Anda di halaman 1dari 86

KATA PENGANTAR

Dalam rangka upaya penerapan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana, Undang-Undang RI Nomor : 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang RI Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang RI
Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Memandang perlu menetapkan Panduan dalam
Penanggulangan Bencana sebagai berikut :
1. Pimpinan, seluruh unsur pembantu pimpinan serta karyawan mendukung sepenuhnya
upaya penanggulangan bencana yang mungkin terjadi guna menghindari atau
meminimalkan kerugian yang di timbulkan oleh bencana.
2. Semua jajaran manajemen RSUD dr. Achmad Darwis wajib memahami dan menghayati
tanggung jawab dalam antisipasi dan pengendalian terhadap bencana yang terjadi maupun
potensi bencana yang mungkin terjadi di RSUD dr. Achmad Darwis.
3. Semua karyawan/ karyawati, mitra kerja serta semua orang yang berada di RSUD
dr. Achmad Darwis wajib mematuhi peraturan maupun ketentuan terkait
penenggalungan dan pengendalian bencana.
4. Semua karyawan/ karyawati wajib berpartisipasi dalam program antisipasi
penanggulangan serta serta dalam pengendalian bila terjadi bencana.
5. Panduan Penanggulangan Bencana ini akan selalu ditinjau ulang berdasarkan adanya
perubahan peraturan perundangan, perkembangan teknologi dan hasil evaluasi dari
uji coba dan simulasi.
Dengan adanya Buku Panduan Kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUD dr.
Achmad Darwis ini, maka diharapkan dapat menjadi media sosialisasi bagi seluruh
karyawan RSUD dr. Achmad Darwis tentang tanggap darurat terhadap bencana dalam
manajemen fasilitas dan keselamatan, sehingga diharapkan dapat mengetahui tindakan apa
yang dilakukan bila terjadi bencana di RSUD dr. Achmad Darwis. sehingga proses penangan
dan penanggualan bila terjadi bencana dapat berjalan baik dan lancar.
Harapan kami, semoga Buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi RSUD
dr. Achmad Darwis bisa bermanfaat bagi kita semua.

Ditetapkan di : Suliki
Pada tanggal : Januari 2015
Direktur

Dr.Muryani Dhatri
NIP. 19760111 200604 2 012
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


SK Direktur Tentang Panduan Kesiapsiagaan Bencana Dan Evakuasi
Daftar Isi ...................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .......................................................... .......................................
B. Tujuan .................................................................................................
C. Ruang Lingkup .................................................................................................
D. Dasar Hukum .................................................................................................
Bab II Ketentuan Ketentuan Umum
A. Pengertian ................................................................................................
B. Pengorganisasian ................................................................................................
Bab III Pedoman Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi.................................................
Bab IV Monitoring dan Evaluasi ......................................................................................
Bab V Penutup ................................................................................................

Lampiran
1. SK Direktur Tentang Pembentukan Struktur Organisasi Penanganan Bencana RSUD dr.Achmad
Darwis
2. Jalur Evakuasi Bencana RSUD dr. Achmad Darwis
3. Struktur Koordinasi Siaga Bencana RSUD dr. Achmad Darwis
4. SK Direktur Tentang Pembentukan Tim Penanggulangan Kebakaran RSUD dr. Achmad
Darwis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Achmad Darwis adalah fasilitas kesehatan umum
dengan banyak mengandung potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat
diduga. Risiko atau bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam, internal
atau eksternal yang berpotensi menimbulkan bencana dan dapat menimpa banyak orang yang
memerlukan tata laksana khusus yang dipersiapkan, agar dapat meminimalisasi korban
baik manusia, properti dan data.Risiko atau bahaya tersebut dapat mengenai pasien,
keluarga pasien, pengunjung, pekerja, pihak ke tiga dan lingkungan. Gangguan
kelangsungan operasional rumah sakit juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada
di rumah sakit, maupun keadaan darurat epidemik / wabah. Untuk itulah RSUD dr.
Achmad Darwis menyusun Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit
(Hospital disaster management plan).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan proses penanggulangan
keadaan gawat darurat, wabah dan bencana yang dapatmempengaruhi rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan tipe, probabilitas dan konsekwensi dari setiap bahaya, ancaman
dan bencana.
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat, wabah dan
bencana.
3. Untuk menyiagakan strategi komunikasi dalam keadaan bencana.
4. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola sumber daya selama bencana,
termasuk alternatifnya.
5. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama bencana,
termasuk alternatifnya.
6. Teridentifikasinya peran dan tanggung jawab karyawan selama bencana.
7. Teridentifikasinya keperluan program pelatihan karyawan dalam penanganan bencana.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku panduan ini meliputi Organisasi, Standar Keselamatan Pasien,
Sasaran Keselamatan Pasien, Penyelenggaraan Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Pelaporan Insiden, Analisis dan solusi, serta pembinaan dan Pengawasan. diperuntukkan bagi
seluruh masyarakat rumah sakit yang terdiri dari pasien, pegawai pengunjung, dan pihak lain
yang berada di lingkungan RSUD dr. Achmad Darwis dalam hal penanggulangan dan
pengendalian bencana.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
5. Peraturan Pemerintaah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
6. Permenaker No. Per/05/Men/1966 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
7. SK Meneg PU No 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
8. SK Meneg PU no 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Manajemen
PenanggulanganKebakaran di Perkotaan.
9. Badan Standarisasi Nasional (2000) tentang pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung 2000-2001 menyangkut sistem hidran, sprinkler otomatis dan APAR.
10. Standar Pelayanan Administratif dan Pelayanan Medis Instrumen Penilaian
Akreditasi RS Departemen Kesehatan RI Revisi Maret 2007
11. KepDirJen Kimprawil No. 58/KPTS/DM/2002, tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Gempa Pada Bangunan Gedung.
12. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung.
13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang No.28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
14. KepMeneg PU No. 10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
15. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sarana Jalan Ke Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung ( acuan NFPA
1001 Life Safety Code, 1997).
16. Keputusan Direktur RSUD dr. Achmad Darwis Nomor ; tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja RSUD dr. Achmad Darwis.
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

A. Pengertian
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik,
yang memerlukan mobilisasi pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak
ke tiga, di luar prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur
pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.
Hazard Vulnerability assesement (HVA) adalah cara/ tolls yang dipakai untuk
menganalisa tingkat potensi bahaya (hazard)dan dampak dari hazard tersebut serta tingkat
kesiapan rumah sakit dalam penanggulangannya, baik langsung maupun tidak langsung
sesuai rekomendasi JCI.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun non
alam atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
Musibah Massal adalah keadaan yang gawat dalam kehidupan sehari hari yang
mendadak terganggu dan banyak orang terjerumus dalam keadaan tak berdaya dan menderita,
dan sebagai akibatnya membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan dan
kebutuhan lain.
Kejadian Luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah, dalam kurun waktu
tertentu, termasuk penyakit karantina, keracunan makanan, yang memerlukan penanganan
segera
Internal Disaster adalah bencana, musibah massal dan kejadian luar biasa yang terjadi
didalam Rumah Sakit, yang memerlukan koordinasi dan penanganan segera baik oleh staf
didalam rumah sakit maupun staf luar rumah sakit agar bencana, musibah massal, dan KLB
tersebut dapat segera diatasi
Eksternal disaster adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit, didalam
masyarakat, namun kemungkinan besar jumlah staf rumah sakit yang menangani korban
bencana yang masuk ke ruang rumah sakit terbatas jumlahnya, sehingga memerlukan
koordinasi baik internal maupun eksternal rumah sakit.
Identifikasi hazard adalah mengenali setiap potensi bencana baik dari alam, buatan
manusia, tekhnologi maupun konflik sosial yang bisa menimbulkan ancaman terhadap
manusia dan lingkungan terutama disekitar rumah sakit
Mitigasi hazard adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Tanggap darurat bancana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana
Siaga waspada bencana adalah persiapan akan kemungkinan waspada bencana.
Biasanya mengawali kewaspadaan, siapkan petugas agar berada ditempat yang ditentukan.
Bila ada tanda, panggil semua petugas on call, tutup semua pintu kecuali pintu masuk utama
dan pintu IGD.
Waspada Bencana adalah ancaman bencana dan sejumlah korban yang harus di tolong
di Rumah akit dan ditransfer ke RS. Siapkan area tindakan dan Triase lanjutkan dengan
menyiagakan P3BRS, mulai memanggil petugas, siapkan triase untuk menindak korban.
Tetapkan pusat komando
Semua selesai ( ALL CLEAR) adalah menghentikan P3BRS. Bencana berakhir, semua
korban sudah ditindak. Daerah tindakan saat bencana dapat ditutup.
Pembawa Pesan adalah menulis dan mengantarkan pesan pada penerima yang
diinginkan
Transporter Adalah membawa korban dengan kendaraan, brankar, kursi roda atau
menemani mereka pindah dan tinggal dengan para korban sampai mereka berada di wilayah
aman
Penjaga Adalah petugas yang berjaga di setiap pintu dan memeriksa identitas orang
yang berusaha masuk fasilitas, perintahkan orang dengan identitas tidak jelas ke pusat
komando untuk identifikasi
Bencana internal Adalah bencana yang membutuhkan tenaga luar rs untuk mengelola
pasien dan kemungkinan mengevakuasi korban akibat kecelakaan dalam rs seperti kebakaran,
ledakan, dll
Bencana eksternal adalahbencana yang terjadi diluar rs, disuatu wilayah masyarakat,
dimana berakibat jumlah petugas tidak memadai untuk melayani korban di IGD
Staff ON CALL Adalah anggota dari berbagai bagian dalam RS yang siap dipanggil
dengan basis 24 48 jam
Kritis Adalah tanda tanda vital tidak stabil dan tidak dalam batas normal, pasien
menderita sakit akut atau tidak sadar. Indikator tidak jelas atau dipertanyakan
NON Kritis Adalah tanda tanda vital stabil dan dalam batas normal. Pasien sadar
dan bisa merasa nyaman atau tidak. Indicator tegas atau dapat dipahami

B. Pengorganisasian
Struktur Pengorganisasian Bencana RSUD dr Achmad Darwis ( Terlampir)
C. Uraian Tugas
1. Komandan Rumah Sakit (Direktur)
(1) Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan Kabupaten
b. Bertanggung jawab mengkoordinasikan pelayanan bencana dan bantuan dengan
instansi jejaring serta mengawasi kinerja Komandan Bencana
(2) Tugas
a. Memberi arahan kepada Komandan Bencana untuk pengelolaan penanganan korban
b. Melaporkan proses penanganan bencana kepada pihak Dinas kesehatan Kabupaten
maupun Pemerintahan Daerah
c. Memberikan Briefing kepada Komandan Bencana, ketua Medical Support dan ketua
Manajemen Support
d. Memberikan informasi terkait proses penanganan bencana kepada pihak lain diluar
Rumah sakit
e. Mendampingi kunjungan tamu kenegaraan, tamu Pemerintah pusat dan Propinsi serta
kabupaten.
f. Mengkoordinasikan permintaan bantuan dalam daerah dan luar daerah
g. Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana Rumah Sakit

2. Komandan Bencana (Kepala Bidang Pelayanan Medis Dan Keperawatan)


(1) Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab kepada Komandan Rumah Sakit
b. Bertanggung jawab untuk mengkoordinir pelaksanaan pelayanan medical support dan
manajemen support
(2) TUGAS
a. Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medical support dan manajemen support
b. Bertanggung jawab memberi tahu ka.SMF / Instalasi atau pengganti
c. Melakukan fungsi komandan Rumah Sakit bila ybs tidak hadir
d. Bertanggung jawab memberitahu keluarga pasien atau menunjuk orang yang diberi
tugas
e. Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medis dan manajemen
f. Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit
g. Menindaklanjuti upaya permintaan bantuan oleh Komandan Rumah Sakit
h. Memastikan proses penanganan korban dan sumber pendukungnya terlaksana dan
tersedia
i. Melakukan koordinasi kerja kepada Instansi lain dan Rumah Sakit Jejaring tentang
Sarana, Prasarana dan Tenaga kesehatan

3. Ketua Manajemen Support ( Sekretaris )


(1) Bertanggung jawab kepada : Komandan Bencana
(2) Tugas:
a. Menyiapkan Pos Komando
b. Menyiapkan SDM cadangan
c. Menangani kebutuhan logistic
d. Menyiapkan alur Evakuasi dan keamanan area penampungan
e. Menyiapkan area dekontaminasi ( bila diperlukan )
f. Melakukan pendataan pasien dan penempatan / pengiriman pasien
g. Menetapkan masa pengakhiran kegiatan penanganan bencana
h. Menyiapkan sarana fasilitas komunikasi didalam dan diluar Rumah Sakit
i. Menangani masalah pemberitaan media dan informasi pada keluarga korban
j. Menyiapkan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban / pasien

4. Ketua Pelayanan Medik (Kepala Seksi Pelayanan Medis)


Bertanggung jawab kepada Komandan Bencana
Bertanggung jawab untuk pengendalian penanganan korban bencana hidup dan mati
(1) Tugas:
a. Mengendalikan penanganan korban hidup
b. Mengendalikan penanganan korban mati
c. Menkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medik dan forensik (petugas kamar mayat)
d. Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada Komandan
Bencana
e. Mengkoordinir proses evakuasi korban keluar RS
f. Memberikan briefing kepada Tim Pra Hospital dan Intra Hospital
g. Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan evakuasi korban
(data hasil Kegiatan) kepada Komandan Bencana

5. Ketua Tim Logistik Dan Operasional (Kepala Bidang Sarana dan Prasaranan )
Bertanggung jawab kepada Ketua Manajemen Support
Bertanggung jawab untuk penyediaan logistik, penyediaan informasi dan operasional
penanganan bencana
Tugas:
a. Merencanakan dan mengadakanseluruh kebutuhan dalam penanganan bencana
b. Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistik
c. Mengkoordinir pengelolaan jenazah di kamar jenazah
d. Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta melaksanakan pemeliharaannya
e. Menyelesaikan administrasi bantuan luar daerah

6. Komite Medik
Bertanggung jawab untuk ketersediaan tenaga medis
Bertanggung jawab pada kelancaran dan kualitas pelayanan medis
Tugas:
a. Ketua Komite Medik melapor ke Pusat Komando
b. Mengawasi kelancaran dan kualitas pelayanan medis oleh SMF / Instalasi terkait
c. Memberikan masukan dan usulan pada korban bencana

7. Penghubung
Tugas
a. Ketua penghubung melapor ke Pusat Komando dan memanggil Anggotanya
b. Melakukan pembicaraan dan pendekatan pada pihak terkait yang tidak terselesaikan
atau teratasi oleh Komandan Rumah Sakit atau Komandan Bencana

8. Ketua Keperawatan ( Kepala Seksi Keperawatan )


Bertanggung jawab kepada Ketua Pelayanan Medik
Bertanggung jawab untuk Pelayanan keperawatan, pengadaan tim Keperawatan,
pengelolaan tempat tidur dan informasi mobilisasi korban
Bertanggung jawab mencari tahu beratnya bencana : Mayor atau Minor.
Tugas :
a. Mengatur pelaksanaan tugas tim keperawatan sampai kembali ke bangsal / ruangan
masing masing
b. Mengusahakan tenaga perawat yang diperlukan, koordinasi dengan kepala ruangan dan
membuat daftar masing masing ruangan yang sudah Hadir
c. Menyiapkan dan mengkoordinasikan tim keperawatan
d. Menyiapkan dan mengkoordinasi pelayanan keperawatan
e. Pengelolaan tempat tidur, kesiapan dan pengosongan
f. Mengkoordinasikan pemindahan pasien atau korban antar ruangan serta kesiapan
evakuasi pasien atau korban
g. Mengkoordinasikan pemenuhan kebutuhan penunjang keperawatan
h. Informasikan mobilisasi korban Rumah Sakit

9. Ketua Tim Rekam Medis


Bertanggung jawab : sebagai pusat Administrasi pasien masuk dan pasien rawat rumah
Sakit
Tugas :
a. Tetapkan petugas yang bertanggung jawab segera !!! untuk memperbaiki dan
memastikan daftar korban dan memberikan catatannya ke Pusat Komando
b. Ketua Unit atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando dan memanggil anggotanya
sesuai kebutuhan
c. Beritahukan Pusat Komando Gawat Darurat bila terjadi Bencana Internal
d. Setelah diumumkan bencana oleh yang berwenang, bunyikan alarm Waspada
Bencana ( atau umumkan dengan cara yang tidak menimbulkan kepanikan)
e. Jangan terima pasien non Gawat Darurat kecuali ObsGyn dan Anak
f. Pindahkan semua panggilan informasi public dan pers ke pusat informasi
g. Arahkan pers ke Humas
h. Panggil Ulama atau Psikiater bila perlu
i. Tentukan petugas Adm untuk membantu memindahkan pasien bila diperlukan
j. Sediakan formulir ekstra

10. Instalasi Gizi


Tugas :
a. Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando dan memanggil
anggotanya
b. Siapkan dan berikan makanan bagi pasien rawat jalan, rawat inap dan petugas
c. Singkirkan semua troli yang tidak digunakan
d. Tentukan dan gunakan daerah tunggu dll, sebagai ruang makan
e. Bertanggung jawab untuk mengatur menu dalam bencana dan pertahankan
kecukupannya

11. Pemeliharaan / IPSRS


Tugas :
a. Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando dan memanggil
anggotanya
b. Pertahankan operasional maksimal dari semua fasilitas
c. Semua pintu harus di kunci segera kecuali pintu petugas, IGD dan Lobby
d. Bertanggung jawab mengatur bed tambahan bila diperlukan, juga pemindahan barang
barang.
e. Membantu pemindahan pasien dari Ambulance ke Triase

12. Unit Kebersihan


Tugas :
a. Kepala Unit atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando dan memanggil
anggotanya.
b. Bersihkan area terima serta ruangan antara pasien di daerah tindakan
c. Pastikan ruangan bersih dari perangkat pembersih dll

13. Petugas Laundry


Tugas :
a. Petugas laundry atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando serta memanggil
anggotanya
b. Menyiapkan kain laken yang bersih serta mengambil laken serta kain kain yang
sudah kotor

14. Instalasi Kamar Operasi


Tugas :
a. Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando serta memanggil
petugas yang diperlukan
b. Memanggil Dokter Bedah / Anastesi / petugas tambahan bila perlu
c. Memeriksa area persediaan dan peralatan serta ketersediaan obat
d. Menanyakan bantuan tambahan untuk melaksanakan operasi serta tindakan di OK IGD
dan RR
e. Menentukan dan mengarahkan perawat instrument dan sirkulasi
f. Memberitahu bagian triase bila OK dan RR tersedia untuk kasus berikutnya
g. Membuat daftar keperluan minimum dan menyiapkan perangkat sterilitasi tambahan
segera
15. Unit Penyedia Tempat Tidur ( Koordinator Penunjang Non Medis )
Tugas :
a. Kepala Unit atau yang ditugaskan memanggil anggotanya setelah melapor ke Pusat
Komando
b. Berkoordinasi untuk memindahkan atau bila mungkin memulangkan pasien rawat
untuk mendapatkan lebih banyak ruang untuk korban
c. Menyiapkan penambahan dengan memberitahukan jumlah bed ekstra secara
berkelanjutan dan menentukan peletakkannya
d. Pada bencana internal, menyiapkan evakuasi pasien ke daerah aman
e. Tugaskan petugas dengan membawa kursi roda ke Pusat Komando
f. Secar periodic mengirim pembawa berita ke Pusat Komando untuk memeriksa adanya
perubahan data / kebutuhan
g. Mengawasi semua jalur dan lorong untuk transportasi pasien, petugas dan peralatan

16. Instalasi Radiologi


Kepala Instalasi atau yang ditugaskan memanggil anggotanya setelah melapor ke
Pusat Komando
a. Merancang dan mengambil kebutuhan tambahan
b. Menentukan alur koordinasi kerja dan pembagian area tugas
c. Memanggil petugas tambahan yang dibutuhkan untuk menangani semua korban.
Semua petugas yang di panggil melapor ke Unit / Instalasi Radiologi
d. Petugas yang dinas atau on call diberi peringatan waspada, merancang kegiatan unit
dan melapor serta mencari informasi tambahan ke Pusat Informasi

17. Utdrs ( Ka Utdrs )


Tugas :
a. Kepala Unit atau yang ditugaskan melapor ke Pusat Komando dan memanggil
anggotanya
b. Bila perlu memanggil petugas dari RS, Puskesmas ataupun klinik terdekat
c. Membuat pengaturan untuk mendapatkan darah, peralatan dan pengadaan tambahan
dari penyedia

18. Instalasi Farmasi (Ka. Inst. Farmasi)


Tugas :
a. Ka. Instalasi melapor ke Pusat Komando dan tetap di Instalasinya serta memanggil
anggotanya
b. Selalu sedia obat minimum untuk kedaruratan setiap saat
c. Farmasi tetap terbuka dan tunjuk petugas pengantar barang

19. Unit Penyedia Oksign (Kepala Ipsrs)


Tugas :
a. Kepala Instalasi atau yang di tugaskan melapor ke Pusat Komando
b. Menyiapkan sejumlah sarana yang memadai untuk pengisap, kanula, masker dan
flowmeter
c. Menyiapkan untuk mendapatkan respirator dan peralatan tambahan bila diperlukan
d. Siaga untuk membantu area tindakan
e. Menyiagakan peralatan resusitasi dalam kondisi siap pakai berikut label keterangan

20. Instalasi Gawat Darurat ( Kepala Instalasi Gawat Darurat )


Tugas :
a. Kepala IGD atau yang ditugaskan melapor ke Pusat Komando dan memanggil
anggotanya
b. Siaga menerima korban yang masuk
c. Minta tambahan tenaga dari Pusat Komando bila perlu
d. Siapkan area tindakan, lakukan Triase, Resusitasi, Stabilisasi, Distribusi Korban
e. Identifikasi korban
f. Mengurus barang barang korban
g. Mengatur komunikasi radio internal dan eksternal
h. Mengatur semua unit lain yang ditugaskan di area tindakan / IGD

21. Unit Pelayanan Sosial Dan Hubungan Masyarakat ( Konseris )


Tugas :
a. Melapor ke Pusat Komando dan siaga untuk bertugas di ruangan penunngu pasien di
IGD
b. Laporkan daftar anggota keluarga pada Pusat Komando
c. Siaga untuk memanggil relawan yang mengenal kondisi Rumah Sakit
d. Dapatkan relawan untuk mengurus Balita di tempat yang ditentukan

22. Unit Keamanan Dan Keselamatan Pasien / Pasien Safety ( Tim Pasien Safety )
Tugas:
a. Ketua panitia pasien safety dan Tj Satpam berkoordinasi dan melapor pada Pusat
Komando
b. Memberi bantuan bila diperlukan tambahan tenaga
c. Mengamankan seluruh kegiatan dan fasilitas
d. Memastikan semua pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal

23. Perawat Yang Ditunjuk Untuk Korban Bencana


Tugas :
a. Dapatkan semua informasi dan lengkapi informasi dan waktu pada lembaran bencana.
Bila tidak ada informasi untuk identitas, tuliskan informasi yang ada seperti keadaan
dan jenis cedera. Bila bagian label sudah diambil petugas lain, gunakan rekam medik
pasien rawat jalan dengan memberikan tanda di kanan atas untuk mencatat perobahan
kondisi pasien dan informasi tambahan lainnya
b. Pastikan bagian atas label dibuat untuk kepentingan Rekam Medis dengan informasi
yang wajib diisi
c. Jangan meninggalkan pasien tanpa pengawasan. Pasien bisa dititipkan pada petugas
pengantar
d. Berikan pertolongan pertama secara agresif
e. Wajib memberikan penomoran khusus bencana pada slip Lab / X-Ray
f. Pasien yang masuk harus mempunyai slip informasi dari pusat komando yang di
pasang di IGD
g. Bila pasien di transfer, pastikan menunjukan label pada Rumah Sakit Penerima
h. Bila pasien di rawat, pastikan kebutuhan oksigen terpenuhi
BAB III
PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI

A. Penilaian Resiko (Risk Assessment)


Sesuai dengan ketentuan dari Joint Commission International, penyusunan
pedoman penanggulangan emergensi rumah sakit harus didasarkan pada hasil proses
penilaian risiko. Salah satu cara penilaian resiko adalah dengan penyusunan Hazard
Vulnerability Analysis (HVA). HVA adalah cara untuk menganalisa bahaya (hazard) serta
dampak dari hazard tersebut terhadap rumah sakit, baik langsung maupun tidak
langsung.
1. Tahapan Penyusunan HVA (Hazard Vulnerability Analysis)
a. Identifikasi potensi bahaya atau bencana
Penyusunan daftar berisi semua bahaya dan bencana yang mungkin, melalui
metode brainstorming, analisa data kecelakaan, kepustakaan dan metode-metode
lainnya sehingga dihasilkan data yang menyeluruh. Agar dalam pembahasannya
lebih terfokus, maka bahaya/ bencana dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu:
bencana alam (naturally events), kegagalan teknologi (technological events), kejadian
terkait orang (human related events)dan material berbahaya (hazardous materials).
b. Analisis terhadap setiap bahaya/ bencana yang teridentifikasi Untuk setiap bahaya/
bencana, maka dilakukan analisa mengenai:
Kemungkinan terjadinya (probability of occurance)
Dampaknya (magnitude), baik terhadap orang (human impact), barang
(property impact) dan bisnis (bussines impact).
Pencegahan dan penanganan (mitigation): yang meliputi kesiapan
(preparadness), respon internal dan respon eksternal.
c. Menentukan prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/ bencana selesai dievaluasi, maka akan didapat nilai
total resiko untuk setiap bahaya/ bencana tersebut. Dalam menentukan prioritas
penanganan bahaya/ bencana dan keperluan penyusunan emergency planning,
pertimbangannya adalah sebagai berikut :
Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya 30%
Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah 30%, tapi
harus dibuat penanganannya sesuai rekomendasi dan ketentuan dari JCI, KARS,
Departemen Kesehatan RI dan badan lainnya.
Sebelum HVA dilakukan, sudah dibuat pedoman/ rencana penanggulangannya

2. Pelaksanaan Penyusunan HVA


Penyusunan HVA dilakukan oleh Tim K3, PPI dan dengan melibatkan seluruh
jajaran direksi, manajemen senior, manajer dan Tim/ tim dibawah direktur. Hasil dari HVA
dilaporkan kepada Direktur RSUD Dr. Achmad Darwis dengan tembusannya diberikan
kepada seluruh jajaran petugas RSU dr. Achmad Darwis.
HVA merupakan suatu kondisi yang berkembang sehingga diperlukan
peninjauan ulang terhadap HVA yang dilakukan setiap tahun.

3. Hasil HVA
a. Kegagalan Genset
b. Paparan Radiasi sinar X (internal)
c. Kegagalan Suplai Listrik
d. Asap/Api/Kebakaran (internal)
e. Tumpahan B3 skala kecil-sedang
f. Kegagalan Alarm Kebakaran
g. Puting beliung
h. Kegagalan Sistem Informasi/Komunikasi
i. Kegagalan Gas Medis
j. Kegagalan Suplai Air
k. Ancaman Bom
l. Huru-Hara Perorangan/kelompok
m. Gempa bumi
n. Pencurian
Sesuai dengan pertimbangan dalam menentukan prioritas, maka beberapa jenis
bencana/ keadaan darurat akan dicantumkan ke dalam Pedoman Penanggulangan
Bencana/ Keadaan Darurat Rumah Sakit ini. Kecuali beberapa jenis bencana/ keadaan
darurat dibawah ini, dicantumkan dalam pedoman yang terpisah:
a. Kebakaran (internal, external dan kegagalan alarm)di Pedoman Penanggulangan
Kebakaran.
b. Penculikan Pasien Bayi/Anak di Pedoman Satuan Pengamanan.
c. Huru-hara Perorangan/ kelompok di Pedoman Satuan Pengamanan
d. Pencurian di Pedoman Satuan Pengamanan
e. Ancaman Bom di Pedoman Satuan Pengamanan
f. Epidemik / KLB dalam pedoman dari PPI.
g. Kegagalan Genset, Kegagalan Suplai Listrik, Kegagalan Suplai Air akan di bahas
dalam Pedoman dari Utility / IPSRS

B. Jenis Bencana / Keadaan Darurat Di RSUD Dr. Achmad Darwis (Type of disaster /
emergency condition)
1. Definisi
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik, yang
memerlukan mobilisasi pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak ke
tiga, di luar prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur
pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.
Keadaan darurat adalah kondisi di mana terjadi situasi yang berpotensi mengganggu
pelayanan terhadap pasien maupun membahayakan pasien , keluarga pasien, pekerja,
pihak ke tiga dan pengunjung, yang memerlukan antisipasi dan penanganan yang cepat.
2. Jenis Bencana
Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-masing
bencana diberikan kode guna mencegah timbulnya kepanikan dan memudahkan
komunikasi antar petugas terkait dengan penanggulangan bencana.
Adapun bencana yang diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit meliputi :
a. Kebakaran (fire) - KODE MERAH
b. Gempa Bumi - KODE KUNING
c. Over Cavasity - KODE HITAM
d. Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan mediklain - KODE BIRU
e. Penculikan Bayi/Anak - KODE PINK
f. Kegagalan Utilitas - KODE HIJAU

a. Kebakaran (Kode Merah)


Termasuk didalamnya pembahasan tentang kebakaran eksternal dan kegagalan
alarm kebakaran. Dibahas lebih lanjut dalam pedoman pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
b. Gempa Bumi (Kode Kuning)
Merupakan pemberitahuan adanya kejadian gempa bumi.Termasuk prosedur Evakuasi.
c. Over Cavasity (Kode hitam
Merupakan pemberitahuan bila adanya kondisi UGD menerima pasien melebihi
kasitas atau daya tampung . Maka dr. Jaga atau kepala ruangan mengaktifkan Kode
Hitam.
d. Kejadian Henti Jantung & Kegawat daruratan mediklain (Kode biru)
Pemberitahuan adanya seseorang dalam kondisi henti nafas/Jantung yang
memerlukan tindakan resusitasi jantung-paru (RJP). Dibahas lebih lanjut dalam
prosedur Medis.

e. Penculikan Bayi / Anak ( Kode Pink )


Merupakan pemberitahuan adanya penculikan bayi.

3. Keadaan Darurat
Sesuai dengan hasil HVA, maka yang termasuk dalam keadaan darurat di rumah
sakit yang memerlukan perhatian khusus meliputi :
a. Kegagalan sistem suplai listrik cadangan (emergency power), termasuk di antaranya
Genset.
b. Kerusakan sistem Pipa & suplai air bersih / pump & clean water disruption
c. Kegagalan sistem gas medik (Oksigen & Vaccum) / medical gas failure
d. Kegagalan Sistem Informasi / Information system failure
4. PENYAKIT KHUSUS
Sesuai dengan hasil HVA, penyakit-penyakit yang memerlukan penanganan
khusus di rumah sakit meliputi:
a. Avian Flu
b. Swine Flu
c. SARS. dll
Akan dibahas dalam Prosedur Pelayanan Medik.

5. Komunikasi Darurat
Komunikasi darurat adalah kunci utama dalam cara penyampaian berita darurat
secara cepat dan tepat. Kerjasama Tim tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
sistem dan sarana komunikasi darurat.
Sarana komunikasi darurat yang diperlukan adalah:
a. Panggilan terbatas
Panggilan yang ditujukan kepada personil organisasi penanggulangan bencana saja,
dengan cara:
Telepon.
Panggilan melalui telepon yang terpasang di tempat petugas yang termasuk dalam
organisasi penanggulangan bencana.
Handy talki
Panggilan dari pesawat handy talki (HT) pada frekuensi tertentu.
b. Panggilan umum
Pemberian informasi darurat ke semua penghuni bangunan baik di dalam gedung
maupun di luar gedung dengan menggunakan sistem alarm. Informasi darurat tersebut
berupa Tanda Bahaya dan diikuti dengan Pemberitahuan tentang kondisi darurat
kepadasemua penghuni yang dapat dibagi dalam:
Komunikasi dalam gedung dimana suara akan terdengar ke seluruh bagian dalam
bangunan ( paging system).
Komunikasi di luar gedung seperti car call, dimana semua penghuni yang berada di
luar gedung akan bisa mendengar informasi keadaan darurat.

Isi berita harus disampaikan oleh operator dengan tenang dan jelas. Agar baku maka
perlu ada teks informasi atau pengumumam keadaan darurat yang dibuat secara tertulis
yang dapat dibaca operator melalui sarana komunikasi dalam gedung (paging system)
atau luar gedung / car call.

Contoh :
TEKS 1 : Saat alarm aktif
PERHATIAN, PERHATIAN. ALARM KEBAKARAN TELAH AKTIF, PENYEBAB
ALARM MASIH DALAM PEMERIKSAAN. HARAP TENANG DAN MENUNGGU
INSTRUKSI LEBIH LANJUT. TERIMAKASIH. (diumumkan 2 kali ).
Pengertian :
Sinyal alarm aktif adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena
adanya indikasi adanya asap / panas atau karena gangguan instalasi alarm.

TEKS 2 : Jika sinyal alarm palsu


PERHATIAN, PERHATIAN. KAMI TELAH MENEMUKAN PENYEBAB ALARM
AKTIF DAN TERNYATA DISEBABKAN OLEH GANGGUAN TEKNIS. KINI
SITUASI TELAH KEMBALI NORMAL. DIPERSILAKAN UNTUK KEMBALI DAN
BEKERJA SEPERTI BIASA. KAMI MOHON MAAF ATAS GANGGUAN INI.
TERIMAKASIH. (diumumkan 2 kali).
Pengertian :
Sinyal alarm palsu adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena
adanya gangguan teknis, bukan karena adanya kondisi darurat.

TEKS 3 : Saat diaktifkan kode Merah (Evakuasi) dari gedung


PERHATIAN, PERHATIAN. TELAH TERJADI KEADAAN DARURAT KODE MERAH
UNTUK GEDUNG.(sebutkan nama gedung yang lengkap).
KEPADA SAUDARA YANG BERADA DI DALAM GEDUNG., HARAP SEGERA
MENINGGALKAN RUANGAN MENUJU KELUAR MELALUI PINTU TERDEKAT.
PETUGAS EVAKUASI AKAN MEMANDU SAUDARA. . (umumkan 2 kali).
Pengertian :
Evakuasi adalah pemindahan penghuni gedung dari tempat yang tidak aman ke
tempat yang aman.

TEKS 4 : Pengumuman adanya uji fungsi Alarm


PERHATIAN, PERHATIAN. TIM PEMELIHARAAN KAMI AKAN MELAKUKAN UJI
FUNGSI PADA ALARM KEBAKARAN. MOHON TANDA ALARM BERIKUT INI
DIABAIKAN. ..(diumumkan 2 kali).
Pengertian :
Kegiatan uji fungsi adalah kegiatan yang dilakukanuntuk pengujian alarm, sehinga
alarm aktif tetapi bukan karena keadaan darurat.

TEKS 5 : Pengumuman uji fungsi alarm usai.


PERHATIAN, PERHATIAN. UJI FUNGSI ALARM TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN. TERIMAKASIH ATAS KERJASMANYA(umumkan 2 kali).
Pengertian :
Uji fungsi alarm selesai adalah selesainya pelaksanaan pengujian fungsi alarm.

c. Nomor Telepon Penting


1.

C. GEMPA BUMI/ KODE KUNING


1. Batasan
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh aktivitas
gunung api, tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif atau runtuhan batuan. Di
permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya
struktur bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa gempa,
kecelakaan industri dan transportasi dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan dan
tanggul tanggul penahan lainnya. Kejadian gempa bumi terdiri dari beberapa parameter,
salah satunya adalah skala intensitas gempa. Skala intensitas guncangan gempa yang
banyak dipakai adalah skala Modified Mercalli Intensity (MMI, Skala I- XII). Secara
umum gempa bumi dianggap bahaya bila mencapai Skala IV MMI atau lebih.
Prosedur Gempa Bumi (KODE KUNING) adalah prosedur yang
diberlakukan dalam penanggulangan gempa bumi dengan atau tanpa adanya korban dan
kerusakan. Bila memerlukan tindakan evakuasi maka berlaku prosedur evakuasi.

2. Tugas & Tanggung Jawab


a. Koordinator Lapangan Darurat Bencana
Dipimpin oleh Ketua Tim K3 (dalam jam kerja) / Perawat Pengawas (di luar jam kerja)
Tugas dan wewenang
Menerima Laporan dan mencari informasi dari setiap Penangung Jawab Gedung/
Kepala Satuan Kerja tentang adanya/tidaknya kerusakan / korban akibat gempa
dan segera mendatangi area yang mengalami kerusakan atau yang ditemukan
korban akibat gempa.
Bila gempa dirasa hebat, maka segera menyatakan bencana KODE KUNING dan
menghubungi Operator untuk mengumumkan keadaan Bencana KODE
KUNING dan meminta penghuni gedung untuk tetap tenang dan berlindung
melalui paging system.
Keadaan Darurat Bencana Kode KUNING dinyatakan selesai bila tidak ada
bahaya yang mengharuskan evakuasi atau bila keadaan darurat dan korban
akibat gempa yang ada telah selesai ditangani.
Memimpin proses penanggulangan kejadian gempa dengan dibantu seluruh
jajaran koordinasi siaga bencana.
Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan penanggulangan gempa
sesuai dengan rencana kerja.
Melakukan koordinasi dengan departemen / instansi terkait dalam kegiatan
penanggulangan kejadian gempa.
Ketua Tim K3 Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan kejadian gempa.
Ketua Tim K3 Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUD dr.
Achmad Darwis, termasuk rencana pengendalian gempa serta program pelatihan
yang ada.
b. Koordinator Informasi dan Komunikasi
Dipimpin oleh Ka.Ru UGD ( dalam jam kerja) / Dokter Jaga (di luar jam kerja)
1) Kurir (petugas Sekuriti)
Menyampaikan berita dari dan ke Koordinator Lapangan Darurat Bencana
apabila terdapat gangguan sarana komunikasi.
2) Operator Telepon/ paging system.
Mencatat setiap laporan keadaan bencana.
Mengatur dan membatasi lalulintas komunikasi umum, diprioritaskan pada
komunikasi penanggulangan bencana.
Setelah gempa bumi reda, petugas operator telepon menyampaikan berita
pernyataan keadaan darurat KODE KUNING 1 dari pejabat berwenang dengan
cara :

Nada bicara yang tenang dan kalimat yang jelas.


