Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999
WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens
rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru
dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Bogor (SAPULIDI News)- Angka penderita penyakit Tuberkulosa (TBC)
ternyata masih sangat tinggi di Kabupaten Bogor. Hal tersebut berdasarkan data
base yang dihimpun SAPULIDI News, di Rumah Sakit Paru Dr. M. Gunawan
Partowidigdo (RSPG) Cisarua.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit
sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak
dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Tujuan Penulisan

1
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
7. Untuk mengetahui cara pengkjin kepada penderita TBC
8. Untuk mengetahui cara perumusan diagnosa keperawatan kepada penderita TBC
9. Untuk menetahui cara perencanaan kepada penderita TBC
10. Untuk mengetahui cara pemberian tindakan/implementasi kepada penderita TBC
11. Untuk mengetahui cara mengevaluasi tahap akhir pada penderita TBC

C. Ruang Lingkup
Adapun kami melakukan pengkajian di Rumah Sakit PMI Kota Bogor Ruang
khusus penyakit dalam Ruang Cempaka pada Tn.S usia 76 tahun.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia,
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium
Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa
juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC
yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut

3
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun
2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus
(256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan
kasus baru.

2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
(Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

4
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

3. Klasifikasi
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien
digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB
Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
b. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
d. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
e. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
f. Tuberkulosis paru BTA negatif
g. Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
h. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

5
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
(misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kemih dan alat kelamin.
4. Tipe Pasien
a. Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
4. Pathofisiologi

6
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis
bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.

Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas


perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit
(biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini
biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat


dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi
primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran

7
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

8
Pathway

Menurut : Sylvia A.price

9
5. Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001):
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
b. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
c. Sesak Napas

10
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
6. Penatalaksanaan
a. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

11
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
3) Jenis, sifat dan dosis OAT
Jenis OAT Sifat Dosis yang
direkomendasikan(mg/kg)
Harian 3x Seminggu
Isoniazid(H) Baktersid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampicin(R) Baktersid 10 10
(8-12) (8-12)
Pyrazinamide(Z) Baktersid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomycin Baktersid 15 15
(12-18) (12-18)
Ethambutol Baktersiotatik 15 30
(15-20) (20-35)

4) Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


a) Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR

12
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori
anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas
dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan
program
untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam
satu (1)
masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:


1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep.

13
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
7. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
1. Pengkajian
Dalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu
:
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak
dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru

14
antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan
menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB
paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan
istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.

15
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit
menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
a) inspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
b) Palpasi : Fremitus suara meningkat.
c) Perkusi : Suara ketok redup.
d) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.

16
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

17
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan dan menetap ( Nanda Nic Noc : 937)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial
( Nanda Nic Noc : 937)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia ( Nanda Nic Noc : 522)
d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera (fisik dan
psikologis) ( Nanda Nic Noc : 531)
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi ( Nanda Nic Noc : 390)

18
3. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
N DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
O KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif Respiratory status : 1. Airway suction
2. Pastikan kebutuhan
Definisi : Ketidakmampuan Ventilation
oral / tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi Respiratory status :
3. Auskultasi suara
atau obstruksi dari saluran Airway patency
nafas sebelum dan
pernafasan untuk Aspiration Control
sesudah suctioning.
mempertahankan kebersihan 4. Informasikan pada
jalan nafas. Kriteria Hasil : klien dan keluarga
1. Mendemonstrasika tentang suctioning
5. Minta klien nafas
Batasan Karakteristik: n batuk efektif dan
dalam sebelum suction
1. Dispneu, Penurunan suara suara nafas yang
dilakukan.
nafas bersih, tidak ada
6. Berikan O2 dengn
2. Orthopneu
sianosis dan
3. Cyanosis menggunakan nasal
4. Kelainan suara nafas dyspneu (mampu
untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mengeluarkan
suksion nasotrakeal
5. Kesulitan berbicara
sputum, mampu 7. Gunakan alat yang
Batuk tidak efektif
bernafas dengan steril sitiap melakukan
6. Produksi sputum
mudah, tidak ada tindakan
7. Gelisah Perubahan 8. Anjurkan pasien
pursed lips)
frekuensi 2. Menunjukkan jalan untuk istirahat dan napas
dan irama nafas nafas yang paten dalam setelah kateter
(klien tidak merasa dikeluarkan dari
Faktor-faktor yang tercekik, irama nasotrakeal
9. Monitor status
berhubungan: nafas, frekuensi
oksigen pasien
1. Lingkungan : merokok, pernafasan dalam
10. Ajarkan keluarga
menghirup asap rokok, rentang normal,
bagaimana cara
perokok pasif-POK, tidak ada suara
melakukan suksion
infeksi nafas abnormal) 11. Hentikan suksion dan

19
2. Fisiologis : disfungsi 3. Mampu berikan oksigen apabila
neuromuskular, mengidentifikasika pasien menunjukkan
hiperplasia dinding n dan mencegah bradikardi, peningkatan
bronkus, alergi jalan factor yang dapat saturasi O2, dll.
12. Airway Management
nafas, asma. menghambat jalan
Buka jalan nafas, teknik
Obstruksi jalan nafas nafas
chin lift atau jaw thrust bila
3. spasme jalan nafas,
perlu Posisikan pasien untuk
sekresi tertahan,
memaksimalkan ventilasi
banyaknya mukus,
Identifikasi pasien perlunya
adanya jalan nafas
pemasangan alat jalan nafas
buatan, sekresi bronkus,
buatan
adanya eksudat di
13. Pasang mayo bila perlu
alveolus, adanya benda
Lakukan fisioterapi
asing di jalan nafas.
dada jika
Perlu
14. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
15. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
16. Lakukan suction pada
mayo
17. Berikan bronkodilator
bila perlu
18. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
19. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
20. Monitor respirasi dan
status O2

