Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian

utama, akibatnya gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang

dihadapi sebagian besar masyarakat. Padahal kondisi ini menjadi gerbang

beragam penyakit. Penanganan masalah gigi masih sebatas menambal lubang

gigi. Tindakan tersebut sudah dianggap mampu mengontrol karies. Padahal

itu belum cukup mengatasi masalah secara menyeluruh (Nikmah, 2009).

Penyakit gigi dan mulut memiliki sifat progresif yaitu apabila tidak

dirawat dan diobati akan mengakibat makin parah dan juga bersifat

irreversibbel yaitu apabila ada jaringan yang sudah rusak tidak dapat tumbuh

kembali. Hal inilah yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat sehingga

jumlah penderitanya selalu naik yakni jumlah kerusakan gigi pada usia 12

tahun mencapai 43,9 %, usia 15 tahun mencapai 37,4 %, usia 18 tahun 51,1

%, dan usia 35-44 tahun mencapai 80,1 % serta usia 65 tahun keatas

mencapai 96,7 % (Depkes RI, 2002).

Dengan meningkatnya jumlah penderita tersebut diatas maka

diperlukan penanggulangan yang serius dan cepat mengenai perawatan gigi

rusak khususnya pada anak-anak yang memerlukan waktu dan dana yang

tidak sedikit. Oleh sebab itu, untuk pencegahan terhadap karies jauh lebih

1
baik dari pada merawat kerusakan gigi, salah satunya dengan menggunakan

fluor sebagai pencegahan dan perlindungan gigi terhadap penyakit karies

(Melanie, 2008).

Penggunaan fluor sudah dilaksanakan dari abad lalu sampai sekarang

dan digunakan secara luas untuk pencegahan karies, baik di negara maju

maupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Secara sistemik fluor

efektif apabila diberikan pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi,

mulai awal kehamilan (prenatal) maupun setelah kelahiran (postnatal).

Pemberian fluor dikombinasikan dengan cara lokal, seperti kumur-kumur

larutan fluor atau penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor untuk

mencegah karies (Melanie, 2008).

Dari penjelasan tersebut diatas, peneliti sangat tertarik untuk

membahas permasalahan tentang pemberian fluor secara sistemik dengan

tablet fluor guna mencegah terjadinya penyakit karies atau gigi berlubang

yang sering dialami oleh anak-anak.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahannya adalah : Bagaimana mekanisme

penggunaan tablet fluor dengan cara sistemik terhadap perlindungan gigi

anak ?

2
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melalui studi pustaka ini diharapkan dapat mengetahui

mekanisme penggunaan tablet fluor dengan cara sistemik terhadap

perlindungan gigi anak.

2. Tujuan Khusus

Melalui studi pustaka ini diharapkan dapat :

a) Mengetahui sunber sumber fluor.

b) Mengetahui tujuan dan manfaat pemberian fluor pada anak.

c) Mengetahui jenis pemberian fluor dengan cara sistemik.

d) Mengetahui cara penggunaan tablet fluor.

e) Mengetahui cara kerja tablet fluor dalam proses melindungi gigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang mekanisme penggunaan

terapi fluor dengan cara sistemik terhadap perlindungan gigi anak.

2. Bagi Institusi

Sebagai referensi atau bacaan bagi mahasiswa Jurusa Kesehatan Gigi

Politeknik Kesehatan Pontianak.

3
3. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi yang diberikan kepada masyarakat penggunaan fluor

dengan cara sistemik terhadap perlindunngan gigi anak.

E. Ruang Lingkup

Berdasarkan studi Kepustakaan ini ruang lingkup yang penulis bahas

sebagai berikut : mekanisme penggunnaan fluor dengan cara sistemik

terhadap perlindungan gigi anak.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fluor

1. Pengertian Fluor

Fluor adalah salah satu bahan alamiah terdapat dalam makanan /

minuman juga terdapat di tanah dan di air tawar. Fluor merupakan

elemen golongan halogen dan tidak pernah terdapat bebas di alam. Ikatan

fluor baik organik maupun anorganik disebut fluorida (Agtini,

1988,cit.Restu, 2008). Selain itu, fluor merupakan unsur yang penting

dalam pembentukan gigi dan tulang (Nuniek, 2005).

