Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI GIGI NEKROSIS PULPA

PADA GIGI MOLAR PERTAMA KIRI RAHANG BAWAH

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:

Aya Dini Oase Caesar


J530155016

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN

EKSTRAKSI GIGI NEKROSIS PULPA


PADA GIGI MOLAR PERTAMA KIRI RAHANG BAWAH

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Aya Dini Oase Caesar


J530155016

Telah diperiksa dan disetujui oleh:


Dosen Pembimbing

drg. Dendy Murdiyanto, MDSc.


EKSTRAKSI GIGI NEKROSIS PULPA
PADA GIGI MOLAR PERTAMA KIRI RAHANG
BAWAH
(Laporan Kasus)

Aya Dini Oase Caesar, Dendy Murdiyanto


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ayadinioasecaesar@gmail.com, dendymurdiyanto@gmail.com

ABSTRAK
Nekrosis pulpa merupakan keadaan matinya pulpa sebagian ataupun seluruhnya. Nekrosis
pulpa dapat disebabkan oleh bakteri, trauma dan kimiawi. Diskolorasi gigi merupakan indikasi
pertama dari nekrosis pulpa. Studi ini membahas tentang penatalaksanaan ekstraksi gigi pada seorang
pasien perempuan berusia 20 tahun yang mengalami nekrosis pulpa. Anestesi lokal menggunakan
pehacain dengan teknik anestesi blok nervus alveolaris inferior dan infiltrasi. Separasi jaringan lunak
lalu luksasi menggunakan bein dan dilanjutkan dengan forcep dengan gerakan bukal lingual dilakukan.
Setelah gigi tercabut, dilakukan pijatan ringan pada soket bekas pencabutan dan pasien diberikan
instruksi paska ekstraksi. Pasien diresepkan Amoxicillin kaplet 500 mg dan tambahan asam
mefenamat kaplet 500 mg untuk mengurangi rasa sakit. Tidak ditemukan adanya komplikasi pada
kunjungan 6 minggu paska ekstraksi. Sehingga, perawatan telah berhasil dilakukan.
Kata kunci: anestesi, ekstraksi, nekrosis pulpa

ABSTRACT
Pulp necrosis was a condition of partial or complete death of dental pulp. It could be caused
by bacteria, traumatic or chemical injury. Tooth discoloration was the first indication of it. This study
was discussing about a treatment planning of tooth extraction due to pulp necrosis in 20 years-old
female. Local anethesia with pehacaine using a combination of inferior alveolar nerve block and
infiltratation technique. Soft tissue separation followed by dental luxation using bein and buco-lingual
movement using forcep were done. After the tooth was extracted, the socket was gently massaged
followed by the routine of instructions were given to the patient. Prescription of 500 mg Amoxicilin
was given and adding 500 mg Mefenamic Acid for pain relieving. There wasnt any complication
found during 6 weeks post-extraction follow-up. Therefore, the treatment was successfully done.
Key words: anesthesia, extraction, pulp necrosis

