Konsep Persalinan
Konsep Persalinan
A. PERSALINAN
1. Definisi Persalinan
Persalianan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit ( APN,
2007: 37).
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-rata naik, darah
kembali normal pada level sebelum pesalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai
dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan
c. Suhu tubuh
selama persalinan, terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini
d. Detak jantung
sebelum persalinan.
e. Pernafasan
kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan aliran plasma ginjal. Proteinuria
g. Perubahan gastrointestinal
banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran getah lambung berkurang,
menyebabkan aktifitas pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung
Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual
h. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah paska bersalin
a. Kala I
persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi, menjadi
tegang, timbul kecemasan atau perasaan aneh terhadap tubuh. Sebagian besar
wanita mengalami perasaan tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif, ibu menjadi
serius, diam, dan sibuk dengan kontraksi. Seorang wanita bahkan mungkin akan
merasa terjebak dalam persalinan saat menyadari tidak ada jalan keluar selain
b. Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan sensasi yang kuat
dan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan. Untuk beberapa wanita
desakan mengejan merupakan salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan rasa nyeri
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya melalui gerak
menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang membantu pelahiran. (Simkin
c. Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat; kemudian rahim
terpola karena rahim kadang-kadang mengalami kram yang hebat. Atau sebaliknya,
perhatian ibu tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari
d. Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan yang penting
dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan merasakan bahagia, lega,
atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa terima kasih kepada orang-orang yang
diri terhadap kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak hamil
dan sudah menjadi seorang ibu. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 215).
4. Sebab-sebab persalinan
diketahui benar yang ada hanyalah teori teori yang kompleks, antara lain :
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesterone turun.
Plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan. Villi koriales mengalami perubahan-
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi utero plasenter
ganglion ini tertekan misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.
Hal ini dikemukakan oleh Hippocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
f. Induksi persalinan
a. Tenaga (Power)
1) His (kontraksi otot rahim)
c) Pintu bawah panggul (outlet) dibatasi oleh Symphisys dan arkus pubis
Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah
rahim, serviks uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligamen
6. Tanda-tanda persalinan
Sifat dari his palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan pada serviks. Persalinan palsu ini dapat terjadi berhari
hari bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan sejati. Sifatnya his
pendahuluan ini tidak teratur yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah.
Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan malah
sering berkurang.
His persalinan mempunyai sifat nyeri yang di sebabkan oleh kontraksi dari
otot otot rahim yang fisiologis. Nyeri karena disebabkan oleh anoxia dari sel sel
otot waktu kontraksi, perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari
penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya, kontraksi rahim brsifat: Lamanya
timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Perubahan serviks juga terjadi akibat intensitas Braxon hicks. (Helen varney.dkk,
2006:673).
Lightening yang mulai dikira kira dua minggu sebelum persalinan, dalah
penurunan bagian persentasi bayi ke dalam pelpis minor. Wanita sering disebut
lightening sebagai kepala bagian sudah turun, namun hal ini menimbulkan rasa tidak
nyaman yang lain akibat tekanan bagian persentasi diarea pelvis minor.
Blood show paling sering terlihat sebagai rabas lender bercampur darah yang
lengket dan harus dibedakan dari perdarahan murni. Hal ini merupakan tanda
persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam. (Helen varney, Dkk
,2006:674)
b) Perdarahan pervaginam
h) Anemia berat
l) Gawat janin
m) Prinsip dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
o) Persentasi majemuk
p) Kehamilan gemeli
r) Syok
Menurut Gulardi dkk, 2007: 33-35 Rujukan adalah mengirimkan pasien dalam
kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki
sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir.
(bidan) : pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir untuk
(alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi,dll) bersama ibu ke tempat
dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke
fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani
(surat) : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mangenai
ibu dan bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan bayi baru lahir. Sertakan juga
(obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-
(kendaraan) : Siapkan kendaraaan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi
cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai
(uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
8. Ketidaknyamanan persalinan
a. Kala I
1) Sakit pinggang
2) Kram perut
3) Kram tungkai
6) Mules-mules
b. Kala II
1) Desakan mengejan
c. Kala III
d. Kala IV
1) After pain
3) Kelelahan
4) Nyeri badan
Kebutuhan dasar ibu hamil adalah mengenai asuhan sayang Ibu yaitu asuhan
yang menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip
dasar asuhan saying ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut.
keluarganya.
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran
bayinya.