Fluor termasuk golongan mikromineral yang berperan dalam

proses mineralisasi ( pembauran / penyatuan terhadap mineral yang lain

didalam tubuh) dan pengerasan email gigi. Pada saat gigi dibentuk, yang

pertama kali terbentuk adalah hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH2)+F2) yang

terdiri dari kalsium dan fosfor. Tahap berikutnya adalah fluor akan

menggantikan gugus hidroksi (OH) pada kristal tersebut dan membentuk

fluoroapatit yang menjadikan gigi tahan terhadap kerusakan

(Nikmah, 2009).

Adapun sumber fluor terdapat pada udara, air, tanah, tumbuhan

dan hewan. Konsentrasi fluor di udara/atmosfer kurang dari 0,1 g/m3 .

5
Di air, terbanyak sebagai ion atau berikatan dengan aluminium.

Konsentrasi fluor ini tergantung lokasinya. Air dipermukaan laut

mengandung fluor 0,01-0,3mg/L. Air laut lebih banyak mengandung

fluor daripada air tawar yaitu sebanyak 1,2-1,5 mg/L. Pada ASI,

kandungan fluor lebih sedikit bila dibandingkan dengan susu formula

yaitu mencapai 5-10 g/L. Di tanah mengandung fluor sebanyak 20-1000

g/g. Fluor disimpan pada lapisan tanah paling luar, tengah maupun

dalam. Komponen yang paling penting untuk tumbuhan dan manusia

adalah fluor yang soluble (Nuniek, 2005).

Fluor terdapat dalam komponen hampir semua air alam segar,

terutama air laut. karena kandungan bahan ini sedikit sekali,

pengukurannya dilakukan dalam satuan bagian per sejuta (per part

million) atau ppm. Sebagai contoh dalam air laut kandungan ini berkisar

antara 0.8 sampai 1.4 ppm. Dengan kata lain setiap sejuta bagian air

hanya terdapat sekitar 0.8 sampai 1.4 bagian fluoride saja (Dentic

Family, 2009).

Menurut Rissa (2009) selain terdapat di air tanah, fluor juga

terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, ikan, daging dan

lain-lainnya. Hampir semua makanan mengandung fluor, namun kadar

fluor tertinggi adalah ikan teri, sawi, dan teh. Produk-produk untuk

kesehatan gigi sepeti pasta gigi dan mouthwash mengandung fluor. Pada

pasta gigi untuk dewasa mengandung 1000-1500 g/g, sedangkan pada

anak-anak lebih rendah yaitu 250-500 g/g.

6
Penggunaan fluor sudah digunakan di dalam masyarakat, yang

dikenal dengan nama fluoride seperti dalam fluoridasi air minum,

pemberian fluor dalam bentuk tablet, dan garam dapur yang ditambahkan

fluor. Selain itu ada yang didalam pasta gigi (odol) yang digunakan

sewaktu menyikat gigi, serta berkumur-kumur yang mengandung larutan

fluor (Nikmah, 2009).

Untuk fluoridasi air minum, keuntungannya adalah bahwa

frekuensi karies menurun sampai 60 persen, hal ini dapat mengurangi

maloklusi, mengurangi penyakit priodontal, menambah kekuatan tulang

terhadap fraktur. (Bowo & Susi, 2010).

Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan apa yang disampaikan

oleh Yeanne (2009) bahwa pemberian fluor yang dilakukan pada masa /

usia dini akan meningkatkan ketahanan gigi terhadap kerusakan gigi

seperti karies atau gigi berlubang.

2. Manfaat Penggunaan Fluor

Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk

mencegah timbul dan berkembangnya karies gigi. Penggunaan fluor ini

perlu didukung oleh sikap perorangan yang positif terhadap kesehatan

giginya (Tarigan, 1990). Fluor dapat mencegah pertumbuhan bahkan

merusak mikroorganisme penyebab karies gigi seperti streptococcus

mutans atau lactobasilus yang dapat merusak lapisan gigi. Selain itu fluor

7
juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan email terhadap asam

(Nuniek, 2005).

