Anda di halaman 1dari 2

Tehnik tehnik komunikasi pada klien dengan gangguan sensoris

Klien dengan gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal : conea, lensa mata, kekeruhan
humor vitreus, maupun kerusakan cornea, serta kerusakan saraf penghantar inpuls menuju otak.
Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan
penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total.

Akibat kerusakan visual kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada
pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu komunikasi yang di lakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi
yang dapat di transper melalui ondera yang lain. Sebagai contoh ketika melakukan orientasi ruangan,
klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya dengan
menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak
kamar mandi dan sebagainya.

Berikut adalah tehnik tehnik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan.

a. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau
sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada di dekatnya.

b. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama ( dan peran ) anda.

c. Berbicara dengan menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkannya
menerima pesan nonverbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna
bagi klien.

d. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan sentuhan
pada klien.

e. Ketika anda akan meninggalkan ruangan atau hendak memutus komunikasi/ pembicaraan,
informasikan kepadanya.

f. Orientasikan klien pada suara suara yang terdengar di sekitarnya.

g. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan yang asing baginya.

Klien dengan gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang
selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat
kerusakan system saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur penghantar rangsang
suara.

Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media
visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari
gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam
melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

Berikut adalah tehnik tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran.

a. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien.

b. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir anda.

c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimic
wajah yang lazim.

d. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu ( misalnya makanan atau
permen karet ).

e. Gunakan bahasa pantomin bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.

f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.

g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk
tulisan atau gambar ( symbol ).

Tamsuri, Anas. Ns. S. Kep, Komunikasi Dalam Keperawatan. EGC ; Jakarta 2006

Purwanto, Heri, Komunikasi Untuk Perawat. EGC ; Jakarta 1994

Gail Wiscarz Stuart Sandra J. Sundeen, Keperawatan Jiwa. EGC ; Jakarta 1998

Kariyoso, Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. EGC ; Jakarta 1994

Anda mungkin juga menyukai