Anda di halaman 1dari 6

Terapi Biologis pada Psoriasis

(Biologic Treatment in Psoriasis)


Mimi Maulida, Sylvia Marfianti*, Aunur Rofiq**
* Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
* Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
** Laboratorium/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
* Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang

ABSTRAK
Latar Belakang: Psoriasis adalah suatu penyakit kulit kronik residif yang etiologi dan patogenesisnya belum diketahui dengan
pasti. Pengobatan psoriasis membutuhkan waktu yang lama, dan obat-obatan yang selama ini digunakan menyebabkan efek
samping yang buruk antara lain hepatotoksik dan nefrotoksik, teratogenik dan kanker kulit. Terapi biologis yang ada bekerja
menghambat sel T dan TNF-a, diduga sangat berperan pada patogenesis psoriasis. Tujuan: Untuk memahami dosis, cara
pemberian, manfaat dan efek samping terapi biologis sistemik untuk penanganan psorasis. Telaah kepustakaan: Obat biologis
adalimumab, etanercept, infliximab, efalizumab dan alefacept, merupakan sitokin rekombinan, fusi protein, dan antibodi monoklonal.
Bahan biologis sebagai inhibitor menghambat aktifasi sel T dan mengatur sinyal yang dihantarkan melalui reseptor sel T
dengan cara menghambat interaksi adhesi dan ko-stimulator antara dendritic cell (DC) dan sel T, menghambat diferensiasi sinyal
yang dihantarkan oleh reseptor sel permukaan, mengurangi migrasi sel T ke lesi kulit, serta menetralisir sitokin dan kemokin
yang mengatur inflamasi pada jaringan. Kesimpulan: Penggunaan obat imunobiologis ini diberikan secara parenteral yaitu
intramuskular dan intravena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat biologis efektif dan aman terhadap psoriasis sedang
sampai berat dengan efek samping ringan dibandingkan terapi konvensional.

Kata kunci: obat biologis, sel T, TNF-a

ABSTRACT
Background: Psoriasis is a chronic recidive disease that etiologi and pathogenesis has not been established yet. Drugs used in
Psoriasis treatment has potential for serious side effects, such as hepatotoxicity, nephrotoxicity, teratogenicity and skin cancer, which
limits their long-term use. The biologic therapy for psoriasis inhibit T cell and TNF-. Purpose: To know dose, administration,
efficacy and side effect of biologic treatment in psoriasis. Review: The biologic agents are adalimumab, etanercept, infliximab,
efalizumab and alefacept, these are from antibodies, fusion proteins, and recombinant cytokines. The mechanism of action for
the various biologic agents include reduction of the pathogenic T cells, inhibition of Tcell activation, immune deviation, and
blocking the activity of inflammatory cytokines. Conclusion: Imunobiologic agents are given intra muscular and intra venous
Survey showed that biologics treatment are effective and safe for moderate and severe psoriasis than conventional treatment.
because these agents are heavy protein molecules, which plasma volume and distribution is limited.

Key words: biologic agents, T cell, TNF-

Alamat korespondensi: Mimi Maulida, e-mail: mimimaulida@yahoo.com

PENDAHULUAN Prevalensi psoriasis bervariasi antara 1,52,6%.4


Psoriasis adalah suatu penyakit kulit kronik Etiologinya belum diketahui dengan pasti, diduga
residif yang mempunyai gambaran klinis bervariasi, berhubungan dengan faktor genetik dan limfosit T.
dengan lesi khas berupa eritroskuamos. Proses turn Beberapa faktor pencetus psoriasis antara lain trauma,
over epidermis secara normal berlangsung selama infeksi Streptococcus -haemolyticus, stres dan perubahan
1421 hari, sedangkan pada psoriasis hanya iklim. Secara genetik terjadi kelemahan lokus
berlangsung 34 hari, sehingga terbentuk skuama pada beberapa kromosom dan ketidakseimbangan
tebal, kering dan kemerahan yang kadang juga major histocompatibility antigen (MHC) yang akan
terasa nyeri. Pemendekan ini disertai perubahan mengaktifkan sistem imun sehingga akan merusak
diferensiasi dan perubahan patologis di semua lapisan sel kulit dan memacu inflamasi.1,2
kulitnya.1,2,3