Menurut Singarimbun (Enna, 2004), bahwa fluor bermanfaat

dalam pencegahan penyakit gigi yaitu :

a. Mereduksi atau mengurangi terjadinya karies gigi rata-rata kurang

lebih 50%. Apabila fluor diberikan sejak bayi lahir maka akan

mampu menurunkan karies sampai 80%.

b. Secara tidak langsung, program pencegahan dengan menggunakan

fluor akan menghemat biaya rehabilitasi medik untuk memperbaiki

fungsi gigi dan mulut.

Adapun maksud dari pernyataan Singarimbun tersebut diatas

adalah untuk mengurangi terjadinya atau memperkecil terjadinya karies

gigi dan dapat mempertahankan permukaan gigi (email) dari pengikisan

bakteri yang ada didalam mulut dan dengan demikian dapat menghemat

biaya untuk perawatan kesehatan gigi.

3. Mekanisme Fluor terhadap Email

Cara kerja fluor dalam menghambat atau mencegah karies gigi

adalah ion fluor menghambat kerja enzim dalam pembusukkan sisa-sisa

makanan pada jalur glikolisis (jaringan makanan). Selain itu ion fluor

yang ada dalam cairan rongga mulut akan berikatan (bersatu) dengan ion

magnesium, dan membentuk magnesium fluoride. Magnesium

merupakan ion yang dibutuhkan bersama enolase mengubah 2P-gliserat

8
menjadi fosfoenolpiruvat (PEP). Akibat hambatan oleh fluor, glikolisis

pada sel bakteri dihambat, bakteri tidak dapat menghasilkan energi atau

tenaga yang cukup untuk menghancurkan lapisaan email gigi selanjutnya

perkembang biakan bakteri juga terhambat, sehingga tidak mampu

merusak gigi (Melanie, 2008).

Menurut Nurhayati (2004), cara kerja fluor mempunyai aspek

utama adalah bahwa fluor menambah daya tahan dari enamel dalam

proses sebagai berikut : enamel gigi terdiri dari bahan bahan berbentuk

prisme (enamel rod) yang saling berhubungan melalui perantaraan satuan

kimia bernama hydroxy apatit dan yang mudah sekali larut dibawah

pengaruh asam. Bila asam-asam yang dihasilkan oleh plak mampu

melarutkan hydroxy apatit tersebut, maka enamel rod akan rusak dan

kuman-kuman dari plak akan menyerang dentin dan dapat memperluas

terjadinya karies gigi (Bowo & Susi, 2010).

Fluor yang bekerja terhadap gigi akan memasuki enamel dan

melalui suatu reaksi kimia menggantikan hydroxy apatit dengan fluor

apatit yang jauh lebih tahan terhadap asam (Cit.Enna, 2004).

Agar fluor bisa diikat oleh email, maka fluor tersebut harus

diletakkan dalam bentuk florapatit, dimana ion hidroksil digantikan oleh

ion fluor. Fluor yang diperoleh dari cairan jaringan selama periode

pembentukan gigi dan dari saliva serta air minum pada periode erupsi,

diikat email dalam bentuk ini. Akan tetapi karena rendahnya konsentrasi

9
fluor dalam media maka dibutuhkan waktu lama untuk memperoleh

akumulasi fluorapatit yang cukup pada email (Kidd & Bechal, 1992).

4. Proses Kimiawi Fluor

Struktur gigi terdiri dari lapisan email, dentin dan semen. Email

terdiri dari 96 % bahan anorganik, sisanya bahan organik dan air.

Sebagian besar bahan anorganik itu terdiri dari ion kalsium, fosfat dan

hidroksid yang berbentuk prisma (email rods) yang saling berhubungan

melalui perantara zat kimia bernama hidroksi apatit yang mudah larut

oleh pengaruh asam (Cit.Restu, 2008) .

Bilamana asam-asam yang dihasilkan oleh bakteri mampu

melarutkan hidroksi apatit tadi, maka lapisan email gigi akan rusak dan

memungkinkan kuman-kuman dari plak untuk menyerang dentin dan

makin memperluas karies gigi. Ion hidroksi apatit dapat bertukar dengan

ion fluorida dari garam fluorida sehingga membentuk fluor apatit yang

jauh lebih tahan terhadap asam.