20
2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange 1. Buka jalan nafas,
kekurangan dalam oksigenasi Respiratory Status : guanakan teknik chin
dan atau pengeluaran ventilation lift atau jaw thrust bila
karbondioksida di dalam Vital Sign Status perlu
membran kapiler alveoli 1. Kriteria Hasil Posisikan pasien
Mendemonstrasika 2. memaksimalkan
1. Batasan karakteristik : n peningkatan ventilasi
Gangguan penglihatan ventilasi dan Identifikasi pasien
Penurunan CO2 oksigenasi yang perlunya
2. Takikardi
adekuat 3. pemasangan alat jalan
3. Hiperkapnia
2. Memelihara
4. Keletihan nafas buatan
5. Somnolen kebersihan paru 4. Pasang mayo bila perlu
6. Iritabilitas
paru dan bebas Lakukan fisioterapi
7. Hypoxia
8. Kebingungan dari tanda tanda dada jika
9. Dyspnoe
distress pernafasan perlu
10. nasal faring
3. Mendemonstrasika
11. GD Normal 5. Keluarkan sekret dengan
12. Sianosis n
batuk atau suction
warna kulit abnormal
batuk efektif dan 6. Auskultasi suara nafas,
(pucat, kehitaman.
suara nafas yang catat adanya suara
13. Hipoksemia
14. Hiperkarbia bersih, tidak ada tambahan
15. sakit kepala ketika 7. Lakukan suction pada
sianosis dan
bangun mayo
dyspneu (mampu
16. frekuensi dan kedalaman 8. Berika bronkodilator bial
mengeluarkan
nafas abnormal perlu
sputum, mampu 9. Barikan pelembab udara
10. Atur intake untuk
bernafas dengan
Faktor faktor yang
cairan mengoptimalkan
mudah, tidak ada
berhubungan
keseimbangan.
pursed lips)
1. ketidakseimbangan perfusi 11. Monitor respirasi dan
4. Tanda tanda vital
ventilasi status O2
2. perubahan membran dalam rentang
kapiler-alveolar normal
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan

21
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot
6. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
7. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
8. auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : Nutrition Management
food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak Kriteria Hasil : makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
cukup untuk keperluan Adanya peningkatan
gizi untuk menentukan
metabolisme tubuh. berat badan sesuai

22
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
Batasan karakteristik : Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
1. Berat badan 20 % atau sesuai dengan tinggi
meningkatkan intake Fe
lebih di bawah ideal badan
4. Anjurkan pasien untuk
2. Dilaporkan adanya intake
Mampu
meningkatkan protein
makanan yang kurang dari
mengidentifikasi
dan vitamin C
RDA (Recomended Daily
kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
Allowance) 6. Yakinkan diet yang
Tidak ada tanda tanda
3. Membran mukosa dan
dimakan mengandung
malnutrisi
konjungtiva pucat
tinggi serat untuk
4. Kelemahan otot yang Tidak terjadi
mencegah konstipasi
digunakan untuk penurunan berat
7. Berikan makanan yang
menelan/mengunyah badan yang berarti
terpilih ( sudah
5. Luka, inflamasi pada
dikonsultasikan dengan
rongga mulut
6. Mudah merasa kenyang, ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
sesaat setelah mengunyah
bagaimana membuat
makanan
7. Dilaporkan atau fakta catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
adanya kekurangan
dan kandungan kalori
makanan
10. Berikan informasi
8. Dilaporkan adanya
tentang kebutuhan
perubahan sensasi rasa
9. Perasaan ketidakmampuan nutrisi
11. Kaji kemampuan
untuk mengunyah
pasien untuk
makanan
10. Miskonsepsi mendapatkan nutrisi
11. Kehilangan BB dengan
yang dibutuhkan
makanan cukup
12. Keengganan untuk
Nutrition Monitoring
makan
13. Kram pada abdomen 1. BB pasien dalam batas
14. Tonus otot jelek
normal
15. Nyeri abdominal dengan
2. Monitor adanya
atau tanpa patologi
penurunan berat badan
16. Kurang berminat
3. Monitor tipe dan
terhadap makanan
jumlah aktivitas yang
17. Pembuluh darah kapiler
biasa dilakukan
mulai rapuh

23
18. Diare dan atau 4. Monitor interaksi anak
steatorrhea atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
Faktor-faktor yang
selama makan
berhubungan :
6. Jadwalkan pengobatan
Ketidakmampuan pemasukan
dan tindakan tidak
makanan atau mengabsorpsi
selama jam makan
zat-zat gizi berhubungan 7. Monitor kulit kering
dengan faktor biologis, dan perubahan
psikologis atau ekonomi. pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,

24
scarlet

4. Hipertermia NOC : NIC :


Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
diatas rentang normal 1. Suhu tubuh dalam mungkin
2. Monitor IWL
rentang normal
3. Monitor warna dan suhu
2. Nadi dan RR
Batasan Karakteristik:
kulit
dalam rentang
1. kenaikan suhu tubuh diatas 4. Monitor tekanan darah,
normal
rentang normal nadi dan RR
3. Tidak ada
2. serangan atau konvulsi 5. Monitor penurunan
perubahan warna
(kejang) tingkat kesadaran
kulit dan tidak ada 6. Monitor WBC, Hb, dan
kulit kemerahan
pusing, merasa Hct
pertambahan RR
7. Monitor intake dan
nyaman
takikardi
output
3. saat disentuh tangan 8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan
terasa hangat
untuk mengatasi
penyebab demam
Faktor faktor yang
10. Selimuti pasien
berhubungan : 11. Lakukan tapid sponge
12. Berikan cairan
1. penyakit/ trauma
intravena
peningkatan
13. Kompres pasien pada
2. metabolisme
lipat paha dan aksila
3. aktivitas berlebih
14. Tingkatkan sirkulasi
pengaruh
udara
medikasi/anastesi 15. Berikan pengobatan
4. ketidakmampuan/penurun untuk mencegah
an kemampuan untuk terjadinya menggigil
berkeringat
terpapar dilingkungan Temperature regulation
panas 1. Monitor suhu minimal
dehidrasi tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring
pakaian yang tidak tepat
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan

25
RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik
jika perlu

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien

26
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

5. Nyeri NOC : NIC :


Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang
tidak Comfort level secara komprehensif
menyenangkan dan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang 1. Mampu karakteristik, durasi,
muncul secara aktual atau mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab faktor presipitasi
atau menggambarkan adanya nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi Studi menggunakan nonverbal dari
Nyeri Internasional): tehnik ketidaknyamanan
serangan mendadak atau nonfarmakologi 3. Gunakan teknik

27
pelan intensitasnya dari untuk mengurangi komunikasi terapeutik
ringan sampai berat yang nyeri, mencari untuk mengetahui
dapat diantisipasi dengan bantuan) pengalaman nyeri pasien
akhir yang dapat diprediksi 2. Melaporkan bahwa 4. Kaji kultur yang
dan dengan durasi kurang nyeri berkurang mempengaruhi respon
dari 6 bulan. dengan nyeri
menggunakan 5. Evaluasi pengalaman
Batasan karakteristik : manajemen nyeri nyeri masa lampau
3. Mampu mengenali 6. Evaluasi bersama pasien
a. Laporan secara verbal atau
nyeri (skala, dan tim kesehatan lain
non verbal Fakta dari
intensitas, tentang ketidakefektifan
observasi
b. Posisi antalgic untuk frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa
menghindari nyeri nyeri) lampau
c. Gerakan melindungi 4. Menyatakan rasa 7. Bantu pasien dan
d. Tingkah laku berhati-hati nyaman setelah keluarga untuk mencari
e. Muka topeng nyeri berkurang dan menemukan
f. Gangguan tidur (mata 5. Tanda vital dalam dukungan
sayu, tampak capek, sulit rentang normal 8. Kontrol lingkungan yang
atau gerakan kacau, dapat mempengaruhi
menyeringai) nyeri seperti suhu
g. Terfokus pada diri sendiri ruangan, pencahayaan
h. Fokus menyempit dan kebisingan
(penurunan persepsi 9. Kurangi faktor presipitasi
waktu, kerusakan proses nyeri
berpikir, penurunan 10. Pilih dan lakukan
interaksi dengan orang dan penanganan nyeri
lingkungan) (farmakologi, non
i. Tingkah laku distraksi, farmakologi dan inter
contoh : jalan-jalan, personal)
menemui orang lain 11. Kaji tipe dan sumber
dan/atau aktivitas, nyeri untuk
aktivitas berulang-ulang) menentukan intervensi
j. Respon autonom (seperti 12. Ajarkan tentang teknik
diaphoresis, perubahan non farmakologi
tekanan darah, perubahan 13. Berikan analgetik
nafas, nadi dan dilatasi untuk mengurangi
pupil) nyeri
k. Perubahan autonomic 14. Evaluasi keefektifan
dalam tonus otot (mungkin kontrol nyeri
dalam rentang dari lemah 15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
ke kaku)
l. Tingkah laku ekspresif dokter jika ada keluhan
(contoh : gelisah, merintih, dan tindakan nyeri
menangis, waspada, tidak berhasil
17. Monitor penerimaan
iritabel, nafas

28
panjang/berkeluh kesah) pasien tentang
m. Perubahan dalam nafsu manajemen nyeri
makan dan minum
Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan : 1. Tentukan lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, karakteristik, kualitas,
fisik, psikologis) dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

29
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
I. Data Demografi
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 67 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku Bangsa : Indonesia
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Cilendek Timur Gg.salman
h. Tanggal Pengkajian : 21 April 2016 Jam 02.30 WIB
i. Tanggal Masuk RS : 21 April 2016 Jam 07.30 WIB
j. No Medical Record : 0725545

2. Penggung Jawab
a. Nama : Tn.J
b. Umur : 30 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Hubungan Dengan Klien : Anak

II. Keluhan Utama


Klien mengatakan nyeri ulu hati dan sesak
Pravalue : 7 dari 1-10
Quality : Di pukul pakai benda tumpul
Radiasi : menjalar ke dada jadi sesak
Severity : hilang timbul
Time : tidak menentu

30
III. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak mempunyai penyakit
apapun, namun sudah 1 minggu terakhir badan demam disertai batuk dan sesak
nafas. Awalnya keluarga hanya membiarkan saja, namun hari semakin hari
kondisi klien semakin memburuk , akhirnya dibawa oleh tetanggnya ke IGD
RS PMI KOTA BOGOR yang sebelumnya klien pernah berobat kesini, karena
kondisinya semakin memburuk klien di rawat inap di ruang Cempaka Rs PMI
kota bogor.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien mengtakan dari keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan klien dan baru klien saja yang mempunyai penyakit ini.

IV. Alergi
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat Alergi

V. Kebutuhan Dasar
A. Activities of daily living
No ADL Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1. Nutrisi
Frequensi Makan 3-4x/hari 2x/hari
Jenis Makanan Nasi, Sayur Program dari RS
Kesulitan Makan Tidak ada Makan porsi
Gangguan makan Muntah 3 kali
berisi makanan

Frequensi Minum 8 gelas (1500 ml) 6 gelas(1200 ml)


Jenis Minum Air Putih Air Putih
Kesulitan Minum Tidak Ada Tidak ada

2 Eliminasi
BAB
Frequensi 2-3x/hari Belum BAB
Konsistensi Padat Tidak ada
Warna Cokelat Tidak ada
Bau Khas Peses Tidak ada
BAK
Frequensi 2-3x/hari
Warna Kuning Menggunakan
Bau Khas Urine Cateter

31
3 Istirahat dan Tidur
Frequensi 8-9 jam 11-12 jam
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygene
Mandi
Frequensi 2 x sehari 1xsehari
Menggunting kuku 2x seminggu
Keramas Rambut 3x seminggu
Menggosok Gigi 2x sehari
5 Aktivitas Klien dapat Aktivitas klien
dilakukan semua dibantu oleh
kegiatan mandiri keluarga dan
perawat.

B. Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan klien sering shalat 5waktu di mesjid dan tidak
pernah ketinggalan, Sebelum adzan tiba klien sering memanjatkan pujian kepada
Nabi.
VI. Profil Psikososial
Klien dan keluarga klien tampak kooperatif terhadap perawat.Dirumah klien sangat
baik dan santun terhadap tetangga
VII. Pola Nilai/ Kepercayaan
a. Kegiatan keagamaan yang dijalani
b. Nilai/ Kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan
c. Lain-lain

VIII. Keadaan Umum


GCS Tingkat Kesadaran
Eye (E): 4 Verbal (V): 5 Motorik (M): 6

BB 42 kg, TB 156 cm

IMT

=16,5kg/m

IX. Vital Sign


Suhu : 37,7C
Tek Darah : 110/90 mmHg
Frek Nadi : 109x/menit
Frek Nafas : 26x/menit

32
X. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan wajah
a. Inspeksi : keadaan rambut kusut, warna ramut putih masih ada 20% yang hitam,
sudah tidak ada pertumuhan rambut, kepala simetris, wajah tidak ada lesi atau
bengkak.
b. Palpasi : rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan pada saat kepala diraba, tidak
ada pembengkakan atau edema, wajah tidak ada pembengkakan

2. Mata
a. Inspeksi : tidak ada edema pada palfebra, sklera ikterik, konjungtiva anemis,
pupil isokhor (kiri dan kanan pada saat dirangsang cahaya)
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada masa.

33
3. Hidung
a. Inspeksi : rambut hidung terlihat, fungsi penciuman 50% tidak ada pendarahan,
tapi terlihat seperti banyak lendir, dan tak terlihat cuping hidung.
b. Palpasi : tidak ada nyeri dan pembengkakan, tidak ada edema.

4. Mulut
a. Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis dan tidak ada pendarahan
pada gusi.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mukosa bibir.

5. Telinga
a. Inspeksi : fungsi pendengaran baik tidak ada serumen dan tidak ada pendarahan,
bentuk telinga simetris kiri dan kanan.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada masa.

6. Leher dan tenggorokan


a. Inspeksi : nyeri pada saat menelan dan merasakan kesakitan sulit untuk menelan.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar.

7. Kardiovaskuler
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung, bentuk dada simetris
b. Palpasi : tidak ada perabaan jantung,
c. Perkusi : spliting s1
d. Auskultasi : Terdengar suara Gallop

8. Paru-paru
a. Inspeksi : usaha bernapas sangat sulit dibantu oleh oksigen dengan non
rebhriting mask, pengembangan hidung tidak teratur, dengan menggunakan otot-
otot tambahan abdomen. Bentuk dada pigeon chest
b. Palpasi : taktil fremitus tidak teraba getaran
c. Perkusi : suara nya pekak dan hiper-resonansi
d. Auskultasi : suara paru terdengar stridor

34
9. Abdomen
a. Inspeksi : Permukaan simetris ,tidak ada lesi
b. Auskultasi : peristaltik usus 20x/menit
c. Perkusi : suara tympani
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan , abdomen teraba keras karena sejak di rumah
sakit belum BAB

10. Integumen
a. Inspeksi : warna kulit sawo matang , kulot terlihat kering.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan CRT > 2 detik

11. Musculoskeletal
Uji kekuatan otot
Dekstra Sinistra
x 1
1 1

Keterangan : ekstremitas dekstra atas :x


ekstremitas dekstra bawah :1
Ekstremitas sinistra atas :1
Ekstremitas sinistra bawah :1
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

13.Neurologi
a. Syaraf olfaktorius (N 1)
fungsi penciuman 50 % yang masih aktif
b. Syaraf Optikus ( N II)
Fungsi penglihatan sudah berkurang 75% karena sklera ikterik dan konjungtiva an
anemis.
c. Syaraf Okulomotorius (N III)
Rrespon dalam pergerakan mata 70%
d. Syaraf troklearis (N IV)
Respon dalam pemeriksaan pergerakan bola mata 70%
e. Syaraf trigeminalis (N V)
Respon rngsangan yang terlihat 70%
f. Syaraf abdusens (N VI)
tidak ada pergerakan bola mata saat dilakukan pemeriksaan klien hanya terdiam
dan tidak ada perputaran hanya 70 % yang dapat diikuti
g. Syaraf fasialis ( N VII)
Hanya dapat diikuti 75% pada pemeriksaan

35
h. Syaraf Vestibulokoklear ( N VIII)
masih terdengar oleh klien telinga sebelah kanan jika kiri sudah berkurang
pendengarannya 50%
i. Syaraf glosofaringeus ( N IX)
Pengecapan lidah sudah berkurang antara 50-60 %
j. Syaraf Vagus ( N X)
merasakan nyeri pad saat di cubit sekitar 50%
k. Syaraf asesorius spinal ( N XI)
kepala dan bahu sulit untuk di gerakan dengan nilai 50%
l. Syaraf Hipogossus ( N XII)
kekutan lidah dalam pmeriksaan ini 50%

XI. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 21 april 2016 pukul 19.26