Pengarang Utama 2 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP


(SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990)

194
Telaah Kepustakaan Terapi Biologis pada Psoriasis

Sebagian pasien dengan plak psoriasis intramuskular dan intravena, oleh karena sebagian
kronis membutuhkan terapi sistemik, fototerapi besar obat-obat ini merupakan molekul protein yang
atau keduanya, tetapi penggunaan kedua terapi besar, di mana sirkulasi dan volume distribusi dalam
tersebut mulai dibatasi akibat efek samping yang plasma terbatas.11,12
ditimbulkan.5,6 Meskipun etiologi dan patogenesis Secara keseluruhan, obat-obat ini tidak boleh
psoriasis belum diketahui secara pasti, terdapat bukti diberikan pada wanita hamil dan anak-anak,
yang mendukung peran sistem imun, terutama sel T karena antibodi dan fusi protein dapat melewati
dan sitokin. Berdasarkan pemahaman patogenesis ini transplasenta sehingga dapat menimbulkan efek
dikembangkanlah terapi yang bekerja pada molekul terhadap perkembangan sistem imun fetal. Semua obat
spesifik secara tepat, yang dikenal sebagai terapi dengan dasar protein bersifat imunogenik, sehingga
biologis. Obat-obat biologis ini berasal dari sumber dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas cepat
protein manusia dan hewan, yang bekerja dengan (IgE) atau lambat (sel T). Selain itu beberapa sel T
menghambat sistem imun.7,8 yang berikatan dengan antibodi atau fusi protein
Bahan-bahan terapi biologis meliputi sitokin dapat menimbulkan first dose reaction yaitu: gejala
rekombinan, fusi protein, dan antibodi monoklonal. konstitusional berupa demam, kedinginan, mual, dan
Pemberian nama obat-obatnya berdasarkan bahan- nyeri kepala. Efek lain yang juga mungkin bisa terjadi
bahan tersebut, yaitu chimeric monoclonal (berakhir adalah muncul rash pada tempat injeksi dan reaksi
dengan -ximab), humanized monoclonal (berakhiran anaphilaksis. Berikut akan dijelaskan masing-masing
zumab), human monoclonal antibodies (berakhiran jenis obat berdasarkan sasaran serta efek samping
-umab) dan receptor-antibody fusion proteins (berakhiran yang timbul dan cara pemakaiannya.13
-cept). Bahan tersebut bekerja untuk menurunkan Alefacept merupakan suatu fusi protein manusia
jumlah sel T yang patogen, menghambat migrasi seluruhnya yang terdiri dari domain ekstraseluler
dan adhesi sel T, serta menghambat sitokin efektor. pertama human LFA-3 yang bergabung dengan
Obat-obat yang termasuk bahan biologis adalah: susunan rantai CH2 dan CH3 IgG1 atau Fc portion
adalimumab, efalizumab, etanercept, infliximab, dan human IgG1. LFA-3 diekspresikan pada permukaan
alefacept. Dari beberapa riset dan hasil penelitian, antigen presenting cells (APCs), sebagai suatu ligand
obat-obat biologis menunjukkan hasil yang signifikan untuk CD2, yaitu suatu protein permukaan sel T yang
dan aman. Di Indonesia, obat-obat biologi ini baru matur dan sel-sel Natural Killer (NK). Ikatan LFA-3
diperkenalkan. Terapi topikal sangat terbatas untuk dengan CD2 berperan sebagai sinyal kostimulator
pengobatan psoriasis sehingga masih membutuhkan yang membantu aktivitas sel T. Selama antigen
terapi sistemik. Semua obat tersebut mempunyai efek dipresentasikan, Alefacept menghambat interaksi
samping yang serius untuk pemakaian yang lama.2,8,9,10 LFA-3 dan CD2 sehingga mencegah kostimulasi
Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami dosis, antara APC dan sel T. Selain itu Fc domain IgG1
cara pemberian, manfaat dan efek samping terapi merusak ikatan reseptor FcRIII pada sel NK dan
biologis sistemik untuk penanganan psoriasis. makrofag yang menyebabkan terjadi apoptosis sel T.
CD2 lebih tinggi pada permukaan sel T memori dari
TELAAH KEPUSTAKAAN pada sel T naive, sehingga alefacept akan mengikat sel
Terapi biologis ini terdiri dari 2 kelompok utama, T memori (CD4+CD45RO+ dan CD8+CD45RO+)
yaitu bahan dengan sasaran sitokin TNF- dan sel lebih banyak, dan jumlahnya akan berkurang di dalam
T atau antigen presenting cell (APC). Bahan biologis darah. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi
sebagai inhibitor bekerja untuk mencegah aktivitas perbaikan klinik pada lesi psoriasis.14,15
sel T dan mengatur aktivitas sinyal yang dihantarkan Alefacept dapat diberikan intra muskuler (IM)
melalui reseptor sel T dengan cara menghambat dan intravena (IV) sekali seminggu selama 12 minggu.
interaksi adhesi dan kostimulator antara Dendritic Cell Dosis yang direkomendasikan 7,5 mg IV sekali
(DC) dan sel T, menghambat diferensiasi sinyal yang seminggu atau 15 mg IM sekali seminggu. Satu kali
dihantarkan oleh reseptor sel permukaan, mengurangi pemberian alefacept dalam serum dapat terdeteksi
migrasi sel T ke lesi kulit dengan mengganggu proses dalam waktu 6 jam, level puncak terjadi antara
adhesi dan menetralisir sitokin dan kemokin yang 24192 jam. Setelah diabsorpsi, waktu paruh rata-rata
mengatur inflamasi pada jaringan. Penggunaan obat- adalah 12 hari. Perbaikan psoriasis dengan alefacept
obat imunobiologis ini adalah secara parenteral, yaitu relatif lambat, respons pengobatan baru tampak setelah

