini variabel dependen dan variabel independen terjadi pada objek penelitian

diukur dan dikumpulkan dalam waktu bersamaan dan dilaksanakan pada saat situasi

yang sama.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan... tahun 2017.

3.2.2 Tempat Penelitian

Dilaksanakannya penelitian ini di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Padang di

bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak.


16

3.3 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak-anak yang dilakukan tindakan

perawatan gigi di Laboratorium Klinik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah

Padang.

3.4 Sampel

Sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria

sampel sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

a. Pasien Laboratorium klinik di bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Baiturrahmah Padang

b. Pasien anak-anak yang dilakukan perawatan gigi baik secara langsung maupun

dengan wali pasien

c. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

d. Bersedia ikut dalam penelitian ini

2. Kriteria ekslusi :

a. Pasien Laboratorium klinik di bagian Orthodonti, Konservasi Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Padang

b. Pasien yang tidak hadir pada saat penelitian

3.5 Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling. Dimana

pengambilan sampel secara acak sederhana, setiap anggota atau unit dari populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.


17

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peralatan alat tulis

2. Kuesioner

3.7 Identifikasi Variabel Penelitian

Variable independen : kecemasan dental

Variable dependen : tingkat kecemasan dental pada anak

3.8 Definisi Operasional Variabel

1. Kecemasan dental merupakan kecemasan pasien dilakukan perawatan pada saat

menunggu giliran perawatan dan pada saat di dental unit sebelum dilakukan proses

perawatan, yang diukur dengan skala Corah Dental Anxiety Scale (CDAS).

2. Tingkat kecemasan dental pada anak merupakan suatu tingkatan kecemasan anak

dalam proses dilakukan perawatan saat menunggu giliran perawatan dan pada saat di

dental unit sebelum dilakukan proses perawatan, yang diukur dengan skala Corah

Dental Anxiety Scale (CDAS).


18

3.9 Prosedur Penelitian

1. Pendataan pasien

Setiap pasien yang terdapat di Laboratorium Klinik Paedodonti Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Baiturrahmah Padang, yang dilakukan perawatan gigi didata nama, jenis

kelamin beserta umur.

2. Untuk mengukur tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi dengan

menggunakan lembaran kuesioner. Diberikan ke pasien ataupun wali/wakil dari

pasien tersebut.

3. Pengukuran dengan menggunakan lembaran kuesioner, responden tidak di

instruksikan mengisi pertanyaan, mengisi kuesioner dapat diisi oleh orang tua

ataupun wali/wakil dari responden tersebut dan juga bisa dengan cara mewawancarai

responden ataupun wali/wakil dari responden tersebut.

4. Dimana 4 pertanyaan di lembaran kuesioner memiliki 5 pilihan jawaban alternatif.

Pada pertanyaan tersebut 2 pertanyaan berkaitan dengan kecemasan umum dan 2

pertanyaan yang berkaitan dengan kecemasan yang lebih bersifat spesifik seperti

kecemasan terhadap instrumen perawatan gigi.

5. Pertanyaan terdiri dari beberapa situasi, setiap pilihan jawaban memiliki nilai skor

sebagai berikut, yaitu :

a. Pilihan jawaban A dengan nilai skor 1

b. Pilihan jawaban B dengan nilai skor 2

c. Pilihan jawaban C dengan nilai skor 3


19

d. Pilihan jawaban D dengan nilai skor 4

e. Pilihan jawaban E dengan nilai skor 5

6. Keterangan 5 jawaban alternatif dengan keterangan pilihan A = menunjukkan pasien

santai ataupun tenang, B = menunjukkan pasien sedikit merasa khawatir, C =

menunjukkan pasien mengalami tegang, D = menunjukkan pasien mengalami cemas,

E = menunjukkan pasien dalam kondisi tingkat maksimum dari kecemasan dental.

7. Jumlah nilai dari metode pengukuran Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar

4-20, yaitu dengan keterangan sebagai berikut :

a. CDAS 4-8 dikategorikan pasien dengan rasa cemas ringan

b. CDAS 9-12 dikategorikan pasien dengan rasa cemas sedang

c. CDAS 13-20 dikategorikan pasien dengan rasa cemas tinggi


20

3.10 Alur Penelitian

Mengurus Surat Izin


Penelitian

Membuat Lembaran
Kuisioner

Menentukan Populasi

Menarik Sampel

Mengambil Data

Mengolah Data

Membuat Laporan
Penelitian
21

1. Mengurus surat izin penelitian dan surat penugasan sebagai syarat administrasi

penelitian.