Pemeriksaan Hasil Ukuran Normal Satuan
Hemogloin 9,9 12-14 g/dl
Leukosit 5.920 5000-10000 /ul
Hitung jenis %
Basofil %
Eusinofil %
Batang %
Segmen %
Limfosit %
Monosit %
LED ( Alifak Mm/jm
EDTA)
Hemotokrit Vol%
Eritrosit Juta/ul
Trombosit X1000/ul
VER ( MCV) Fl
HER (MCH) Pg
KHER ( MCHC) %

Radiologi
Thoraks
1. Jantung tidak membesar (CRT < 50% )
2. Aorta dan mediastanum membesar
3. Kedua hilus tidak normal
4. Corakan bronchovaskuler kedua paru tidak baik, tampak infiltrai sinus dan
diafragma TB paru
5. Tulang-tulang intak
Kesan : tampak kelainan pada cor dan pulmo

36
Pemeriksaan Sputum
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah : pada tanggal 21, 22
dan 23 april 2016
1. 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif, kesimpulan: BTA positif
2. 1 kali positif, 2 kali negatif maka: ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasiliti foto
toraks, kemudian
3. bila 1 kali positif, 2 kali negatif, kesimpulan: BTA positif
4. bila 3 kali negatif, kesimpulan: BTA negatif
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO).

37
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

1. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, +++ (3+)

Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst Skala Bronkhorst (BR):
1. BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan
2. BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang
3. BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang
4. BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang
5. BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang

Terapi medik
Therapy luar
1. Therapy infus menggunakan RL
permintaan 500 ml harus habis dalam 6 jam

tpm :

: 27 tts/mnt

Therapy obat antituberkulosis (OAT)


Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

38
1) Analisa Data
No Tanggal Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Micobacterium Bersihan jalan napas
1. klien mengatakan
tuberculosa tidak efektif
sesak
2. klien mengatakan Masuk lewat jalan
nyeri dada skala 4 napas
dari skala 1-10
Menempel pada paru
DO:
1. klien tampak pucat
Menetap di jaringan
2. kien tampak lemas
3. RR 26x/menit paru
4. HR: 109x/menit
5. Auskultasi paru: Terjadi proses
stridor peradangan
6. Batuk disertai dahak
Pembentukan sputum

bersihan jalan napas


tidak efektif
2 DS: Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
1. Klg klien
Abnormal pada
mengatakan klien
jantung klien
terlihat lemas
2. Klg klien
Tidak ada pergerakan
mengatakan klien
Intoleransi aktivitas
hanya bisa diam di
tempat tidur.
DO:
1. Klien tampak
lemah, hanya bisa
berbicara dengan
isyarat dan tidak
bisa sering
berkomunikasi
2. Klien tampak
kesulitan aktivitas
Skala muskuloskletal
1 1
1 1
3. klien hanya bisa

39
berbaring di tempat
tidur.
4. HR : 104x/menit
5. RR: 26x/mnt

3 DS: Distensi abdomen Nutrisi kurang dari


1. Klg Klien
kebutuhan tubuh
Tekanan abdomen
mengatakan klien
semakin meningkat
tidak mau makan,
mual dan muntah. Mendesak lambung
2. Klg klien
Anoreksia, mual dan
mengatakan klien
muntah
tampak lemas dan
tidak bisa beranjak Perubahan nutrisi
dari tempat tidur. kurang dari
DO:
kebutuhan tubuh
1. Klien tampak
kurus.
2. BB klien menurun
a. BB sebelum
sakit : 52 kg
b. BB sakit 42 kg
3. Konjungtiva :
anemis
sklera: ikterik
Turgor kulit : jelek
CRT > 2 Detik
4. Menghabiskan
makanan porsi
5. Muntah 3x /6 jam
berisi makanan
6. BB 42 kg, TB 156
cm

IMT

=16,5kg/m
7. Hb : 9,9 g/dl
8. Hasil rontgen

40
thorax
kesan : tampak
kelainan pada cor
dan pulmo

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan dan menetap
2. Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transfortasi oksigen sekunder dari
penyakit sistem pernafasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia

41
Tindakan kepeawatan ( Intervensi )
No Tgl Dx Kep Rencana Tindakan Keperawatan paraf
Tujuan Intervensi Raisonal
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Ttv secara berkala 1. Mengetahui secara
2. Monitor respirasi
nafas tidak efektif tindakan berkala perubahan
dan status O2
berhubungan keperawatan TD, RR, HR dan
3. Berikan tindakan
dengan sekresi 3x24 jam klien Suhu klien
pemasangan
2. Mengetahui
yang berlebihan mampu
oksigenasi
perkembangan secara
dan menetap mempertahankan 4. Monitor status
berkala status respirai
( Nanda Nic Noc : jlan napas yang oksigen pasien
5. Beri posisi yang pasien.
937) efektif dengan
3. Membantu memenuhi
nyaman dengan
kriteria hasil :
kebutuhan oksigen
1. klien tidak posisi semi fowler
4. Mengetahui secara
6. Kaji efektifitas
merasakan
berkala kebutuhan
batuk dan ajarkan
sesak napas
oksigen pasien.
2. Batuk klien batuk efektif
5. Membantu
7. Auskultasi suara
berkurang.
memperlancar jalan
3. Tidak ada nafas, catat adanya
napas
gangguan suara tambahan
6. Mengeluarkan dahak
8. Observasi pasien
pola napas
dan melonggarkan
selama 2
seperti
jalan napas
jam/sekali.
stridor. 7. Mengetahui secara
9. Berikan O2
4. RR klien
berkala perubahan
dengan
20x/mnt
napas tambahan.
menggunakan
8. Mengetahui
nasal
perubahan keadaan
pasien
9. Membantu breathing
pada pasien.

