Anda di halaman 1dari 23

Akuntansi Sektor Publik

Di Susun Oleh :

Said Muhamad Rifad


Satrio Bintoro Barus
Jhon Engel Barus

Program Studi Pascasarjana Akuntansi


Universitas Sumatera Utara
2017
Soal 1
1. Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah proses untuk mengumpulkan,
mencatatat, mengklasifikasikan, menganalisis serta membuat laporan transaksi
keuangan untuk sebuah organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan
bagi pihak yang membutuhkannya untuk digunakan saat pengambilan sebuah
keputusan.

2. Ruang Lingkup
Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Terutama pada saat ini, terdapat perhatian yang
besar terhadapa akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan
berbagai organisasi publik lainnya dibanding dengan masa sebelumnya. Terdapat
sebuah tuntutan terutama dari masyarakat untuk dilakukan transparansi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi


dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat ini akuntansi sektor
publik sedang dalam proses untuk menjadi sebuah disiplin ilmu.

Istilah sektor publik memiliki pengertian yang beragam akibat dari luasnya
wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum dan sosial)
memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang memiliki
aktivitas berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan layanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

3. Basis pencatatan Laporan Keuangan daerah


Fase- Fase Penting Perkembangan Akuntansi daerah Perkembangan
Akuntansi daerah di Indonesia terjadi sudah beberapa dekade, dimulai dari era
orde baru hingga orde reformasi. ada beberapa fase penting perkembangan
akuntansi pemerintahan di Indonesia yaitu:

1. Tahun 1975 Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru
sebatas sistem administrasi atau dikenal dengan istilah tata usaha
keuangan daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintahan
khususnya pemerintah daerah mendasarkan pada: - Undang-Undang No. 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah Vol. 37 No. 1,
15 September 2012 : 81-93 5 - Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975
tentang Pengurusan , Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan
Daerah. - Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan
APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan APBD.

2. Tahun 1979-1980 - Sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan


secara manual, belum dikenal sistem komputerisasi yang terintegrasi. -
Belum dimiliki Standar Akuntansi Pemerintah. - Satu-satunya laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah kepada DPR berupa
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disajikan berdasarkan
sumbangan perhitungan anggaran dari Departemen/Lembaga yang disusun
secara manual dan single entry. - Penyampaian laporan PAN oleh
pemerintah kepada DPR dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun. -
Departemen keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi sistem
akuntansi pemerintah. - Departemen Dalam Negeri mengeluarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang
Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA), yang menjadi
pedoman pencatatan keuangan daerah yang pada dasarnya sebatas tata
buku bukan merupakan suatu sistem akuntansi.
3. Tahun 1986 - Dibuat desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan
Sistem Akuntansi Instansi dengan mengusulkan disusunnya bagan akun
standar dan standar akuntansi pemerintahan Perkembangan Akuntansi
Pemerintahan Di Indonesia Periode (Nuwun Priyono) 6 serta
pembentukan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan yang
memegang fungsi akuntansi dan pelaporan. - Sistem yang disetujui
Departemen Keuangan pada saat itu adalah menyusun alokasi anggaran,
proses penerimaan dan pengeluaran melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan daftar
transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.

4. Tahun 1987-1988 - Mulai dilakukan simulasi sistem manual pada


Departemen Pekerjaan Umum, Sosial, Perdagangan pada wilayah Jakarta,
Medan, dan Surabaya. - Pada saat bersamaan, timbul pemikiran
penggunaan komputer untuk proses akuntansi dan pada tahun 1989 usulan
pengembangan sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer disetujui
Departemen Keuangan dan Bank Dunia dalam bentuk Proyek
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap I, tetapi sistem
fungsional masih berdasar pada desain manual sebelumnya, belum sampai
proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan keuangan.

5. Tahun 1992 Dibentuk Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)


yang mempunyai fungsi sebagai Central Accounting Office, yang bukan
sekadar membukukan namun memerlukan adanya standar akuntansi
pemerintahan dan selanjutnya melaksanakan implementasi sistem yang
telah dirancang.

6. Tahun 2001-2002 - 1 Januari 2001 otonomi daerah dan desentralisasi


fiskal serentak dilaksanakan di Indonesia - Terdapat perubahan format
anggaran dan pelaporannya. Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 81-93 7 -
Dikeluarkan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 yang mulai mengenalkan
penggunaan akuntansi basis kas modifikasian (modified cash basis) serta
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) untuk pencatatan
keuangan pemerintah daerah.

