Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan merupakan respon normal yang sering terjadi dan dialami semua
mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini diperparah apabila orang tersebut pernah
yang akan datang. Kecemasan sering ditandai dengan gejala perasaan yang tidak
enak, tidak berdaya, dan serangkaian reaksi emosional negatif lainnya, seperti
baik secara fisiologi, emosional dan kognitif dari pasien seperti adanya tanda-tanda
fisiologi, yang timbul ditandai dengan meningkatnya denyut nadi atau berkeringat
(Pusparatri, 2015). Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi dan kondisi, salah
terhadap perawatan gigi dan mulut (Koch dan Poulsen, 2003). Seseorang yang belum
pernah berpengalaman terhadap perwatan gigi lebih cenderung timbulnya rasa cemas
lain juga bisa disebabkan seseorang tersebut takut terhadap alat-alat kedokteran gigi,
juga bisa pertama kalinya seseorang tersebut melakukan perawatan gigi maupun
Pada pasien anak kecemasan ini menjadi hal yang wajar dikarenakan dengan
situasi yang dihadapinya merupakan suatu hal yang baru, sedangkan pasien dewasa
perawatan gigi, kecemasan pada pasien anak telah diakui sebagai masalah selama
melakukan perawatan gigi. Di seluruh dunia tingkat kecemasan pada perawatan gigi
tinggi yaitu mencapai 6-15 % dari seluruh populasi. Namun cukup beragam di
berbagai belahan dunia dan pada populasi sampel yang berbeda. Penelitian Fransiskus
seluruh kasus penyakit yang terjadi berkaitan secara langsung dengan kecemasan.
Anak merasa cemas terhadap perawatan gigi lebih cenderung menghindar untuk
Hal ini berpengaruh terhadap prosedur dalam menjalani perawatan gigi karena
pasien menjadi tidak kooperatif. Penanganan untuk mengatasi kecemasan anak dapat
distraksi (Soeparmin dkk, 2004). Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap
perawatan gigi begitu banyak metode pengukuran untuk perawatan gigi salah satunya
Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah salah satu metode alat
stress atau keadaan psikologis. Metode ini dikembangkan oleh Corah dan Pantera
pada tahun1968. Metode ini dapat mengukur tingkat kecemasan terhadap perawatan
gigi pada anak usia 5-15 tahun. Metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) ini
jawaban alternatif. Jumlah nilai Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar 4-20,
diantaranya CDAS 4-8 dikategorikan rasa cemas ringan, CDAS 9-12 dikategorikan
rasa cemas sedang dan CDAS 13-20 dikategorikan rasa cemas tinggi (Corah dan
Pantera 1968).
anak terhadap perawatan gigi dengan metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang. Sehingga dapat mengetahui
tingkat kecemasan anak dalam perawatan gigi dengan metode ini dengan harapan
Bagaimanakah tingkat kecemasan pada anak terhadap perawatan gigi dengan metode
Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah
Padang
Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak dengan metode Corah
Dental Anxiety Scale (CDAS) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang
1. Secara umum dapat mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumber informasi terkhusus di
3. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian seterusnya yang berkaitan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
signifikan dalam menajemen pasien, dengan pasien merasa cemas lebih mungkin
terhadap pasien, keluhan utama pasien adalah rasa sakit (Balaji, 2007).
terhadap perawatan gigi dan mulut (Koch dan Poulsen, 2003). Kecemasan dental
menghindari kunjungan ke dokter gigi. Hanya sedikit pasien yang memiliki tingkat
mencapai 6-15 % dari seluruh populasi, namun cukup bervariasi diberbagai bagian
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya system syaraf
pusat. Pada dasarnya gejala-gejala kecemasan dapat terilihat dari beberapa faktor
diantaranya yaitu gejala yang bersifat fisik dan gejala yang bersifat mental. Gejala-
gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : merasa sakit perut, pusing,
hesitensi, dan urgensi uri (dorongan mendesak yang mendadak untuk berkemih)
besar, yaitu diantaranya faktor personal, faktor eksternal, dan faktor dental. Faktor
orang itu sendiri yang terdiri usia, jenis kelamin, dan temperamen. Faktor eksternal
lingkungan disekitar orang tersebut, latar belakang etnik keluarga, serta pola asuh dan
peran anak di lingkungan sosial. Faktor dental merupakan hal yang menyebabkan
7
kecemasan yang disebabkan oleh tindakan perawatan yang menimbulkan rasa sakit
dan perilaku dokter gigi beserta tim dental lainnya (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg
1. Faktor Personal
beberapa kecenderungan dari temperamen diantaranya sifat malu dan emosi negative
yaitu memberontak. Dua temperamen tersebut telah diasosiakan dengan rasa cemas
dan takut terhadap perawatan dental (Koch dkk., 1999 cit. Klingberg dan Raadal,
2003).