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
l. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia mau.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
perlengkapan dan obat-obatan yang sesuai yang sudah siap sedia. Siap untuk
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi. (APN, 2007:12)
a. Engagement
dengan mekanisme yang lainnya. Menurut Tiran, 2006 : 10, penurunan kepala janin
2) 4/5 H I-II (ST-2) : kepala sulit digerakkan bagian terbesar kepala belum
masuk panggul.
c. Fleksi
Merupakan diameter anteposterior kepala janin menjadi sejajar dengan pelvis ibu.
ibu.
e. Ekstensi
anterior.
f. Restitusi rotasi
g. Rotasi eksternal
Terjadi saat bahu berotasi 45 derajat.
h. Ekspulsi
yaitu Peralihan bahu dan tubuh dengan fleksi lateral melalui sumbu ujung luar paling
Proses membukanya servik sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
1) Fase laten (stadium saat tubuh ibu mulai menuju persalinan) : berlangsung selama 8
jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri ekstertum
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau
telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 4 cm disebut
b. Kala II
Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his
dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata rata 1,5 jam dan pada multipara rata rata
0,5 jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uterus agak di atas
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 - 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
d. Kala IV
Mulai dari lahirnya prasenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala itu diamati,
a. Anamnesis
10) Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran
lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
5) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri kontraksi,
d) Menentukan presentasi
b) Minta ibu untuk berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
d) Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan
antiseptik
e) Periksa genitalia eksterna, apakah ada luka atau masa termasuk kondilomata,
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam,
atau mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari, masukan jari
telunjuk dan jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari sampai pemeriksaan
selesai dilakukan
h) Nilai vagina
j) Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba saat
k) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka bagian terbawah tersebut telah
l) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau fontanel
magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran
jalan lahir
m) Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan sarung
tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi
n) Cuci kedua tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering.
2) Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan
3) Tentukan ada atau tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksanakan
secara khusus.
4) Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan
keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia :
tempat datar dan ekras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
a) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam paetus set
3) Memakai celemek
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang zdipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6) Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril ( pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik ).
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
amniotomi.
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
10) Periksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedomaan penatalaksanaan fase aktif) dan
b)Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
13) Laksanakan bimbingan meneran saat ibu meras ada dorongan kuat untuk meneran :
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah setelah 120 menit
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Lahirnya kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bermafas cepat dan
dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan lengan atas untuk
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tunkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainya ).
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus ( hamil
tunggal ).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM ( intramuskuler
) di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin ).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat kira-kira 3 cm dari pusar bayi.
Mendorong tali isi pusat ke arah distal ( ibu ) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi ), dan
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
a) Sebagian besar bayi akan melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung secara 10-15 menit. Bayi ini cukup
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
34) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Letakan satu tangan pada kain diatas perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
untuk mencegah inversio uteri ). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
Mengeluarkan plasenta
37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik Tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau terjadi pendarahan,
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan,
pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
Menilai perdarahan
40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat
khusus.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
42) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih
dan kering.
43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Evaluasi
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
47) Bersihkan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
48) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
50) Tempatkan senua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
52) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam
54) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibioik
55) Setelah satu jam, pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
b) Letakan kembali bayi pada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam
56) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan :
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan.
57) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik ( 40-60
Dokumentasi
58) Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang ), periksa tanda vital dan asuhan
14. Partograf
cm ( fase aktif ). Partograf sebaiknya dipakai pada setiap ibu yang bersalin, tanpa
1) U : selaput utuh
d. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap pemeriksaan pervaginam dan
e. Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian ) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen/luar ) di atas simfisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (O)
pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinisiput (S) atau paruh atas
f. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
h. Kontraksi. Catat setiap setengah jam dilakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
detik.
k. Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ()
l. Tekanan Darah. Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
n. Protein, aseton dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Bila temuan-temuan melintas kea rah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera
Kemajuan persalinan normal dilihat dari partograf apakah sesuai atau tidak,
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan yang dapat hidup.
Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar, berat janin
< 500 gram dan usia kehamilan < 20 minggu (Sarwono, 2005: 180).
terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya)
hingga serviks membuka lengkap (10 cm), kala ini dibagi 2 yaitu fase laten,
pembukaan 1-3 cm dan fase aktif pembukaan 4-10 cm. Kala II Persalinan; dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala Ketiga Persalinan. Kala III; persalinan dimulai segera setelah kelahiran bayi
sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala IV; mulai