Fluor didalam reaksi kimia yang dikemukakan oleh Andlaw &

Rock (1992) adalah sebagai berikut :

Ca10(PO4)6(OH2) + 2 F Ca10(PO4)6F2 + 2 (OH)

Hidroksi Apatit Fluor Apatit

Jadi fluor tidak menyembuhkan kerusakan gigi dalam arti kata

yang sebenarnya tetapi memperkuat daya tahan gigi terhadap pengaruh

10
asam yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya karies gigi

(Cit.Restu, 2008).

5. Efek Samping Penggunaan Fluor

Seperti unsur-unsur lain yang penting untuk kesehatan misalnya

garam, zat besi, vitamin A, vitamin D - fluoride pun dapat berbahaya jika

dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak

terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan

dapat menyebabkan kerusakan gigi .

Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka

akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Seperti

halnya fluor, menurut Olle, dkk bahwa fluor yang berlebihan akan

menyebabkan masalah, adapun permasalahannya adalah :

a. Kerusakan pada gigi berupa perubahan warna gigi menjadi tidak

putih lagi seperti gigi yang sehat tetapi menjadi pucat dan buram dan

yang paling parah adalah warna gigi menjadi gelap dan gigi menjadi

rapuh. Proses tersebut disebut fluorosis. Fluorosis tidak dapat diobati,

tetapi kalau tanda tersebut diketahui lebih awal dapat dicegah agar

tidak lebih berlanjut.

b. Kelebihan fluor tersebut juga akan merusak tulang, mengakibatkan

rasa sakit yang hebat pada tulang dan akibat yang paling fatal dapat

mengakibatkan kelumpuhan.

11
c. Kelebihan fluor dapat juga menyebabkan anemia serta dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (Cit.Nurhayati, 2004).

Efek biologis Fluoride (dalam buku Flouride the Aging Factor-

Dr.John Yiamouyiannis ) adalah :

1) Gigi Fluorosis (keropos) merupakan tanda pertama kontaminasi

fluoride.

2) Kerusakan gigi (pada stadium lanjut-gigi bergaris-garis gelap terlihat

seperti lubang) dan gigi tanggal.

3) Penelitian di Cina, pemberian fluoride dg dosis rendah pun telah

menyebabkan berkurangnya kecerdasan pada anak-anak

4) Penuaan Dini

5) Aborsi Spontan

6) Tulang yang rapuh

7) Kanker, Fluoride bersifat Carcinogenic (penyebab KANKER)

(Nikmah, 2009).

B. Pemberian Fluor Secara Sistemik

Penggunaan fluor dalam rongga mulut adalah sebuah mekanisme

perlindungan melalui aplikasi fluor dengan cara topikal (pengolesan) atau

sistemik (menyeluruh) yang berfungsi mencegah terjadinya lubang gigi

(karies). Penggunaan fluor dengan cara aplikasi sistemik adalah melalui

makanan dan minuman atau melalui penggunaan suplemen fluor melalui air,

garam, tablet, atau obat tetes yang dikonsumsi (Iqbal, 2009).

12
Berikut ini adalah contoh makanan dan minuman yg mengandung

fluoride selain sayur :

1. Susu dan susu formula

2. Sereal

3. Juice.

4. Soda

5. Teh

6. Ayam

7. Ikan n seafood lain.

8. Garam yang berfluoride

9. Penggorengan yg dilapisi teflon merupakan media intake fluor.

10. Wine / Anggur (Cici, 2009).

Pemberian fluor secara sistemik adalah penggunaan fluor dengan

cara dimasukkan melalui mulut, selanjutnya fluor tersebut akan bekerja dan

bereaksi dengan bahan-bahan pembentuk gigi yang nanti bekerja untuk

mencegah dan melindungi gigi dari dari serangan asam-asam hingga tidak

timbul karies (Zelvya, 2003). Pemberian Fluor secara sistemik merupakan

salah satu upaya pencegahan yang cukup efektif dan efisien (Titian P, 2010).

Menurut Be Kien Nio (Tarigan, 1990) bahwa Fluor yang dilakukan

dengan cara sistemik adalah penggunaan fluor dengan cara dimasukkan

kedalam tubuh melalui mulut, juga mempunyai efek topikal pada gigi.

Pemberian fluor tersebut memiliki pengaruh pada gigi yang belum erupsi

maupun gigi yang sudah erupsi. Pengaruh terbesar dari fluor dalam masa

13
pasca erupsi terjadi pada tahun-tahun pertama, dan dalam tahun-tahun

berikutnya pengaruh ini masih ada namun telah berkurang. Fluor juga

menghambat kehidupan bakteri yang ada pada plak. Adapun pemberian fluor

secara sistemik yaitu adalah sebagai berikut :

a. Fluor dalam Air

Efek maksimal fluor lebih dulu dinilai pada orang-orang yang sejak

lahirnya menggunakan air minum dengan sekitar 1 mg F/L, efek

melindungi setelah penghentian fluoridasi air sebagian besar akan hilang.

Resorpsi fluoride biasanya berlangsung di lambung. Resorpsi ini terutama

berlangsung cepat bila lambung kosong dan fluorida sudah mencair atau

mudah mencair.

Konsentrasi fluoride normal yang bebas dalam serum adalah kurang

lebih 0,01 mikro g/ml. Pada anak-anak agak rendah dan pada orang

dewasa agak tinggi. Dari tiap pengambilan fluoride kurang lebih 40-60%

dikeluarkan melalui urine dan sekitar setengahnya diikat pada tulang.

Fluoride diambil oleh jaringan karies paling tidak maksimal adalah dalam

email, dalam dentin lebih baik dan dalam sementum sama baiknya seperti

dalam tulang.

Kadar fluor dalam air minum yang efektif dalam menghambat karies

gigi adalah di bawah kadar yang menyebabkan enamel motling yang

ringan. Kadar fluor air minum 1 ppm telah terbukti mampu menurunkan

resiko karies cukup nyata tanpa adanya bercak yang berarti pada enamel.

14
Penambahan fluor sebaiknya sewaktu tahap perkembangan gigi erupsi

dan setelah erupsi agar reduksi karies efektif dan maksimal.

Untuk Indonesia konsentrasi fluor yang dimasukkan kedalam air

minum sebaiknya 0,7 ppm. Dari hasil penelitian pemberian fluor melalui

air minum dapat mengurangi prevalensi karies sampai 60% (Enna, 2004).

Selain fluoridasi yang dialakukan di sumber-sumber air minum penduduk,

dapat pula dilakukan fluoridasi pada air minum yang ada di sekolah-

sekolah terutama bila fluoridasi air minum penduduk secara keseluruhan

tidak dapat dilakukan.

b. Tablet Fluor

Didaerah yang mempunyai saluran air yang berkadar fluor rendah,

tablet fluor memungkinkan pemberian fluor secara sistemik. Menurut

teori bentuk pemberian fluor ini mempunyai kelebihan daripada fluoridasi

air minum yaitu memungkinkan pemberian fluor dengan dosis tertentu.

Dalam praktek, sulit untuk mempertahankan bahkan pada kelurga yang

mempunyai motivasi sangat tinggi terhadap pemakaian fluor jangka

panjang (Andlaw & Rock, 1992).

Tablet fluor yang sering dipakai terdiri dari senyawa Natrium

Fluoride, dan mengandung 0,25 mg fluor pertablet. Pemakaian tablet fluor

sangat bergantung pada motivasi dari orang tua untuk memberikan tablet

fluor pada anaknya secara teratur.

15
c. Obat Tetes Fluor

Obat tetes fluor mengandung sodium fluorida, tetapi jumlah

yang diberikan pada tiap tetes berbeda-beda, misalnya, satu preparat

memberikan 0,125 mg fluorida per tetes dan 0,0333 mg per tetes

(Andlaw & Rock, 1992).

Obat tetes fluor yang dikemas pada botol mengandung 30 ml

0,38 % fluor, atau 60 ml 0,17 % fluor, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel : Volume tetes fluor (3,8 mg fluor F/ml) dan jumlah tablet (1 mg
F/tab) yang menyebabkan gangguan gastrointestinal atau
keracunan fluor letal.