PENDAHULUAN
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya tergantung pada
apakah sebagan atau seluruh pulpa terlibat. Nekrosis ada dua jenis umum, koagulasi dan
likuefaksi. Pada nekrosis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah
menjadi bahan solid. Pengejuan (caseation) adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang
jaringannya berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama atas protein yang mengental,
lemak dan air. Nekrosis lekuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi
massa yang melunak, suatu cairan, atau debris amorfus. Hasil akhir dekomposisi pulpa adalah
dekomposisi protein, yaitu hidrogen sulfida, amonia, substansi lemak, indikan, ptomain, air
dan karbondioksida. Hasil lanjutan, seperti indol, skatol, putresin dan kadaverin menambah
bau tidak enak yang sering keluar dari suatu saluran akar1.
Banyak bakteri telah diisolasi dari gigi dengan pulpa nekrotik. Pada persentase tinggi
kasus-kasus ini, saluran akar berisi suatu campuran flora mikrobial, aerobik dan anaerobik.
Jaringan pulpa nekrotik, debris selular, dan mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas
pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau menunjukkan sedikit inflamasi yang
dijumpai pada ligamen periodontal1.
Anestesi lokal merupakan bahan kimia yang menghambat konduksi saraf secara
spesifik, sementara dan reversible tanpa mempengaruhi kesadaran pasien2. Adanya
vasokonstriktor dalam anestesi lokal merupakan hal yang menguntungkan. Vasokonstriktor
mendukung anestesi menjadi tahan lama, mengurangi efek racun dengan menunda penyerapan
anestesi dan mengurangi perdarahan lokal3. Terdapat dua macam bahan anestesi lokal, yakni
dengan adrenalin dan nor-adrenalin, pada nor-adrenalin memiliki sifat vasokontriktor 4 kali
lebih lemah dibandingkan dengan anestesi yang terdapat adrenalin4.
Anestesi lokal dengan teknik blok dan infiltrasi merupakan anestesi yang paling
sering dilakukan untuk gigi rahang bawah. Anestesi infiltrasi bukal untuk gigi molar pertama
lebih menguntungkan dari pihak klinisi dan pasien demi kenyamanan dan kemudahan
ekstraksi5. Penggunaan anestesi topikal pun kadang diperlukan pada pasien yang memiliki
tingkat kecemasan terhadap jarum yang tinggi. Perbedaan jenis kelamin terhadap tingkat
ketakutan jarum menunjukkan bahwa perempuan lebih takut terhadap jarum dibandingkan
pada pasien laki-laki6.
Ekstraksi gigi adalah tindakan pencabutan atau pengeluaran gigi dari alveolus.
Prinsip ekstraksi gigi adalah atraumatik, anestesi dan asepsis. Atraumatik adalah kegiatan
ekstraksi yang terencana adalah pemilihan teknik ekstraksi yang tepat akan mengurangi
resiko. Anestesi bertujuan menghilangkan rasa sakit pada area tertentu tanpa menghilangkan
kesadaran dan bekerja dengan cara mendepresi rangsangan pada syaraf tepi atau menghambat
jalannya konduksi sakit pada saraf tepi 7. Sedangkan, asepsis adalah menghindari
mikroorganisme patogen8.

LAPORAN KASUS
Seorang perempuan 20 tahun datang ke klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah Surakarta mengeluhkan ingin mencabutkan gigi belakang kiri rahang bawah
karena mengganggu saat mengunyah. Gigi tersebut pernah dilakukan perawatan penambalan 2
tahun yang lalu di puskesmas karena gigi tersebut berlubang. Pemeriksaan intra oral
didapatkan gigi 36 terdapat tambalan sewarna gigi pada bagian distooklusal dengan adanya
perubahan warna kekuningan dan terdapat step sekitar tambalan serta terdapat karies
disekeliling tambalan. Sondasi (-), perkusi (-), palpasi (-), CE (-) dan Oral Hygiene 3,6
(sedang). Hasil pemeriksaan penunjang menggunakan rontgen periapikal didapatkan terdapat
tambalan hingga tanduk pulpa pada distooklusal dan tidak terdapat lesi pada periapikal.
Didapatkan diagnosis gigi 36 adalah nekrosis pulpa, sehingga rencana perawatannya adalah
dilakukan ekstraksi dengan anestesi lokal teknik blok nervus alveolaris inferior.

Gambar 1. A. Terdapat tambalan hingga tanduk pulpa yang terlihat pada rontgen gigi 36;
B. Gigi 36 terlihat mengalami perubahan warna (diskolorasi gigi)
Ekstraksi gigi dilakukan dengan persetujuan pasien, kemudian mempersiapkan
pasien dan alat serta bahan. Sterilisasi area insersi anestesi dengan mengaplikasikan povidone
iodine, kemudian melakukan anestesi lokal dengan teknik blok nervus alveolaris inferior
dengan melakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari
menempe pada linea obliqua. Dengan barrel syringe terletak diantara kedua premolar pada sisi
yang berlawanan, mengarahkan jarum sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke
arah ramus. Menusukkan jarum pada apeks trigonum pterygomandibulare dan meneruskan
gerakan jarum sampai ujung jarum berkontak pada dinding posterior sulcus mandibularis.
Melakukan aspirasi, setelah negatif lalu mendeponir kurang lebih 1,5 cc larutan anestesi,
menarik 1 cm jarum keluar kemudian mendeponir 0,5cc untuk menganestesi nervus lingualis.
Melakukan separasi jaringan lunak kemudian meluksasi gigi menggunakan bein.
Menginsersikan pada regio mesio-gingival interproksimal, paralel dengan permukaan akar
gigi. Bein ditekan ke apikal dan juga dirotasi ke bukal/fasial. Setelah luksasi, melanjutkan
menggunakan forcep dengan gerakkan bukal lingual. Setelah gigi keluar dari soket,
melakukan penekanan soket bekas pencabutan dan pasien diinstruksikan untuk menggigit
tampon (mengontrol perdarahan) selama 30 menit.
Instruksi pasca ekstraksi pada pasien untuk tidak memainkan bekas pencabutan, tidak
menghisap-hisap, tidak makan makanan yang panas terlebih dahulu, menginstruksikan untuk
mengompres bekas pencabutan dengan yang dingin, rutin meminum obat antibiotik yang
diberikan dan meminum obat asam mefenamat untuk meredakan nyeri serta memohon pasien
untuk datang kembali untuk diperiksa area bekas pencabutan. Saat kontrol pasca pencabutan
hari ke-42 didapatkan bekas luka telah menutup, tida terdapat peradangan dan tidak terjadi
perdarahan. Sehingga, perawatan dikatakan berhasil tanpa komplikasi.