7. Tahun 2003-2004 Reformasi akuntansi sektor publik dimulai dengan


diterbitkannya 3 Undang-undang Keuangan Negara, yaitu : a. Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara b. Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara c. Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara

8. Tahun 2005 - Komite Standar Akuntansi Pemerintahan - KSAP


(Standard Setter Body) dibentuk dengan Keppres No. 84 tahun 2004 ,
diubah dengan Keppres No. 2 Tahun 2005, Keppres No. 3 Tahun 2009. -
Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. PP No. 24
Tahun 2005 menggunakan pendekatan cash towards accrual (CTA) dalam
sistem pencatatan akuntansinya. Mulai tahun 2005, Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat dan daerah disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Perkembangan Akuntansi Pemerintahan Di Indonesia
Periode (Nuwun Priyono) 8 5. Tahun 2010 Dikeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010
pemerintah pusat dan daerah harus menerapkan akuntansi akrual penuh
(full accrual accounting) tidak lagi cash towards accrual selambat-
lambatnya tahun 2015.

4. Kriteria Sektor Publik dan Sektor Swasta


Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
sektor swasta, misalnya tugas untuk mengahsilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi
publik, dan sebagainya. Namun, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik
tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi
pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa
hal berbeda dengan akuntansi sektor swasta.

Perbedaan sifat dan karakteristiksektor publik dengan sektor swasta dapat


dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu: tujuan organisasi, sumber
pembiayaan, pola pertanggungjawaban, struktur organisasi, karakteristik
anggaran, stakeholder yang dipengaruhi, dan sistem akuntansi yang digunakan.

1. Tujuan organisasi
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan menonjol terletak pada tujuan memperoleh laba. Pada sektor swasta
terdapat tujuan untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada
sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, dan penyediaan pelayanan
publik. Tetapi meskipun tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan
publik, tidak berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan
yang bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial,
akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual, dan
operasionalnya dengan tujuan profitabilitas sektor swasta.

2. Sumber pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur
modal atau sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan sektor publik berbeda
dengan sektor swasta dalam hal bentuk, jenis dan tingkat risiko. Pada sektor
publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for service,
laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan
obligasi pemerintah, dan pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundangan yang ditetapkan. Sedangkan untuk sektor swasta
sumber pembiayaan dipisahkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Sumber
pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke
perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik. Sumber pembiayaan eksternal
misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham baru untuk
mendapatkan dana dari public.

3. Pola pertanggungjawaban
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor
publik manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana
yang digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan
publik berasal dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor
publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
ototritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada pemerintah pusat. Pertanggungjawaban horisontal (horisontal
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

4. Struktur organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor
swasta. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan
hirarkis, sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Salah
satu faktor utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah
adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik.
Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan sangat
berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik
memiliki fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.
Kompleksitas organisasi akan berpengaruh terhadap struktur organisasi.

5. Karakteristik anggaran dan stakeholder


Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana
anggaran dipublkasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan
didiskusikan. Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran
pada sektor swasta bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan
rahasia perusahaan. Dari sisi stakeholder, pada sektor publik stakeholder dibagi
menjadi dua yaitu internal dan eksternal, pada stakeholder internal antara lain
adalah lembaga negara (kabinet, MPR, DPR, dan sebagainya), Kelompok politik
(partai politik), manajer publik (gubernur BUMN, BUMD), pegawai
pemerintah. Stakeholder eksternal pada sektor publik seperti masyarakat
pengguna jasa publik, masyarakat pembayar pajak, perusahaan dan organisasi
sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan publik sebagai input atas aktivitas
organisasi, Bank sebagai kreditor pemerintah, Badan-badan internasional (IMF,
ADB, PBB, dan sebagainya), investor asing, dan generasi yang akan datang. Pada
sektor swasta, stakeholder internal terdiri dari manajemen, karyawan, dan
pemegang saham. Sedangkan stakeholder eksternal terdiri dari bank, serikat
buruh, pemerintah, pemasok, distributor, pelanggan, masyarakat, serikat dagang
dan pasar modal.

6. Sistem akuntansi yang digunakan

Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor
swasta sistem akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis
akrual (accrual accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak
menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash basis accounting).

Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

1. Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber
daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber


daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta
dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efektif dan
efisien.

3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada


dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi
yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu:
Perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.

4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.

5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.