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Berikan tindakan 1. Membantu pasien


nutrisi kurang dari tindakan pemasangan NGT makan dan minum
2. Kaji kemampuan 2. Pola makan pasien
kebutuhan tubuh keperawatan
klien untuk teratur dan BB klien
berhubungan 3x24 jam nutrisi

42
dengan anoreksia klien dapat mendapatkan naik
( Nanda Nic Noc : terpenuhi dengan nutrisi yang di
522) kriteria hasil : penuhi
1. Klien tidak
mengeluh
mual
2. Klien sudah
tidak muntah
3. Nafsu makan
klien
bertambah
4. Porsi makan
yang di
berikan keada
klien
bertambah
5. Porsi makan
klien habis
6. IMT normal
>18,5 22,9
7. BB Ideal
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Berikan latihan 1. Untuk melatih
b.d gangguan tindakan 3x24 ROM/Mobilisasi pergerakan
2. Monitor keadaan 2. Agar pasien merasa
sistem transfortasi jam klien
umum dan tanda- nyaman
oksigen sekunder diharapkan
3. Agar tidak timbul
tanda vital
dari penyakit mampu
3. Berikan posisi masalah baru seperti
sistem pernafasan beraktivitas
yang nyaman dekubitus.
secara mandiri 4. Rubah posisi
dengan kriteria setiap 2 jam sekali
hasil: jika pasien masih
1. Mampu
sulit untuk
melakukan
bergerak
aktivitas sehari-
hari secara

43
mandiri
2. Tanda-tanda
vital normal
3. Mampu
berpindah
dengan atau
tanpa bantuan
orang lain

IMPLEMENTASI
Nama pasien :Tn. S
No. RM : 0725545
Ruang Rawat: Cempaka
Tgl Dx Kep Jam Implementasi (tidakan (Respon Klien) paraf
keperawatan)
21/04/16 Bersihan 1. Memberikan 1. S : klien mengatakan
jalan napas tindakan masih merasakan sesak
tidak pemasangan dan hanya sedikit
efektif oksigen 3 - 5 lt membantu
O: klien tampak sesak,
dengan Non
sulit bernapas dan tidak
rebreathing mask
2. Memberikan posisi nyaman
2. S : Klien mengatak
semi fowler
3. Mengkaji nyaman
efektifitas batuk O: klien tampak susah
dan mengajarkan untuk menggeser ke posisi
teknik batuk efektif lain
4. Memberikan 3. S: klien mengatakan susah
therapy obat OAT : untuk melakuk batuk
Etambutol : 2,5 gr
efektif karena terganggu
(via oral)
dengan sekret atau lendir
Ripamficin : 500
O : klien tampak
mg (via oral)
Pirazimanid 2g (via merasakan kesulitan dalam
oral) melaksanakannya

44
Streptomisin 1g S : klien mengatakan
( via oral) merasa demam dan dingin
5. Melakukan ttv
O Hasil :
a. Td : 110/80 mmHg
b. N : 85x/menit
c. RR : 26/mnt
d. S : 37C
Ketidaksei 1. Menganjurkan 1. S: pasien mengeluh tidak
mbangan pasien memakan bisa menelan dan sakit saat
nutrisi makanan yang menelan.
kurang dari tinggi protein dan O : pasien tampak tidak
kebutuhan vitamin. Misalnya bisa memakan makanan
tubuh telur, ikan udang lewat oral
2. S: pasien merasa kenyang
dan susu.
2. Mengkaji namun selalu merasakan
kemampuan pasien haus
untuk mendapatkan O: klien mendapatkan
nutrisi yang di nutrisi yang cukup sesuai
butuhkan. dengan indikasi yang
3. Kaji adanya alergi
diberikan dokter.
makanan
4. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
5. Mengkaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang di
butuhkan.
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan

45
pasien

Intoleransi 1. Membantu 1. S : klien mengatakan tidak


aktivitas pergerakan mampu untuk bergerak
2. Menjelaskan
O: klien tampak sulit untuk
pentingnya istirahat
melakukan pergerakan
dalam rencana 2. S: klien mengatakan
pengobatan dan mengerti dengan
perlunya maksudnya namun tidak
keseimbangan bisa untuk
aktivitas dan istirahat melaksanakannya.
3. Membantu aktifitas
O:klien tampak kesulitan
dlam pemenuhan
dalam beraktivitas karna
ADL diantaranya :
kondisi klien yang
mandi, makan
semakin menurun
minum, toileting dll. 3. S : tidak dapat beraktivitas
Serta mengajarkan O: klien hanya bisa
keluarga untuk dibantu untuk mobilisasi
memenuhi aktifitas atau ROM di tempat tidur
ADL klien. saja.

22/04/16 Bersihan 1. Ttv secara berkala 1. S : klien mengatakan merasa


2. Monitor respirasi
jalan napas demam dan dingin
dan status O2
tidak O Hasil :
3. Kaji efektifitas
a. Td : 100/70 mmHg
efektif
batuk dan ajarkan b. N : 85x/menit
c. RR : 28x/mnt
batuk efektif
d. S : 36,7C
4. Auskultasi suara
2. S : klg klien mengatakan
nafas, catat adanya
klien mengalami penurunan
suara tambahan
kesadaran.
5. Observasi pasien
O : kesadaran klien nampak
selama 2 jam/sekali.
6. Memberikan menurun dari CM ke
therapy obat OAT : somnolen

46
Etambutol : 2,5 gr nilai E : 2 V 2 M : 5
(via oral) RR : 28x/mnt
Ripamficin : 500 3. S : tidak ada respon dari klien
mg (via oral) O: klien mengalami
Pirazimanid 2g (via
penurunan kesadaran namun
oral)
keluarga di berikan
Streptomisin 1g
penjelasan dan mengajarkan
( via oral)
ke keluarga.
4. S : klg klien mengatakan ada
suara suainya seperti orang
mendengkur.
O : terdapat suara napas
tambahan pada klien yakni
stridor.
5. S : klg klien mengatakan
suaminya tidak bisa di ajak
bicara.
O : suhu tubuh klien
meningkat : 37,7c , tidak
bisa di ajak komunikasi
6. S : Klg klien mengatakan
suaminya tidak bisa minum
obat melalui mulut.
O : Klien mengalami
kesulitan dalam meminum
obat.
Ketidaksei 1. Menganjurkan 1. S: pasien mengeluh tidak bisa
mbangan pasien memakan menelan dan sakit saat
nutrisi makanan yang menelan.
kurang dari tinggi protein dan O : pasien tampak tidak bisa
kebutuhan vitamin. Misalnya memakan makanan lewat
tubuh telur, ikan udang oral
2. S: pasien merasa tidak
dan susu.

47
2. Melakukan nyaman dengan pemasangan
pemasangan NGT selang
O : pasien terlihat tidak
Nutrition Monitoring nyaman namun pasien dapat
1. Melakukan menghabiskan makanan dan
pengukuran BB obat yang telah di sediakan
pasien dalam batas oleh tim kesehatan.
3. S: pasien merasa kenyang
normal
2. Monitoring adanya namun selalu merasakan haus
penurunan berat O: klien mendapatkan nutrisi
badan yang cukup sesuai dengan
3. Monitoring tipe
indikasi yang diberikan
dan jumlah aktivitas
dokter.
yang biasa
dilakukan
4. MenJadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
5. Monitoring mual
dan muntah
6. Monitoring pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
7. Monitoring kalori
dan intake nuntrisi
8. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,

48
scarlet
Intoleransi 1. Membantu 1. S : klien mengatakan tidak
aktivitas pergerakan mampu untuk bergerak
2. Menjelaskan
O: klien tampak sulit untuk
pentingnya istirahat
melakukan pergerakan
dalam rencana 2. S: klien mengatakan
pengobatan dan mengerti dengan
perlunya maksudnya namun tidak
keseimbangan bisa untuk
aktivitas dan istirahat melaksanakannya.
3. Membantu aktifitas
O:klien tampak kesulitan
dlam pemenuhan
dalam beraktivitas karna
ADL diantaranya :
kondisi klien yang semakin
mandi, makan
menurun
minum, toileting dll. 3. S : tidak dapat beraktivitas
Serta mengajarkan O: klien hanya bisa dibantu
keluarga untuk untuk mobilisasi atau ROM
memenuhi aktifitas di tempat tidur saja.
ADL klien.

23/04/16 Bersihan 1. Melakukan TTV 1. S : klien mengatakan merasa


2. Mengkaji
jalan napas demam dan dingin
efektifitas batuk
tidak O Hasil :
dan mengajarkan a. Td : 100/70 mmHg
efektif
b. N : 85x/menit
teknik batuk
c. RR : 28x/mnt
efektif d. S : 36,7C
3. Memberikan 2. S : klg klien mengatakan
therapy obat OAT : klien mengalami penurunan
Etambutol : 2,5 gr
kesadaran.
(via oral)
O : kesadaran klien nampak
Ripamficin : 500
menurun somnolen
mg (via oral)
Pirazimanid 2g (via nilai E : 2 V 2 M : 5
oral) RR : 28x/mnt
Streptomisin 1g 3. S : tidak ada respon dari klien

49
( via oral) O: klien mengalami
penurunan kesadaran namun
keluarga di berikan
penjelasan dan mengajarkan
ke keluarga.
4. S : klg klien mengatakan ada
suara suainya seperti orang
mendengkur.
O : terdapat suara napas
tambahan pada klien yakni
stridor.
5. S : klg klien mengatakan
suaminya tidak bisa di ajak
bicara.
O : suhu tubuh klien
meningkat : 37,7c , tidak
bisa di ajak komunikasi
6. S : Klg klien mengatakan
suaminya tidak bisa minum
obat melalui mulut.
O : Klien mengalami
kesulitan dalam meminum
obat.
Ketidaksei 1. Menganjurkan 1. S: pasien mengeluh tidak
mbangan pasien memakan bisa menelan dan sakit saat
nutrisi makanan yang menelan.
kurang dari tinggi protein dan O : pasien tampak tidak
kebutuhan vitamin. Misalnya bisa memakan makanan
tubuh telur, ikan udang lewat oral
2. S: pasien merasa tidak
dan susu.
2. Melakukan nyaman dengan
pemasangan NGT pemasangan selang
3. Mengkaji
O : pasien terlihat tidak

50
kemampuan pasien nyaman namun pasien
untuk mendapatkan dapat menghabiskan
nutrisi yang di makanan dan obat yang
butuhkan. telah di sediakan oleh tim
kesehatan.
3. S: pasien merasa kenyang
namun selalu merasakan
haus
O: klien mendapatkan
nutrisi yang cukup sesuai
dengan indikasi yang
diberikan dokter.
Intoleransi 4. Membantu 4. S : klien mengatakan tidak
aktivitas pergerakan mampu untuk bergerak
5. Menjelaskan
O: klien tampak sulit untuk
pentingnya istirahat
melakukan pergerakan
dalam rencana 5. S: klien mengatakan
pengobatan dan mengerti dengan
perlunya maksudnya namun tidak
keseimbangan bisa untuk
aktivitas dan istirahat melaksanakannya.
6. Membantu aktifitas
O:klien tampak kesulitan
dlam pemenuhan
dalam beraktivitas karna
ADL diantaranya :
kondisi klien yang
mandi, makan
semakin menurun
minum, toileting dll. 6. S : tidak dapat beraktivitas
Serta mengajarkan O: klien hanya bisa
keluarga untuk dibantu untuk mobilisasi
memenuhi aktifitas atau ROM di tempat tidur
ADL klien. saja.