adalah jenis kelamin, Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan,
Trismiati (2004) mengatakan bahwa perempuan lebih secara umum lebih banyak
mengalami cemas jika dibandingkan dengan laki-laki. Wong juga menyatakan anak
perempuan lebih cenderung mengeksperiskan ketakutan yang lebih banyak dan lebih
dental. Hasil penelitian menyatakan kelompok usia yang lebih muda lebih tinggi
tingkat kecemasannya jika dibandingkan kelompok anak yang usia lebih tua, hal ini
disebabkan belum bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa takut dan cemas
(Simon, 2014).
8
2. Faktor Eksternal
Pada situasi sosial anak sangatlah penting, kelompok dengan kategori sosial
perilaku (Koch dkk., 1991 cit. Klienberg dan Raadal, 2003). Faktor eksternal lainnya
Rasa cemas terhadap orang tua seseorang anak dapat mempengaruhi kecemasan
dental pada anak-anak tersebut. Orang tua yang cemas terhadap perawatan dental
Pada saat tersebut orang tua yang takut pada perawatan dental dapat menjadikan
model yang kuat bagi kecemasan dental anaknya. Jadi, orang tua dengan kecemasan
terhadap perawatan dental cenderung memiliki anak yang cemas demikian pula
(Chadwick,2003).
Anak yang tidak kooperatif atau cemas selama kunjungan dental terkait dengan
pengalaman yang traumatik atau prosedur dental yang menyakitkan di masa laulu.
Namun, tidak semua pasien yang mendapat nyeri atau rasa sakit selama perawatan
Banyaknya dari kalangan orang yang belum mendapatkan perawatan dental akan
tetapi telah merasakan sangat cemas dan merasakan kekhawatiran akan terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan terhadapnya. Hal ini disebabkan anak mendapatkan
9
dental fear melalui pembelajaran sosial dari saudara kandung, kerabat, kenalan,
maupun teman (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg dan Raadal, 2003).
3. Faktor Dental
Dari beberapa faktor penyebab kecemasan dental, faktor dental salah satu
penyebab kecemasan dan masalah perilaku yang disebabkan pada saat perawatan gigi
adalah rasa sakit yang ditimbulkan dari perawatan tersebut. Rasa sakit diartikan
kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Penting diketahui bahwa sensasi
tidak harus disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga dapat disebabkan oleh
pada kondisi seperti suara bur dan jarum. Hal ini disebabkan karena secara normal
rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk melindungi tubuh dari
kerusakan jaringan, sementara perilaku tidak kooperatif ialah reaksi yang wajar saat
anak merasakan sakit atau ketidaknyamanan (Koch dkk., 1991 cit. Klingberg dan
Raadal, 2003).
Situasi dan kondisi praktik dental juga dapat mempengaruhi kecemasan dental.
Pada saat pasien untuk dilakukan perawatan, kecemasan muncul dan tingkat
kecamasannya meningkat jika pasien duduk diruang tunggu untuk beberapa waktu.
