Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Istilah organik ini diciptakan pada tahun 1807 oleh ahli kimia jokob berzelius. Pada
saat itu diperkirakan bahwa semua senyawa organik, seperti lemak, gula, batu bara
dan minyak bumi, dibentuk oleh makhluk hidup atau satu makhluk hidup. Semua
upaya awal untuk mensintesis senyawa yang ada di laboratorium itu gagal, dan
diperkirakan bahwa kekuatan vital, hanya ada tersedia di sel hidup, diperlukan untuk
Senyawa-senyawa karbon, baik berasal dari makhluk hidup atau yang dibuat
yang mengandung atom karbon (kecuali karbon monoksida, karbon dioksida, karbon
disulfida dan beberapa turunannya) disebut senyawa organik. Cabang dari ilmu kimia
Maksud dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan
memahami kelarutan beberapa senyawa organik serta reaksi-reaksi yang terjadi pada
polar serta mereaksikan beberapa senyawa organik dengan senyawa organik lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atom-atom karbon mudah berikatan satu sama lain, maka tulang punggung
kebanyakan senyawa organik tersusun atas rantai karbon dengan panjang dan bentuk
dengan rantai karbon tersebut. Setiap atom karbon memiliki elektron valensi 4,
karbon untuk membentuk ikatan rangkap dua bahkan tiga dengan atom karbon
karbon yang dapat diubah gugus fungsinya, hidrokarbon aromatik, senyawa yang
mengandung paling tidak satu cincin benzena, senyawa heterosiklik yang mencakup
atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya dan polimer, molekul rantai panjang
ke molekul organik lainnya, dan jumlah dan pengaturan gugus itu akan
Keenam gugus fungsional yang paling penting dalam kimia kehidupan adalah
gugus hidroksil, karbonil, karboksil, amino, sulfhidril, dan fosfat. Semua gugus
obat-obatan, penguat rasa, dan zat warna yang tidak mudah larut dalam air. Bila
bahan non-polar dilarutkan dalam etanol, dapat ditambahkan air untuk membuat
larutan yang mengandung banyak air. Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan
molekul polar dan ion-ion dan gugus alkilnya CH3CH2- dapat mengikat bahan
non-polar. Dengan demikian etanol dapat melarutkan larutan baik polar maupun
karbon dengan rumus molekul C6H14. Isomer heksana tidak reaktif dan digunakan
secara luas sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena heksana bersifat sangat
Glukosa larut dengan cukup baik dalam alkohol (misalnya 45,2 mM dalam metanol)
misalnya heksana, sikloheksana, isooktil dan heptana. Hal ini mudah dipahami saat
Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (-C=O), yaitu atom karbon
yang berikatan atau rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat dua atom
karbon lain yang terikat pada gugus karbonil. Karbon yang terikat pada gugus
karbonil ada 2 merupakan rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari cincin
aromatik) atau aromatik (merupakan bagian dari cincin aromatik) (Iqbal, 2010).
Alkana dan sikloalkana tidak larut dalam air karena molekulnya adalah non
polar (hidrofobik). Berat jenis alkana dan sikloalkana lebih ringan dibandingkan
dengan air, maka bila keduanya dicampurkan alkana dan sikloalkana berada
diatas air. Sifat fisik lain yang cukup penting khususnya alkana adalah titik didih
lipolisis atau peroksidasi lipid. Ketone bodies seperti aseton diokasidasi melalui
Dikenal empat jenis reaksi umum yang dapat dialami oleh senyawa organik
2. Penambah gugusan-adisi.
3. Penyingkir gugusan-eliminasi.
4. Penyusunan-ulang.
Pada reaksi substitusi biasanya terjadi pada pemindahan dari karbon, dan
atom yang terpindah terdapat hidrogen atau atom/gugus lainnya. Pada pengganti
kebalikan reaksi penambah gugusan. Peristiwa yang paling umum adalah lepasnya
hidrogen dan atom atau gugus lain dari atom karbon tetangga, menghasilkan
kation, anion, atau radikal meskipun yang melibatkan karbon kation atau jenis-jenis
lain elektron yang paling lazim ditemui. Hal ini melibatkan penyusunan-ulang
seperti kobalt pada alumina atau vanadium pentoksida pada aluminium oksida pada
suhu 300 0C. Natrium dalam amonia cair dapat mengurangi gugus alkohol alfa ke
cincin aromatik. Baru-baru ini, hidrida kloroalminum telah digunakan karena tidak
adanya gas hidrogen untuk mereduksi alkohol. Prosedur ini hanya bernilai terbatas
namun membentuk sejumlah besar olefin. Migrasi substituen fenil juga umum terjadi
dengan sistem pereduksi yang terakhir ini (Sandler dan Karo, 1968).