Gangguan Gastrointestinal Keracunan letal

Usia (tahun) Tetes (ml) Tablet Tetes (ml) Tablet

2 3 10 84 320

5 5 20 168 640

10 30 30 252 960

Sumber : Andlaw & Rock, 1992

Biasanya larutan NaF yang ditambahkan dalam air minum sari buah

anak. Dengan cara ini seharusnya hasilnya serupa dengan tablet, namun

ada orang tua yang mengira apabila bila 5 tetes baik berarti pemberian 10

tetes (2 kali lipatnya) jauh lebih baik, padahal tidak demikian. Alat

penetesannya bervariasi dalam memberikan volume tetesnya sehingga

16
kelemahan dari fluoridasi dengan obat tetes ini adalah kecenderungan

terbentuk mottling (Gilang, 2010).

d. Fluor Garam dapur

Pada beberapa penelitian yang dialkuka terhadap garam dapur

yang ditambahkan fluor yang bertujuan untuk menentukan kadar

optimum fluor dalam garam dan berapa jumlah garam dapur yang harus

dikonsumsi setaiap ditambahkan 200-300 mg fluor. Pemakaian rata-rata

pada orang dewasa adalah 6 gram setiap hari. Metode ini tidak efektif

karena pada tiap jenis makanan diperlukan jumlah garam yang bervariasi,

dan perbedaan kesukaan orang (Tarigan, 1990; Titian, 2010).

C. Penggunaan Tablet Fluor

1). Pengertian Tablet

Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih

bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi dan bahan tambahan lainnya,

dibuat dibawah tekanan beberapa kg/cm2 mejadi bentuk cakram atau

bentuk lainnya, dikonsumsi melaui mulut dengan ukuran 50 mg-2g serta

memiliki ketebalan tidak lebih dari 1 dari diameternya 1/8 inci-1,5 inci

(Muhammadcank, 2010).

2). Mekanisme Penggunaan Tablet Fluor.

Tablet fluor yang sering dipakai terdiri dari senyawa Natrium

Fluoride, dan mengandung 0,25 mg fluor pertablet. Pemakaian tablet

fluor sangat bergantung pada motivasi dari orang tua untuk memberikan

tablet fluor pada anaknya secara teratur (Andlaw & Rock, 1992).

17
Contoh fluor didalam bentuk tablet

Pemberian tablet fluor sebaiknya dilakukan sedini mungkin

setelah anak lahir. Sebab telah diketahui bahwa fluor pada pembentukan

matriks gigi tidak ada manfaatnya. Telah diketahui pula, saat janin masih

dalam kandungan hanya sedikit fluor yang bisa melalui plasenta (Rissa,

2009).

Di Jerman anak usia 3-4 tahun tiap hari diberi 1mg tablet fluor

(NaF) selama 3 tahun dan menunjukkan reduksi karies sebesar 38%

sedangkan anak usia 6 tahun diberi 1 tablet / hari selama 6 tahun dan

menunjukkan DMF(s)nya menurun sebanyak 26%. Menurut berbagai

penelitian, tablet NaF dapat menurunkan karies gigi sebanding dengan

hasil yang dicapai pada fluoridasi air minum (Gilang, 2010).

18
Anjuran pemberian dosisnya :

a) Tablet NaF = 2,21mg NaF = 1mg F

(1). Anak usia 0-2 tahun 1 tablet untuk 1 quart hari.

(2). Anak usia 2-3 tahun 1 tablet untuk selang 1 hari.

(3). Anak usia 3-10 tahun 1 tablet / hari.

Bila air minum yang mengandung fluor 0,5 ppm maka tablet tidak

dianjurkan.

Di Indonesia menurut Suwelo (Gilang, 2010), anjuran pemberian

tablet adalah untuk daerah - daerah yang kadar fluor air minumnya < 0,3

ppm, dengan dosis pemakaian :

(a). Anak usia 0-2 tahun 0,25 mg / hari atau tablet

(b). Anak usia 2-4 tahun 0,5 mg / hari atau tablet

(c). Anak usia > 4 tahun 0,5 1 mg tablet / hari atau 1 tablet

(d). Untuk air kemasan 0,002 0,28 ppm

Tablet fluor (1 mg fluor) biasanya diberikan setiap hari oleh guru-

guru sekolah. Pada beberapa situasi, dilakukan pula usaha-usaha untuk

melibatkan orang tua, sehingga tablet fluor tersebut dapat diberikan di

rumah selama liburan sekolah. Menurut Kidd & Bechal, tablet fluor

harus diberikan sampai umur 12-16 tahun dan harus bekerjasama secara

aktif antara anak dengan orang tua selama periode tersebut.

