Di Susun Oleh :
2. Ruang Lingkup
Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Terutama pada saat ini, terdapat perhatian yang
besar terhadapa akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan
berbagai organisasi publik lainnya dibanding dengan masa sebelumnya. Terdapat
sebuah tuntutan terutama dari masyarakat untuk dilakukan transparansi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.
Istilah sektor publik memiliki pengertian yang beragam akibat dari luasnya
wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum dan sosial)
memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang memiliki
aktivitas berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan layanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
1. Tahun 1975 Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru
sebatas sistem administrasi atau dikenal dengan istilah tata usaha
keuangan daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintahan
khususnya pemerintah daerah mendasarkan pada: - Undang-Undang No. 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah Vol. 37 No. 1,
15 September 2012 : 81-93 5 - Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975
tentang Pengurusan , Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan
Daerah. - Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan
APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan APBD.
1. Tujuan organisasi
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan menonjol terletak pada tujuan memperoleh laba. Pada sektor swasta
terdapat tujuan untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada
sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, dan penyediaan pelayanan
publik. Tetapi meskipun tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan
publik, tidak berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan
yang bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial,
akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual, dan
operasionalnya dengan tujuan profitabilitas sektor swasta.
2. Sumber pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur
modal atau sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan sektor publik berbeda
dengan sektor swasta dalam hal bentuk, jenis dan tingkat risiko. Pada sektor
publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for service,
laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan
obligasi pemerintah, dan pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundangan yang ditetapkan. Sedangkan untuk sektor swasta
sumber pembiayaan dipisahkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Sumber
pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke
perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik. Sumber pembiayaan eksternal
misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham baru untuk
mendapatkan dana dari public.
3. Pola pertanggungjawaban
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor
publik manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana
yang digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan
publik berasal dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor
publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
ototritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada pemerintah pusat. Pertanggungjawaban horisontal (horisontal
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
4. Struktur organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor
swasta. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan
hirarkis, sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Salah
satu faktor utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah
adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik.
Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan sangat
berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik
memiliki fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.
Kompleksitas organisasi akan berpengaruh terhadap struktur organisasi.
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor
swasta sistem akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis
akrual (accrual accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak
menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash basis accounting).
Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:
1. Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber
daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.
Akibat dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan mengenai
aktiva tetap, piutang , utang dan ekuitas dari suatu entitasnya. Sehingga
pemerintah tidak pernah menampilkan neraca sebagai bentuk laporan keuangan
yang umumnya dikenal yang dapat menggambarkan posisi keuangan pemerintah.
Hal ini disebabkan juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini adalah
basis kas. Menurut Indra Bastian (2006) basis kas hanya mengakui arus kas
masuk dan arus kas keluar. Rekening keuangan akhir akan dirangkum dalam buku
kas, sehingga laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan data
tentang aktiva dan kewajiban. Namun dalam perkembangannya sistem pencatatan
akuntansi dari basis kas berubah menjadi akuntansi berbasis kas menuju akrual.
Dalam melihat perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia penulis akan
melihat dari beberapa fase yaitu dari mulai era orde baru hingga orde reformasi.
Tulisan ini akan membahas bagaimana perkembangan akuntansi pemerintahan di
Indonesia.
Sektor Sektor
No Perbedaan Publik/Pemerintahan Swasta/Komersial
1 Tujuan Organisasi Non Profit Motif Profit Motif
Pembiayaan internal :
Modal sendiri, laba
ditahan, penjualan
Pajak, Retribusi, aktiva.
Utang, Obligasi Pembiayaan
Pemerintah, Laba Eksternal : Utang
BUMN/BUMD,
bank, obligasi,
Penjualan Aset
Negara,dsb; penerbitan saham.
2 Sumber Pendanaan Sumbangan, Hibah
Pertanggungjawaban
kepada
publik/masyarakat Pertanggungjawaban
dan parlemen kepada pemegang
3 Pertanggungjawaban (DPR/DPRD) saham dan kreditor
Fleksibel : datar,
Birokratis, kaku dan piramid, lintas
4 Struktur Organisasi hirarki fungsional, dsb
Karakteristik
5 Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Definisi keuangan negara sebagaimana tersebut di atas berasal dari bunyi Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun, pendekatan
yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara sebenarnya berasal dari
subjek, objek, proses, dan tujuan, sebagaimana diuraikan berikut ini:
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh
objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Menurut Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pengelolaan keuangan
negara diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam Pasal 23C disebutkan bahwa hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur
dengan undang-undang.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, saat ini Indonesia telah
memiliki Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang menggantikan banyak ketentuan peninggalan jaman kolonial
Belanda yang sebelumnya berlaku, yakni:
Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri atas pendapatan-LRA,
belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai
berikut:[1]
Neraca
Laporan Operasional
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan
hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan
untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-
komitmen lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan
keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan
pemerintah
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, daerah didorong agar dapat berkreasi dan
berinovasi dalam mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan pengeluaran daerah. Salah satu alternative sumber penerimaan
tersebut adalah pajak dan retribusi daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-
undang tentang pemerintahan daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah
(PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri (Abidin, 2002).
Menurut Mardiasmo (2002:132), pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Undang-Undang No 33 tahun 2004, yang dimaksud dengan PAD
adalah: Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi. PAD tersebut dapat bersumber dari:
1. Pajak Daerah;
Ialah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut sesuai
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik. Adapun ciri-ciri dari pajak daerah adalah
sebagai berikut:
a) Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah.
b) Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.
c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan/atau peraturan hukum lainnya.
d) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan
urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik
2. Retribusi Daerah ;
Yakni pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau
karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang
berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Ciri-ciri pokok
retribusi daerah adalah sebagai berikut:
a) Retribusi dipungut oleh daerah.
b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung
dapat ditunjuk.
c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau
mendapatkan jasa yang disediakan daerah.
Soal 2
20 Nov 2014 Laporan Operasional
Kas di Kas Daerah 315.000.000
Pendapatan Pajak Hotel 62.000.000
Pendapatan pajak restoran 37.000.000
Pendapatan Retribusi Jasa umum 201.000.000
Pedapatan Retribusi Peizinan 15.000.000
SOAL 3
10 Jan 2014 Tidak Ada Jurnal