Gambar 2. A. Gambar pasca ekstraksi gigi 36; B. Kontrol 42 hari pasca pencabutan; C. Gigi
hasil pencabutan

PEMBAHASAN
Perawatan telah dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 dengan diagnosis gigi 36
nekrosis pulpa. Gigi mengalami nekrosis pulpa dikarenakan adanya karies sekunder setelah
sebelumnya dilakukan penambalan menggunakan SIK di puskesmas sehingga berlanjut
menjadi nekrosis pulpa. Pada hasil rontgen periapikal, tidak ditemukan lesi di periapikal gigi
36. Sehingga, perawatan yang dipilih adalah ekstraksi gigi menggunakan anestesi blok atas
kemauan pasien. Telah dilakukan pemeriksaan vital sign terlebih dahulu karena pasien
memiliki tekanan darah yang cukup rendah yakni 105/85. Sehingga pasien diinstruksikan
untuk makan terlebih dahulu, lalu dilakukan pengecekan tekanan darah kembali menjadi
110/90.
Pasien dilakukan anestesi lokal mandibula dengan cara blok nervus alveolaris
inferior. Prosedur anastesi blok nervus alveolaris inferior yakni memosisikan sandaran kepala
sehingga bidang oklusal mandibula hampir horizontal bila mulut dibuka. Klinisi berdiri di
depan pasien untuk melakukan anestesi blok gigi inferior kanan dan di belakang kursi bila
akan menyuntik sisi kiri. Mengidentifikasi sudut distal atau apeks lapisan lemak bukal dan
juga letak lingir membran mukosa yang menutupi raphe pterigo-mandibula. Titik insersi
terletak di lateral dan di depan struktur tersebut, landmark visual dapat ditentukan dengan cara
palpasi. Ibu jari tangan kiri digerakkan sepanjang permukaan bukal gigi-gigi molar bawah
sampai lingir oblik eksternal teraba. Ujung ibu jari kemudian diputar ke dalam sehingga
terletak di fossa retromolar. Setelah mukosa didesinfeksi, jarum yang panjang dapat
diinsersikan pada titik tersebut9.
Dengan syringe yang ditahan sejajar terhadap bidang oklusal mandibula dan terletak
di atas gigi premolar kedua dari sisi rongga mulut yang berlawanan, ujung jarum diinsersikan
0,5 cm dan beberapa tetes larutan disuntikkan untuk menganestesi saraf lingual. Jarum
didorng perlahan-lahan 1,5-2 cm, sampai ujungnya berkontak ringan dengan tulang yang
terletak di atas foramen mandibularis. Jarum kemudian ditarik perlahan dengan tetap menjaga
agar jarum dalam keadaan lurus. Larutan yang tertinggal dalam cartdige dapat digunakan
untuk anestesi infiltrasi dari syaraf bukal bila diperlukan. Kecepatan timbulnya efek anestesi
umumnya bervariasi, ditandi dengan adanya perubahan sensasi pada lidah dan bibir bawah
bila dibandingkan dengan sisi lawannya9.
Anastesi blok mandibula dinyatakan berhasil karena bibir (N. alveolaris inferior) dan
lidah (N. lingualis) pada sisi yang disuntik terasa kebas, maka pencabutan gigi pada setengah
rahang bawah dapat dilakukan tanpa rasa sakit. Kemudian melakukan separasi untuk
memisahkan jaringan lunak dengan jaringan keras lalu mengungkit gigi menggunakan bein.
Terdapat 2 cara mengaplikasikan bein yakni aplikasi paralel dan aplikasi vertikal. Aplikasi
paralel yakni dengan menginsersikan pada mesio-gingival interproksimal, tekanan diarahkan
paralel terhadap sumbu panjang akar dengan cekungan bilah menghadap ke permukaan gigi
yang akan dicabut, sehingga cenderung mendilatasi alveolus dan menggeser mahkota ke
oklusal. Aplikasi vertikal yakni dengan menginsersikan pada mesio-gingival interproksimal
tegak lurus dengan gigi yang akan dicabut, cekungan bilah menghadap ke permukaan gigi
secara rotasional, dorongan dan ungkitan, sehingga mengakibatkan pergeseran gigi ke arah
disto-oklusal10. Setelah luksasi, melanjutkan menggunakan tang dengan gerakkan bukal
lingual. Setelah gigi keluar dari soket melakukan penekanan soket bekas pencabutan dan
pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon (mengontrol perdarahan) selama 30 menit.
Pasien diberikan obat antibiotik Amoxicillin kaplet 500 mg untuk dikonsumsi rutin
hingga habis dan asam mefenamat kaplet 500 mg untuk mengurangi rasa sakit. Amoxicillin
adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang
bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan beberapa gram
negatif yang patogen11. Asam mefenamat berfungsi menghambat enzim yang memroduksi
prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit
serta inflamasi. Dengan menghalangi produksi prostaglandin, asam mefenamat akan
mengurangi rasa sakit dan inflamasi12.