Pemberian flour dalam bentuk tablet adalah termasuk cara efektif.

Mengisap tablet yang mengandung flour akan memberikan efek berganda

secara lokal dan sistematik. Tablet flour yang sering dipakai terdiri

19
senyawa Natrium Flourida dan mengandung 0,25 mg flour per tablet.

Pemberian tablet flour sebaiknya dilakukan sedini mungkin sesudah anak

lahir, sebab apabila dilakukan setelah pembentukan matrik gigi tidak ada

manfaatnya lagi (Faizal Rachman, 2000)

Pemberian flour dapat dimulai dalam periode enam bulan pertama

sesudah lahir, yaitu pada periode menyusui. Bila pada anak yang

menyusu ingin diberi tablet flour, maka tablet harus dihaluskan terlebih

dahulu sebelum diberikan dan dapat dicampur dalam makanan.

3). Mekanisme Tablet Fluor dalam Proses Melindungi Gigi.

Perawatan fluor sistemik sangat berguna dalam mencegah karies

gigi. Pilihannya didasarkan pada level dari fluoride yang terkandung

dalam air minum dan tahap perkembangan dari gigi geligi. Anak-anak

yang masih terdapat gigi sulung akan sangat baik bila menggunakan

tablet fluor dan pasta gigi berfluoride dalam jumlah kecil. Dalam hal ini

anak-anak harus diberikan dorongan untuk mengunyah tablet ini, pada

saat sebelum tidur. Terapi topical fluoride yang periodik dengan gel

acidulated phosfate fluoride (APF) atau varnish fluoride sangat

bermanfaat pada anak-anak dengan rampant karies untuk mencegah

kehancuran gigi (Tilakraj. 2003).

Melalui tablet fluoride, bila air minum masyarakat tidak

mengandung tingkat fluoride yang diinginkan, maka depat dilakukan

pemberian tablet fluoride, tetapi bila kita menggunakan tablet, maka

pertama-tama kita harus memastikan jumlah kandungan fluoride dalam

20
air minum, pada daerah pemukiman. Fluor bekerja dengan cara

menghambat metabolisma bakteri plak yang dapat memfermentasi

karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor

apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F --> Ca10(PO4)6.(OHF)

menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat

menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi

yang merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies, Pemberian

tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air

minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg

NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (5). Jumlah

fluor yang dianjurkan untuk anak di bawah umur 6 bulan3 tahun adalah

0,25 mg, 36 tahun sebanyak 0,5 mg dan untuk anak umur 6 tahun ke

atas diberikan dosis 0,51 mg (Banyubiru, 2009).

Berdasarkan suatu penelitian, flour yang terdapat pada permukaan

gigi dapat mencegah demineralisasi dengan membentuk kalsium fluor

dan fluoroapatit yang akan mempertinggi remineralisasi email sehingga

menjadi lebih resisten terhadap kerusakan oleh asam, Sehingga dalam

mencegah terbentuknya karies pada gigi dibutuhkan asupan flour yang

efisien dan efektif, yaitu sekitar 0.1 ppm (Featherstone, J.D.B., 2000).

21
D. Landasan Teori

Fluor adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk mencegah

kerusakan atau karies gigi. Prosesnya (fluoridasi) adalah dengan memadatkan

email gigi sehingga tahan terhadap karies gigi. Pada gigi berlubang, terutama

bila lubangnya masih sangat dangkal, atau pada gigi buram pemberian

fluoride bisa dilakukan. Serangan asam dapat dihentikan dengan melakukan

remineralisasi (pemberian mineral) fluor di permukaan lubang atau email gigi

(Melanie, 2008).