195
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 22 No. 3 Desember 2010

minggu keempat.10,16 Hasil penelitian menunjukkan (12 minggu), menengah (24 minggu) dan jangka
terjadi pengurangan skor PASI mencapai 5075% pada panjang (36 minggu). Hasil studi tersebut menunjukkan
pasien yang diobati dengan alefacept. Dari pasien yang perbaikan yang tampak pada perubahan skor PASI
mendapat dosis 7,5 mg IV didapatkan pengurangan (Psoriasis Area Severity Index), DLQI (Dermatology life
PASI 5075% dalam waktu 2 minggu setelah Quality Index) dan Itching Visual Analog Scale (IVAS)
pengobatan, demikian juga dengan dosis 15 mg IM. serta Psoriasis Symptom Assesment (PSA). Penambahan
Alefacept dapat ditoleransi dengan baik tanpa insiden terapi efalizumab akan menunjukkan respons PASI 75
oportunistik atau keganasan yang dilaporkan.16 pada minggu ke-24 (44%) dibandingkan minggu ke-12
Dari data-data penelitian terhadap pasien yang (27%), respons PASI 50 juga meningkat dari 59% pada
telah menggunakan alefacept untuk pengobatan minggu ke-12 dan 67% pada minggu ke-24.20,21
psoriasis dilaporkan bahwa efek samping yang paling Efek samping pemakaian efalizumab umumnya
sering adalah fatique dan arthralgia yang terjadi secara jarang, keluhan yang dirasakan antara lain rasa
intermiten selama pengobatan. Nyeri sendi yang panas, demam, sakit kepala, myalagia, dan muntah
menetap didapatkan pada pasien yang sebelumnya yang biasanya muncul pada saat injeksi pertama
menggunakan terapi anti TNF- untuk psoriasis dilakukan. Efek samping lainnya adalah limfositosis,
arthritis. Peningkatan fungsi liver didapatkan pada leukositosis dan infeksi sehingga obat ini sebaiknya
pasien yang menggunakan alefacept bersama dengan tidak diberikan pada infeksi kronis dan riwayat infeksi
mehotrexate (MTX). Toksisitas alefacept pada liver rekuren. Hal lain yang harus diperhatikan selama
dan ginjal belum pernah dilaporkan. Penurunan pemberian efalizumab adalah insidens trombositopenia
sel T CD4 + pernah dilaporkan, sehingga perlu dan anemia hemolitik. Hubungan antara terapi
dilakukan monitoring terhadap jumlah sel T CD4+ efalizumab dan trombositopenia belum diketahui,
dan terapi tidak dilanjutkan bila jumlah sel T CD4+ tetapi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
di bawah 250 selama terapi. Monitoring dilakukan trombosit setiap bulan selama 3 bulan pertama dan
setiap minggu selama terapi dan baru dihentikan berikutnya setiap 3 bulan.17,20,22
bila sel T CD4+ lebih dari 400 pada terapi minggu Efalizumab merupakan terapi biologis pertama