5. Perbedaan sistem pencatatan laporan pertanggungjawaban pelaksana


anggaran daerah sebelum dan sesudah tahuan 2000
Reformasi pada berbagai bidang yang digulirkan sejak tahun 1998
membawa perubahan yang besar pada bidang akuntansi pemerintahan di
Indonesia. Perubahan besar tersebut ditandai dengan terbitnya banyak peraturan
perundangan yang berkaitan dengan perbaikan dalam pengelolaan keuangan
negara. Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan
akuntansi pemerintahan sebelum era reformasi antara lain: Undang-Undang No. 5
Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 5 dan 6 Tahun 1976 dan Manual
Adminsitrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) Tahun 1981. Kemudian setelah era
reformasi, ditetapkan Undang- Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 yang mengatur
tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah.
Selanjutnya ditetapkan Undang- Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Dari sinilah tonggak reformasi pengelolaan keuangan negara mulai dijalankan.
Selain itu juga ditetapkan Undang- Undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan Negara.
Seiring dengan reformasi di bidang keuangan negara, maka perlu dilakukan
perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di
bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang
signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Perubahan di
bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi
dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan
sesuai dengan tujuan masing-masing. Karena begitu eratnya keterkaitan antara
keuangan pemerintahan dan akuntansi pemerintahan maka sistem dan proses yang
lama dalam akuntansi pemerintahan banyak menimbulkan berbagai kendala
sehingga tidak mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan (Simanjuntak, 2012).

Sebelum era reformasi pengelolaan keuangan negara sistem pencatatan pada


akuntansi di sektor pemerintahan masih menggunakan single entry. Pada sistem
pencatatan ini, menurut Abdul Halim (2004) dalam Abdul Hafiz Tanjung (2008),
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali, transaksi yang
berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi
ekonomi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.

Akibat dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan mengenai
aktiva tetap, piutang , utang dan ekuitas dari suatu entitasnya. Sehingga
pemerintah tidak pernah menampilkan neraca sebagai bentuk laporan keuangan
yang umumnya dikenal yang dapat menggambarkan posisi keuangan pemerintah.
Hal ini disebabkan juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini adalah
basis kas. Menurut Indra Bastian (2006) basis kas hanya mengakui arus kas
masuk dan arus kas keluar. Rekening keuangan akhir akan dirangkum dalam buku
kas, sehingga laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan data
tentang aktiva dan kewajiban. Namun dalam perkembangannya sistem pencatatan
akuntansi dari basis kas berubah menjadi akuntansi berbasis kas menuju akrual.
Dalam melihat perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia penulis akan
melihat dari beberapa fase yaitu dari mulai era orde baru hingga orde reformasi.
Tulisan ini akan membahas bagaimana perkembangan akuntansi pemerintahan di
Indonesia.

6. Perbedaan Sector Public dan Swasta

Sektor Sektor
No Perbedaan Publik/Pemerintahan Swasta/Komersial
1 Tujuan Organisasi Non Profit Motif Profit Motif
Pembiayaan internal :
Modal sendiri, laba
ditahan, penjualan
Pajak, Retribusi, aktiva.
Utang, Obligasi Pembiayaan
Pemerintah, Laba Eksternal : Utang
BUMN/BUMD,
bank, obligasi,
Penjualan Aset
Negara,dsb; penerbitan saham.
2 Sumber Pendanaan Sumbangan, Hibah
Pertanggungjawaban
kepada
publik/masyarakat Pertanggungjawaban
dan parlemen kepada pemegang
3 Pertanggungjawaban (DPR/DPRD) saham dan kreditor
Fleksibel : datar,
Birokratis, kaku dan piramid, lintas
4 Struktur Organisasi hirarki fungsional, dsb
Karakteristik
5 Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik

Basis Kas Menuju


Akrual (Cash Toward
Accrual), Pada tahun
2015 seluruhnya
menggunakan Basis Basis Akrual
6 Sistem Akuntansi Akrual (Accrual (Accural Basis)
Basis)

7. Keuangan Negara di Kelolah lansung Oleh Negara


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.

Definisi keuangan negara sebagaimana tersebut di atas berasal dari bunyi Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun, pendekatan
yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara sebenarnya berasal dari
subjek, objek, proses, dan tujuan, sebagaimana diuraikan berikut ini:

Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh
objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Menurut Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pengelolaan keuangan
negara diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam Pasal 23C disebutkan bahwa hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur
dengan undang-undang.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, saat ini Indonesia telah
memiliki Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang menggantikan banyak ketentuan peninggalan jaman kolonial
Belanda yang sebelumnya berlaku, yakni:

Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Staatsblad


Tahun 1925 Nomor 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran
Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku
pada tahun 1867;
Indische Bedrijvenwet (IBW) Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419 jo. Staatsblad
Tahun 1936 Nomor 445; dan
Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Staatsblad Tahun 1933
Nomor 381
Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 meliputi pengertian
dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan
negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan
Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai
penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan
pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah
dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan
pengelola dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 juga telah mengantisipasi perubahan


standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada
perkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara internasional.