2. Menentukan sampel untuk dijadikan penelitian dan mengisi informed consent pada

responden.

3. Membagikan lembaran kuesioner kepada responden yang diisi oleh orang tua ataupun

wali/wakil dari responden tersebut.

4. Mencatat hasil pemeriksaan dari pembagian kuesioner dan penelitian selesai untuk

dilakukan.

3.11 Analisis Data

Dalam melakukan analisis data dilakukan oleh peneliti dengan data primer yang

diperoleh dari hasil kuesioner. Pengukuran tingkat kecemasan dental anak dengan

metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS), dari hasil metode tersebut di

tabulisasaikan menghitung data peluang masing-masing sampel. Analisis data

dilakukan dengan menghitung persentase, yang sesuai dengan data dari kuesioner

perhitunganan CDAS. Selanjutnya hasil penelitian ditampilkan dalam tabel umum,

dan dilakukan pembahasan terhadap variabel.


22

DAFTAR PUSTAKA

Balaji SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi : Elsevier. P. 104-
12

Catherine, D., 2004, Applying the social learning theory to children with dental anxiety. The
Journal of Contempory Dental Practice; Volume 5 no.1 p.1-8

Chadwick, B. L., H. M., 2003, in Child Taming : How to manage children in dental practice.
Quintessence Publising: London p. 9-16b

Corah NL, Pantera RE. controlled study of psychologic stress in a dental procedure. J Dent
Res 1968; 47: 154-157

Eli, I., 1992, Oral Psychophysiology : Stress, Pain and Behavior In Dental Care. Boca
Raton Florida : CRC Press, hlm. 61-63, 66-67

Elvira SD, Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psiakiatri Jakarta : Badan Penerbit
FKUI;2013.h.250,514.

Fransiskus, 2008, Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Pada Anak Usia 7 dan 10 Tahun.
[pdf] Available :
http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/digitalfiles.jps?id=125378&lokasi=loka
l [20 September 2011].

Hertanto, Mario, 2008, Perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan usia dan jenis
kelamin terhadap lingkungan perawatan dental pada anak usia 6 sampai 9 tahun.
[pdf] Available : http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=lokal [1
Desember 2011]

Hmud R, Walsh LJ. 2009. Dental anxiety : causes, complications and management
approaches. J Minim Interv Dent. D (1) : p.67-78.

Kent, G. G., dan Blinkhorn, A. S., 1991, The Nature and Causes of Anxiety. The Psychology
of Dental Care. 2nd ed. London : Butterworth Heinemann Ltd. dalam Kent, G. G., dan
Blinkhorn, A. S., 2005, Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi,
Edisi ke-2. Jakarta : EGC
23

Koch, G., Modee, T., Piolsen, S., Ramussen, P., 1991, Pedodontics a Clinical Approach, 1st
ed.copenhagen: Mungksgaard

Koch G, Poulsen S. 2003. Behaviour management problems in children and adolescent.


Klingberg G, Raadal M,eds. Pediatric dentistry. A clinical approach. 1st ed. Oxford.
Blackwell Munksgaard.p. 53-68.

Pusparatri. 2015. Jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT, vol. 5, no. 1, hlm. 40

Sadock BJ, Sadock VA. 2010. Kaplan & Sadock Buku ajar psikiatri klinis edisi 2. Jakarta :
EGC. h. 230-55

Simon Amaliah Rita. Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Di
Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar 2014. Skripsi. h 6

Soeparmin, S., Suarjaya, k., dan Antara, M. W., 2004, Rasa takut anak dalam perawatan
gigi, JKGM, vol. 2, no. 1, hlm.30

Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor
Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. [serial online] 2013 [diakses
12 September 2014] from : URL : http://www.psikologi.binadarma.ac.id/

Winner, G. A., 1982, A Review and Analysis of Childrens Fearful Behavior in Dental
Setting. Child Development.

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Volume 1,2. Edisi 6. Jakarta :
EGC. h 27
24

Anda mungkin juga menyukai