keempat.13 untuk psoriasis, dan juga sebagai pilihan pertama untuk
Efalizumab merupakan suatu antibodi monoklonal hand and foot psoriasis, kegemukan dan pasien-pasien
rekombinan yang berikatan dengan CD11a. Dengan yang tidak berespons dengan TNF-a inhibitor.21
berikatan pada CD11a, obat tersebut menghambat Efalizumab dapat ditoleransi dengan baik, dan hal
interaksi antara LFA-1 dan ICAM-1, yaitu molekul yang harus diperhatikan adalah risiko memburuknya
adhesi pada permukaan sel yang mengatur sel-sel psoriasis selama atau sesudah terapi dihentikan.
keratinosit dan sel-sel endotel pada plak psoriasis. Dari clinical trial pasien yang menghentikan terapi
LFA-1 juga terdapat pada permukaan sel APC. secara tiba-tiba menunjukkan peningkatan keparahan
Hambatan interaksi antara LFA-1 dan ICAM-1 oleh psoriasis lebih buruk dibandingkan sebelumnya
efalizumab menyebabkan terjadinya 3 hal pada proses (rebound). Psoriasis juga dapat bertambah luas selama
inflamasi yaitu: penurunan efisiensi aktivitas sel T terapi kemungkinan oleh karena perubahan jenis
pada limfonodi, terganggunya perjalanan sel T dari penyakit yang muncul, untuk kasus seperti ini
vaskuler ke jaringan dan menurunkan reaktivasi sel sebaiknya sementara pasien dipersiapkan dengan
T efektor memori pada tempat inflamasi.16,17 terapi lainnya seperti sinar ultraviolet, MTX, atau
Pemberian efalizumab secara subkutan dimulai siklosporin.20,21
dengan dosis 0,72 mg/kgBB/minggu. Pemberian TNF-a adalah suatu sitokin proinflamasi yang
dosis efalizumab single atau multiple secara subkutan berperan pada patogenesis beberapa penyakit inflamasi
menyebabkan perubahan cepat pada permukaan kronik. Inflamasi merupakan suatu tanda khas dari
sel CD11a yang mengikat sel T dan mengatur psoriasis dan psoriasis arthritis. Konsentrasi TNF-a
ekspresi CD11a pada limfosit T dermis, epidermis dalam serum berhubungan dengan aktivitas penyakit
dan sirkulasi darah. Efek ini reversible dan dengan psoriasis, yang berperan langsung pada perkembangan,
satu kali penyuntikan, efalizumab langsung keluar proliferasi, dan maintenance plak psoriasis, demikian
dari sirkulasi, CD11a yang terikat kembali ke level juga dengan kerusakan tulang dan kartilago pada
pretreatment dalam waktu 10 hari.18,19 psoriasis arthritis. TNF-a juga merangsang aktivitas
Hasil beberapa studi klinik menunjukkan bahwa sel T, sintesa sitokin dan mediator inflamasi lainnya
respons terapi dapat dilihat dalam jangka pendek yang menyebabkan terjadinya inflamasi. TNF- a

