Anda di halaman 1dari 4

PORTOFOLIO

Kasus-1
Topik: Benign Prostat Hipertrofi
Tanggal (Kasus) : 10 Januari 2014 Presenter : dr. Nurina
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. H. Ligam Maaruf Lubis
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pria, 60 tahun, BPH, buang air kecil tidak lancar, pancaran BAK
dirasakan melemah, terkadang sulit keluar, menetes sering tidak lampias. Terdapat
riwayat BAK merah, nyeri di akhir BAK, sering berkemih.
Tujuan : Mendiagnosa BPH , penatalaksanaan BPH
Bahan Bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Pos
Email

Data Nama : Tn. R Umur : 64 tahun No. RM : 00.89.90


Pasien : Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kayu Laut
Bangsa : Indonesia
Nama RS: RSUD Telp : (0636) 20181 Terdaftar sejak : 2014
Panyabungan
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : : Benign Prostat Hiperplasia (pembesaran prostat
jinak). Buang air kecil tidak lancar sejak 1 tahun yang lalu, pancaran BAK
dirasakan melemah, kadang sulit keluar (hanya menetes) dan sering tidak lampias.
Terdapat riwayat BAK merah, nyeri di akhir BAK, dan sering berkemih
2. Riwayat Pengobatan : tidak jelas
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : keluhan telah dirasakan sejak 1 tahun belakangan
ini dan dirasakan semakin memberat sejak 1 bulan terakhir ini.
Riw. Hipertensi : disangkal oleh pasien
Riwayat DM + sejak 1 tahun lalu
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta

Daftar Pustaka:
1. Purnomo Basuki. Hiperplasia Prostat dalam Dasar-dasar Urologi edisi kedua.
Jakarta: Sagung Seto.2003.

2. Unduh di bedah umum FKUI oleh novrizal dkk , desember 2011

3. Pedoman penatalaksanaan BPH di Indonesia

1
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak

2. Penatalaksanaan Pembesaran Prostat Jinak

1. Subjektif : Pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke RSUD Panyabungan dengan keluhan
buang air kecil tidak lancar sejak 1 tahun lalu. , pancaran BAK dirasakan melemah,
kadang sulit keluar (hanya menetes) dan sering tidak lampias. Terdapat riwayat
BAK merah, nyeri di akhir BAK, dan sering berkemih terutama pada malam
hari

2. Objektif :
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan
diagnosis Benign Prostat Hipertrofi (BPH)
Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada laki-laki usia diatas 50 tahun yang
sering dijumpai. Karena letak anatominya yang mengelilingi uretra, pembesaran dari
prostat akan menekan lumen uretra yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung
kemih. Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan maka efek
perubahan juga terjadi secara perlahan. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan
berdasarkan:
Gejala klinis, terdiri dari gejala obstruksi dan iritasi
Gejala obstruksi : hesitansi (lama memulai BAK), pancaran BAK lemah,
intermitensi (terputus aliran BAK), BAK tidak puas, menetes setelah BAK
( terminal dribbling).
Gejala iritasi : frekuensi sering BAK, nokturi (sering BAK malam hari), urgensi
(sulit menahan BAK), disuria ( nyeri saat BAK)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang paling penting pada BPH adalah colok dubur . Pada
pemeriksaan ini dijumpai pembesaran prostat teraba simetris dengan konsistensi
kenyal, prostat teraba rata, tidak ada nodul, tidak ada nyeri tekan.
Urinalisis, pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan PSA, catataan harian miksi,
uroflometri, pemeriksaan residual urin, urodinamika, uretrosistoskopi ( tidak
dilakukan pada kasus)
Riwayat alergi tidak jelas
Riwayat HT tidak jelas, Riwayat DM dijumpai
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital:
SP : CM
TD: 140/80 mmHg
HR: 96 x/i
RR: 28 x/i
T: 37,0 oC

2
Status lokalisata:
- Kepala : Mata : Anemis(-/+), Ikterik (-/-), pupil isokor ka/ki= 2mm/2mm
- Leher : tidak dijumpai adanya pembesaran KGB
- Thoraks :
Inspeksi: simetris fusiformis
Palpasi: Sulit dinilai
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: SP : vesikular
ST:
- Abdomen: dalam batas normal
- Ekstrimitas: edema pre tibial (-/-), akral dingin

