Lpbronkopneumonia 141102235403 Conversion Gate01
Lpbronkopneumonia 141102235403 Conversion Gate01
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
Oleh: ATIK
CIM I NIM.
I1B109213
2. Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(S meltzer & S uzanne C, 2002 ). Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah
infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan
juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006).
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus
bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 1996 :
Halaman 106).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenk im paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2001).
Jadi bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru.
3. Klasifikasi Bronkopneumonia
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a. Community Acquired P neunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. P neumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. K libseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.
4. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya P neumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Genetik
Faktor Presipitasi
a. Gizi buruk/kurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Tidak mendapatkan ASI yang memadai
d. Imunisasi yang tidak lengkap
e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal
1. Nyeri pleuritik
3. Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
2. Krekels, ronki,
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
i. Gelisah
8. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley, et
all, 2011):
a. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada.
b. Panas badan
c. Ronki basah halus-sedang nyaring (crakles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrate difus
e. Leukositas (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Antibiotik P ilihan empiris antibiotic untuk pasien bronkopneumonia yang
tidak memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta
laktam generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau
tanpa Macrolid (C laritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika ada kecurigaan
infeksi H. influenza) atau F luoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan
membunuh S. pneumoniae). Antibiotic alternative antara lain Cefuraxime
dengan atau tanpa Macrolid atau Azitromicin saja. P ilihan antibiotic dapat
tunggal atau kombinasi. Antibiotic tunggal yang paling cocok diberikan yang
gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh tipe kuman yang sensitive.
Kombinasi antibiotic diberikan dengan maksud untuk mencakup spectrum
kuman-kuma yang dicurigai, untuk meningkatkan aktivitas spectrum dan pada
infeksi jamak. Bila tela h didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil
ini dapat dijadikan untuk memberikan antibiotic tunggal (Dahlan, Z. 2007).
b. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
c. Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai bronchodilator
bila disertai bronkospasme
d. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
e. Pemberian cairan
f. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
g. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transpor muskusilier
h. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Mansjoer A,
2000).
10. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
11. Pencegahan Bronkopneumonia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum
dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor ris iko terhadap
kejadian bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :30
1. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu
kali (pada usia 9-11 bulan), DP T (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali
(pada usia 2-11 bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan
Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan)..
2. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika AS I pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
3. Mengurangi polusi lingk ungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi
di luar ruangan.
4. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
b. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyak it, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya
penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dilakukan antara lain :26
1. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri
antibiotik benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif,
nilai setiap hari.
2. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.
3. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :26
1. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit.
2. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.
3. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.
4. Tingkatkan pemberian ASI.
5. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman.
6. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti: bernapas menjadi sulit,
pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk,
jika terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas
kesehatan.
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, Kaplan
SL et all. The Management of Community-Acquired P neumonia in Infants
and C hildren O lder Than 3 Month of Age:C linical Practice Guidelines by the
Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseas Society of
America. Clin Infect Dis. 2011; 53 (7): 617-630.
Dahlan Z. 2006/ Pneumonia, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam SuyonoS.
(ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI.1996. P usat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta :Depkes.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda GB. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Vol 1. Jakarta: EGC.
Smetlzer SC, Bare BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddart . Jakarta: EGC,
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-
proses penyakit. Jakarta: ECG.