RX R + X ...(1)
dimana x dapat berupa halogen, amino, alkohol, aldehida, keton, karboksil, asam
hidrogen adalah gugus fungsional yang dihilangkan (Sandler dan Karo, 1968).
Sesungguhnya, para ahli kimia sudah lama berusaha untuk menyusun tata
banyak dipahami. Usaha tersebut dimulai pertama kali pada tahun 1889 di paris,
yakni dengan dibentuknya panitia internasional untuk menyusun tata nama senyawa-
senyawa organik. Kesulitan-kesulitan yang timbul selama tata nama senyawa ini
dipakai, mulai diperbaiki pada tahun 1919 oleh suatu panitia dari organisasi ahli-ahli
kimia murni dan terapan sedunia (Internationl Union of Pure and Applied Chemistry,
IUPAC). Dalam tata nama senyawa-senyawa organik, dikenal adanya nama rasional
(aturan Jenewa/IUPAC) atau nama sistematik dan nama trivial. Nama rasional adalah
kompleks susunan suatu senyawa, nama rasional senyawa tersebut makin panjang.
Sebagai contoh, kita dapat melihat rumus ba ngun alkohol alifatik jenuh berikut,
bahwa makin kompleks rumus bangunan suatu senyawa, nama rasional senyawa
H 2 C CH 2 OH HO CH2 CH2 OH
E t a n o l
1,2-Etanadiol
H 2 C CH CH 2
H 2 C C H
HO OH OH
H2C C C CH2
1,2,3-Propanatriol HO HO
2,3-Dimetil-2,3-butanadiol
Nama trivial dapat dikatakan nama kuno yang ada pada umumnya tidak
mempunyai aturan-aturan tertentu. Karena tidak ada aturan mengenaik nama trivial.
Beberapa nama trivial didasarkan atas sumber senyawa, sifat fisis yang dimiliki
senyawa atau nama asal yang disintesis. Nama trivial masih sering digunakan
METODOLOGI PERCOBAAN
kloroform, etanol, etil asetat, aseton, glukosa, vitamin C, KMnO4, fehling A dan B,
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi 14 buah,
Disediakan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi 1
diisi dengan 0,5 mL akuades dan tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 mL dietil eter.
Kedalam tabung reaksi 1 dan 2 ditambahkan setetes demi setetes n-heksana (kurang
Disiapkan enam buah tabung yang bersih dan kering. Keenam tabung tersebut
ditambahkan 1 mL secara berurut dengan n-heksana (1), alkohol (2), aseton (3),
kloroform (4), glukosa (5), dan vitamin C (6). Tabung (1), (2) dan (3) ditambahkan
larutan KMnO4, dipanaskan bila perlu. Tabung (4) ditambahkan NaI atau aseton,
Aziz, T., N., R. C. K., dan Fresca, A., 2009, Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol,
Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak
Kopi, Jurnal Teknik Kimia, 16(1): 1-8.
Bray, H.G., Thorpe, W,V., dan White, K., 1950, Kinetic Studies of The Metabolism
of Foreign Organic Compounds, University of Birmingham.
Denniston, K.J., Topping J.J., dan Caret R,I., 2007, General, Organik and
Biochemistry, The MeGrow-Hill Companies, New York.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, Erlangga : Jakarta.
Fried, G. H., dan Hademenos, G. J., 2006, Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua,
Jakarta, Erlangga.
Iqbal, M., 2010, Aldehid dan Keton, Jurnal Rekayasa Proses, 4 (2);1-10.
Lin, X. S., Zhao, K. H., Zhou, Q. L., Xie, K. Q., Halling, P. J., Yang, Z., 2016,
Aspergillus Oryzae Lipase-catalyzed Synthesis of Glucose Laurate with
Excellent Productivity, Bioresour Bioprocess, 3(2): 1-7.
Mitrayana., Wasono, M.A.J., dan Ikhsan, M.R., 2014, Pengukuran Konsentrasi Gas
Aseton (C3H6O) dari Gas Hembus Relawan Berpotensi Penyakit Diabeter
Mellitus dengan Metode Spektoskopi Fotoakustik Laser, Jurnal Fisika
Indonesia, XVIII (54) , ISSN : 1410-2994.
Sandler, S. R., dan Karo, W., 1968, Organic Chemistry A Series of Monographs
Volume 12, New York, Academic Press INC.
Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Buku Kedokteran : Jakarta.
Sykes, P., 1986, Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik, Jakarta, PT Gramedia.
Lampiran 1. Bagan Kerja
kering.
hasilnya.
Hasil
B. Reaksi-reaksi Senyawa Organik
dipanaskan.
Hasil