Mengumumkan
: PERHATIAN-PERHATIAN,.KODE KUNING1 .KODE KUNING 1, UNTUK
SELURUH WILAYAH RSUD DR. ACHMAD DARWIS,. DIMOHON UNTUK TENANG DAN
TIDAK PANIK,.IKUTI PETUNJUK PETUGAS ATAU PENGUMUMAN
SELANJUTNYA. TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA (diulang 2 kali ).
Apabila pejabat berwenang menyatakan bencana SELESAI, maka petugas
operator mengumumkan
:PERHATIAN- PERHATIAN..KODE KUNING 1 TELAH SELESAI,KODE
KUNING -1 TELAH SELESAI,SEGENAP KARYAWAN DIMOHON UNTUK
BEKERJA KEMBALI SEPERTI SEMULA. TERIMAKSIH..(diulang 2 kali).

3) Pengamanan Rekam Medik


Dipimpin oleh Ka RM, Bertugas mengamankan data nama-nama pasien dengan cara
melakukan print out nama pasien rawat inap dan rawat jalan.
Pengamanan Rekam Medik Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. (Di lapangan
dilaksanakan oleh Regu keselamatan /regu evakuasi barang).
4) Pengamanan data Elektronik
Dipimpin oleh Ka Sapras ,Bertugas mengamankan data elektronik di server
gedung induk dan mensupport data yang diperlukan oleh MR.

c. Koordinator Keselamatan, Keamanan Dan Pemantauan


Sub Tim Keselamatan Kerja / Supervisor Bencana & Kebakaran ( Pada jam
kerja)/ Perawat Pengawas ( diluar jam kerja ).
Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana Gempa Bumi
sementara, dan menyatakan keadaan darurat selesai atau sampai Koordinator Lapangan
Darurat Bencana / Komandan Bencana tiba di tempat di mana secara operasional di
bawah Pimpinan Darurat Bencana (Direksi) dan Koordinator Lapangan Darurat
Bencana ( Ketua Tim K3). Menyatakan Keadaan Darurat Bencana (sesuai kode
komunikasi bencana) dan meminta Operator mengumumkan keadaan bencana tersebut
melalui pagingsystem dan car call. Memimpin dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dari kelompok/petugas dibawah
koordinasinya.
1) Penanggung Jawab Gedung.
Dipimpin oleh Ka Instalasi/Ka.Ru (dalam jam kerja) / Ka Tim (di luar jam kerja).
Bersama jajarannya (regu keselamatan lantai/gedung, petugas teknik) bertugas
segera melakukan pertolongan terhadap pasien/ korban dan tugas bidang masing-
masing.
Segera melakukan identifikasi kerusakan/ bahaya dan sedapat mungkin
menanggulangi akibat bencana gempa agar tidak meluas.
Segera melaporkan kondisi terakhir kepada Koordinator Lapangan Darurat
Bencana/ Perawat Pengawas.
2) Kelompok sekuriti, pemadam dan evakuasi .
Dipimpin Kepala Sekuriti (dalam jam kerja) / Komandan piket.
Bersiaga di tempat kerja dan segera berlari menuju lokasi setelah ada permintaan
bantuan dan memberikan pertolongan sesuai tugasnya. Yaitu :
Pelaksanaan penyelamatan penghuni/pengguna bangunan yang
terperangkap di daerah gempa ke tempat yang aman dan kepada orang-
orang lanjut usia, cacat, sakit dan ibu-ibu hamil harus diberikan cara
penyelamatan khusus.
Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
Menangkap orang yang mencurigakan sesuai prosedur yang berlaku, seperti
dengan borgol,dibawa ke pos keamanan untuk diperiksa dan selanjutnya
diserahkan ke polisi.
Mengamankan barang-barang berharga, brankas dan lain-lain.

d. Koordinator Logistik.
Melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain menyediakan obat
dan bahan/alat habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll sesuai keperluan.

e. Koordinator Teknik ( IPSRS )


Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain
segera:
Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang berbahaya
misalkan kabel listrik, instalasi air, dll.
Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak.
Mengecek ulang fungsi instalasi gas medik sebelum proses pengembalian
pasien ke ruangan masing-masing pasca evakuasi.
Memeriksa keamanan instalasi gas masak.

f. Koordinator Medis
Melakukan kegiatan pertolongan pelayanan medis terhadap korban-korban akibat
gempa.

3. Pencegahan & Mitigasi


Adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan apabila terjadi gempa.
a. Mitigasi Pasif /passive mitigation
1) Pembuatan Prosedur Penanggulangan Gempa Bumi, yang meliputi semua hal yang
harus dilakukan oleh staf rumah sakit, pasien dan pengunjung terjadi gempa,
termasuk didalamnya sistem komunikasi dan evakuasi.
2) Pembentukan Tim Penanggulangan Gempa.
3) Pembuatan peta daerah/ ruangan yang rawan bila terjadi gempa
4) Identifikasi tempat aman di dalam dan luar rumah sakit
Di bawah benda atau struktur yang kokoh seperti meja atau bangku yang berat
Di sudut-sudut bangunan
Jauh dari benda atau peralatan yang mudah pecah dan jatuh, seperti
jendela, cermin, lukisan, lemari dll.
Di area terbuka, jauh dari bangunan, pohon, kabel telepon dan listrik.
5) Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang prosedur penanggulangan gempa
6) Pengkajian / analisis risiko gempa
b. Mitigasi Aktif /active mitigation
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana/gempa dsb.
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakandan prosedur berkaitan dengan
pencegahan bencana/gempa.
3) Penempatan ulang benda, peralatan atau struktur yang mudah jatuh atau rusak
ketika terjadi guncangan, antara lain:
Memeriksa dan memperbaiki bila ada kerusakan di lantai, dinding dan atap
Memperbaiki kabel-kabel listrik yang rusak dan pipa gas yang bocor. Semuanya
berpotensi untuk timbulnya kebakaran ketika terjadi gempa.
Mengikat lemari ke dinding.
Menempatkan peralatan yang besar dan berat di rak yang rendah.
Menyimpan benda atau peralatan yang mudah pecah dirak yang rendah dan
mempunyai penutup.
Menggantung benda yang berat seperti lukisan atau kaca jauh dari tempat tidur,
kursi dan semua tempat pasien, pengunjung atau karyawan duduk.
Memperkuat struktur lampu-lampu, kipas atau peralatan lain yang menepel di
langit-langit.
Menyimpan cairan kimia dan bahan-bahan yang mudah terbakar di lemari
tertutup dan rak terbawah.
4) Pelatihan prosedur penanggulangan gempa bagi para karyawan
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana/gempa.

4. Proses Penanganan Kejadian Gempa


Bangunan RSUD dr. Achmad Darwis belum dirancang untuk tahan terhadap
Gempa Bumi dengan intensitas besar , oleh karena itu bahaya untuk robohnya bangunan
adalah sangat besar, sehngga dapt menimbulkan kerusakan yang besar. Misalnya terjadinya
kaca pecah, benda berat jatuh / terguling, pintu keluar macet, kebocoran air, kerusakan
instalasi listrik, kebocoran gas dan kebakaran. Sebisa mungkin tetap tinggal di tempat
selama gempa bumi. Kadang kala gempa yang terjadi adalah gempa awal dan gempa yang
lebih besar mungkin terjadi. Pergerakan dibatasi hanya menuju tempat aman dan tinggal di
dalam bangunan sampai guncangan berhenti.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak yang disebabkan oleh
banyak orang berebutan lari keluar bangunan, apalagi bertingkat, diperkirakan akan
lebih besar dari bahaya gempa bumi itu sendiri.Manusia yang bergerak dapat terjatuh
dan terpeleset di dalam gedung, jalan keluar bisa tersumbat, orang-orang bisa terinjak
-injak dan terjatuh dari tangga.
a. Penanganan Awal Ketika Terjadi Gempa
Berikut adalah prosedur yang perlu dilakukan oleh semua karyawan, pasien dan
pengunjung RSUD dr. Achmad Darwis ketika terjadi gempa:
1) Jangan panik
2) Berlindung di bawah meja atau furnitur lain yang kokoh. Bila tidak ada, lindungi
wajah dan kepala dengan lengan dan jongkok di sudut bangunan, di dekat kolong
tiang penyangga bangunan.
3) Tetap di tempat tidur bila sedang di sana ketika terjadi gempa. Berpegangan dan
lindungi kepala dengan bantal, kecuali bila berada di bawah peralatan yang mudah
jatuh. Pada kondisi tersebut pindahlah ke tempat yang lebih aman.
4) Jauhi kaca, jendela, bagian luar pintu dan dinding, serta semua benda dan peralatan
yang mudah jatuh , seperti lampu-lampu, AC dll.
5) Tetap di dalam gedung sampai guncangan berhenti.
6) Tunggu instruksi selanjutnya dari koordinator penanggulangan bencana

b. Penanganan Lanjut
1) Setelah gempa betul-betul berhenti, Komandan siaga yaitu Koordinator
Lapangan Darurat Bencana (pada jam kerja) atau Perawat Pengawas (di luar jam
kerja) akan meminta operator untuk mengumumkan terjadinya KODE KUNING
- 1 melalui paging/Car call. Termasuk didalamnya himbauan untuk tetap berada
di tempat sampai aman untuk pergi keluar.
2) Ka Sub Tim Keselamatan Kerja / Kepala Ruangan sementara dapat bertindak
sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana sampai Koordinator Lapangan
Darurat Bencana/ Perawat Pengawas tiba.
3) Tim penanggulangan bencana sementara dapat berkumpul di UGD atau di tempat
aman lain jika UGD mengalami kerusakan akibat gempa.
4) Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Perawat Pengawas menerima
laporan dari Ka Satker/ PJ Area / Ka Tim tentang adanya kerusakan atau korban
akibat gempa atau dari anggota tim lainnya.
5) Berdasarkan laporan-laporan tersebut, Koordinator Lapangan Darurat Bencana
/ Perawat Pengawas memeriksa lokasi dan memutuskan perlu tidaknya evakuasi
pasien, pengunjung dan staf rumah sakit (prosedur evakuasi akan dibahas pada bab
khusus).
6) Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Ketua Tim K 3 (di dalam jam
kerja) atau Perawat Pengawas melapor kepada Pimpinan Darurat Bencana /
Direktur RSUD dr. Achmad Darwis tentang terjadinya gempa.

c. Evakuasi / Kode Kuning -2


a. Pengertian
Evakuasi adalah upaya yang dilakukan untuk memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat (daerah berbahaya atau lokasi bencana) ke tempat
yang lebih aman dengan tujuan penyelamatan atau pencegahan.
Tidak semua bencana rumah sakit harus diikuti dengan evakuasi. Kondisi-
kondisi yang memerlukan tindakan evakuasi antara lain:
Bencana ancaman bom yang diikuti terjadinya kebakaran.
Bencana ancaman bom yang menyebabkan kerusakan struktur bangunan.
Adanya ancaman bom yang nyata.
Kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi.
Gempa Bumi .
b. Tugas & Tanggung Jawab
Koordinator Lapangan Darurat Bencana Dipimpin oleh Ketua Tim K3 (dalam
jam kerja) /Perawat Pengawas (di luar jam kerja )
Tugas dan wewenang:
Menerima Laporan dan mencari informasi dari setiap Penangung Jawab
Gedung/ Kepala Satuan Kerja tentang ada /tidaknya kerusakan / korban
akibat gempa dan segera mendatangi area yang mengalami kerusakan atau
yang ditemukan korban akibat gempa.
Bila Koordinator Lapangan Darurat Bencana pada saat itu menemukan
kerusakan gedung / keadaan yang membahayakan pasien , pegawai dan
pengunjung gedung, maka segera menyatakan Keadaan Bencana Kode
Hijau 2( Evakuasi ) dan menghubungi operator untuk mengumumkan
KODE Kuning 2 (evakuasi- meninggalkan gedung) melalui paging system.
Melaporkan Keadaan Bencana Kepada Direksi.
Menyatakan bencana KODE KUNING 2 selesai bila penghuni
gedung telah selesai di evakuasi, korban akibat gempa telah diberikan
pertolongan danpasien rawat inap telah mendapatkan tempat perawatan.
Memimpin proses penanggulangan kejadian gempa dengan dibantu
seluruh jajaran koordinasi siaga bencana.
Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan penanggulangan
gempa sesuai dengan rencana kerja.
Melakukan koordinasi dengan departemen / instnasi terkait dalam
kegiatan penanggulangan kejadian gempa.
Ketua Tim K3 Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait
dengan pencegahan dan penanggulangan kejadian gempa.
Ketua Tim K3 Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUD dr.
Achmad Darwis, termasuk rencana pengendalian gempa serta program
pelatihan yang ada.

c. Koordinator Informasi Dan Komunikasi


Dipimpin oleh Ka.Ru UGD ( dalam jam kerja) / operator telepon (di luar jam kerja)
Kurir (petugas Sekuriti) Menyampaikan berita dari dan ke Koordinator
Lapangan Darurat Bencana apabila terdapat gangguan sarana komunikasi.
Operator Telepon/ paging system.
Mencatat setiap laporan keadaan bencana.
Mengatur dan membatasi lalulintas komunikasi umum, diprioritaskan
pada komunikasi penanggulangan bencana.
Menyampaikan berita pernyataan keadaan darurat KODE HIJAU 2 dari
pejabat berwenang dengan cara : Nada bicara yang tenang dan kalimat yang
jelas. Dan Mengumumkan :
:PERHATIAN-PERHATIANKODE Kuning-2 ,.KODE KUNING-2..UNTUK
GEDUNG ( sebutkan nama gedung) , ..SEGENAP PETUGAS SIAGA BENCANA
DIINTRUKSIKAN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS (diulang 2 kali).
Apabila pejabat berwenang menyatakan bencana SELESAI, maka
petugas operator , mengumumkan
:PERHATIAN- PERHATIAN,..KODE Kuning 2 TELAH SELESAI,KODE HIJAU -2
TELAH SELESAI,SEGENAP KARYAWAN DIMOHON UNTUK BEKERJA KEMBALI
SEPERTI SEMULA. TERIMAKSIH..(diulang 2 kali).

Pengamanan Rekam Medik


Dipimpin oleh Ka MR, Bertugas mengamankan data nama-nama pasien
dengan cara melakukan print out nama pasien rawat inap dan rawat jalan.
Pengamanan Rekam Medik Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. (Di lapangan
dilaksanakan oleh Regu evakuasi barang).
Pengamanan data Elektronik
Dipimpin oleh Ka SAPRAS, Bertugas mengamankan data elektronik di
server gedung induk dan mensupport data yang diperlukan oleh MR.
d. Koordinator Keselamatan, Keamanan Dan Pemantauan
Ka. Sub Tim Keselamatan Kerja / Supervisor Bencana & Kebakaran ( Pada jam
kerja)/ Perawat Pengawas ( diluar jam kerja ).
Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana Gempa Bumi
sementara, dan menyatakan keadaan darurat selesai atau sampai
Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Perawat Pengawas tiba di tempat
di mana secara operasional di bawah Pimpinan Darurat Bencana (Direksi) dan
Koordinator Lapangan Darurat Bencana ( Ketua Tim K3).
Menyatakan Keadaan Darurat Bencana (sesuai kode komunikasi bencana)
dan meminta Operator mengumumkan keadaan bencana tersebut melalui
paging system dan car call.
Memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana dari kelompok/petugas dibawah koordinasinya.

a) Penanggung Jawab Gedung.


Dipimpin oleh Ka Instalasi/Ka Satuan kerja (dalam jam kerja) / Ka Tim (di luar
jam kerja)
- Memimpin jajarannya yaitu (petugas teknik gedung, regu keselamatan
lantai/gedung, yaitu regu evakuasi jiwa, regu evakuasi barang, regu
pemadaman, regu Medis bertugas melakukan pertolongan terhadap
pasien/ korban sesuai tugas dan bidang masing-masing.
- Segera melakukan identifikasi kerusakan/ bahaya dan sedapat mungkin
menanggulangi akibat bencana gempa agar tidak meluas.
- Segera melaporkan kondisi terakhir kepada Koordinator Lapangan
Darurat Bencana/ Perawat Pengawas.
b) Kelompok sekuriti, pemadam dan evakuasi .
Dipimpin Kepala Sekuriti (dalam jam kerja) / Komandan piket. Bersiaga di
tempat kerja dan segera berlari menuju lokasi setelah ada permintaan
bantuan dan memberikan pertolongan sesuai tugasnya. Yaitu :
- Pelaksanaan penyelamatan penghuni/pengguna bangunan yang
terperangkap di daerah gempa ke tempat yang aman dan kepada orang-
orang lanjut usia, cacat, sakit dan ibu-ibu hamil harus diberikan cara
penyelamatan khusus.
- Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab.
- Menangkap orang yang mencurigakan sesuai prosedur yang berlaku,
seperti dengan borgol, dibawa ke pos keamanan untuk diperiksa dan
selanjutnya diserahkan ke polisi.
- Mengamankan barang-barang berharga, brankas dan lain-lain.

e. Koordinator Logistik.
Memimpin koordinasi kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain
menyediakan obat dan bahan/alat habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll
sesuai keperluan.

f. Koordinator Teknik ( IPSRS)


Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara
lain segera:
- Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang
berbahaya misalkan kabel listrik, instalasi air, dll.
- Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak.
Mengecek ulang fungsi instalasi gas medik sebelum proses pengembalian
pasien ke ruangan masing-masing pasca evakuasi.
- Memeriksa keamanan instalasi gas masak.
g. Koordinator Medis
Koordinator medis dan bagian-bagiannya (Petugas Kelompok Dokter, Petugas
Kelompok Perawat, Petugas Area Evakuasi Awal, Petugas Area Evakuasi
Lanjutan, Petugas Ambulans, Petugas Evakuasi KLB, Petugas Forensik dan
Kamar Jenazah) segera merespon dengan melakukan kegiatan pertolongan
pelayanan medis terhadap korban-korban akibat gempa.

h. Prioritas Evakuasi
i. Pasien,
ii. Rekam medik pasien yang sedang dirawat inap.
iii. Alat medis mayor (Monitor, Defibrilator, Ventilator, Infuse pump, syringe
pump, Trolley, dll).

i. Daerah Tujuan Evakuasi


Ditandai dengan marka sebagai berikut : ( titik kumpul )
j. Daerah Evakuasi Aman / Assembly Point
Adalah Titik Kumpul Aman terdekat untuk penanganan sementara dan untuk
perhitungan jumlah pasien / pengunjung/ staff.
a) Depan IPSRS : Instalasi Gizi, IPSRS, Nusa Indah, Radiologi, Anggrek, dan
Poli Klinik.
b) Disamping UTDRS : Kebidanan,Anak,Kesling,kantor 1dan 2, IBS
c) Tempat Parkir : ICU, IGD, Laboratorium, Farmasi.

UGD : Untuk pasien yang memerlukan tindakan medis dan support peralatan
medis :
- Area Merah: Ruang Resusitasi (merah) dan ruang akut (Kuning)
diprioritaskan untuk pasien ICU dan pasien yang gawat dari ruangan lain.
- Area Kuning
o Ruang tindakan bedah: untuk melanjutkan operasi emergency bagi
pasien yang tidak bisa di transfer ke RS lain.
o Ruang tindakan UGD : untuk pasien/pengunjung/yang cedera selama
proses evakuasi.
- Area Hijau :Koridor depan Farmasi,
- Area Hitam : Kamar Jenazah/Musolla.

Jika bahaya bencana meluas , dapat dipergunakan Assembly point terdekat


dari Assembly Point semula ( bila memungkinkan).
Di masing-masing daerah evakuasi diatur tempat berkumpul pasien dan
keluarga berdasarkan ruangan asal pasien.
Di daerah tujuan evakuasi tersebut, dilakukan penghitungan jumlah pasien
oleh tim.

k. Daerah Evakuasi Lanjutan


Adalah tempat evakuasi untuk pasien yang memerlukan rawat inap atau
observasi lebih lanjut bila ruang rawat inap tidak bisa menampung, baik karena
sudah penuh atau karena rusak.
l. Data Pasien dan karyawan.
Yang dimaksud data adalah daftar nama pasien dan karyawan, digunakan untuk
kepentingan mengabsen di daerah tujuan evakuasi guna cek silang bahwa semua
sudah terevakuasi tanpa ada yang tertinggal.
Data pasien rawat inap, dan operasi segera dicetak setelah alarm
bencana/kebakaran berbunyi.
Data karyawan yang sedang berdinas segera dicetak setelah data pasien rawat
inap dicetak.
Data pasien rawat jalan di Poliklinik segera dicetak setelah data karyawan
dicetak.

m. Klasifikasi pasien dalam evakuasi :


i. Pasien kelompok A, bisa berjalan, tidak memerlukan monitoring, jantung
dan paru tidak terganggu, maksimal terpasang 1 infus line.
ii. Pasien kelompok B, bisa berjalan, namun terpasang monitor jantung paru
definitif.
iii. Pasien kelompok C, tidak bisa berjalan, tidak terpasang monitor dan jantung
paru dalam keadaan baik.
iv. Pasien kelompok D, tidak bisa berjalan, terpasang monitor jantung-paru
definitif.
v. Pasien kelompok E, tidak bisa berjalan, terpasang support vital (ventilator,
obat-obat inotropik, perlu continuous suction, pace maker, WSD, dll).
Klasifikasi pasien dilakukan oleh perawat ruang rawat inap untuk setiap pasien
(baru dan lama), dan ditulis dalam daftar pasien. Klasifikasi pasien dilakukan
tiap 24 jam, terutama peralihan dari shift pagi ke shift siang.

n. Pelaksanaan Evakuasi
a) Secara garis besar, pelaksanaan evakuasi hampir sama dari tiap jenis bencana.
b) Evakuasi dilakukan apabila diperlukan dan diinstrusikan oleh Pejabat
Berwenang secara benjenjang yaitu Koordinator Lapangan Darurat Bencana
/ Perawat Pengawas, Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan,
Ka Satker, Kepala Ruangan.
c) Di luar jam kerja maka :
- Perawat Pengawas bertindak sebagai Koordinator Lapangan Keadaan
Darurat Bencana, Koordinator Logistik dan Koordinator Keselamatan,
Keamanan dan Pemantauan
- Operator bertindak sebagai Koordinator Informasi dan Komunikasi.
- bertindak sebagai.
- Petugas IPSRS bertindak sebagai Koordinator Teknik Keadaan Darurat
Bencana.
- Komandan Piket Keamanan bertindak sebagai Ka Tim Keamanan, Ka Tim
Pemadaman dan Ka Tim Evakuasi
- Dokter jaga IGD bertugas sebagai Koordinator Medik,
- Ka. Tim Jaga UGD bertindak sebagai ketua Kelompok Perawat.
d) Aktifasi Kode Kuning 2 / Perintah evakuasi datang dari Pejabat Berwenang
yaitu: Koordinator Lapangan Keadaan Bencana / Duty Manager /
Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan dll. Daerah yang
belum mendapatkan perintah evakuasi tetap menjalankan aktivitas seperti biasa
dengan tingkat kesiagaan tinggi.
e) Selama proses penanggulangan bencana dan evakuasi dilakukan, tim tetap
berkoordinasi dengan pihak dinas atau instansi terkait seperti dinas kebakaran,
kepolisian dan dinas kesehatan dan lain-lain.

o. Prosedur Evakuasi
i. Kepala Keadaan Darurat Bencana / Perawat Pengawas memegang data
pasien Rawat Inap dan karyawan (dari MR & Satker) segera setelah
mengumumkan evakuasi.
ii. Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk pasien durante operasi
diupayakan untuk dalam kondisi siap ditransport (misal, luka ditutup dulu,dsb).
Kamar operasi mendapat giliran terakhir untuk evakuasi dan mendapat
perlindungan maksimal dari segenap sumber daya.
iii. Evakuasi pasien rawat jalan dan pengunjung di pimpin oleh petugas( Kepala
Ruangan) ke titik kumpul terdekat/ aman.
iv. Tahapan evakuasi pasien Rawat Inap:
- Pertama, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelompok A dan B.
Bersama penunggu / pengunjung berkumpul di depan pintu darurat yang
ditentukan, kemudian bersama-sama dipimpin oleh 1 orang petugas. Pasien
kelas B harus ada yang menemani (keluarga). Dalam hal tidak ada yang
menemani, dimasukkan dalam gelombang kedua.
- Kedua, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas C. Penunggu bekerja
sama dengan petugas RS menggendong pasien, langsung menuju ke ke
lokasi yang sudah ditujukan. Ratio maksimal 1 perawat memonitor 3
pasien. Masing-masing pasien dibawa oleh keluarga. Prioritas bagi pasien
yang ada penunggunya, atau pasien yang penunggunya kuat menggendong
terlebih dahulu.
- Ketiga, untuk pasien kelas D harus dibawa dengan stretcher/ tandu/
tempat tidur. Masing masing pasien dibawa oleh 4 orang. Stretcher
dimobilisasi berdasarkan prioritas, instruksi dari tim. Petugas pembawa
stretcher/ tandu/ gtempat tidur terdiri dari 3 orang non medis, dan 1
orang medis (dokter / perawat) yang merupakan pimpinan.
- Keempat, untuk pasien kelas E, harus dibawa seperti pasien kelas D,
namun oleh minimal 3 orang dan 5 orang (bila dengan tandu), di mana
orang kelima bertanggung jawab atas instrumen, airway dan pernapasan.
v. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya
(oleh Petugas Evakuasi barang).
vi. Prioritas berikut adalah alat medis yang bisa dibawa dengan tangan (hand
carry) seperti monitor, defibrillator, pulse oxymetri, infusion pump, syringe
pump, guna melanjutkan proses perawatan di tempat evakuasi.
vii. Di IGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi bantuan RS
lain untuk mengirim ambulans guna mentransfer pasien ke RS lain, terutama
pasien-pasien kritis, durante operasi, dan pasien kelas E.
viii. Koordinator Medis melakukan set up pelayanan medis di tempat evakuasi.
Penilaian ulang kondisi setiap pasien rawat inap dilakukan mulai dari pasien
kelas E ke bawah.
ix. Koordinator Logistik menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja
sama dengan pihak keamanan. Jalur ambulans diamankan oleh Petugas
Keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.

D. OVER CAPACITY
1. Batasan
Merupakan suatu kode dari Instalasi Gawat Darurat bahwa jumlah pasien yang datang
melebihi kapasitas Unit Gawat Darurat baik dari segi perlengkapan maupun dari segi
ketenagaan. Keputusan untuk mengaktifkan Kode HITAM merupakan kewenangan
mutlak dari dokter IGD yang sedang bertugas setelah dokter IGD menilai kemampuan dari
tim IGD yang pada saat itu sedang bertugas.

2. Perlengkapan
a) Rompi Komando sebanyak 1 buah.
b) Rompi Triage sebanyak 3 buah.
c) Kartu Triage, dilengkapi 4 warna triage (hitam-merah-kuning-hijau), nomor rekam
medis sementara dan tali gantung.

3. Jenis Bencana / Keadaan Darurat


a) Multiple Casualty Incident: Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien melebihi
kapasitas dari Instalasi Gawat Darurat, tapi masih dapat di tanggulangi dengan sumber
daya rumah sakit pada saat kejadian.
b) Mass Casualty Incident : Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien jauh
melebihi kapasitas dari Instalasi Gawat Darurat dan tidak dapat di atasi oleh seluruh
sumber daya rumah sakit pada saat kejadian.

4. Proses Pelaksanaan
a) Dokter IGD yang sedang bertugas menentukan jenis dari Kode HITAM, apakah
termasuk dalam multiple casualty ataukah termasuk dalam mass casualty.
b) Pada multiple casualty incident (Kode Hitam 1) , dokter IGD yang sedang bertugas,
menghubungi Kasi Keperawatan (Perawat Pengawas), bilamana yang di butuhkan
adalah tenaga selain dokter, untuk meminta mobilisasi ketenagaan dari ruangan
yang lain. Bila yang dibutuhkan adalah tenaga dokter, maka dokter IGD yang
sedang berdinas menghubungi dokter Kasi Pelayanan Medis.
c) Selama menunggu ketenagaan dari ruang yang lain, staff IGD yang sedang
bertugas berusaha semampunya mengatasi pasien yang datang.
d) Setelah bantuan ketenagaan tiba, dokter IGD memberikan instruksi apa saja yang dapat
di kerjakan oleh tenaga tambahan tersebut.
e) Setelah seluruh pasien tertangani, dan dokter IGD yang bertugas merasa jumlah pasien
yang berada di IGD sudah dapat di tangani oleh staff IGD, maka dilakukan
serah terima pasien dari tenaga tambahan kepada staff IGD, dan tenaga tambahan
dapat kembali ke tempat kerjanya masing masing, dan dengan sendirinya multiple
casualty berakhir.
f) Dokter IGD memberikan laporan tertulis kepada Kepala Keadaan Darurat Bencana dan
Koordinator Medik dalam waktu 1 x 24 jam.
g) Pada adanya kecurigaan terjadinya mass casualty incident (kode Hitam 2),
dokter IGD yang sedang bertugas berusaha mencari informasi kepada pihak luar
yang dapat dipercaya (mis. Polisi; pemadam kebakaran) tentang adanya suatu
bencana yang berpotensi menjadi mass casualty di RSUD dr. Achmad Darwis.
h) Setelah informasi tersebut di dapat, maka dokter IGD yang sedang bertugas
melakukan aktifasi keadaan darurat dengan jalan menghubungi Operator.

5. Proses Triase Bencana


Seluruh pasien yang tiba di rumah sakit, dilakukan proses triase. Proses triase ini
tergantung kebutuhannya, dapat dilakukan di IGD ataupun di pintu masuk rumah
sakit. Prinsip triase pada saat bencana adalah menyelamatkan sebanyak mungkin
pasien yang tiba di rumah sakit. Proses triase bencana berlangsung tidak lebih dari
1 menit untuk setiap pasien. Pasien yang telah menjalani proses triase diberikan
kartu berwarna tergantung dari pengelompokannya.
Pengelompokan pasien berdasarkan dari hasil triase di dapatkan :
a) Pasien hijau >>>> kumpulkan di lobby depan IGD, apabila tidak mencukupi, maka
dapat diperluas hingga ke ruang tunggu pasien IGD.
b) Pasien kuning >>> langsung di masukkan ke dalam ruang IGD untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dan mendapatkan prioritas utama dalam penanganan
c) Pasien merah >>> langsung di arahkan ke dalam ruang resusitasi dan dilakukan
pembebasan jalan napas dan selanjutnya sesuai prosedur, bila kemungkinan
tertolong sangat kecil >>> pasien dapat di tinggalkan. Lakukan prioritas
pertolongan pada pasien dengan harapan hidup lebih besar. Apabila ruang
resusitasi penuh, pasien dapat di bawa ke ruang pemeriksaan medical.
d) Pasien label hitam >>> langsung di bawa ke Musolla / ruang jenazah
Di setiap kartu pasien ada nomor yang berfungsi sebagai nomor rekam medik pasien
sementara sampai pasien dapat didaftarkan secara layak.

KEADAAN DARURAT INTERNAL (INTERNAL EMERGENCIES)


1. GANGGUAN SUPLAI LISTRIK DARI PLN
Tujuan prosedur ini untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan
bilamana terjadi gangguan suplai listrik dari PLN dimana power supply pada gedung tidak
terganggu.
a. Gangguan pada Gardu
Bilamana terjadi gangguan pada Gardu, petugas dinas akan :
1) Melapor ke PLN
2) Melapor ke atasan
b. Gangguan pada Panel Tegangan Menengah (TM) & Transformator
Bilamana terjadi gangguan Panel Tegangan Menengah dan Trasformator petugas dinas
akan :
1) Mengecek Peralatan yang terpasang
2) Mengecek Line power yang terganggu
3) Melapor kepada Kabid Sarana dan Parasaran ( Kasi)
c. Gangguan pada PUTR
Bilamana terjadi gangguan pada system PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah ) petugas
dinas akan melaksanakan:
1) Mengecek Peralatan yang terpasang
2) Mengecek Line power yang terganggu
3) Melapor kepada Ka IPSRS
4) Memperbaiki peralatan yang terganggu
d. Gangguan pada system SDP ( Sub Distribusi Panel ) petugas dinas akan melaksanakan:
1) Mengecek Peralatan yang terpasang
2) Mengecek Line power yang terganggu
3) Melapor kepada KaIPSRS
4) Mencari Alternatif untuk memback-up power yang bermasalah jika diperlukan
5) Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah
e. 5. Gangguan pada System Pada Panel Power ( PP ) dan Panel Lampu ( LP ) petugas dinas
akan melaksanakan:
1) Mengecek Peralatan yang terpasang
2) Mengecek Line power yang terganggu
3) Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah

Bila terjadi gangguan pada system listrik untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext Keterangan

1 Ka. IPSRS

2 Kabid. SaPras

3 Kasi

2. GANGGUAN PADA SISTEM LISTRIK CADANGAN (EMERGENCY POWER)


Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang
harus dilakukan bilamana terjadi kegagalan/ gangguan pada sistem listrik cadangan
(emergency power)
a. Gangguan pada listrik PLN baik itu internal/external petugas dinas akan melaksanakan:
1) Memeriksa panel di Panel PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah )
2) Memeriksa Panel Tegangan Menengah
3) Memeriksa di Gardu
4) Bila gangguan ini berlangsung Genset akan beroperasi secara auto
5) Melapor ke dinas gangguan PLN
6) Monitoring system
b. Gangguan pada system Genset petugas dinas akan melaksanakan :
1) Mematikan Genset.
2) Melapor kepada Ka. IPSRS
3) Memperbaiki system Genset yang bermasalah
3. KEGAGALAN SUPLAI AIR BERSIH ( TANGGAP DARURAT APABILA PENGADAAN
AIR BERSIH TERGANGGU )
Air bersih yang digunakan harus dapat memenuhi kebutuhan operasional rumah sakit
baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk menjaga ketersediaan air bersih,
dibutuhkan perencanaan yang dapat menaggulangi kemungkinan terhentinya ketersediaan air
bersih.
a. Identifikasi
1) Adanya kerusakan pada pipa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke
ruangan terhenti.
2) Terputusnya suplyair baku karena bencana alam.
b. Penanganan
1) Kerusakan pada pipa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke ruangan terhenti.
Apabila terjadi kerusakan pada Pipa air baku, proses ataupun transfer yang
menyebabkan pengaliran air bersih terhenti, yang harus dilakukan oleh orang
yang bertugas atau bertanggung jawab adalah :
- Teknisi Kesling (petugas storing) yang bertugas
Setelah teknisi (petugas storing) yang bertugas mengidentifikasi bahwa Pipa air
tidak bisa mengalirkan air sampai ke ruangan, maka orang-orang yang harus
dihubungi adalah Kepala Instalasi Kesling dan Kasi. Sapras
- Memonitor level air di ruangan dan membantu teknisi maintenance dalam
melakukan perbaikan.

2) Kepala Instalasi Kesling


Menghubungi Pejabat Terkait, yaitu:
- Kabid Sarana dan Prasarana tentang keadaan ini untuk memutuskan keadaan
darurat.
- Ka Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
- Pihak luar untuk pembelian air bersih apabila diperlukan
3) Kepala Instalasi Kesling
- Melihat dan memastikan kerusakan yang terjadi,
- Melakukan perbaikan yang diperlukan.
- Menghubungi pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan
perbaikan/pembelian spare part.
4) Kabid. Sarana dan Prasarana
- Melihat dan mengawasi apakah perbaikan yang diperlukan dikerjakan secara
tepat dan cepat.
- Menghubungi PDAM dan atau vendor penyuplai air bersih.
5) Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan
- Memberitahukan kepada seluruh perawat untuk membatasi penggunaan air.
- Mengawasi dan membantu para perawat untuk menentukan prioritas pemakaian air.
- Membatalkan tindakan/operasi yang dapat ditunda dan berkoordinasi dengan
rumah sakit lain untuk memindahkan pasien tersebut.
- Meminta pengunjung meninggalkan rumah sakit dan jam kunjungan
dibatalkan kecuali untuk pasien intensif sampai keadaan darurat selesai.
- Berkoordinasi dengan perawat, Gizi dan IPSRS/ Bagian Umum dan SDM
untuk memutuskan prioritas distribusi air yang tersedia.
6) Ka Instalasi Gizi
- Kegiatan dapur masih dapat berfungsi, tetapi tetap harus dapat membatasi
penggunaan air.
- Peralatan makan sekali pakai dapat dimanfaatkan.
- Memastikan kecukupan peralatan makan sekali pakai minimal untuk 3 kali
makan pasien.
- Menentukan menu pasien yang menggunakan sedikit air untuk persiapannya.
- Menggunakan air minum (air gallon) untuk persediaan air termos pasien.
7) Kasi Keperawatan
- Dengan bantuan dokter, mengidentifikasi pasien yang boleh pulang, agar
segera dipulangkan.
- Penggunaan pampers untuk seluruh pasien, dan perawat harus menyimpan
limbahnya kedalam kantung plastic yang akan diambil oleh petugas cleaning
service.

SARANA PRASARANA
1. SARANA KOMUNIKASI
a. PABX dan Direct line
Menggunakan sistem informasi RSUD DR. ACHMAD DARWIS, berupa PABX yang dapat
secara langsung berhubungan dengan berbagai nomor telepon darurat. UGD sebagai
command center.
b. Handie Talkie
Pemegang HT dalam keadaan darurat adalah :
1) Pusat Komando (Normal di Tim K3, di pegang oleh ketua Koordinator Lapangan
(baik definitif maupun sementara)
2) Seluruh Koordinator lapangan (sesuai struktur organisasi di atas)
3) Seluruh Petugas Security
c. Paging
Media komunikasi lain adalah paging system. Seluruhinformasi paging system selama
disaster berasal dari ketua tim. Agar paging system selalu siap dalam keadaan
apapun, maka volume paging selalu harus berada dalam posisi maksimal.
1) Cara Penyampaian
Dalam penyampaian kondisi bencana melalui kode harus dilakukan dengan cara tenang
dan tidak membuat pasian/ pengunjung panik.
Contoh:
Kode Merah.. 3X ( diulang 3X)
Gedung Nusa Indah. X3 (diulang 3X)

2. SARANA JALAN KELUAR


Bila terjadi bencana dan harus dilakukan evakuasi, evakuasi dilakukan dengan menggunakan
Koridor atau Ramp.
a. Tanda jalan keluar
1) Tanda-tanda emergency exit
2) Iluminasi minimum
3) Penerangan
b. Kelengkapan Jalur Evakuasi
Di dekat setiap pintu ada perlengkapan pemadam kebakaran ( APAR).
c. Perlengkapan evakuasi pasien
1) Ventilator transport. Posisi di UGD, dapat dimobilisasi ke ICU / Kamar Operasi jika
diperlukan.
2) Stretcher
3) Kursi Roda
4) Brangkar
d. Denah Ruangan atau RS
Denah Ruangan berisi peta situasi setiap ruangan dan jalur-jalur menuju Titik
kumpul. Denah ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di setiap lantai bangunan RSUD
DR. Achmad Darwis.

3. SARANA DI DAERAH EVAKUASI


Meliputi sarana-sarana yang diperlukan untuk perawatan sementara pasien-pasien dan staf/
pengunjung yang cedera terutama di daerah evakuasi lanjut (di luar gedung RSUD DR.
Achmad Darwis), diantaranya:
a. Stop Kontak Listrik.
b. Tenda dan kelengkapannya
c. Tempat tidur pasien dan kelengkapannya
d. Tabung Oksigen dan kelengkapannya
4. PENANDA PETUGAS EVAKUASI
Pada saat dilakukan evakuasi, diperlukan penanda khusus untuk membedakan petugas
evakuasi, dengan staf RSUD DR. Achmad Darwis dan pengunjung lainnya. Penanda tersebut
berupa rompi khusus yang akan dikenakan oleh petugas evakuasi setiap ruangan.

MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


1. MONITORING
Monitoring merupakan aktivitas guna memantau seberapa jauh program pencegahan dan
penanggulangan bencana di RSUD dr. Achmad Darwis berjalan dengan efektif.
Metode
Monitoring dilakukan dengan 2 cara, yakni :
- Kunjungan Lapangan/Field Survey
Proses Monitoring
Di sini diawasi kesesuaian SOP dengan pelaksanaan, serta pengetahuan dan perilaku
dari staff RSUD dr. Achmad Darwis mengenai prosedur penanganan bencana.
Fasilitas Monitoring
Kelengkapan pemeliharaan fasilitas penanggulangan bencana
Kondisi jalur evakuasi apakan bebas hambatan.

Monitoring Laporan / Report monitoring


Parameter / Indikator :
Ketersediaan tenaga ahli dalam tim penanggulangan bencana.
Tim penanggulangan bencana adalah tim yang dibentukdi rumah sakit
beranggotakan orang-orang yang sudah mempunyai sertifikat pelatiihan
penanggulangan bencana.
Target yang diharapkan adalah 50% untuk setiap jenis bencana.
Penguasaan staf akan prosedur penanganan bencana
Seperangkat pertanyaan akan ditanyakan secara random oleh petugas mutu RSUD
Dr. Achmad Darwis, dan penilaian dilakukan oleh koordinator Penanggulangan
bencana tim K3 selaku penanggung jawab utama program penanggulangan
bencana rumah sakit.
Penguasaan diharapkan di atas 75%
Judul Penguasaan Prosedur Kebakaran
Tujuan
Definisi Operasional Prosentase karyawan yang mampu menyebutkan
prosedur kebakaran sebagaimana tercantum dalam
safety badge. Sampling dilakukan terhadap 100
karyawan per bulan, dengan sampling harian ke
minimal 3 unit yang berbeda
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data
Periode Analisa Tiga Bulan
Numerator Jumlah karyawan yang disurvey yang mampu
menyebutkan prosedur kebakaran sebagaimana
tercantum dalam safety badge.
Denominator 100
Sumber Data Survey lapangan
Standar 75 %
Penanggung jawab Koordinator Penanggulangan Bencana tim K3
Pengumpul Data

Frekuensi simulasi penanggulangan bencana


Simulasi penaggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh
karyawan RSUD dr Achmad Darwis tentang prosedur penanganan kegawat
daruratan ketika terjadi bencana.
Frekuensi yang diharapkan adalah 1x/tahun untuk setiap jenis bencana.

Data peserta pelatihan simulasi ancaman bom


Simulasi diselenggarakan 1 kali dalam setahun dan diharapkan seluruh
karyawan RSUD dr Achmad Darwis pernah mengikuti simulasi tersebut. Jumlah
absolut karyawan yang mengikuti pelatihan ini diharapkan minimal 50 peserta
per simulasi.

Penguasaan staf akan prosedur BLS


Judul Prosentase Staf yg BLS bersetifikat
Tujuan
DefenisiOperasional Prosentase seluruh staf yang mengelola pasien
(dokter fungsional, perawat, radiografer, analislab,
driver ambulance) yang telah mengikuti pelatihan
BLS internal RSUD dr Achmad Darwis dan
dibuktikan dengan sertifikasi.
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data
Periode Analisa Periode Analisa 6 bulan
Numerator Jumlah staf yang mengelola pasien (dokter
fungsional, perawat, radiografer, analis lab, driver
ambulance)yang telah mengikuti pelatihan BLS
Internal RSUD dr Achmad Darwis dan dibuktikan
dengan sertifikasi.
Denominator Jumlah staf yang mengelola pasien (dokter
fungsional, perawat, radiografer, analis lab, driver
ambulance)
Sumber Data Bagian SDM
Standar 100%
Penanggung jawab Bagian SDM
Pengumpul Data

2. EVALUASI
a. Evaluasi dilakukan terhadap
Data hasil monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian
dibandingkan dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan
dilakukan analisa setiap periode waktu tertentu.
Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator
/ parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari
proses pengumpulan data.
Hasil process monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap
data subyektif hasil pengawasan (Observasi) pelaksanaan SOP di lapangan.

3. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya adalah menyusun
rencana atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki performance / mutu yang
diperoleh dari proses monitoring.
Continuous improvementselain berupa :
a. Penyusunan program atau rencana kerja baru.
b. Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur / kebijakan baru.
c. Penambahan tenaga baik kuantitas (rekrutment) maupun kualitas (training).
d. Pengadaan peralatan-peralatan baru ,dan sebagainya

STAFF DEVELOPMENT
a. ORIENTASI UMUM KARYAWAN
Salah satu materi keselamatan (K3RS) pada setiap orientasi karyawan baru adalah hal-
hal sebagai berikut :
a. Kode-kode bencana rumah sakit
b. Prosedur penanganan bencana
c. Perlengkapan deteksi dini dan penanggulangan dini
d. Prosedur evakuasi
e. Jalur evakuasi dan assembly area.

b. PELATIHAN
a. Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
b. Pelatihan internal untuk semua karyawan tentang prosedur penanganan bencana.

c. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh
karyawan RSUD dr. Achmad Darwis tentang prosedur penanganan kegawatdaruratan ketika
terjadi bencana, dengan menggunakan skenario pelatihan yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya dua kali dalam
setahun dengan sasaran seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUD dr. Achmad
Darwis. Setiap karyawan RSUD dr. Achmad Darwis diharapkan mengikuti minimal 1x
simulasi penanggulangan bencana dalam setahun. Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi
penanganan bencana:
a. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan pengunjung bahwa
akan diadakan simulasi penanganan bencana, sehingga tidak mengagetkan dan tidak
menimbulkan kepanikan.
b. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
`
A. Monitoring
Monitoring dilakukan melalui pemantauan pelaksanaan standar kewaspadaan
bencana dan evakuasi di RSUD dr. Achmad Darwis. Monitoring dilaksanakan terhadap
Standar Prosedur Operasional (SPO), serta monitoring terhadap sarana penunjang dalam
antisipasi dan penanganan dalam pengendalian bencana yang dilaksanakan oleh Tim k3
maupun penanggung jawab K3 dimasing-masing satuan kerja.
Untuk monitoring yang dilakukan oleh Tim K3 yaitu ; ronde K3 yang dilaksanakan
sebulan sekali kepada satuan kerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Serta safety patrol/
patroli keselamatan yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari yang berbeda dengan
pemantauan terhadap seluruh sarana rumah sakit secara selintas / work to survey

B. Evaluasi
Evaluasi merupakan Pencatatan dan pelaporan yaitu; pendokumentasian kegiatan
dalam antisipasi bencana secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan
kegiatan K-3 RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K-3 RS, yang
dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K-3 RS, ke Direktur Rumah
Sakit dan unit teknis terkait di Rumah Sakit.
Evalusi yang dilaksanakan terhadap kesiapsiagaan bencana dan evakuasi dengan
melakukan simulasi secara berkala setahun satu kali. Tujuan kegiatan simulasi bencana dan
evakuasi adalah menguji kehandalan dari prosedur yang telah disepakati serta
kehandalan dan ketersediaan sarana dalam penanganan terhadap bencana di RSUD dr.
Achmad Darwis.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan simulasi adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan dalam simulasi bencana. Pencatatan dan
pendokukmentasikan pelaksanaan kegiatan K-3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadual
pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus
(tidak terjadual).
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan
bencana, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K-3
di Rumah Sakit (TIM K3 RSUD dr. Achmad Darwis).
RSUD dr. Achmad Darwis menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk
laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

BAB V
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi, Pembinaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) yang selama ini sudah dijalankan oleh RSUD dr. Achmad
Darwis melalui Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (TIM K3) RSUD dr. Achmad Darwis dapat
ditingkatkan hasilnya.
Untuk seluruh masyarakat di RSUD dr. Achmad Darwis, diharapkan standar ini dapat
membantu mereka dalam memahami masalah-masalah pengendalian bencana di RSUD dr.
Achmad Darwis dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terdapat akibat-akibat yang
ditimbulkan sehingga bila terjadi bencana.
Buku Panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi di RSUD dr. Achmad Darwis ini
masih memerlukan upaya penyempurnaan, belum menggambarkan permasalahan dan cara
penanggulangan secara menyeluruh terutama berdasarkan Instalasi yang ada di Rumah Sakit dan
akan di evaluasi atau revisi setiap 2 tahun sekali. Kepada seluruh Karyawan RSUD dr. Achmad
Darwisdiharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan buku panduan
kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUD dr. Achmad Darwis ini di masa mendatang.
Lampiran :
KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RSUD dr. ACHMAD DARWIS
Nomor : 815/ ...../ BLUD-RSUD AD/2015
TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI PENANGANAN BENCANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ACHMAD DARWIS
Menimbang : a. bahwa untuk mengantisipasi kesiapan Rumah Sakit dalam
menghadapi situasi bencana dan pasca bencana, maka disiapkan
segala aspek yang dibutuhkan.
b. bahwa untuk menunjang kesiapan rumah sakit dalam menghadapi
situasi bencana dan pasca bencana terhadap korban akibat bencana di
RSUD dr. Achmad Darwis perlu dibentuk Tim
c. bahwa nama-nama yang tersebut pada lampiran I surat keputusan ini
dianggap cakap dan mampu untuk ditunjuk dan diangkat sebagai Tim
Penanganan Bencana RSUD dr. Achmad Darwis.
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimanan dimaksud
diatas, maka dipandang perlu ditetapkan tentang penetapan dan
kebijakan pembentukan Tim Penanganan Bencana RSUD dr. Achmad
Darwis dengan keputusan Direktur.
Mengingat : 1. Undang-undang Kesehatan nomor.36 tahun 2009
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
2. Undang-undang RI Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
3. bencana
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit.
5. Perpres No 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penangulangan
6. Bencana
KEPMENKES RI no. 448/MENKES/SK/IV/1993 tentang
pembentukan tim kesehatan penanggulangan korban bencana di setiap
7.
rumah sakit
KEPMENKES RI N0.28/MENKES/SK/I/1995 tentang petunjuk
8.
pelaksanaan umum penanggulangan medik korban bencana
KEPMENKES RI NO.205/MENKES/SK/III/1999 tentang petunjuk
pelaksanaan permintaan dan pengiriman bantuan medik dari rumah
9. sakit rujukan saat bencana
KEPMENKES RI NO. 979/MENKES/SK/IX/2001 tentang prosedur
10 tetap pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi
KEPMENKES RI NO.876/MENKES/SK/XI/2006 tentang kebijakan
dan strategi nasional penanganan krisis dan masalah kesehatan lain

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Menunjuk dan mengangkat nama-nama yang tersebut pada lampiran 1


surat Keputusan ini sebagai Tim Penanggulangan Bencan di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Achmad Darwis
Tugas Tim Adalah :
Kedua :
Melakukan persiapan dan memberikan pelayanan kesehatan
dilingkungan dan
diluar RSUD dr.Achmad Darwis terhadap korban akibat bencana
sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dngan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimanan mestinya
Ditetapkan di : Suliki
Pada Tanggal : 2 Januari 2015
Direktur

Dr. Muryani Dhatri


Penata Tk.I/III.d
NIP. 19760111 200604 2 012
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis
Nomor : Tahun 2015
Tanggal : 2 Januari 2015
Tentang : Struktur Organisasi Penanganan Bencana RSUD Dr. Achmad Darwis

N Jabatan Nama Petugas No. Telpon/ HP


o
1 Komandan rumah sakit Dr. Muryani Dhatri 0813
2 Komandan bencana Dr. Erva Yora
3 Ketua manajemen support Des Putra, SKM
4 Ketua pelayanan medik Dr. Yulva Roza
5 Ketua tim logistik dan operasional Ibnu Martatillah, Ss.It
6 Komite medik Dr.H. Arisman, Sp.D
7 Penghubung Ns. H. Hazriandi, S.Kep 081363104941
8 Ketua keperawatan Ns. Amalia Yulanda, S.Kep.MKM
9 Ketua tim rekam medis Yeyen Dasmir, Amd.Pk
10 Instalasi gizi Martha Dina Siragih, AMG
11 Pemeliharaan / IPSRS Gusmila, ATEM
12 Unit kebersihan Alfitriadi,AMKL
13 Petugas laundry Alfitriadi,AMKL
14 Instalasi kamar operasi H. Setiawan, AMK
15 Unit penyedia tempat tidur Ns.Hj. Detrindawati.D. S.Kep
16 Instalasi radiologi Reni Marini, ARO
17 UTDRS Rahmatul Fuadda
18 Instalasi farmasi Qonita Amalia, S.Farm.Apt
19 Unit penyedia oksigen Mila Gusmila, ATEM
20 Instalasi gawat darurat Hj. Eva Feria Sefenmi, AMK
21 Unit YanSos & Humas Drg. Hj. Dina
22 Unit keamanan dan keselamatan Amra Julita, Amd.Keb
pasien / pasien safety

Tim Siaga Bencana ( TRC) RSUD dr.Achmad Darwis


1. Penasehat : Direktur
2. Penanggung Jawab : Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan
3. Ketua Pelaksana : dr. Hengki Pramundia, Sp.B
4. Koordinator Lapangan : Ns. Hazriandi, S.Kep

a. Tim Internal
Ketua : Ns. Rensiner Dami,S.Kep.MM
Anggota :
1. Perawat atau Staf IGD
2. Satpam
3. Staf IPRS
4. Staf OK
5. Staf UTDRS

b. Tim Eksternal
Ketua : dr. Hengki Pramundia, Sp.B
Wa.Ketua : Firdaus
Anggota :
1. Ns. Hazriandi, S.Kep
2. Novia Asnina, Amd.Kep
3. Zulfikar
4. Firdaus
5. Erni Emli, Amd.Kep
6. M.Desmur. Amk.An
7. Mardinal. Amd.Kep
8. Yayan Sofyan
9. Richi Khairul, Amd.Kep
10. Rahmatul Fuaada
11. Sopir Ambulance

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Jalan Tan Malaka No. 1, SulikiTelp. (0752)97718.


KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Dr. ACHMAD DARWIS
Nomor : 445/ / PDN-RSUD AD / I / 2017

TENTANG
PANDUAN CODE BLUE RSUD Dr. ACHMAD DARWIS

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Achmad Darwis dan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu.
b. bahwa sesuai butir a di atas, perlu dibuat Panduan Code Blue di BLUD RSUD dr.
Achmad Darwis.
a. bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimaksud huruf a dan b diatas, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur BLUD RSUD dr. Achmad Darwis.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
4. PMK 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan
daerah.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

Pertama : Keputusan Direktur BLUD RSUD Dr. Achmad Darwis Tentang Tentang Pengesahan
dan pemberlakuan Panduan Code Blue di BLUD RSUD Dr.Achmad Darwis

Kedua : Mengesahkan dan memberlakukan Panduan Code Blue dimaksudkan dalam Diktum
Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di Suliki
Pada Tanggal : Januari 2017
Direktur,

Dr. Muryani Dhatri


NIP: 19760111 200604 2 012

LAMPIRAN : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.Achmad Darwis Tentang
Panduan code blue di BLUD RSUD dr.Achmad Darwis
Nomor : 445/ /RSUD-AD/I/2017
Tanggal : Januari 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit
jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani
baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart Asociation,
2012).
WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit
infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di
dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan
raihan 29 persen kematian global setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan
1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab
kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat118, 2010). Kematian
jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba
pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan
kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul keluhan (American Heart Association,
2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit
setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation (CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit
yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart
Assosiacion,2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999
didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan
segera dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya
kematian otak dan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki
kemampuan dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi.Keberadaan
tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah Sakit
Sari Asih Sangiang yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat. Tenaga
medis dan perawat di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam
melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara
maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya.
Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam
penanganan Arrest segera, yang disebut CODE BLUE.

2. Tujuan Code Blue


Tujuan dari code blue adalah untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat
bagi korban yang mengalami kondisi darurat cardio-respiratory arrest yang berada dalam
kawasan rumah sakit. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan medis
darurat yang dapat digunakan dengan cepat.
Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal
otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis.
Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam
kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis. Untuk
membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.
BAB II
GAMBARAN UMUM

1. Definisi
a) Code Blue
Code Blue adalah Kode Informasi atau pertanda untuk melihat stabilisasi kondisi darurat
medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan
perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan
dalam kondisi cardiac arrest atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau
tidak bernapas) misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).

b) Code Blue Team


Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai
"code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan.
Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda atau tandu, alat alat penting seperti
defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi
(adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.

c) Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar


Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat
darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, perawat maupun orang awam yang
melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh tenaga medis, perawat dan
sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban justru ditemukan
pertama kali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara memberikan bantuan atau
pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan napas (Airway /A), pernapasan
yang adekuat (Breathing/B),sirkulasi yang adekuat (circulation/C).

d) Advanced Cardiac Life Support(ACLS)


Advanced Cardiac Life Support ( ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan
pertama pada penyakit jantung.
2. Organisasi Tim Code Blue
a) Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat atau sepanjang waktu
b) Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang paling tidak telah menguasai Basic
Life Support (BLS) dan ACLS. Tim Code Blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota, yaitu :
1) 1 orang, Koordinator Tim
2) 1 orang, Petugas Medis
3) 1 orang, Assisten Petugas Medis dan 1 perawat atau 2 perawat (perawat pelaksana dan
tim resusitasi)
4) 1 orang, Kelompok Pendukung (jika diperlukan)

3. Uraian Tugas sebagai berikut :


a) Koordinator Tim
1) Dijabat oleh Kepala Instalasi IGD/ ICU/NICU/HCU
2) Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim.
3) Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat daruratan yang dibutuhkan
oleh anggota tim.
b) Penanggung Jawab Medis
1) Dokter jaga/ dokter ruangan/IGD
2) Mengidentifikasi awal / triage pasien
3) Memimpin penanggulangan pasien saat terjadikegawatdaruratan
4) Memimpin tim saat pelaksanaan CPR
5) Menentukan sikap selanjutnya
c) Perawat Pelaksana
1) Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan triage pada pasien
2) Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan gawat
darurat
d) Tim Resusitasi
1) Perawat terlatih dan dokter ruangan atau dokter jaga
2) Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat darurat
3) Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat darurat

Code Blue Response Team


Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BLS dan ACLS. Tim Code Blue terdiri dari 4
sampai 5 anggota dengan 1 orang sebagai Koordinator Tim.
Setiap anggota tim Code Blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti
pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, pemasangan IV line, persiapan obat dan
defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa HT dan mengaktifkannya saat
bekerja.

