Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Psikoterapi dan Psikoterapi Suportif


Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam
hubungan professional secara sukarela dengan maksud hendak
menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada,
mengoreksi prilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan
kepribadian secara positif. Dalam psikoterapi, hubungan dokter pasien serta
pengenalan pemindahan dan hambatan adalah sangat penting.( Maramis,
2005)
Psikoterapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang
mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik
terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya (Maramis,2005).

2. Tujuan Psikoterapi suportif


Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:
a) Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya
b) Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis,
2005)
c) Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)
d) Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta
kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan
perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi
lebih baik (Tomb, 2004)
3. Mekanisme
Pasien dianjurkan untuk datang sekali (atau lebih) seminggu, untuk
beberapa minggu atau bulan (kadang ada pula yang mencapai tahunan).
Termasuk pula disini intevensi krisis yang singkat (untuk 1-3 pertemuan).
Terapis berurusan dengan gejala pasien, tetapi hanya sedikit mengolah
proses alam nirsadarnya dan tidak berupaya mengubah kepribadian.
Pertahanan psikologik diperkuat dan teknik yang digunakan antara lain

1
menenangkan, sugesti, mengeluarkan semua masalah, abreaction, dan
manipulasi lingkungan. Terapis bersikap aktif, menunjukkan minat,
berempati dan hangat (dengarkan pasien), mengerti hal-hal yang menjadi
perhatian pasien, dan menolong pasien untuk menetukkan arah. Medikasi
juga dapat diberikan. (Tomb, 2004)
4. Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:
a) Ventilasi atau (psiko-) kataris
Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi
hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya
(tentang penyakitnya) berkurang, karena ia kemudian dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh
dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi).
Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan,
masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.

b) Persuasi atau bujukan (persuasion)


Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya
gejala-gejala serta baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik
diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka
impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan
impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi , serta pasien
dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat mengganggu. Pasien pelan-
pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.

c) Sugesti
Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran
pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-
gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang
meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukan empati. Pasien
percaya pada doketr sehingga kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan

2
sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian
yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi
konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada nerosa
cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau
dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu
cenderung untuk tidak menjadi tetap karena pasien menganggap
pengobatan itu dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan
reedukasi. Anak-anak dan orang-orang dengan inteligensi yang sedikit
kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih
mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan
memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan
gejalanya. Jangan mengganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus
percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat
kerusakan organic sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus
diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala
itu tidak logis.

d) Penjaminan kembali ( reassurance)


Penjaminan Kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar
yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang berhati-hati, bahwa
pasien mampu berfungsi secara adekuat., dapat juga diberi secara tegas
berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah
dicapai oleh pasien.
e) Bimbingan dan penyuluhan
Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih
sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan
hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar dan
sebagainya. Penyuluhan atau konseling ialah suatu bentuk wawancara
untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia
dapat mengatasi suatu maaslah lingkungan atau Dapat menyesuaikan

3
diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan,
pekerjaan, pernikahan dan pribadi. Kerja kasus social (social casework)
secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh
seorang yang terlatih kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau
lebih pelayanan social khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau
keadaan social dan tidak pada gangguan dalam individu itu sendiri.
Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian pasien,
karena tujuannya ialah hendak menangani masalah situasi pada tingkat
realistic.
f) Terapi kerja
Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien,
ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan
berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.
g) Hipno-terapi dan narkoterapi
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat
dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi dapat juga dicapai dengan
cara yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat
pengaruh psikoterapi. Hal yang penting dalam hipnosa adalah sugesti
(bukan kekuatan kemauan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien
menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari
hipnotisir, ia masuk dalam keadaan trance mulai dari ringan sampai
trance yang dalam dengan kekakuan otot diseluruh badan. Dalam
hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa
dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam
waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.
Narkoterapi secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek
yang pendek (umpamanya pentothal atau amital natrium). Dalam
keadaan setengah tidur, pasien diwawancarai, konflik dianalisa lalu
disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai
dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali. Narkoterapi dengan
narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.

4
h) Psikoterapi kelompok
Pembagian kerja psikoterapi berdasarkan prosesnya dibagi manjadi
psikoterapi suportif, reedukatif, dan psikoterapi rekonstruksi. Bila
dilihat dari lamanya, maka ada psikoterapi jangka pendek dan
psikoterapi jangka panjang. Bila dilihat dari jumlah pasien maka ada
psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok.
i) Terapi prilaku
Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus
secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar pasien. Ada tiga
cara untuk menguasai atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa
yang mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk prilaku
khusus itu. Umpamanya seoaranga anak yang tidak berprestasi
disekolah dan nakal dikelas hanya dengan seorang guru tertentu
dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain
diajar oleh guru yang lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu
dapat diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seoarang anak
dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan
kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan
amarah bila ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan demikian
perilaku itu dapat dimodifikasi.

Pendekatan perilaku memang makin lama makin banyak diterapkan,


bukan hanya untuk meringankan atau menghilangkan gejala psikiatri,
akan tetapi dipakai juga dalam bidang pendidikan, social dan keadaan
lain diluar klinik.

5. Teknik Psikoterapi Suportif


1. Lamanya terapi : satu sampai beberapa ratus pertemuan
2. Frekuensi pertemuan : 1-3x seminggu
3. Anamnesa yang terperinci : biasa

5
4. Pemeriksaan psikologik : tes intelegensi dan kejuruan
5. Komnunikasi dengan pasien : dipusatkan pada gejala dan gangguan
lingkungan
6. Kegiatan umum sang terapis : memperkuat mekanisme pembelaan yang
ada
7. Pemberian nasehat kepada pasien : sering
8. Pemindahan : pemiondahan yang positif dianjurkan dan dipakai untuk
mempercepat kesembuhan.
9. Hubungan pasien-terapis secara umum : hubungan yang positif
dipupukdan dipergunakan
10. Posisi fisik selama terapi : duduk tegak, berhadapan muka
11. Bahan mimpi : tidak di pakai
12. Tambahan yang dipakai selama terapi : terapi kelompok kerja, obat,
kesenian, fisik, hipnoterapi.(Kapita Selekta,2001)(Maramis,2005).

6. Contoh Penerapan Terapi Psikoterapi Suportif


a. Gangguan Psikotik
Sikap terapis: berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya oleh pasien,
misalnya dengan penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya,
makanan kesukaannya, dan kesenangannya yang lain, serta penuh
pengertian padanya.
Pelaksanaan terapi:
Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan realistic,
seperti makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan,
dilarang keluar rumah, dan tidak boleh sering mandi.
Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa
depannya setelah sembuh nanti,
Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

6
b. Gangguan Somatisasi
Sikap terapis: dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik
terlalu jauh.
Pelaksanaan terapi:
Memberi bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-
gejalnya
Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua
perasaannya yang menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi
alternative dalam mengekspresikan perasaannya.
c. Gangguan Penyesuaian
Sikap terapis: terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami
pasien secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam
proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi:
Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua
keluhan cemas dan depresinya.
Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya
Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi
permasalahan yang mungkin akan dihadapinya lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya
Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. EGC: Jakarta
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus: Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjung Pura

Anda mungkin juga menyukai