KESIMPULAN
Pada gigi yang dikeluhkan (gigi 36) didiagnosis nekrosis pulpa, sehingga dilakukan
ekstraksi gigi dengan anestesi blok mandibula sesuai permintaan pasien. Setelah dianestesi,
melakukan pengecekan dan menseparasi menggunakan ekskavator lalu diungkit dengan
menggunakan bein dan tang cabut dewasa molar rahang bawah. Menginstruksikan pasien
untuk mengkonsumsi obat antibiotik amoxicillin (rutin sampai habis) dan mengkonsumsi obat
asam mefenamat. Pada saat kontrol, tidak terjadi komplikasi, sehingga dinyatakan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman, L.I., Oliet, S. dan Del Rio, C.E. 2013. Ilmu Endodontik dalam Praktek edisi
kesebelas. Jakarta: EGC. Hlm. 82.
2. Eriksson, A.T. dan Moya, B.G. 2011. Comparative study of two local anesthetics in the
surgical extraction of mandibular third molars: Bupivacaine and articaine. Madrid: Med
Oral Patol Oral Cir Bucal.; 16(3): e390-6.
3. Paul, M.A.d.S., Neves, I.L.I., Neves, R.S. dan Ramires, J.A.F. 2015. Local anesthesia
with epinephrine is safe and effective for oral surgery in patients with type 2 diabetes
mellitus and coronary disease: a prospective randomized study. Brazil: CLINICS.; 70(3):
185-9.
4. Balakrishnan, R. dan Ebenezer, V. 2013. Contraindications of Vasoconstrictors in
Dentistry. Biomedical & Pharmacology Journal. 6(2): 409-14.
5. Saggu, M.K., Aga, H., Saggu, J.S. dan Burke, G.A.E. 2014. Local anaesthesia using
Articaine and Lidocaine in oral and dental surgery: A comparative meta-analysis. Open
Journal of Stomatology. 4: 84-91.
6. Lee, S.H. dan Lee, N.Y. 2013. An alternative local anaesthesia technique to reduce pain in
paediatric patients during needle insertion. European Journal of Paediatric Dentistry.
14(2): 109-12.
7. Bakar, A. 2013. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
Hlm. 90-1.
8. Mitchell, L., Mitchell, D.A. dan McCaul, L. 2015. Kedokteran Gigi Klinik Edisi 5.
Jakarta: EGC. Hlm. 348
9. Howe, G.L. dan Whitehead, F.I.H. 2013. Anestesi Lokal Edisi 3. Jakarta: EGC. Hlm. 83-
90
10. Pedersen, G.W. 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. Hlm. 16-18.
11. Chardin H, Yasukawa K, Nouacer N, Plainvert C, Aucouturier P, Ergani A, Descroix V,
Toledo-Arenas R, Azerad J dan Bouvet A. 2009. Reduced Susceptibility to Amoxicillin of
Oral Streptococci Following Amoxicillin Exposure. JMM. 1092 1097.
12. Moll R, Derry S, Moore RA dan McQuay HJ. 2011. Single Dose Oral Mefenamic Acid
for Acute Postoperative Pain in Adults (Review). CDBSR. 3.

Anda mungkin juga menyukai