Fluor ini berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat

struktur gigi lebih kuat sehingga akan membuat gigi lebih tahan terhadap

pengikisan oleh asam. Asam itu sendiri dibentuk ketika bakteri di dalam plak

memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam

yang berulang-ulang akan merusak gigi yang dapat menyebabkan gigi

berlubang. Di sini fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk

membentuk asam. Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral

kembali yang akan menghentikan proses terjadinya gigi berlubang

(Rudi,H.,2010).

Fluor tidak menyebabkan email menjadi lebih keras dari pada

biasanya, tetapi ion fluor menggantikan ion-ion hidroksil yang ada didalam

kristal hidroksil apatit, yang selanjutnya menyebabkan email kurang dapat

larut. Fluor merupakan bahan beracun bagi bakteri, bila pada email terdapat

lubang kecil, maka fluor diyakini dapat mengendapkan kalsium fosfat untuk

memperbaiki permukaan email tersebut dan sudah dapat membuat gigi

22
tersebut tiga kali lebih tahan terhadap timbulnya karies daripada gigi tanpa

fluor (Hall & Guyton, 1997 cit.Restu, 2008).

Selain itu menurut Sumawinata (1991), fluor dapat membangkitkan

suatu daya perlindungan terhadap serangan karies baik sebelum gigi erupsi

maupun setelah erupsi. Fluor yang diperoleh dari cairan jaringan selama masa

pembentukan gigi dan dari saliva serta air minum pada periode pasca erupsi,

diikat email dalam bentuk ini (Melanie, 2008).

Fluoridasi dapat dilakukan dengan 2 cara, diantaranya dengan cara

sistemik, yaitu pemberian fluor yang dilakukan pada permukaan gigi melalui

aliran darah (dari dalam tubuh). Prosesnya diberikan melalui makanan, air

atau makanan tambahan (pil, tablet isap, obat tetes). Penggunaan fluor secara

sistemik merupakan penggunaan dengan cara mengkonsumsi atau diminum

yang selanjutnya akan bereaksi untuk melindungi permukaan gigi dari karies

(Andlaw, 1992; Melanie, 2008).

Secara sistemik fluoride sangat dibutuhkan dalam perkembangan

gigi pada masa mineralisasi gigi agar email menjadi lebih tahan terhadap

karies. Benih gigi dibentuk pada waktu janin masih dalam kandungan dan

masa kanak-kanak. Mineralisasi gigi sulung dimulai pada waktu janin berusia

5 bulan dalam kandungan (Iswan, 2009).

Fluoride sangat penting bagi kesehatan gigi dan penggunaanya harus

sesuai dengan aturan jangan berlebihan. Kandungan fluoride yang terdapat

dalam pasta gigi anak biasanya kadar kandungannya sangat tinggi. Anak-anak

seringkali menelan pasta gigi karena rasanya yang mirip buah-buahan atau

23
permen. Bila ini terjadi terus menerus dalam waktu yang lama, dikhawatirkan

terjadi kelebihan fluoride yang dapat menimbulkan fluorosis atau

osteoporosis, dan kerusakan sistem syaraf. Untuk menghindari hal ini

sebaiknya ajarkan anak meludahkan sisa pasta gigi di mulutnya saat

menggosok gigi. Bahkan, beberapa ahli menyarankan untuk menunda

penggunaan pasta gigi hingga anak berusia lima tahun. Anak menggosok gigi

tanpa menggunakan pasta gigi, cukup dengan sikat gigi yang lembut dan

dibilas dengan air. (Iswan, 2009).

24
BAB III
KERANGKA KONSEP

Mekanisme
Penggunaan Fluor

Cara Sistemik

Perlindungan Gigi Anak

25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian deskriptif yang

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang dibahas

berdasarkan metode studi kepustakaan yakni dengan cara mempelajari buku-

buku, makalah ilmiah atau artikel artikel yang ada di dalam internet, dan

jurnal serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan mekanisme

pemberian terapi fluor dengan cara sistemik terhadap perlindungan gigi anak

(Soekidjo, 2005).

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan penelaahan (library research)

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dari buku-buku,

laporan-laporan, dan artikel-artikel serta hasil penelitian ilmiah dan dibahas

berdasarkan teori-teori yang ditemukan serta dapat menciptakan suatu

pemahaman sehingga diperoleh arah dan hasil penelitian yang tepat dan

relevan.

26

Anda mungkin juga menyukai