2.1.1 Growth
perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini terdiri atas kenaikan penjualan,
kenaikan laba bersih, earning per share, dan kenaikan deviden per share.
9
10
berikut:
Definisi sales growth menurut Widarjo dan Setiawan (2009) adalah sebagai
berikut:
Definisi sales growth menurut Carvalho and Costa (2014) adalah sebagai
berikut:
Sales growth: refers to the increased sales and services between the
menjalankan operasinya.
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat
meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan
secara keseluruhan.
sebagai berikut:
sebagai berikut:
bahwa operating capacity merupakan rasio efisiensi yang berguna untuk mengukur
kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu jika penggunaan aset semakin
assets turnover. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2008:148) total assets
Total asset turnover disebut juga dengan peprputaran total aset. Rasio ini
melihat sampai sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan
asset turnover merupakan rasio yang mengukur sampai sejauh mana kemampuan
menghasilkan penjualan.
berikut:
Agency cost is the sum of monitoring costs and residual loss. Agency cost
can arise whenever there is a co-operative effort between individuals even
when there is no strict agency relationship such as costs due to conflict of
interest between managers and shareholders, and shareholders and
bondholders.
Definisi biaya agensi menurut Arnold (2013:798) adalah sebagai berikut:
Agency costs arise out of what is known as the principalagent problem.
In most large firms the finance providers (principals) are not able to
actively manage the firm. They employ agents (managers) and it is
possible for these agents to act in ways which are not always in the best
interests of the equity or debt holders.
16
bahwa biaya agensi adalah biaya yang timbul karena adanya konflik antara manajer
dengan pemegang saham. Manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan
saham.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:7) teori agensi adalah sebagai
berikut:
Teori keagenan atau teori agensi dibangun sebagai upaya untuk memahami
dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan
informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang dimaksud
adalah kontrak antara prinsipal (pemegang saham atau pimpinan
perusahaan) dengan agen.
agensi atau teori keagenan digunakan untuk mengatasi masalah atau konflik dalam
hubungan keagenan. Masalah yang timbul karena keinginan prinsipal dan agen
berbeda. Dalam hal ini terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan (pihak
17
perbedaan kepentingan.
While managers should make decisions that are consistent with the
objective of maximising shareholder wealth, whether this happens in
practice is another matter. The agency problem is said to occur when
managers make decisions that are not consistent with the objective of
shareholder wealth maximisation.
sebagai berikut:
Any divergence between the firms owners and the managers (agents) is
known as the agency problem. So if the two interest are aligned, the agency
berikut:
_.
_. =
.
berikut:
berikut:
1. Business Failure
Business failure is a type of financial distress in which a firm no longer stays
in business. However financial distress does not automatically mean the end
of the firm. Other level of financial distress exist as well.
2. Economic Failure
Economic failure is a type of financial distress in which the return on a
firms assets is less than the firms cost of capital. Thus, the firm is not
earning enough on its assets to pay the fund suppliers their promised
payments .
3. Technical Insolvency
Technical insolvency is a type of financial distress in which firms operating
cash flows are not sufficient to pay its liabilities as they come due. In both
cases, the firm can continue as a going concern and eventually a thriving
firm.
20
kajian umum ada 4 kategori penggolongan yang bisa kita buat, yaitu:
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal
manajemen perusahaan. Faktor internal yang bisa menyebabkan
kebangkrutan perusahaan meliputi:
a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus
menerus yang pada akhirnya perusahaan tidak dapat membayar
kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan
dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah
piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan
mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba
bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga
akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak
sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
c. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
Kecurangan ini mengakibatkan kerugian kerugian pada perusahaan
yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini
bisa berbentuk manajemen korup atau memberikan informasi yang
salah pada pemgang saham atu investor. Kasus bank yang
melakukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit adalah
22
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang tidak berhubungan langsung dengan
perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun faktor
persaingan global. Faktor eksternal yang bisa menyebabkan
kebangkrutan meliputi:
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi
penurunan pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan
harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus menjamin hubungan
baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan
baku pada satu pemasok sehingga kekurangan bahan baku dapat
diatasi.
c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor
tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu
banyak piutang yang diberikan debitor dalam jangka waktu
pengambilan yang lama akan mengakibatkan kerugian besar bagi
perusahaan.