196
Telaah Kepustakaan Terapi Biologis pada Psoriasis

sangat berperan pada psoriasis dan psoriasis arthritis skrining infeksi tuberkulosis laten.25 Hasil laporan
sehingga menjadi target pengobatan dan penanganan sebelumnya menunjukkan bahwa infliximab efektif
penyakit tersebut.23 untuk pengobatan psoriasis dengan hasil signifikan
Etanercept merupakan reseptor fusi protein tampak pada minggu kedua sesudah terapi. Infliximab
manusia sepenuhnya yang menghambat ikatan saat ini sudah mencapai phase III penelitian oleh FDA
TNF-a dengan reseptor permukaan sel, terdiri dari yang terbukti sebagai monoterapi untuk pengobatan
dua ligand extraseluler dari reseptor p75 TNF-a psoriasis dan psoriasis arthritis. Setelah pemakaian
bergabung dengan Fc portion human IgG1. Ikatan selama 2 minggu menunjukkan perubahan nilai
etanercept dengan TNF-a, akan mencegah aktivitas PASI dan DLQI masing-masing mencapai 69%
TNF-a pada reseptornya di sel T dan sel lainnya. dan 61%. Faktor lain yang juga didapatkan adalah
Ikatan TNF-a secara biologis menjadi tidak aktif, oleh pemberian infus secara regular sangat penting
karena banyak jalur proinflamasi yang bertanggung untuk mempertahankan efikasi.20,23 Beberapa studi
jawab terhadap lesi psoriasis dihambat.19 Etanercept menunjukkan peningkatan infeksi antara lain infeksi
terbukti dapat mengurangi tanda dan gejala rhematoid respiratori atas, TBC, histoplasmosis, PCP, kandidiasis
arthritis (RA), polyarticular course juvenille rhematoid dan moluskum. Efek samping pemberian infliximab
arthritis, ancylosing spondylitis, psoriasis dan psoriasis adalah reaksi infus. Reaksi yang timbul mulai dari
arthritis. Etanercept juga dapat menghambat kerusakan demam ringan dan panas sampai anafilaktik berat
struktur dan perbaikan fungsi fisik pada pasien RA dan dan sindroma arteri koronaria berat. Selain itu
psoriasis.17,18,24 Etanercept diberikan secara subkutan juga didapatkan gagal liver yang membutuhkan
dengan dosis 50 mg dua kali seminggu selama transplantasi setelah diterapi dengan infliximab,
3 bulan, kemudian 50 mg satu kali perminggu atau namun kasus ini sangat jarang.20,23,25
25 mg dua kali perminggu dengan jarak pemberian Adalimumab adalah antibodi monoklonal manusia
7296 jam. Bila terjadi penurunan efikasi dapat yang tersusun oleh beberapa variabel imunoglobulin
dilakukan dengan meningkatkan dosis injeksi, manusia dengan dua binding sites. Adalimumab
menambah sinar ultraviolet, steroid topikal poten mempunyai ekstrak protein asing dan diganti
jangka pendek dan penambahan agen sistemik lain dengan protein manusia, jadi semuanya berasal dari
(seperti MTX dosis rendah atau acitetrin).19 Efek manusia. Mekanisme kerjanya selain berikatan dengan
samping etanercept dapat berupa reaksi kemerahan TNF-a, adalimumab juga menetralisir aktivitas biologis
pada tempat suntikan, reaksi yang muncul ada yang sitokin dengan menghambat interaksi reseptor
ringan dan ada yang berat. Belum ada bukti yang TNF-a pada permukaan sel p55 dan p75.26 Adalimumab
menunjukkan terjadinya peningkatan neoplasma membantu menurunkan jumlah TNF-a sehingga
maligna walaupun kasus limfoma pernah dilaporkan. dapat memengaruhi siklus inflamasi pada psoriasis dan
Sebaiknya tidak diberikan pada pasien demyelinating psoriasis arthritis.18,23 Adalimumab diberikan secara
dan congestive heart failure karena dapat memperberat subkutan dengan dosis 40 mg setiap 2 minggu untuk
penyakit. Efek samping pada kulit berupa lupus, pasien psoriasis dan psoriasis arthritis. Obat ini dapat
vaskulitis, eosinophilic celulitis like reaction dan dermatitis digunakan secara terus-menerus untuk rumatan.
granulomatous interstitial.19,20 Adalimumab dapat digunakan sebagai monoterapi dan
Infliximab merupakan suatu antibodi monoklonal dapat juga dikombinasikan dengan terapi sistemik
yang tersusun dari imunoglobulin manusia dengan lainnya seperti MTX atau dapat juga diberikan
dua tempat ikatan. Infliximab mempunyai chimeric bersama Non-Steroidal anti-inflammatory Drugs
binding sites, di mana sejumlah protein dikenali sebagai (NSAID). Sebelum pengobatan dianjurkan untuk
protein asing oleh sistem imun manusia, sehingga melakukan skrining untuk TBC laten.26 Hasil studi
meningkatkan potensi antibodi dan menetralisir terbukti bahwa adalimumab aman dan bermanfaat
efeknya.23 untuk psoriasis arthritis sedang sampai berat
Infliximab diberikan secara intravena melalui yang tidak respons dengan NSAIDS. Berdasarkan
infus 5 mg/kg yang diberikan selama 23 jam randomized, double- blind, placebo-controlled, selama
dimasukkan ke dalam 3 infus pada minggu pertama, 52 minggu hasil tampak pada minggu ke-16, 71%
2 minggu sesudahnya dan pada minggu keenam, pasien yang telah mendapat terapi adalimumab
selama 6 minggu pertama pengobatan. Terapi 40 mg setiap minggu respons PASI mencapai
rumatan dilakukan setiap 8 minggu. Sebelum 75 dibandingkan dengan plasebo 7%. Selain itu
dilakukan terapi sebaiknya dilakukan test PPD untuk juga dilaporkan bahwa terjadi perubahan kualitas

197
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 22 No. 3 Desember 2010

hidup setelah mendapat terapi adalimumab selama fisik yang tergantung pada jenis terapi, vaksinasi
24 minggu. Respons terhadap adalimumab cepat tertentu juga disarankan untuk mencegah infeksi.
dengan tingkat perubahan nilai PASI rata-rata 75/90
dan tampak pada minggu keempat.26 Penggunaan KEPUSTAKAAN
adalimumab dapat meningkatkan risiko terjadinya
1. Christophers E, Mrowietz U. Psoriasis. In: Freedberg
infeksi. Yang antara lain pernah dilaporkan deep fungal IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA,
infection dan infeksi atipikal lainnya, oleh karena itu Katz SI, editors. Fitzpatricks Dermatology in General
sebaiknya obat dihentikan jika muncul tanda infeksi. Medicine. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2003.
Efek samping lain sama dengan penggunaan TNF-a p. 40727.
inhibitor lainnya, namun jarang terjadi, di antaranya 2. De Rie MA, Goedkoop AY, Bos JD. Overview of
adalah congestive heart failure, lupus like sindrome, Psoriasis. Dermatol Ther 2004; 17: 3419
lymphoma, demyelinating disease dan peningkatan 3. Simmons A. Psoriasis. American Osteopathic College
of Dermatology 2007; 41: 1520.
transaminase. Suatu erythema multiforme like reaction
4. Rott S, Mrowietz U. Psoriasis: Epidemiology, Clinical
pada telapak tangan, kaki dan tempat injeksi pernah
Features and Quality of Life. British Med J 2005; 330:
dilaporkan.18,24 71620.
Beberapa monitoring yang harus dilakukan 5. James WD, Berger TG, Elston DM. Psoriasis. Andrews
sebelum terapi biologis pada psoriasis yaitu: riwayat Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed.
penyakit, pemeriksaan fisik, fungsi liver, hitung sel Philadelphia: Elsevier Inc; 2006.
darah lengkap, thrombosit, dan test tuberkulosis. 6. Barker JNWN. Genetic aspects of psoriasis. Clin
Selain hal di atas, beberapa vaksinasi dapat dilakukan Dermatol 2001; 26: 3215.
untuk mencegah atau mengurangi keparahan infeksi, 7. Smith CH, Barker JNWN. Psoriasis and Its Management.
British Med J 2006; 333: 3804.
namun sampai sekarang masih kontroversi.27,28
8. Nickoloff BJ, Stevens SR. What have we learned in
dermatology from the biologic therapies. J of the Am
PEMBAHASAN Acad of Dermatol 2006; S 143S 150.
Psoriasis adalah suatu gangguan pengaturan 9. Lee MR, Cooper AJ. Imunopathogenesis of Psoriasis.
Australian J of Dermatol 2006; 47: 1519.
inflamasi yang berhubungan dengan genetik, juga
10. Schon MP, Boenhcke WH. Psoriasis. The New England
diatur dan dikendalikan oleh banyak komponen imun
J of Med 2005; 352 (18): 1899912.
sistem. Banyak obat yang telah digunakan untuk 11. Keystone EC. Switching tumor necrosis factor
terapi psoriasis yang tujuannya hanya untuk menekan inhibitors: an opinion. Clinical Practise 2006;
gejala dan memperbaiki keadaan kulit. Pengobatan 2 (11): 5767.
meliputi topikal, penyinaran dan sistemik, dan terapi 12. Prinz JC. Which T cells cause psoriasis. Clin and Exp
tersebut terbatas dan cenderung berbahaya terutama Dermatol 1999; 24: 2915.
untuk pemakaian jangka panjang. 13. Hodak E, David M. Alefacept: a review of the literature
Kemajuan dalam patogenesis psoriasis and practical guidelines for management. Dermatol
Ther 2004; 17: 38392.
menyebabkan berkembangnya terapi biologis yang
14. Ahmad K, Rogers S. Three years experience with
memberikan target yang spesifik yaitu sel T inhibitor
inflimab in recalcitrant psoriasis. Clin and Exp
(efalizumab dan alefacept) dan TNF-a inhibitor Dermatol 2006; 31: 6303.
(etanercept, infliximab dan adalimumab). Terapi 15. Rapp SR, Feldman SR. The promise and challenge
biologis ini efektif untuk pengobatan psoriasis sedang of new biological treatments for psoriasis: how do
sampai berat dan psoriasis arthritis serta beberapa they impact quality of life. Dermatol Ther 2004; 17:
penyakit lain seperti rhematoid Arthritis, ankylosing 37682.
spondylitis, crohns disease, pyoderma gangrenosum 16. Chacko M, Weinberg JM. Efalizumab. Dermatol Ther
dan ulserative colitis, dengan efek samping ringan 2007; 20: 2659.
17. Leonardi CL. Efalizumab in the treatment of psoriasis.
dibandingkan terapi konvensional. Penggunaan obat
Dermatol Ther 2004; 17: 393400.
imunobiologis ini diberikan secara parenteral yaitu
18. Patel T, Gordon KB. Adalimumab: efficacy and safety
intra-muskular dan intra-vena. in psoriasis and rheumatoid arthritis. Dermatol Ther
Terapi psoriasis dengan menggunakan obat-obat 2004; 17: 42731.
biologis dianjurkan untuk melakukan monitoring 19. Gottlieb AB. Etanercept for the treatment of psoriasis
kimia darah, hitung darah dan CD4, antibodi ANA, and psoriatic arthritis. Dermatol Ther 2004; 17:
tuberkulin tes, riwayat penyakit serta pemeriksaan 4018.

198
Telaah Kepustakaan Terapi Biologis pada Psoriasis

20. Lawry M. Biological therapy and nail psoriasis. controlled phase III trial. J of the Am Acad of Dermatol
Dermatol Ther 2007; 20: 607. 2008; 58 (1): 10615.
21. Stebbins WG, Lebwohl MG. Biologics and combination 25. Rott S, Mrowietz U. Recent developments in the use
with nonbiologics: efficacy and safety. DermatolTher of biologics in psoriasis and autoimmune disorders.
2004; 17: 43240. The role of autoantibodies. British Med J 2005; 330:
22. Perlmutter A, Cutter J, Franks B, Jaracz E, 1620.
Menter A. Alefacept revisited: Our 3-year clinical 26. Pitarch G, Carazo JLS, Mahiques L, Ferriols MAP,
experience in 200 patients with chronic plaque Fortea JM. Treatment of Psoriasis with adalimumab.
psoriasis. J of the Am Acad of Dermatol 2008; Clin Dermatol 2006; 32: 1826.
58(1): 11624. 27. Papp KK. Potential Future Therapy for Psoriasis. Clin
23. Jacson JM. TNF-a Inhibitor. Clin Dermatol 2007; 20: Dermatol 2003; 24: 5863.
25164. 28. Lebwohl M, Bagel J, Gelfond JM, Gladman D, et al.
24. Menter A, Tyring SK, Gordon K, et al. Adalimumab Monitoring and vaccination in patients treated with
therapy for moderate to severe psoriasis: A randomized, biologics for psoriosis. J of the Am Acad of Dermatol
2008; 58(1): 94105

199

Anda mungkin juga menyukai