8. Apa yang di maksud dengan laporan realisasi anggaran dan gambarkan


laporan realisasi anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan informasi
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian


sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri atas pendapatan-LRA,
belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai
berikut:[1]

1. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara


Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara
Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil.
4. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan.
Contoh Format Laporan Realisasi Keuangan

9. Klasifikasi Laporan Keuangan Pemerintah

Komponen LKPP Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun


berdasarkan penerapan akuntansi basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015
penerapan basis akrual akan diberlakukan di Indonesia sehingga laporan keuangan
yang diberi opini adalah yang berbasis akrual

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi


Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional
(LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan


keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan


atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan
hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasi.

Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu


entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Laporan Operasional

Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus


akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari
suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan
hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan


ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.

Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan
untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-
komitmen lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan
keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan
pemerintah

10. Apa Perbedaan Trasfer Antar Pemerintah Provinsi dan Kabupaten

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, daerah didorong agar dapat berkreasi dan
berinovasi dalam mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan pengeluaran daerah. Salah satu alternative sumber penerimaan
tersebut adalah pajak dan retribusi daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-
undang tentang pemerintahan daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah
(PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri (Abidin, 2002).
Menurut Mardiasmo (2002:132), pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Undang-Undang No 33 tahun 2004, yang dimaksud dengan PAD
adalah: Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi. PAD tersebut dapat bersumber dari:

1. Pajak Daerah;
Ialah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut sesuai
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik. Adapun ciri-ciri dari pajak daerah adalah
sebagai berikut:
a) Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah.
b) Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.
c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan/atau peraturan hukum lainnya.
d) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan
urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik
2. Retribusi Daerah ;
Yakni pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau
karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang
berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Ciri-ciri pokok
retribusi daerah adalah sebagai berikut:
a) Retribusi dipungut oleh daerah.
b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung
dapat ditunjuk.
c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau
mendapatkan jasa yang disediakan daerah.

Soal 2
20 Nov 2014 Laporan Operasional
Kas di Kas Daerah 315.000.000
Pendapatan Pajak Hotel 62.000.000
Pendapatan pajak restoran 37.000.000
Pendapatan Retribusi Jasa umum 201.000.000
Pedapatan Retribusi Peizinan 15.000.000

20 Nov 2014 Laporan Realisasi Anggaran


Estimasi Perubahan SAL 315.000.000
Pendapatan Pajak Hotel 62.000.000
Pendapatan pajak restoran 37.000.000
Pendapatan Retribusi Jasa umum 201.000.000
Pedapatan Retribusi Peizinan 15.000.000

25 Nov 2014 Laporan Operasional


Pendapatan Pajak Hiburan 10.000.000
Kas di Kas Daerah 10.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Pendapatan Pajak Hiburan 10.000.000
Estimasi Perubahan SAL 10.000.000

26 Nov 2014 Laporan Operasional


Kas Di Kas Daerah 25.000.000.000
Pendapatan DAU-LO 25.000.000.000

Estimasi Perubahan SAL 25.000.000.000


Pendapatan DAU-LRA 25.000.000.000

2 Jan 2014 Laporan Operasioal


Kas di Kas Daerah 5.500.000.000
Pendapatan DAK LO 5.500.000.000

Laporan Realisasi Anggaran 5.500.000.000


Estimasi Perubahan-SAL 5.500.000.000

28 Nov 2014 Laporan Operasional


Kas di Kas Daerah 102.500.000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 27.000.000
Pendapatan Bagi Hasil SDA 75.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Estimasi Perubaha SAL 102.500.000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak-SAL 27.500.000
Pendapatan Bagi Hasil SDA- SAL 75.000.000

30 Nov 2014 Laporan Operasional


Ekuitas 1.500.000.000
Kas Di Kas Daerah 1.500.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Saldo Anggaran Lebih 1.500.000.000
Estimasi Perubahan-SAL 1.500.000.000

SOAL 3
10 Jan 2014 Tidak Ada Jurnal

11 Jan 2014 Kas di Kas daerah 7.500.000


RK-SKPD 7.500.000

14 Jan Tidak Ada Jurnal

20 Jan Kas di kas Daerah 2.000.000


RK-SKPD 2.000.000
28 Jan Ekuitas 50.000.000
Kas di Kas Daerah 50.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


10 Jan 2014 --- 20 Jan 2014---- Tidak Ada Jurnal

28 Jan 2014 Saldo Anggaran Lebih 50.000.000


Estimasi Perubahan SAL 50.000.000

Anda mungkin juga menyukai