Saat pasien dibawakan pada ruang atau tempat dilakukannya praktik dental, pasien
dihadapkan pada stimuli sensori yang dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman.
b. Instrument-instrument dental
komunikasi yang buruk dari dokter gigi maupun tim medis lainnya akan menambah
maupun anak-anak. Menurut Kent (1991) dan Eli (1992) ditemukan kecemasan dental
semenjak masa kanak-kanak, kemudian memuncak pada awal masa dewasa dan
dari masa kanak-kanak yang menjadi suatu hambatan terbesar dalam melakukan
perawatan dental yang optimal. Kecemasan pada ank-anak telah diakui sebagai
kecemasan pasien anak untuk berkunjung ke dokter gigi. Diberbagai belahan dunia,
tingkat kecamasan dental tinggi yang mencapai 6-15 % dari seluruh populasi, akan
tetapi cukup bervariasi di berbagai bagian belahan dunia dan pada populasi sampel
yang berbeda. Penyebab dari fenomena ini pun bersifat multifaktorial, salah satunya
Adapun faktor penyebab dari kecemasan dental pada anak tidak jauh
bertambahnya usia.
Pada usia 6-7 tahun ialah periode dimana ditemukan kecemasan dental
tertinggi pada perawatan dental. Anak usia dari 8-9 tahun paling banyak mengalami
kecemasan dental yang tidak kooperatif selama perawatan. Dan pada anak berusia
diantara berusia 4-14 melaporkan ketakutan spesifik dri dokter gigi, dengan peringkat
bertambahnya usia, khususnya setelah usia 7-8 tahun. Kemudian naik secara
signifikan pada usia 9-12 tahun. Ia menyatakan hal ini berkaitan dengan
Corah dental anxiety scale ini adalah merupakan salah satu skala
kecemasan seseorang diantaranya seperti The Venham Picture Test (VPT), Behavior
Profile Rating Scale, Venham Anxiety and Behavior Rating Scales, Childrens Fear
Scale (HARS), Modified Dental Anxiety Scale (MDAS), Kleinknechts Dental Fear
Scale (KDFS), Stouthards Dental Anxiety Inventory (SDAI), Corah Dental Anxiety
Scale (CDAS) dan alat ukur kecemasan lainnya. Pada penelitian ini menggunakan
reaksi yang berbeda dalam situasi atau prosedur yang ditemukan di klinik gigi.
Adapun keempat situasi yang digambarkan dalam skala pengukuran ini adalah : 1)
sebelum datang ke praktik dokter gigi ; 2) saat menunggu perawatan; 3) saat duduk di
Metode ini dikembangkan oleh Corah dan Pantera pada tahun 1968. Metode
ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi pada
anak usia 5-15 tahun. Metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) ini menggunakan
Jumlah nilai dari metode pengukuran Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar
Kecemasan Dental
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik
yang bersifat cross sectional, yang dimaksudkan pengambilan data primer dengan
penelitian ini variabel dependen dan variabel independen terjadi pada objek penelitian
diukur dan dikumpulkan dalam waktu bersamaan dan dilaksanakan pada saat situasi
yang sama.
Dilaksanakannya penelitian ini di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Padang di
3.3 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak-anak yang dilakukan tindakan
perawatan gigi di Laboratorium Klinik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah
Padang.
3.4 Sampel
Sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria
1. Kriteria inklusi :
a. Pasien Laboratorium klinik di bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Rumah Sakit Gigi
b. Pasien anak-anak yang dilakukan perawatan gigi baik secara langsung maupun
2. Kriteria ekslusi :
a. Pasien Laboratorium klinik di bagian Orthodonti, Konservasi Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Padang
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling. Dimana
pengambilan sampel secara acak sederhana, setiap anggota atau unit dari populasi
Alat yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Kuesioner
menunggu giliran perawatan dan pada saat di dental unit sebelum dilakukan proses
perawatan, yang diukur dengan skala Corah Dental Anxiety Scale (CDAS).