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Darah rutin: Hb12,3 gr%,
Leukosit 9400
Trombosit 282000

3. Assessment
Prostat adalah bagian dari sistem reproduksi pria, berfungsi memproduksi cairan
semen, yang berguna sebagai transport sperma. Normalnya prostat berukuran kira-kira
sebesar kuning telur ayam atau sebesar buah kenari, terletak dibawah kandung kemih,
ditengahnya terdapat urethra, saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar
melalui penis.
Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal sebagai BPH sering ditemukan pada pria
usia lanjut. Istilah BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologis yaitu terdapat
hyperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. BPH dialami oleh sekitar
70% pria diatas usia 60 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan
keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab pembesaran BPH tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dngan
faktor-faktor hormonal. Dengan diketahuinya mekanisme membukanya vesical neck dan
memancarkan urin pada saat buang air kecil (BAK), BPH menyebabkan peningkatan
resistensi outflow urin. Konsekuensinya, tekanan intravesicel yang lebih tinggi
diperlukan untuk bisa BAK, menyebabkan hipertropi vesica urinaria (VU) dan musculus
trigonum. Hal ini menyebabkan terbentuknya divertikel pada VUyaitu pembentukan
kantung keluar dari mukosa VU di antara otot-otot detrussor. Hipertropi trigonum
menyebabkan stres intravesicel ureter, sehingga menghasilkan obstruksi fungsional dan
menyebabkan hydroureteronephrosis pada kasus yang telah lanjut. Stagnasi urin dapat
menyebabkan infeksi; onset dari sistitis akan mencetuskan gangguan-gangguan
obstruksi. Pembesaran prostat periuretra dan subtrigonal paling sering menyebabkan
obstruksi yang signifikan.
Pada pemeriksaan awal, dilakukan anamnesis tentang riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik terutama colok dubur, urinalisis untuk mencari kemungkinan adanya hematuria dan
leukosituria.
Jika fasilitas tersedia, dilakukan pemeriksaan PSA untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma prostat stadium awal, test faal ginjal untuk menilai penyulit
BPH pada saluran kemih bagian atas , IPSS DAN QoL untuk menentukan derajat
keluhan BAK dan kualitas hidup, catatan harian miksi.

3
4. Plan :
Diagnosis : Benign Prostat Hipertrofi

Penatalaksanaan :
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien. Pilihannya
adalah:
1. Tanpa terapi (watchful waiting)
2. Medikamentosa
3. Terapi intervensi (pembedahan atau minimal invasif)

Tergantung pada derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi obyektif kesehatan
pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya.
1. Watchful waiting
Ditujukan untuk pasien dengan gejala ringan atau sedang dengan keluhan tidak
menggangu (IPSS <7) dan pasien yang menolak terapi medikamentosa, pasien
hanya diberikan petunjuk , diantaranya adalah: hindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan terjadinya seranngan LUTS dan retensi urine akut., batasi minum
yang menyebabkan dieresis terutama pada malam hari, diperbanyak melakukan
aktivitas fisik. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi dan jika tidak ada kemajuan
selama terapi atau keluhan bertambah berat perlu dipikirkan untuk pemberian
terapi medikamentosa.

2. Medikamentosa
Ditujukan untuk pasien dengan keluhan sedang (IPSS 8-19) hingga berat (20-35)
atau pasien yang tidak menunjukkan perbaikaan setelah watchful waiting.
Pilihan pertama adalah antagonis adrenergik (doksazosin, terazosin, tamsulosin),
pilihan kedua inhibitor 5 reduktase (dipilih untuk prostat yang cukup besar >40
gram).
Jika pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi medikamentosa atau terjadi
efek samping yang tidak diinginkan perlu dirujuk ke ahli untuk dilakuakn
intervensi.

3. Terapi intervensi
Tehnik ablasi jaringan prostat (pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, Laser
prostatektomi)
Tehnik instrumentasi alternatif (interstitial laser coagulation, TUNA, TUMT,
dilatasi balon, stent uretra

Diskusi :
1. Penegakan diagnosa pada pasien ini didasarkan pada anamnesa,pemeriksaan fisik dan
penunjang.

Anda mungkin juga menyukai