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat
fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan untuk mengantisipasi
hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan
baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.
e. Persaingan bisnis yang ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
f. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi
oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian
dengan negara-negara lain, perkembangan perekonomian juga harus
diantisipasi oleh perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi
cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke cina
dan kemampuan cina memproduksi barang dengan harga murah
adalah contoh kasus perekonomian global yang masih harus
diantisipasi oleh perusahaan.
23
berikut:
Hanifah dan Purwanto (2013), Liana dan Sutrisno (2014), Eliu (2014), Hadi
Tabel 2.1
As the corporate
governance
reformations are
vigorously
advocated in China,
our study
provides insights
into the roles of
corporate
governance in
financial
healthiness.
However,
although we have
got some
interesting findings,
they are all based
on Chinese stock
markets, so there
are maybe
limitations in
extending to other
countries.
distress
perusahaan
3. Likuiditas
yang diukur
dengan
cash ratio
tidak
berpengaru
h terhadap
financial
distress
perusahaan
4. Profitabilita
s
berpengaru
h negatif
terhadap
financial
distress
perusahaan.
5. Financial
leverage
yang diukur
dengan
total
liabilities to
total asset
tidak
berpengaru
h terhadap
financial
distress
perusahaan.
6. Financial
leverage
yang diukur
dengan
current
liabilities to
total asset
tidak
berpengaru
h terhadap
financial
distress
perusahaan.
28
7. Pertumbuha
n penjualan
tidak
berpengaru
h terhadap
financial
distress
perusahaan.
signifikan terhadap
financial distress.
Penelitian ini juga
membuktikan
bahwa secara
parsial variabel
independen yang
terdiri dari financial
leverage, total asset
growth, dan sales
growth masing-
masing mampu
menunjukkan
pengaruh yang
signifikan terhadap
financial distress.
Hasil ini berbeda
untuk operating
profit growth yang
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
financial distress.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa
tiga dari empat
hipotesis dalam
penelitian ini
dinyatakan terbukti.
perusahaan yang
mengalami
financial distress.
Simpulan hasil
penelitian ini dapat
dikemukakan
sebagai berikut : (1)
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress, (2)
kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress, (3) dewan
direksi tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress, (4) dewan
komisaris
berpengaruh
negatif terhadap
financial distress,
(5) likuiditas tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress, (6)
leverage tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress dan (7)
operating capacity
berpengaruh positif
terhadap financial
distress.
Terhadap profitabilitas.
Financial Sedangkan variabel
Distress operating capacity
dan biaya agensi
manajerial tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress.
bahwa:
seperti pertumbuhan penjualan, aset atau pendapatan bersih sebagai sebuah variabel
hidup. Perusahaan dalam kematangan akhir atau awal fase penurunan siklus
keuangan yang sehat, tetapi prospeknya cukup lemah dan kemungkinan mengalami
dilakukan oleh Widarjo dan Setiawan (2009) sales growth tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial distress, sama dengan penilitian yang dilakukan oleh
Liana dan Sutrisno (2014) bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap financial
distress.
perputaran total aset. Semakin cepat perputaran aset, semakin cepat dana yang di
investasikan berlanjut menuju kas. Jika tingkat pergerakan ini menjadi lambat,
secara berlebihan untuk kepentingan tujuan mereka dan akan mengganggu stabilitas
distress karena kebijakan manajemen yang lebih tinggi dan itu menunjukan agensi
bahwa biaya agensi memiliki pengaruh terhadap financial distress. Sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Deng (2006) yang menyatakan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Yustika (2015) menyatakan bahwa biaya agensi
sales growth, operating capacity, dan biaya agensi manajerial terhadap financial
distress.
Sales Growth
penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang
terkumpul.
38