4. Pendidikan, Pelatihan dan Kualitas Anggota Code Blue


1) Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan atau harus
memiliki sertifikat ACLS/BTCLS.
2) Meninjau semua kebijakan dan prosedur.
3) Melakukan review standar peraturan.
4) Melakukan pengukuran standar pelayanan (jam pelayanan)
5) Audit Program pendidikan dan pelatihan BLS,BTCLS, ACLS dan ATLS diberikan kepada
tim rumah sakit dan unit.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code blue
sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden pertama untuk situasi
code blue.
BAB III
RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi
dalam 2 tahap yaitu :
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya,
dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan
adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan
dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
BAB IV
TATA LAKSANA

Idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan code blue Team atau response
time adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap region rumah sakit mempunyai tim yang dapat
melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit untuk
meningkatkan harapan hidup pasien.
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih
dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi
strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi terjadi
kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan BLS.
Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu departemen
sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi.
Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code
Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasien pun meningkat. Hal ini sama pentingnya
bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan non-medis, dilatih BLS
sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) dilokasi kejadian
sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba, dengan demikian juga meningkatkan
kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam
keterampilan BLS.

1. Fase Code Blue


a) Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan untuk
mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit
kepada anggota tim code blue. Sistem Telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi
keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup rumah sakit
tersebut dapat mengaktifkan respon dari code blue lewat Telepon untuk bantuan. Dengan
Nomor Ext : 114 ( IGD) dan Nomor Hp: 0823 9290 5205 ( dokter Jaga IGD)
- Pengumuman melalui sistem PA
- Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi strategis di zona mereka
- Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan pekerjaannya dan
mengambil tas code blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS.
- Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya
kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim
akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas kelokasi darurat medis. Tim code
blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi
darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan mereka,mereka tetap harus merespon
alarm 'code blue'.

Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code
blue' (code blue - aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 0 - 5
menit. Standar layanan akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan
kualitas untuk menentukan perangkap dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan
penyebaran cepat dari tim code blue.

b) Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line:
- Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya
(sampai bisa dibuktikan).
- Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali panggilan)
- Informasi vital adalah :
Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu
Lokasi pasti
Trauma atau kasus medis
Dewasa atau anak-anak
- Pengumuman kepada tim code blue : CODE BLUE 3x di area cakupan
- Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa
perlengkapan.
- Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue

c) Intervensi Segera di Tempat Kejadian.


Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau dalam
cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi memiliki tanggungjawab untuk meminta bantuan
lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) dan
keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap..
Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan pemberitahuan
lokal untuk tim code blue primer atau seseorang menginstruksikan mereka untuk
melakukannya, mereka juga harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika
tersedia.
Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan dengan
menghubungi nomor code blue rumah sakit. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung
jawab atas daerah tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus di beritahu untuk datang ke
lokasi segera.
Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi code blue, jika tersedia tim
yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS (posisi airway, bantuan
pernapasan,kompresi dada dll).
Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat kejadian harus menunggu
bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari kerumunan orang. Jika monitor
jantung, defibrillator manual atau defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia, peralatan ini
harus melekat kepada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh
tim yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life Support (ACLS).
Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha untuk memastikan bahwa
tim mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka dilengkapi dengan
resusitasi kit atau troli emergency, setidaknya peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan di
lokasi strategis. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaan resusitasi kit mereka.
Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali sambil menunggu kedatangan tim
respon code blue, tim dilokasi harus menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan monitor
tanda-tanda vital. Semua kasus code blue harus mengirim ke ICU untuk evaluasi lebih lanjut
dan manajemen terlepas hasilnya.

d) Kedatangan Team Code Blue


Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus menghentikan
tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan bergegas ke lokasi
darurat medis dengan berjalan kaki. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan
cepat dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia. Waktu respon (layanan standar)
dari waktu dari code blue call/ aktivasi kedatangan tim Code blue di tempat kejadian akan
disimpan.
Akan ada saat ketika tim code blue adalah penundaan karena berbagai alasan, sehingga
kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri dari tim code blue tetapi juga tim dari
departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya, sangat penting bahwa setiap tenaga
medis di lokasi kejadian mulai melakukan langkah BLS.
Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim respon code blue
tiba di lokasi, tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di
sekitar untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.
Setiap kasus code blue akan kirim ke ICU terlepas kondisi pasien baik untuk
mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau tidak.

e) Perawatan Definitif
Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis dan
baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap
code blue, pasien ini akan dikirim ke ICU untuk resusitasi lanjutan dan perawatan definitif
dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan
untuk perawatan lanjutan.
Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP),korban masih perlu ditransfer
ke ICU untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian. Setiap kasus code blue akan
menerima perawatan definitif setelah perawatan pasca integrasi serangan jantung.

2. Peralatan dan pelatihan


Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya dalam BLS dan
penggunaan AED. AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di berbagai daerah di
dalam halaman rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dan tim Code Blue untuk
digunakan.
a) Lokal /code blue primer (zona risiko rendah) tim peralatan:
1) Sarung tangan
2) Pocket mask
3) Guedel / jalan napas orofaringeal
4) Tas / kotak pertama bantuan.
b) Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh code blue team:
1) Oksigen tangki dan pipa
2) Tinggi aliran masker
3) Pocket mask
4) Bag-valve mask
5) Pedoman defibrilator atau AED (ke dalam disiplin lain ETD dan KIV).
6) Sarung tangan steril disposable
7) Oro-faring dan naso-faring saluran udara
8) Extraglottic perangkat (LMA / LT)
9) Kursi roda atau tandu
10) Stetoskop
11) Alat suntik dan jarum
12) Infus set
13) Glucometer
14) Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /Hartmann 's, Adrenalin, Atropin,
Amiodarone, Diazepam,GTN Tab dan Aspirin
15) Sphygmomanometer
16) Penlight

Ketika muncul code blue, tim dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai "code-team",
bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi
roda /tandu, yang berisi alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag,
obat-obatan resusitasi (adrenalin,atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.
Tim akan mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
untuk resusitasi pasien. Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan resusitasi
sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat mengakses
peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash-cart, tim yang ditunjuk code blue
akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.

3. Komunikasi
Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan khusus yang mengaktifkan
tim Code Blue Respon Primer.
4. Koordinasi dengan ruangan lain
Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang tidak memiliki tim tanggap darurat. Jika tidak ada rencana
tanggap darurat di tempat, akan mendapatkan panggilan mengenai kebutuhan mereka untuk perawatan medis
darurat dan berkoordinasi dengan mereka tentang bagaimana untuk mendirikan tanggap darurat
medis menggunakan system code blue.
5. Algoritma Code Blue

Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest

Staf rumah sakit memanggil pertolongan


Mengaktifasi local alert menuju tim code blue primer
By Stander

Anggota bystander/penemu pertama terlebih dahulu melakukanBLS/CPR bila memiliki skill yang
cukup. Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang
Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang,sementara menunggu, amankan korban
dari kerumunan
Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi Hospital alert

Tim Code Blue Sekunder

Setlah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertugas di sekitar tempat kejadian bergegas
menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit . Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara
menunggu tim code blue datang
Tim Code Blue Primer

Setelah tim code blue datang, mereka akan mengambil alih resusitasi
BLS dilanjutkan dan lakukan AED
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue

Pindahkan korban ke ICU secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut
Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan ke ICU
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian
BAB V

PENUTUP

Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan code blue adalah
pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP segera serta defibrilasi segera.
Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang paling dekat jika
menyaksikan seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak.

Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk kondisi penderita seperti di atas, RJP
merupakan tindakan yang tidak berbahaya. Lebih berbahaya bagi penderita jika penolong tidak
bertindak apa-apa.

Kualitas RJP harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik
melalui menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada. Seluruh tim medis Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota memegang peranan
penting dalam perkembangan sistem code blue.

Ditetapkan
Tanggal : Januari 2017
Di : Suliki
Direktur,

Dr. Muryani Dhatri


NIP. 19760111 200604 2 012
PANDUAN PENGURANGAN RISIKO & PENANGGULANGAN KEBAKARAN
TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
RSUD dr. ACHMAD DARWIS

BAB I
DEFINISI OPERASIONAL

Definisi yang digunakan dalam panduan ini perlu dijelaskan agar pembaca memilki
pengertian yang sama dengan maksud yang terkandung dalam panduan ini.
1. Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya
kebakaran.
2. Penanggulangan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka memadamkan
kebakaran.
3. Potensi Bahaya Kebakaran adalah tingkat kondisi / keadaan bahaya kebakaran yang
terdapat pada obyek tertentu tempat manusia beraktivitas.
4. Pengurangan Risiko adalah suatu upaya mengurangi tingkat kejadian bencana yang
mungkin dapat ditimbulkan oleh suatu potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, baik
terkait dengan fasilitas, sarana, prasarana dan proses kerja.
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K 3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
6. Sarana Penyelamatan Jiwa adalah sarana yang terdapat pada bangunan gedung yang
digunakan untuk menyelamatkan jiwa dari kebakaran dan bencana lain.
7. Proteksi Kebakaran adalah peralatan sistem perlindungan / pengamanan bangunan gedung
dari kebakaran yang di pasang pada bangunan gedung.
8. Alat Pemadam Api Ringan adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang mencakup alat
pemadam api ringan (APAR) dan alat pemadam api berat (APAB) yang menggunakan
roda.
9. Sistem Alarm Kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan kebakaran tingkat awal
yang mencakup alarm kebakaran manual dan/atau alarm kebakaran otomatis.
10. Sistem Pipa Tegak dan Selang Kebakaran adalah sistem pemadam kebakaran yang berada
dalam bangunan gedung, dengan kopling pengeluaran 2,5 ( dua setengah ) inci, 1,5 ( satu
setengah ) inci dan kombinasi.
11. Hidran Halaman adalah hidran yang berada di luar bangunan gedung, dengan kopling
pengeluaran ukuran 2,5 ( dua setengah ) inci.
12. Sistem Sprinkler Otomatis adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis
bilamana temperatur ruangan mencapai suhu tertentu.
13. Sistem Pengendalian Asap adalah suatu sistem alami atau mekanis yang berfungsi untuk
mengeluarkan asap dari bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sampai batas
aman pada saat kebakaran terjadi.
14. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran.
15. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun
harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.
16. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau
terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,
serta perlindungan terhadap bukaan.
17. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam
kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta system
pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.
18. Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung adalah mencegah terjadinya kebakaran pada
bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya
kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat mengurangi secara substansial
terjadinya kebakaran. ( Permen PU No. 26 Tahun 2008 ).
19. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau
meluasnya atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan,
termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya
kebakaran,pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan
dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. ( Permen PU No. 26 Tahun 2008 ).
20. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait dalam
melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan
bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung
dan lingkungannya. ( Permen PU No. 26 Tahun 2008 )
21. Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
adalah setiap ketentuan atau syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi dalam rangka
mewujudkan kondisi aman kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya, baik
yang dilakukan pada tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi dan
pemanfaatan bangunan. ( Permen PU No. 26 Tahun 2008 ).
22. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungannya. ( Permen PU No. 26 Tahun 2008 ).
23. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana asuhan pasien lebih aman
yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes No. 1691 Tahun 2011).
24. APAR : Alat Pemadam Api Ringan adalah alat untuk memadamkan api kecil yang
terlokalisir dapat digunakan oleh satu orang.
25. APAB : Alat Pemadam Api Berat yang menggunakan roda yang digunakan oleh dua orang
untuk memadamkan volumen api kecil dan terlokalisir.
26. Balakar : Barisan Sukarelawan Pemadam Kebakaran, adalah suatu wadah yang terdiri dari
beberapa orang dalam rangka mengatasi ancaman bahaya kebakaran bertujuan untuk
membantu tugas memadamkan kejadian kebakaran dan berperan aktif dalam upaya
mencegah terjadinya kejadia kebakaran.
27. Bahaya kebakaran ( Fire Hazard ) adalah setiap kondisi dan situasi yang berpotensi
menimbulkan kerugian akibat kebakaran.
28. Resiko kebakaran ( Fire Risk ) adalah ukuran kuantitatif dari potensi kerugian kejadian
kebakaran, dengan kata lain ukuran kuantitatif dari bahaya kebakaran, dijabarkan dalam
kemungkinan terjadinya ( Likehood ), dan konsekwensinya. Kemungkinan terjadi
kebakaran ditentukan oleh frekuensi ( berapa sering dapat terjadi ) atau probabilitas
( kemungkinan akan terjadi ).

BAB II
RUANG LINGKUP

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup buku panduan pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran ini
ini meliputi konsep membangun sistim identifikasi risiko, deteksi dini, pemeliharaan proteksi
aktif,kegiatan Inventaris sarana proteksi kebakaran, melakukan Inpeksi ( pemantauan fungsi
alat ),melakukan testing alat, melakukan pemeliharaan preventif, melakukan pemeliharaan
korektif atau kegiatan perbaikan.

2. DASAR HUKUM
Sebagai landasan hukum dalam panduan pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran
ini, diambil dari peraturan perundangan sebagai berikut :
1) Undang-Undang RI Nomor : 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) Undang-Undang RI Nomor : 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3) Undang-Undang RI Nomor : 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4) Undang-Undang RI Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5) Undang-Undang RI Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6) Undang-Undang RI Nomor : 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor : 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
8) Peraturan Pemerintah RI Nomor : 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Mnajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
9) Permenaker No.Per/05/Men/1996 tentang Sistem manajemen keselamatan dan
Kesehatan Kerja
10) SK Meneg PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan persyaratan teknis pengamanan
terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
11) Badan Standarisasi Nasional (2000) tentang pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung 2000-2001 menyangkut sistem hidran, sprinkler otomatis dan APAR
12) Kepmenkes 145 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana
13) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188 / Menkes /
PB/I/2011, Nomor. 7/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

BAB III
TATA LAKSANA PENGURANGAN RISIKO
DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pelaksanaan pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran ini disusun


berdasarkan beberapa tahapan.

1. Perencanaan
1) Identifikasi Risiko kebakaran ( Fire Risk Assessment )
Identifikasi potensi bahaya kebakaran dalam arti yang luas disebut juga penilaian
bahaya kebakaran. Tujuannya adalah untuk secara komprehensif memahami dan
menggolongkan bahaya dan resiko kebakaran untuk memperoleh informasi yang lebih
baik untuk keputusan luas atau kebijakan yang harus dibuat manajemen bangunan
sebagai bagian dari pemanfaatan bangunan gedung. Pengetahuan dan pemahaman
NSPM keselamatan kebakaran sangat diperlukan dalam identifikasi/ penilaian bahaya
kebakaran.
Identifikasi potensi bahaya kebakaran dilakukan untuk menentukan, pada suatu
saat, apakah sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung memenuhi, melampaui
atau tidak memenuhi NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) tentang
keselamatan kebakaran. Identifikasi potensi bahaya kebakaran juga memberikan
informasi untuk menentukan pilihan, merancang dan merekomendasikan tindakan
perbaikan.
Pengertian bahaya dan resiko seringkali dipertukarkan atau disamakan, padahal
arti keduannya berbeda. Bahaya kebakaran ( Fire Hazard ) adalah setiap kondisi dan
situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian akibat kebakaran. Resiko kebakaran (
Fire Risk ) adalah ukuran kuantitatif dari potensi kerugian kejadian kebakaran, dengan
kata lain ukuran kuantitatif dari bahaya kebakaran, dijabarkan dalam kemungkinan
terjadinya ( Likehood ),dan konsekwensinya. Kemungkinan terjadi kebakaran ditentukan
oleh frekuensi ( berapa sering dapat terjadi ) atau probabilitas ( kemungkinan akan terjadi
).
Identifikasi Risiko Kebakaran ini menggunakan Form HIRADC ( Hazard
Idetification Risk Assessment Determining Control ) .
2. Pelaksanaan.
Kode warna yang telah ditetapkan Rumah Sakit untuk kejadian kebakaran adalah :
No Jenis Kejadian Bencana Kode Warna
1 Darurat Kebakaran Merah
.
Ketua Regu Keselamatan

Regu Pemadam Regu Evakuasi Jiwa

Regu F1 ( Medis-Paramedis) Regu Evakuasi Barang

a. Regu Keselamatan:
Regu Keselamatan yang telah dibentuk akan sangat membantu dalam antisipasi
dan penanggulangan bencana di RSUD dr. Achmad Darwis, yang bertanggung jawab:
sebagai REGU KESELAMATAN yang dipimpin oleh Penanggung Jawab Darurat .
a) Ketua Regu Keselamatan :
- Bertanggung jawab terhadap kejadian bencana di RSUD dr. Achmad Darwis
- Melakukan monitoring sarana prasarana proteksi bencana (kebakaran dan
bencana lainnya).
- Mengkoordinir semua kegiatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan
bencana lainnya serta antisipasi penyelamatan jiwa jika terjadi kebakaran dan
bencana lainnya.
- Mengkoordinir semua kegiatan pemadaman api kebakaran di lingkungan
tempat kerjanya.
- Mengkoordinir semua kegiatan evakuasi jiwa dan barang.
- Mengkoordinir kegiatan keselamatan jiwa.
- Melaporkan kejadian bencana sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
- Melaporkan kegiatan penanggulangan bencana yang terjadi ke Ketua
Keadaan Darurat Bencana RSUD dr. Achmad Darwis.
b) Regu Pemadam
- Melakukan kegiatan pemadaman sedini mungkin apabila terjadi kebakaran di
lingkungan unit kerjanya.
- Memadamkan api sedini mungkin dengan APAR/ karung basah/ alat bantu lain
sebelum kebakaran menjadi besar.
- Memonitor masa berlaku APAR dan fungsi alat pemadam api yang lain.
- Membantu melakukan pemadaman dengan hydran bekerjasama dengan regu
pemadam dari dalam maupun dari luar RSUD dr. Achmad Darwis.
- Membantu menanggulangi bencana yang timbul sambil mengamati potensi
kebakaran.
- Diharapkan yang sudah mendapatkan pelatihan penanggulangan kebakaran.
c) Regu Evakuasi Jiwa
- Mengkoordinir penyelamatan sebelum terjadi /bila terjadi kebakaran dll, di
lingkungan / ruangan / unit kerja.
- Melakukan evakuasi terhadap pasien / orang lain yang berada di unit kerja.
- Melakukan pencatatan terhadap jumlah pasien / orang lain yang berada di
tempat kejadian dan setelah di tempat aman (titik kumpul).
- Melaporkan kegiatan evakuasi jwa yang telah dilakukan kepada ketua regu.
d) Regu F-1 ( Tim Respon Emergensi Medikal).
- Memonitor semua pasien / orang lain yang berada di ruangan / unit kerja.
- Melakukan pertolongan pertama pada pasien, keluarga,karyawan/orang lain
yang membutuhkan bantuan sesuai prioritas masalah medis di tempat
kejadian. dan di lokasi titk kumpul sesuai dengan prosedur.
- Melaporkan kegiatan kepada ketua regu.
e) Regu Evakuasi Barang.
- Mengkoordinasikan pengamanan lokasi kebakaran dan barang-barang
inventaris.
- Mengkoordinir pemindahan barang dan alat inventaris sebelum dan sesudah
dievakuasi.
- Melakukan pemindahan barang dan alat inventaris sebelum dan sesudah
dievakuasi.
- Melaporkan kepada kepala regu instalasi/ ruangan terhadap kegiatan evakuasi
barang yang telah dilakukan.
b. Seluruh karyawan
- Mematuhi peraturan dan ketetapan Rumah Sakit terkait pencegahan dan
penanggulangan bencana.
- Menjaga sarana prasarana di lingkungan Rumah Sakit dan melakukan aktifitas kerja
yang aman dan selamat serta menjaga kebersihan lingkungan.
- Melakukan tugas sesuai yang diinstruksikan terutama yang terkait dengan
pengamanan bencana.
- Melaporkan setiap adanya insiden dan potensial bahaya di area kerja dan area
lainnya yang ditemuinya.

Kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Kebakaran di RSUD dr. Achmad Darwis


dimulai sejak diketahuinya adanya sumber kebakaran hingga sampai tercapainya evakuasi
secara optimal dan pernyataan tertulis dari Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Bencana
bahwa api telah padam.

c. Penyusunan berbagai kebijakan dan prosedur.


Beberapa kebijakan dan standar prosedur operasional yang terkait di dalam panduan
pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran adalah :
1) SK RAMBU-RAMBU / TANDA-TANDA KHUSUS PENYELAMATAN JIWA
2) SK LARANGAN MEROKOK
3) SK SISTIM KOMUNIKASI
4) SK REGU KESELAMATAN RSUD dr. Achmad Darwis
5) SK FASILITAS/TEMPAT/DAERAH BERISIKO TINGGI DI RSUD dr. Achmad Darwis
6) SK PENETAPAN SISTEM ALARM KEBAKARAN SISTEM DETEKSI API /
KEBAKARAN SERTA PENYEDIAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI RSUD dr.
Achmad Darwis.
7) SK PENANGGULANGAN BENCANA RSUD dr. Achmad Darwis.
8) SPO Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
9) SPO Deteksi Dini Potensi Kebakaran
10) SPO Respon Terhadap Sistem Alarm
11) SPO Penggunaan APAR
12) SPO Pemeliharaan APAR
13) SPO Pekerjaan Api Terbuka
14) SPO Pemantauan Bahaya Potensial.
15) Program Pemantauan Pembangunan dan Renovasi Gedung
16) Safety Patrol
17) Ronde K3

3. Strategi Pengurangan Risiko


a. Penyimpanan aman dan Penanganan Bahan Mudah Terbakar termasuk gas medis
berpotensi yang mudah terbakar. Berupa : Pemberian label pada area penempatan
tabung oksigen, tabung NO2 dan Tabung CO2.
b. Pengurangan Risiko Bahaya selama Kontruksi di atau yang berdekatan dengan
bangunan yang ditempati oleh pasien. (Pemantauan pembangunan atau renovasi
gedung).
c. Inspeksi sistem Alarm Kebakaran, sistem deteksi api / kebakaran dan penyediaan alat
pemadam kebakaran :
1) RSUD dr. Achmad Darwis memasang sistem alarm kebakaran, sistem deteksi dini api
/kebakaran dan penyediaan alat pemadam kebakaran di RSUD dr. Achmad Darwis.
2) Dalam Sistem Penanggulangan Kebakaran RSUD dr. Achmad Darwis, maka Perlu
dibentuk Regu Keselamatan RSUD dr. Achmad Darwis.
3) Sistem Alarm Kebakaran, mendeteksi api / Kebakaran di RSUD dr. Achmad Darwis
terdiri dari :
- Menggunakan tanda bunyi bel dan bunyi sirine
- Sistem manual : Dengan cara orang yang melihat adanya potensi terjadinya
kebakaran/awal tejadinya kebakaran langsung merespon dan memberitahukan
kepada semua orang untuk minta bantuan atau menggunakan Paging Sistem
pada saat Itu sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Sistem deteksi kebakaran dipasang sebagai upaya untuk mendeteksi awal terjadinya
kebakaran dan juga upaya evakuasi dini dalam hal pegamanan kebakaran.
5) Alat Pemadam Kebakaran di RSUD dr. Achmad Darwis yaitu APAR ( Alat Pemadam
Api Ringan ) jenis dry powder dan CO2 digunakan untuk semua gedung untuk tipe
kebakaran.
6) Sebagai upaya menjaga kesiapan dalam Penanggulangan Kebakaran RSUD dr.
Achmad Darwis wajib melaksanakan simulasi secara berkala minimal setahun sekali,
pelatihan didalam dan diluar Rumah Sakit sesuai kebutuhan dan perkembangan
IPTEK serta wajib melakukan sosialisasi pada seluruh karyawan RSUD dr. Achmad
Darwis secara berkala dan berkesinambungan
7) Dalam Pelaksanaan Penanggulangan Kebakaran, RSUD dr. Achmad Darwis
melakukan koordinasi serta membangun jejaring dengan seluruh Instalasi terkait yang
berwenang dalam Penanggulangan Kebakaran sesuai ketentuan yang berlaku
dengan melakukan safety patrol.

d. Petunjuk penyimpanan bahan mudah meledak, antara lain :


1) Lokasi berupa denah penyimpanan bahan berbahaya.
2) Cara menyimpan berikut MSDS bahan berbahaya tersebut.
3) Lokasi penyimpanan, Tempat penyimpanannya, lokasi sebaran dari penyimpanan dan
rambu-rambu peringatan.

Pemberian atau pemasangan simbol atau label yang terkait dengan pengamanan kebakaran.

No Simbol / Gambar Label Keterangan


Tanda adanya alarm Jika bel alarm berbunyi,
kebakaran menandakan ada kondisi
yang terkait dengan
kejadian
/ sistem pengamanan
kebakaran
Tanda untuk Jika melihat kondisi /
mengaktifkan alarm sesuatu
kebakaran jika terjadi yang terbakar / asap maka
kebakaran tekan tombol alarm
tersebut

Tanda bahaya adanya Jauhkan benda-benda


tabung gas yang yang
bertekanan di area dapat memicu ledakan
tersebut terhadap tabung gas.

Tanda bahaya Explosif Jauhkan benda-benda


atau mudah meledak yang
dapat memicu terjadinya
ledakan.

Tanda bahaya mudah Jauhkan benda-benda


terbakar yang
dapat memicu terjadinya
kebakaran

Tanda bahaya oksidator Jauhkan benda-benda


penyebab kebakaran yang
dapat memicu terjadinya
oksidasi.

Tanda ( ada beberapa Patuhi larangan merokok


jenis ) dilarang merokok diseluruh area lingkungan
di area lingkungan rumah rumah sakit.
sakit
Tanda Alat Pemadam Petunjuk adanya alat
Api. Baik yang ada di pemadam yang siap
APAR / Box APAR atau pakai.
Hidran

Tempat Berkumpul Sebagai Petunjuk sebagai


area untuk berkumpul
/tempat evakuasi

.
e. Sistem APAR , antara lain :
1) Tersedianya APAR sebanyak 20 buah, dengan rinciannya adalah ukuran ..... Kg
f. Terdapat Petunjuk Evakuasi berikut Rambu-rambu dan tanda-tanda khusus
penyelamatan jiwa, seperti :
1) Terdapat Jalur-jalur penunjuk arah evakuasi menuju titik kumpul aman
2) Terdapat Area Titik Kumpul Aman
3) Terdapat Jalur dan Lampu Exit
4) Terdapat brosur safety briefing berupa denah evakuasi.
5) Terdapat lampu darurat.
6) Terdapat pintu-pintu darurat.
Denah Jalur Evakuasi ( terlampir )

g. Terdapat kebijakan Kawasan Dilarang Merokok untuk Lingkungan Rumah Sakit,


Yang berlaku bagi pasien, pengunjung dan pegawai. Sesuai dengan :
1) UU No. 44 / 2009 ttg Rumah Sakit, BAB VIII, KEWAJIBAN DAN HAK , Bagian
Kesatu , Kewajiban , Pasal 29 (1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
2) Perda Bupati Lima Puluh Kota No. 17 Tahun 2007 Tentang kawasan dilarang merokok
3) Berdasarkan SK. Direktur RSUD dr. Achmad Darwis Nomor: .tentang Larangan
Merokok Di Lingkungan RSUD dr. Achmad Darwis.
4) Peringatan berupa spanduk, flyer dan pamflet serta melakukan pemantauan larangan
merokok di area lingkungan rumah sakit.
Pemantauan Larangan Merokok
Pemantauan larangan merokok merupakan suatu upaya pengawasan atau
pemantauan terkait dengan pengamanan kebakaran dan ini untuk memastikan
kepatuhan terhadap pemberlakuan peraturan yang ada. Dan ini tentunya perlu
dukungan dari semua lapisan.
4. Strategi aktif Pengamanan Kebakaran yang dapat dicegah
a. Inpeksi, pengujian dan pemeliharaan sistem proteksi pengamanan kebakaran untuk
mendeteksi kebakaran dan pengurangan sesuai peraturan yang berlaku.
1) Deteksi peringatan dini kebakaran. Sistim Deteksi ( Asap dan Panas )
Deteksi dini terhadap potensi bahaya kebakaran adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk mengetahui sumber potensi bahaya kebakaran yang terjadi di
lingkungan RSUD dr. Achmad Darwis. Dilaksanakan secara terkoordinasi dengan
seluruh satuan kerja terkait, baik di dalam dan di luar RSUD dr. Achmad Darwis
( Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana ) setempat Kegiatan
deteksi dini dan pencarian sumber kebakaran dimulai sejak diketahuinya deteksi dini
adanya potensi bahaya kebakaran sampai adanya pernyataan aman secara tertulis
oleh pihak yang berwenang dalam hal ini Suku Dinas pemadam kebakaran
Kabupaten Lima Puluh Kota. Pelaporan segera oleh orang pertama yang melihat
tanda potensi bahaya kebakaran (Asap, Panas, Percikan Api, Bunyi/ tanda Alarm)
kepada :
- Ka. Satuan Kerja tempat kejadian (didalam jam kerja).
- Perawat Pengawas (diluar jam kerja)/ Satpam.
- Nomor-nomor Penting Yang Dapat Dihubungi :
a) Intern RSUD dr. Achmad Darwis
Direktur :
Kabid Pelayanan Medik Dan Keperawatan
Kabid Sarana dan Prasarana
Ketua Regu Keselamatan :
Pos Satpam :
Dokter Jaga ( IGD)
IPSRS
b) Diluar Rumah Sakit
Dinas Pemadam Kebakaran Suliki
PLN Sektor Suliki
Polisi Sektor Suliki

2) Pencarian secara simultan terhadap sumber tanda potensi kebakaran terintegrasi oleh
seluruh pihak terkait (Satpam, IPSRS, PJ Ruangan, K3 ).
3) Pelaksanaan tindak lanjut hasil pencarian
a) Diketahui sumber tanda potensi kebakaran mengacu pada Prosedur Tetap
Pengendalian dan Penanggulangan Kebakaran.
b) Tidak diketahui sumber tanda potensi kebakaran :
- Segera minta bantuan Pengecekan Sumber Potensi Kebakaran oleh
penanggung jawab ruangan secara simultan melalui telepon kepada IPSRS,
K3, Perawat Pengawas ( diluar jam kerja ) dan Suku Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Lima puluh kota cabang suliki.
- Pemantauan respon Suku Dinas Pemadam Kebakaran oleh K3 ( dalam jam
kerja ) dan Perawat Pengawas ( di luar jam kerja ) untuk memastikan
kedatangan petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran.
4) Pernyataan / Rekomendasi tertulis oleh Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Lima Puluh Kota cabang Suliki tentang kondisi aman terkendali.

b. Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran


Adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kejadian kebakaran yang
terjadi di lingkungan RSUD dr. Achmad Darwis. Dilaksankan secara terkoordinasi dengan
seluruh satuan kerja terkait, baik di dalam dan di luar RSUD dr. Achmad Darwis. Sebagai
acuan penerapan langkah-langkah terhadap kemungkinan bahaya kebakaran
Menyelamatkan pasien dan karyawan serta harta benda Penanggulangan bahaya
kebakaran merupakan tanggung jawab seluruh karyawan mulai dari tingkat manajemen
sampai dengan pelaksana di ruangan Pencegahan dan penanggulangan bencana dari
dalam dan dari luar rumah sakit dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.
Ketentuannya adalah :
1) Sistim Siaga
Siaga ialah tingkat kewaspadaan, pengendalian komando sesuai dengan sifat dan
tingkat kebakaran yang terjadi, dibagi dalam :
o Siaga I : Tingkat kebakaran sudah sulit diatasi, melibatkan dinas Kebakaran
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kepolisian / Koramil.
Komando pada siaga I diambil alih komando Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Lima Puluh Kota yang dibantu oleh Unsur Kepolisian dan tim Balakar
RSUD dr. Achmad Darwis.
Direktur RSUD dr. Achmad Darwis selaku komandan siaga II membantu
komandan Dinas Pemadam Kebakaran dalam pengaturan evakuasi dan
penyelamatan pasien atau petugas yang mengalami cidera
o Siaga II : Tingkat kebakaran sudah membesar dan melibatkan unit kerja lain
Komando pada siaga II dilaksanakan oleh Direktur RSUD dr. Achmad Darwis
atau pejabat setingkat dibawahnya yang mempunyai kewenangan untuk
mengerakkan semua sumber daya yang ada di RSUD dr. Achmad Darwis
o Siaga III : Tingkat lokal / setempat di satu unit kerja
Komando pada siaga III dilaksanakan oleh kepala unit kerja tempat kejadian
kebakaran selaku Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran unit
tersebut dengan berkoordinasi dengan K3RS (Sub Tim K3 - Supervisor
Penanggulangan Kebakaran ) selaku penanggung jawab tim Balakar.

Daerah Rawan Kebakaran


Daerah rawan kebakaran adalah daerah atau unit kerja yang memenuhi criteria rawan
terjadinya resiko kebakaran, baik karena penyalaan sendiri maupun akibat kelalaian
petugas, yaitu :
1) Unit kerja dengan peralatan listrik tegangan tinggi : Instalasi Radiologi
2) Unit kerja dengan peralatan listrik sebagai alat bantu utama bagi pasien : Instalasi
Bedah Sentral, ICU, UTDRS.
3) Unit kerja di tempat mana disimpan / digunakan bahan-bahan yang mudah terbakar :
Gudang Farmasi, Gudang Rumah Tangga, Gizi, Ruang Generator, Pool Kendaraan.
4) Unit kerja dengan ketergantungan pasien yang tinggi : ICU .

Tindakan
1) Pemadaman sedini mungkin dengan alat yang tersedia seperti : Handuk basah,
Karung basah, APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan lain-lain, oleh petugas yang
sedang bertugas pada saat pertama kali melihat api
2) Permintaan bantuan satpam oleh petugas / penanggung jawab dinas melalui
telpon ............... jika api tidak dapat dipadamkan.
3) Komando dilaksanakan sesuai dengan tingkat siaga :
Pada siaga III oleh kepala unit kerja tempat kejadian berkoordinasi dengan Tim K3
pada Sub Tim K3 (Supervisor bencana kebakaran) atau penanggung jawab dinas
(diluar jam kerja) berkoordinasi dengan Perawat Pengawas.
Pada siaga II oleh Tim K3 - Sub Tim K3 (Supervisor penanggulangan bahaya
kebakaran) atau Perawat Pengawas diluar jam kerja
Pada siaga I diambil alih oleh Komandan Dinas Pemadam Kebakaran, Komandan
siaga II membantu Dinas Pemadam Kebakaran dalam pengaturan evakuasi dan
penyelamatan pasien atau petugas yang mengalami cidera
Petugas / penanggung jawab dinas menghubungi : Ka. Instalasi, Satpam, Operator
telepon, storing, Tim K3 (didalam jam kerja) Perawat Pengawas, Duty Nurse (diluar
jam kerja)
Pemadaman api oleh petugas satpam dan regu balakar sesuai dengan prosedur
dan manual pengunaan APAR / Hydran.
Permintaan bantuan kepada Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan atas
instruksi komandan siaga : Tim K3 (didalam jam kerja) atau Perawat Pengawas
(diluar jam kerja) melalui operator telpon / satpam
Pemadaman aliran listrik selama kebakaran oleh petugas storing sesuai dengan
prosedur dan manual yang berlaku
Pemindahan / Evakuasi pasien dan barang-barang lainnya ke tempat yang lebih
aman oleh petugas yang sedang dinas saat terjadi kebakaran atas perintah
komando siaga
Semua keterangan tentang kejadian kebakaran hanya dapat dikeluarkan oleh
Instalasi Pemasaran dan Humas dengan seijin pimpinan Rumah Sakit
Semua kegiatan dilakukan pencatatan sesuai dengan unit kerja masing-masing
untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan laporan
Nomor-nomor Penting Yang Dapat Dihubungi : terlampir
c. Pekerjaan Api Terbuka
Pekerjaan Api Terbuka ( Hot Work ) adalah pekerjaan/ aktivitas yang dapat menghasilkan
percikan api atau pancaran panas, seperti pengelasan, grinder, pemotongan logam.
Penanggung Jawab adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan panas
dan mampu menggunakan peralatan pemadam. Prosedur pekerjaan api terbuka adalah
mengatur tata cara dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan panas atau
dengan menggunakan api sebagai langkah preventif terhadap bahaya kebakaran dan
gangguan kesehatan serta keselamatan kerja di area RSUD dr Achmad Darwis.

d. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran


Pemeliharaan APAR
APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ) adalah alat pemadam kebakaran yang ringan
serta mudah digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadi
kebakaran. Pemeliharaan APAR adalah suatu upaya dimana kegiatan pemeliharaan
APAR dapat dilaksanakan secara kontinyu dan berkala oleh seluruh satuan kerja agar
siap digunakan pada pemadaman sedini mungkin apabila terjadi kebakaran.
Pemeliharaan setiap enam bulan sekali, dilakukan oleh penanggung jawab K3 di unit
kerja / staf Sub Bagian Rumah Tangga.
Pengecekan berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan mekanik
penembus segel
Pengecekan bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan
segel harus selalu baik
Pengecekan mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak
boleh retak atau menunjukan kerusakan
Pengecekan tanggal kadaluwarsa APAR
Penguraian serbuk dalam tabung dengan cara membalikkan tabung berulang-ulang
(untuk jenis powder / serbuk) agar serbuk tidak menggumpal
Penimbangan tabung, dan apabila berat tabung berkurang 10% dari berat tabung yang
tertera, segera diisi ulang (untuk jenis CO2 dan jenis halon )
Pelaporan ke Sub Bag.Rumah Tangga apabila ada kerusakan / sudah kadaluwarsa
Pendokumentasian hasil pemeliharaan APAR, sesuai dengan formulir yang tersedia

e. Monitoring dan Manajemen Risiko untuk keselamatan, keamanan pengendalian


infeksi dan keselamatan kebakaran selama pembangunan yang berdekatan dengan
gedung internal, berupa :
o Jalur exit
o Tanda / rambu untuk rute arah keluar yang disesuaikan.
o Orientasi berupa sosialisasi Bahaya Kebakaran untuk pekerja kontraktor
o Penyimpanan bahan mudah meledak dan peralatan
o Pemisahan area produksi untuk konstruksi.
f. Pemantauan Pembangunan atau Renovasi Gedung
Pemantauan ini dilakukan terkait dengan aspek K3 ada saat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan penyelesaian pembangunan atau renovasi yang dilakukan.

g. Pemantauan Bahaya Potensial


Pemantauan bahaya potensial yang dilakukan terkait dengan berbagai aspek bahaya
seperti fisik / fisika, biologi, kimia, ergonomi, psikologi, elektrikal dan mekanikal. Untuk
kemudian dinilai dan dianalisa untuk dampak yang akan ditimbulkan serta membuat
rekomendasi untuk mengatasinya.

h. Safety Patrol
Safety Patrol adalah suatu upaya pengawasan atau pemantauan terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini merupakan salah satu cara untuk memastikan
apakah kesemuanya dijalankan dengan baik ?, namun ini juga perlu dukungan dan
kesadaran semua pihak, terutama pelaksana yang merupakan SDM yang berkompeten
dalam pelaksanaan K3 yang dijalankan. Di RSUD dr Achmad Darwis. pelaksanaan Safety
Patrol merupakan program melekat dari Tim K3 yang dilaksanakan seminggu sekali
setiap hari kamis oleh seluruh anggota Tim.

i. Ronde K3
Ronde Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan implentasi system manajemen K3
di RSUD dr Achmad Darwis, Ronde K3 dilakukan terhadap seluruh Instalasi dan Satuan
Kerja yang berada di RSUD dr Achmad Darwis.

j. Pengenalan Bunyi Sistem Alarm oleh Petugas Pengecekan sumber detector di


lokasi asal bunyi alarm, bila didapati alarm palsu (False Alarm) :
Sampaikan kepada karyawan / pengunjung disekitar alarm yg berbunyi, untuk
menghindari kepanikan .
Segera lapor pihak ketiga (kontrak servise) proteksi kebakaran melalui Tim K3 untuk
melakukan investigasi penyebab alarm palsu dan tindak lanjutnya (usulan perbaikan)
Pemadaman segera jika terlihat ada api / asap, lakukan pemadaman dengan
menggunakan APAR yang terdekat yang tersedia.
Pelaksanaan aktifasi Penanggulangan Bahaya Kebakaran sesuai Prosedur Tetap
Pengendalian dan Penanggulanan Kebakaran jika api tidak padam Pembuatan
Laporan kepada Direksi melalui Tim K3.

k. Proses pemberitahuan dan permintaan keluar.