2. Tingkat kecemasan dental pada anak merupakan suatu tingkatan kecemasan anak
dalam proses dilakukan perawatan saat menunggu giliran perawatan dan pada saat di
dental unit sebelum dilakukan proses perawatan, yang diukur dengan skala Corah
1. Pendataan pasien
Setiap pasien yang terdapat di Laboratorium Klinik Paedodonti Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Baiturrahmah Padang, yang dilakukan perawatan gigi didata nama, jenis
pasien tersebut.
instruksikan mengisi pertanyaan, mengisi kuesioner dapat diisi oleh orang tua
ataupun wali/wakil dari responden tersebut dan juga bisa dengan cara mewawancarai
pertanyaan yang berkaitan dengan kecemasan yang lebih bersifat spesifik seperti
5. Pertanyaan terdiri dari beberapa situasi, setiap pilihan jawaban memiliki nilai skor
7. Jumlah nilai dari metode pengukuran Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) berkisar
Membuat Lembaran
Kuisioner
Menentukan Populasi
Menarik Sampel
Mengambil Data
Mengolah Data
Membuat Laporan
Penelitian
21
1. Mengurus surat izin penelitian dan surat penugasan sebagai syarat administrasi
penelitian.
2. Menentukan sampel untuk dijadikan penelitian dan mengisi informed consent pada
responden.
3. Membagikan lembaran kuesioner kepada responden yang diisi oleh orang tua ataupun
4. Mencatat hasil pemeriksaan dari pembagian kuesioner dan penelitian selesai untuk
dilakukan.
Dalam melakukan analisis data dilakukan oleh peneliti dengan data primer yang
diperoleh dari hasil kuesioner. Pengukuran tingkat kecemasan dental anak dengan
metode Corah Dental Anxiety Scale (CDAS), dari hasil metode tersebut di
dilakukan dengan menghitung persentase, yang sesuai dengan data dari kuesioner
DAFTAR PUSTAKA
Balaji SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi : Elsevier. P. 104-
12
Catherine, D., 2004, Applying the social learning theory to children with dental anxiety. The
Journal of Contempory Dental Practice; Volume 5 no.1 p.1-8
Chadwick, B. L., H. M., 2003, in Child Taming : How to manage children in dental practice.
Quintessence Publising: London p. 9-16b
Corah NL, Pantera RE. controlled study of psychologic stress in a dental procedure. J Dent
Res 1968; 47: 154-157
Eli, I., 1992, Oral Psychophysiology : Stress, Pain and Behavior In Dental Care. Boca
Raton Florida : CRC Press, hlm. 61-63, 66-67
Elvira SD, Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psiakiatri Jakarta : Badan Penerbit
FKUI;2013.h.250,514.
Fransiskus, 2008, Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Pada Anak Usia 7 dan 10 Tahun.
[pdf] Available :
http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/digitalfiles.jps?id=125378&lokasi=loka
l [20 September 2011].
Hertanto, Mario, 2008, Perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan usia dan jenis
kelamin terhadap lingkungan perawatan dental pada anak usia 6 sampai 9 tahun.
[pdf] Available : http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=lokal [1
Desember 2011]
Hmud R, Walsh LJ. 2009. Dental anxiety : causes, complications and management
approaches. J Minim Interv Dent. D (1) : p.67-78.
Kent, G. G., dan Blinkhorn, A. S., 1991, The Nature and Causes of Anxiety. The Psychology
of Dental Care. 2nd ed. London : Butterworth Heinemann Ltd. dalam Kent, G. G., dan
Blinkhorn, A. S., 2005, Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi,
Edisi ke-2. Jakarta : EGC
23
Koch, G., Modee, T., Piolsen, S., Ramussen, P., 1991, Pedodontics a Clinical Approach, 1st
ed.copenhagen: Mungksgaard
Sadock BJ, Sadock VA. 2010. Kaplan & Sadock Buku ajar psikiatri klinis edisi 2. Jakarta :
EGC. h. 230-55
Simon Amaliah Rita. Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Di
Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar 2014. Skripsi. h 6
Soeparmin, S., Suarjaya, k., dan Antara, M. W., 2004, Rasa takut anak dalam perawatan
gigi, JKGM, vol. 2, no. 1, hlm.30
Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor
Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. [serial online] 2013 [diakses
12 September 2014] from : URL : http://www.psikologi.binadarma.ac.id/
Winner, G. A., 1982, A Review and Analysis of Childrens Fearful Behavior in Dental
Setting. Child Development.
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Volume 1,2. Edisi 6. Jakarta :
EGC. h 27
24