51
EVALUASI
Nama pasien : Tn. S
No. Rm : 0725545
Ruang Rawat: Cempaka
Dx Kep Tgl/waktu Evaluasi paraf
Bersihan jalan 21 april 2016 S : klien mengatakan masih merasakan sesak napas dan
nafas tidak efektif sulit untuk bernapas karena banyak lendir di
berhubungan tenggorokannya
O: Klien tampak terlihat tidak nyaman ditambah suara
dengan sekresi
napas tambahan yang abnormal yakni stridor
yang berlebihan
RR : 26x/mnt
dan menetap
A: masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan dengan pemasangan oksigen
nasal kanul pada klien

22 april 2016 S : klien mengatakan semakin sulit utuk bernapas.


O: klien tampak sulit bernapas dan kesadaran menurun dari
Compos mentis ke somnolen
RR : 28X/mnt
A :Masalah belum tertasi
P : Intervensi di lanjutkan dengan tetapp mempertahankan
oksigen yang terpasang dengan nassal kanul

23 April 2016 S : Klg Klien mengatakan napas klien mengoroak sekret


dan suara napas abnormal seperti gurgling.
RR : 26x/mnt
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan dengan mempertahankan
oksigenasi untuk membantu pernapasan klien dan
melakukan pengisapan lendir dengan suction

24 April 2016 S:-


O : Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
A : masalah tidak teratasi
P : -persiapan pasien pulang
-support mental keluarga

52
Ketidakseimbangan 21 April 2016 S : klien mengatakan sulit untuk menelan
O : kien tampak lemas, lesu dan kurang bergairah untuk
nutrisi kurang dari
berkomunikasi, A, B, C, D
kebutuhan tubuh
A : masalah belum teratasi
berhubungan P : intervensi di lanjutkan dengan pemaangan NGT dan
dengan anoreksia pemberian nutrisi melalui parenteral

22 April 2016 S : klg klien mengatakan mengatakan kesadaran pasien


semakin menurun dan makan melalui selang
O: klien tampak mengalami penurunan kesadaran dari
compos mentis ke somnolent, A B C D
A: masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Mempertahankan pemasangan NGT dan mempertahankan
pemberian diit yang tepat

23 April 2016 S : Klg klien mengatakan klien hanya bisa menggorok dan
tidak bisa di ajak komunikasi
O : Klien tampak hanya masuk nutrisi melalui NGT dan
tidak ada perubahan kesadaran malah semakin menurun
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Dengan mempertahankan pemberian OAT melalui NGT

53
24 April 2016 S:-
O : Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
A : masalah tidak teratasi
P : -persiapan pasien pulang
-support mental keluarga

Intoleransi aktivitas 21 April 2016 S : Klg klien mengatakan merasakan lemas dan tidak
b.d gangguan mampu untuk beraktivitas
O : Klien tampak tidak dapat beraktivitas dan tidak dapat
sistem transfortasi
melakukan kegiatan sehari-hari
oksigen sekunder
A : masalah belum teratasi
dari penyakit P : Intervensi di lanjutkan
Dengan membantu kegiatan ADL sehari-hari pasien.
sistem pernafasan

22 April 2016 S : klg klien mengatakan klien hanya bisa berbaring dan
tidak dapat turun dari tempat tidurnya
O : Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, dan tidak
ada kegiatan dalam ADL sehari-hari nya, dan kesadaran
klien menurun.
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan dengan membantu kegiatan ADL
sehari-hari pasien dan mengobservasi kegiatan pasien

54
23 April 2016 S : klg klien mengatakan klien selalu tertidur dan tidak bisa
bergerak
O : Klien tampak hanya tertidur dan makan disuapi
keluarga
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan dengan membantu kegiatan ADL
sehari-hari pasien dan mengobservasi kegiatan pasien

24 April 2016 S:-


O : Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
A : masalah tidak teratasi
P : -persiapan pasien pulang
-support mental keluarga

55
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Pengkajian pada asuhan keperawatan TB Paru dengan pasien Tn.S 67 tahun
dengan alamat cilendek timur gang salman dengan tanggal pengkajiaan 21 april 2016 jam
07.30 WIB di Ruang penyakit dalam Cempaka RS.PMI Kota Bogor telah menghasilkan
diagnosa keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebihan dan
menetap
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transfortasi oksigen sekunder dari penyakit
sistem pernapasan
Masalah tidak dapat teratasi sesuai dengan tujuan di perencanaan. Dan pasien upnea
pada tanggal 24 April 2016 jam 08.45 WIB di RS. PMI Kota Bogor.

B. Rekomendasi
1. Untuk Rumah Sakit
Meningkatkan kembali pelayanan khususnya pada peralatan dan ketepatan
penggunaan peralatan pada pasien.
2. Untuk Perawat
Lebih meningkatkan lagi asuhan keperawatannya paada pasien terapkan komunikasi
terapeutik pada pasien dan tepat pada pemberian pelayanannya.
3. Untuk Institusi
Lebih di tingkatkan lagi dalam pemberian pemahaman kepada mahasiswa, lebih di
tingkatkan lagi pada tekhnik pengajaran pada mahasiswa/i agar dalam kegiatan
praktika di Rumah Sakit mahasiswa/i sudah mengerti dan paham tinggal
mengapikasikannya lagi di dalam belajar praktika di Rumah Sakit.

56
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Nancy Buku saku Diagnosis Keperawatan EDISI 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC

kriteria hasil NOC, Jakarta EGC


Carpenito, Lynda Jual. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Darmojo; Martono. (2009). Buku Ajar Penyakit dalam (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II, edisi ketiga. Jakarta: balai Penerbit FKUI.


Price, Sylvia A. Dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
1. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth
Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.

57

Anda mungkin juga menyukai