Proses pemberitahuan untuk pihak luar seperti penjelasan kejadian dilakukan hanya oleh
Direktur Selaku Komandan bencana.
l. Sistem Komunikasi
Pada saat terjadi kebakaran, sistem komunikasi terpusat dibawah kendali IPSRS
berkoordinasi dengan petugas Satuan Keamanan (Satpam) di lapangan dan pos
satpam
Petugas operator telepon berkewajiban membatasi percakapan yang masuk dan
keluar RSUD dr Achmad Darwis dan memonitor jalannya upaya pemadaman dan
mengadakan komunikasi terus menerus dengan petugas di lokasi kebakaran.
Aktivasi komunikasi dalam pengendalian dan penanggulangan kebakaran dilakukan
segera setelah menerima berita adanya kebakaran dari satu unit atau dilakukan
dengan aktivasi manual alarm (manual glass break / manual call poin) atau begitu
mendengar bunyi alarm dari detektor panas / asap
Aktivasi dilakukan dengan cara memberitahukan kepada seluruh anggota tim balakar
melalui alat komunikasi yang ada : Alarm, Telepon, Handy talky, Telepon selluler,
Paging sistem (sesuai dengan kode yang disepakati / Prosedur yang berlaku)
m. Simulasi Kebakaran. ( terkait dengan disaster plan )
1) Simulasi dan evakuasi kebakaran dilakukan minimal setahun sekali.
2) Evaluasi program simulasi kebakaran
3) Strategi Pengamanan Kebakaran secara aktif
Pelaporan Internal Ekternal Insiden dan Investigasi Selain Pasien :
Pelaporan Insiden adalah awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali. Kejadian yang dilaporkan terdiri dari
kejadian yang tidak diharapkan, kejadian nyaris cidera, kejadian tidak cidera dan
kejadian potensial cidera,semua kejadian yang dilaporkan terkait karyawan,
pengunjung, keluarga pasien sertafasilitas yang berpotensi bahaya.
Sistem pelaporan insiden di RSUD dr Achmad Darwis meliputi kebijakan alur
pelaporan, formulir pelaporan dan protap pelaporan. Laporan insiden dibuat oleh
semua staf RS yang pertama menemukan kejadian atau semua staf yang terlibat
dalam kejadian atau staf yang mendapat laporan dari pihak lain seperti tamu atau
pengunjung.
Insiden yang dimaksud adalah insiden yang melibatkan karyawan atau pihak
lain selain pasien, dan juga kejadian yang termasuk dalam kondisi darurat
(Emergency). Alur Laporan Insiden Selain Pasien dan Formulir Laporan Insiden
Selain Pasien sudah termasuk dalam Safety Plan ( FMS 4 ).
Simulasi Bencana yang terkait dengan bencana kebakaran yang dilakukan secara
rutin setahun sekali. Dimana simulasi ini dilakukan untuk mengetahui
kesiapsiagaan terhadap bencana kebakaran di RSUD dr Achmad Darwis.

5. Pelatihan
a. Karyawan ;
1) Pelatihan K3 RS, yang dilakukan terhadap karyawan adalah Pelatihan K3 Rumah
Sakit yang diselenggarakan satu tahun sekali dengan sasaran seluruh perwakilan
Satuan Kerja sebagai penangung jawab pelaksanaan K3 di area kerjanya.
2) Materi Pelatihan K3 RS
Kebijakan K3RS
Penerapan Ergonomi di RS
Pengenalan Penyakit Akibat Kerja (PAK) & Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
K3 pada Sarana & Prasarana RS
Pengelolaan dan penanganan B3 serta limbahnya
Respon Emergensi
Stres Psikologis
3) Pelatihan Balakar RS, dilakukan terhadap karyawan adalah pelatihan dan workshop
Balakar yang diselengggarakan 2 kali dalam satu tahun dengan sasaran pada tim
pemadam di regu keselamatan dan juga karyawan di seluruh satuan kerja ditambah
dengan perwakilan dari karyawan outsourcing / kontraktor.
4) Materi Pelatihan Balakar
Teori Api
Teori APAR dan Hidran
Sistem Komunikasi
Work Shop Pemadaman Kebakaran ( Pemakaian Karung goni, APAR, APAB dan
Hidran )
5) Pelatihan MSDS dan Workshop APAR
Teori B3
Teori API
Teori APAR
Work Shop B3 dan Penggunaan APAR PASS

b. Vendor, contraktor, dll


1) Safety Talk :
Safety Talk disampaikan kepada pekerja proyek kontraktor yang sedang berlangsung
dilaksanakan setiap awal pekerjaan, biasanya pekerja proyek kontraktor berganti
setiap 1/ 2 minggu sekali.
Materi safety talk ;
Kebijakan dan prosedur terkait keselamatan
Kepatuhan dan keharusan pekerja/ kontraktor mematuhi peraturan terkait K3
Kepatuhan pengunaan APD saat bekerja.
Kepatuhan terhadap pengamanan kebakaran (ketersediaan fasilitas dan SDM)
2) Rapat koordinasi ;
Mengikuti rapat koordinasi bersama satuan kerja terkait bersama pihak kontraktor
guna memberikan masukan dan saran terkait permasalahan pengamanan kebakaran
(contoh : pekerjaan api terbuka : cutting dan welding ) pada proyek pembangunan
atau renovasi yang sedang berjalan

c. Pasien
1) Memberikan informasi kepada pasien tentang pengamanan kebakaran seperti fasilitas
yang tersedia dan peruntukannya ( jalur exit, jalur evakuasi, titik kumpul aman, letak
APAR ).
2) Flyer Safety Breafing yang berisi jalur evakuasi dan titik kumpul pada kondisi darurat.
3) Flyer Larangan Merokok yang berisi larangan merokok dilingkungan rumah sakit.
4) Denah jalur evakuasi ; yang berada disetiap kamar pasien terletak disamping pintu
keluar.
6. Monitoring
a. Monitoring data
Dokumentasi data setiap kegiatan terkait pengamanan kebakaran dianalisa dan ditindak
lanjuti sebagai bahan rekomendasi terhadap pihak manajemen untuk melakukan
perubahan dan perbaikan terhadap fasilitas terkait pengurangan risiko dan
penanggulangan kebakaran sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.
b. Monitoring data untuk peningkatan berkesinambungan
Monitoring dilakukan melalui pemantauan pelaksanaan standar kewaspadaan bencana
dan evakuasi di RSUD dr Achmad Darwis. Monitoring dilaksanakan terhadap Standar
Prosedur Operasional (SPO), serta monitoring terhadap sarana penunjang dalam
antisipasi dan penanganan dalam pengendalian bencana. yang dilaksanakan oleh Tim k3
maupun penanggung jawab K3 dimasing-masing satuan kerja dalam wadah regu
keselamatan dimasing-masing satuan kerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing. Untuk monitoring yang dilakukan oleh Tim K3 yaitu ; ronde K3 yang dilaksanakan
seminggu sekali kepada satuan kerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Serta safety
patrol/patroli keselamatan yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari yang berbeda
dengan pemantauan terhadap seluruh sarana rumah sakit berupa survey jalan selintas /
throughsurvey.
1) Ronde K3
Ronde Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan satu minggu sekali
setiap hari Rabu. Pelaksanaan Program Ronde K3 membutuhkan motivasi dan
komitmen dari top management dari pemimpin diseluruh jajaran di RSUD dr Achmad
Darwis, staf dan anggota tim tanpa memandang posisi jabatannya, harus merasa
mampu untuk berbicara apabila mereka merasa apa yang mereka kerjakan tidak aman
dan selamat,kondisi lingkungan kerja tidak aman dan selamat. Jadi Ronde Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu tranformasi budaya. Perubahan budaya yang
diharapkan adalah; Budaya tidak menyalahkan, Budaya pelaporan, Budaya
pembelajaran dan Budaya kerja yang aman.
2) Safety Patrol dilaksanakan satu minggu sekali setiap hari jumat .
Konsentrasi pemantauan pada pelaksanaan safety patrol yang terkait dengan
keselamatan kebakaran adalah ;
Sarana proteksi kebakaran dan jalur evakuasi serta penyelamatan jiwa ; yang terdiri
sarana proteksi kebakaran baik aktif maupun pasif.
Bangunan gedung ; kondisi mekanikal dan elektrikal, ada tidaknya kebocoran
,potensi runtuhan atap, dan kondisi tidak semestinya lainnya
Alat kerja ; pemantauan terhadap peralatan yang digunakan baik terkait peralatan
medis maupun peralatan teknik lainnya.
Prosedur kerja; melihat aktifitas pekerja apakah sesuai dengan prosedur kerja yang
aman baik untuk dirinya maupun untuk pasien/ orang lain yang berada disekitarnya.
APD; kepatuhan pengunaan alat pelindungi diri sesuai ketentuan dan prosedur
aman.

7. Evaluasi
Evaluasi terhadap seluruh program, fasilitas, sarana dan prasarana dan kegiatan
pengamanan kebakaran yang telah berjalan dan yang tidak dapat dilakukan karena sesuatu
hal, serta informasi terhadap risiko dari keselamatan dan keamanan serta pelaksanaan
pelatihan yang telah berjalan, hal ini guna review terhadap tujuan dan rencana program
ditahun yang akan datang.
Masing-masing kegiatan dalam program dilakukan evaluasi dan dibuat laporan yang
dilakukan tiap akhir pelaksanaan kegiatan.Evaluasi merupakan Pencatatan dan pelaporan
yaitu; pendokumentasian kegiatan dalam antisipasi bencana secara tertulis dari masing-
masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K-3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh
organisasi K-3 RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K-3
RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknisterkait di Rumah Sakit. Evalusi yang
dilaksanakan terhadap pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran dengan
melakukan simulasi kebakaran secara berkala setahun satu kali.
Tujuan kegiatan simulasi bencana kebakaran dan evakuasi adalah menguji
kehandalandari prosedur yang telah disepakati serta kehandalan dan ketersediaan sarana
dalam penanganan terhadap bencana di RSUD dr Achmad Darwis.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan simulasi adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan dalam simulasi bencana.
Pencatatan dan pendokumentasikan pelaksanaan kegiatan K-3 dilakukan setiap
waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada
saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadual).
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan
bencana, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K-3 di
Rumah Sakit (TIM K3 RSUD dr Achmad Darwis). RSUD dr Achmad Darwis menetapkan
dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak
terduga.
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pendokumentasian Hasil Kegiatan Pemeliharaan


Dari semua kegiatan yang dilakukan baik itu pemeliharaan dan perbaikan yang
dilakukan oleh Pemeliharaan Peralatan Medik harus didokumentasikan kedalam bentuk
format tertentu seperti:
1. Form Kejadian Kecelakaan Kerja, Kebakaran dan Bencana.
2. Form yang digunakan untuk mencatat kejadian adanya kecelakaan kerja, kejadian
kebakaran dan kejadian bencana sekaligus bentuk tindak lanjut yang disampaikan.
3. Form safety patrol. Formulir ini digunaka pada saat melakukan kegiatan pemantauan
terkait dengan fasilitas terutama yang terkait dengan pengurangan risiko dan
penanggulangan kebakaran.
4. Form laporan indisen K3.
5. Form Pemeliharaan APAR
6. Form Ijin Pekerjaan Panas
7. Rambu dan sign fasilitas.
Rambu dan sign fasilitas ini digunakan untuk menginformasikan bagi seluruh
staf,pengunjung dan karyawan mengenai hal-hal yang terkait dengan upaya untuk
pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran.

B. Pelaporan Hasil Kegiatanngan Risiko dan Penanggulangan Kebakaran


Dari kegiatan yang dilakukan terhadap pengurangan risiko dan penanggulangan
kebakaran ini dituangkan ke dalam lembar report dan sekaligus juga akan
didokumentasikan, Supervisor Kewaspadaan bencana dan kebakaran harus mengetahui
dan memuatnya. Dengan mengetahui setiap lembar report tersebut, maka supervisor dan ka
sub keselamatan kerja dapat melakukan kontrol semua kegiatan yang telah dilakukan
sehingga diharapkan dapat terjaminnya upaya pengurangan risiko dan sarana
penanggulangan di RSUD dr Achmad Darwis dengan baik. Lembar report yang ada di
Pemeliharaan Peralatan Medik seperti:
1. Laporan kerja hasil temuan atau kejadian.
2. Laporan kerja trimester
3. Laporan Kerja Tahunan
Pengelolaan data dan laporan yang masuk dilakukan secara continuous improvement
untuk program pengurangan risiko dan penanggulangan kebakaran akan bertambah baik
dan sempurna dengan memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan bagi pengguna
alat medik di RSUD dr Achmad Darwis. Tindak lanjut dari panduan pengurangan risiko dan
penanggulangan kebakaran ini sesuai dengan hasil rekomendasi dari direksi.

LAMPIRAN LAMPIRAN :
Alur Deteksi Dini Potensi Kebakaran dalam Jam Kerja

ORANG PERTAMA
Yang Melihat Api/Kebakaran
Y

Lapor Kepada
Ka. Unit Kerja

Mengaktifkan Penanggung
Menghubungi Unit Pemadam
Jawab Darurat Gedung di
Satpam, IPSRS, K3 Kebakaran Suliki
Unit Kerja
Mencari sumber
potensi kebakaran
dgn membawa APAR

Sumber Potensi Sumber potensi


Kebakaran ditemukan kebakaran TDK
ditemukan

Merujuk ke Protap
Pengendalian dan
Rekomendasi dari Dinas
Penanggulangan
Kebakaran
Kebakaran

Laporan Kejadian
Kebakaran oleh pihak Selesai
terkait & dinas Pemadam
Kebakaran

Selesai

Alur Deteksi Dini Potensi Kebakaran Diluar Jam Kerja

ORANG PERTAMA
/Petugas Yang Melihat
Api/Kebakaran
Y

Lapor Kepada PJ/


Ka. Unit Kerja

Mengaktifkan Regu Menghubungi Lapor Kepada


Keselamatan di Satker Satpam, IPSRS, Perawat Jaga

Lapor Kepada
Perawat Jaga
Mencari sumber
potensi kebakaran
dgn membawa APAR

Sumber Potensi Sumber potensi


Kebakaran ditemukan kebakaran TDK
ditemukan

Merujuk ke Protap Pengendalian Rekomendasi dari Dinas


dan Penanggulangan Kebakaran Kebakaran

Laporan Kejadian Kebakaran Selesai


oleh pihak terkait & dinas
Pemadam Kebakaran

Selesai

Alur Penanggulangan Kebakaran

ORANG PERTAMA
yang melihat api /
kebakaran

Bunyikan Alarm dan Lapor Kepada Ka.Ru /


Mengambil APAR PETUGAS TERDEKAT Pj. Dinas

Upayakan Pemadaman
sedini mungkin bila perlu
Menghubungi Satpam,
minta bantuan Satpam
Ka.Satker ,
Operator,IPSRS, K3, PP
NO
YE S

Komando Siaga :
K3RS, Perawat
Pengawas,
Melalui Operator
Telepon
Api Padam

Tindakan Evakuasi
oleh Ka.Ru/PJ. Tim Medis
Dinas/PP

Dinas Pemadam Suliki

Tempat Evakuasi Api Padam

Selesa
i Selesa Selesa
i i
Petugas Pengaman Kebakaran yang sudah terlatih dan berpengalaman ( dalam
penggunaan APAR, Hidran dan evakuasi ) antara lain :
1. Ketua Komite K3
2. Perawat Pengawas / Kepala Ruangan
3. Semua anggota TIM K 3
4. Regu Keselamatan ( Terutama Tim Pemadam )
5. Satuan Pengamanan
6. Petugas IPSRS ( Storing )
7. Karyawan RSUD dr. ACHMAD DARWIS( yang sudah terlatih )

DETEKSI DINI & PENCARIAN SUMBER POTENSI KEBAKARAN


No. Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSUD
DR ACHMAD
DARWIS

PENCATATAN DAN PELAPORAN KEJADIAN


KECELAKAAN KERJA, KEBAKARAN DAN BENCANA

TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


RSUD DR. ACHMAD DARWIS

Bulan : ............................ Tahun ..............


Hari/Tgl/Jam/ Tempat Nama Korban &
No Jenis Kejadian & BAP Keterangan
kejadian kerugian , kerusakan
Suliki, ...............................................
Yang Membuat Laporan

NIP.

KARTU PEMELIHARAAN APAR


NO. APAR : ......................

Satuan Kerja : ..................................................


Lokasi : ..................................................

KONDISI PEMELIHARAAN NAMA

BOX & Label


No Hari/Tgl Pin Regulator Selang Nozzle Tabung Rambu Isi Tabung
Pemukul Expire Pj. Satker
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
Permenakertrans : No. Per. 04/MEN/1980 ttg APAR BAB III Pemeliharaan ( Pasal 11 ) : 1. Setiap APAR harus
diperiksa 2 kali dlm setahun.
Ket :Pemeliharaan ISI APAR
1. Jenis Bubuk Dry Chemical dengan membolakbalikan tabung sebanyak 3 kali ( Jika terdengar
seperti benda padat jatuh / gumpalan maka APAR sudah tidak layak )
2. Jenis CO2 dengan menimbang ulang tabung ( Jika berkurang lebih dari 10% maka APAR sudah
tidak layak )
MS : Memenuhi Syarat, TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Setiap kolom diberikan tanda check ( ), sesuai dengan hasil pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai