Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Reza

NIM : 01121001111

Pengaruh Kepribadian dan Persepsi terhadap Perilaku Individu

Zalkind & Costelo (1962) membatasi pembahasannya tentang persepsi dengan menekankan
pada beberapa penelitian yang telah ada serta implikasinya bagi administrasi. Ia merangkum
berbagai penemuan pada persepsi yang telah dikembangkan baik melalui penelitian laboratoris
maupun organisasional dan kemudian ia merumuskan beberapa implikasi manajerial dan
administratif. Hasil rangkuman yang telah dilakukannya sehubungan dengan penelitian tentang
persepsi itu digolongkannya dalam beberapa tema pokok, yaitu:

Faktor-faktor mendasar dalam sifat proses yang berkenaan dengan persepsi


Pembentukan impresi dari orang yang lain
Karakteristik dari orang yang melakukan persepsi (perceiver) dan yang dipersepsi (perceived)
Pengaruh situasional dan organisasional pada persepsi
Pengaruh perseptual (yang berkenaan dengan persepsi) terhadap penyelesaian/
penyesuaian interpersonal.

Berbeda dengan artikel, Ashton (1998) menyoroti personality dan job performance dalam
kaitan dengan pentingnya penggunaan kriteria (sifat) yang lebih sempit. Hal ini muncul karena
adanya dilema dalam pengukuran kepribadian (personality). Ones dan Viswesvaran (1986)
mengemukakan bahwa penggunaan pengukuran yang lebih luas dalam menilai kepribadian lebih
disukai karena bentuk itu lebih reliabel dibanding dengan pengukuran yang menggunakan kriteria
yang lebih sempit. Dengan menggunakan kriteria Big Five (extraversion, agreeablesness,
conscientiousness, emotional stability, dan intellect), Ones dan Viswesvaran membuktikan argumen
mereka.

Beberapa peneliti lain justru menunjukkan bahwa pemakaian pengukuran yang lebih luas itu
ternyata tidak menjamin adanya hasil yang lebih reliabel. Paunonen (1993) justru menunjukkan
bahwa pemakaian kriteria yang lebih luas secara potensial dapat mengurangi validitas penilaian. Ia
justru menunjukkan bahwa beberapa kriteria yang berkenaan dengan perilaku lebih baik diprediksi
dengan menggunakan kriteria dengan level yang lebih rendah (kriteria yang sempit). Hal itu pun
didukung oleh penelitian lain.

Bertitik tolak dari adanya dilema tersebut, Ashton (1998) mencoba menguji apakah
penelitian Ones dan Viswesvaran itu benar atau tidak. Dengan mengambil sampel mahasiswa di
Kanada (131 responden), WBQ (workplace behavior questionnaire) sebagai kriteria pengukuran,
Ashton menemukan bahwa pendapat Ones dan Viwesvaran tidak terbukti. Dengan demikian
maka Risk Taking Scales dari Jackson Personality Inventory memiliki validitas yang lebih tinggi
dibanding dengan Big Five dari Ones dan Viwesvaran.
Tanggapan

Pemahaman akan perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya dapat membantu


memahami perilaku organisasional karena organisasi pada hakekatnya terdiri dari individu-individu.
Sedangkan pemahaman akan perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya itu sendiri dapat
diperoleh antara lain melalui pemahaman akan persepsi dan kepribadian seseorang.

saya setuju dengan poin ini kerena menurut saya sebuah organisasi tanpa perbedaan antar
individu akan membuat organisasi tersebut berjalan lurus tanpa pertentangan di dalam
organisasi. sedangkan perbedaan antar individu dalam perilaku berorganisasi akan
menciptakan suasana yang mendukung perubahan dalam organisasi tersebut. perbedaan-
prbedaan tersebut telah membentuk sebuah toleransi dalam menghargai pendapat individu
didalam organisasi sehingga membuat individu menjadi lebih berani dalam mengemukakan
pendapatnya.serta mencari jalan pemecahan masalah yang terbaik di dalam organisasi di
bandingkan dengan organisasi yang individu-individunya tidak memiliki perbedaan.

Persepsi individu dapat dipengaruhi oleh situasi individu itu sendiri maupun lingkungan di
sekitarnya termasuk apa yang dipersepsi oleh individu tersebut.
Menurut saya, kebudayaan yang tercipta di indonesia membuat banyak individu menjadi
terpengaruh dengan presepsi individu yang dianggap memimpin/ mendominasi organisasi.
sebab kebanyakan individu mencari aman dengan bersembunyi dibalik presepsi individu
yang mendominan daripada di salahkan kerena presepsinya sendiri.

Ukuran yang lebih sempit yang dipakai dalam menilai kepribadian tidak dengan sendirinya
menghasilkan validitas penilaian yang lebih rendah dibanding dengan ukuran yang lebih luas. Hal
sebaliknya justru yang terjadi sebagaimana telah dibuktikan oleh Ashton.

Menurut saya, kepribadian sseseorang tidak dapat dinilai dengan hanya melihat orang
tersebut dari luarnya saja. tetapi perlu diadakan pendekatan dan penilaian secara psikologi
dan pendekatan secara personal sehingga dapat menilai individu secara lebih mendalam
untuk mendapatkan hasil yang lebih valid.

Anda mungkin juga menyukai