Anda di halaman 1dari 18

Laporan praktikum Hari : Kamis

Mikrobiologi Pangan Tgl : 19 Sep 2013

PEWARNAAN SEDERHANA DAN PEWARNAAN GRAM

Oleh kelompok 1A

Alvier Rosanti Nim PO7131312 42


Martupa Nauli Nim PO7131312 425
Rayani Nahampun Nim PO7131312 435
Savira Rahmadian Nim PO7131312 439
Yunri Cahyati Nim PO7131312 450

Penanggung Jawab Praktikum

Sri Mulyani, STP

Fitria Gusfa, S.Si, M.Si

Dra. Lily Restusari, M.Farm

Kustiasih Lestari, SKM

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN GIZI
2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak


digunakan.Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi
hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri
ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi.
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum.
Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan
pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus.
Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung
(Dwidjoseputro.1998).
Pada laporan kali ini akan dibahas tentang pewarnaan, yaitu pewarnaan
sederhana dan pewarnaan gram. Sehingga tekhnik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang sudah umum untuk melakkan penelitian
mmikrobiologi ini.
Pewarnaan Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.. Bakteri Gram-negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram.

Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui
teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-
bagian bakteri.
1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengamati bentuk atau morfologi bakteri dengan metode pewarnaan dan


prinsip dari pewarnaan bakteri melalui cara kerja yang ada

2. Untuk membedakan kelompok bakteri berdasarkan reaksinya terhadap warna


dan sekaligus menunjukkan sifat bakteri tersebut.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pewarnaan bakteri serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pewarnaan bakteri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pewarnaan

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak


mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat
warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme
disekelilingya ditingkatkan. Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya
tampak hampir tembus pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya
biasa hingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang
hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel
dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan
zat-zat warna (Hadioetomo, 1990).

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen.
Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun
pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna
asam dan pewarna basa.
Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994)
pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan
diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram
negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang
memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan
asam (Dwidjoseputro.1998).
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan
pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada
umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri
yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004).
Banyak senyawa organik berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik dan telah dikembangkan prosedur
pewarnaan untuk:
- Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar.
- Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme.
- Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa (Suriawiria,
1985).

Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,


susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci
tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion
negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel
bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada
zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor
dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih
banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan
sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin,
Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin,
Congo Red dll (Irawan, 2008).
Proses pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi
atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri.
Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan
mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing
agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel,
bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci
sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna
akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci
maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna
dasar.

Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena
bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya
secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan
terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai
adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat
dan dipelajari (Volk dan Whleer, 1998).

Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk pemeriksaan


mikroskopik adalah:
- Penempatan olesan atau lapisan spesimen pada kaca objek.
- Fiksasi olesan pada kaca objek.
- Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (Pelczar, 1986).

Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus


yang akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan
tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri
bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga
kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif
(Suriawiria, 1985).

Pewarnaan Negatif, Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi
mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan
latar belakang hitam (Campbell dan Reece, 2005).

2.2 Pewarnaan Sederhana


Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat
ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan
suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan
diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk
mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak
struktur selnya (Campbell dan Reece, 2005).

Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya
untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling
umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif).

Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan
pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat
morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan
adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk
mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka
dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan
rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan
sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.

2.2.1 pewarnaan asam


Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam
pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin. Pewarna asam ini disebut
pewrna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin,
asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi biasenyawa pewarna
bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi
terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal
violet, safranin dan lain-lain.
2.2.2 Pewarnaan Basa

Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai


bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau
tinta cina.
2.3 Pewarnaan Diferensial (Gram)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah
dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan
Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
2.3.1. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri
gram negative tidak.
2.3.2. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu
di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-
pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel
tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi
terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu
dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat Bakteri garam (+) Bakteri gram negatif(-
)
Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah Kandungan lipid
(1-4%) tinggi
Ketahanan terhadap Lebih sensitif Lebih tahan
penisilin
Penghambatan oleh Lebih dihambat Kurang dihambat
pewarna basa (VK)
Kebutuhan nutrisi Kebanyakan spesies relatif Relatif sederhana
kompleks
Ketahanaa terhadap Lebih tahan Kurang tahan
perlakuan fisik
(Manurung, 2010).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk
membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai
antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau


multilayer.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
Peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Endotoksin

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan
ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari
50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
Tidak peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh Neelson
dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan
metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah
yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin
penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun
(Purwoko, 2010).
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan
zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang
bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam
ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-
aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan
ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak
merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna
karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam
dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan
oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut
tampak biru (Hadioetomo, 1993).

Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi
tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan
dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang
mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol)
dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir
selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang
sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan
dicuci dengan air mengalir (Karuniawati, 2005).

2. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam

Pewarnaan differensial

Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti
pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:

Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri
terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh
bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan
beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini
diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya
sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat
warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode
pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

Zat warna utama (violet kristal)


Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali
sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat
warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-
negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)
ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan
kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan
membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari
dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang
dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan
yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-
3 nm).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat

Pipet tetes

Mikroskop elektrik

Kaca preparat

Oce

Tisu

Botol semprot

3.2 Bahan

Kristal violet

Lugol

Alkohol

Safranin

Aquades

Etanol

Escherichia Coli

Staphylococcus Aureus

Bacillus Cereus
3.3 Prosedur Kerja

Pewarnaan Sederhana

Kaca preparat

Siapkan preparat olesan bakteri

Bersihkan sampai bebas lemak (alkohol 96 %)

Buat preparat

Tuang bakteri dengan metilen blue

Zat warna harus menutupi permukaan preparat

Biarkan selama 1-3 menit

Bilas zat warna dengan aquades

Keringkan

Setelah itu beri minyak imersi

Amati dengan mikroskopdengan pembesaran 100 x

Gambarkan
Pewarnaan Gram

Kaca preparat

Siapkan preparat olesan bakteri

Bersihkan sampai bebas lemak (alkohol 96 %)

Buat preparat

Tuang bakteri dengan kristal violet

Zat warna harus menutupi permukaan preparat

Biarkan 1 menit

Cuci dengan aquades mengalir

Teteskan etanol 96 % (menjadi jernih)

Bilas dengan aquades mengalir

Teteskan safranin, tunggu 45 detik

Cuci dengan aquades mengalir

Keringkan

Setelah itu beri minyak imersi

Amati dengan mikroskopdengan pembesaran 100 x

Amati dan Gambarkan


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai