Di susun oleh:
Kelompok ...
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dan menurut Adiwilaga, 1992, usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk
mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
selanjutnya. Sedangkan menurut Hernanto, 1988, ilmu usahatani merupakan upaya
penelaahan tritunggal yang meliputi manusia (petani), tanaman/hewan serta lahan.
Di dalam usahatani ini sendiri terdapat beberapa faktor yang mendukung dalam proses
pengembangannya antara lain: tenaga kerja, modal, bahan dan faktor-faktor lainnya. Yang
mana faktor-faktor ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Meskipun Indonesia
merupakan negara agraris, dengan berbagai faktor pendukung yang tergolong melimpah,
namun usahatani di Indonesia termasuk dalam usahatani kecil. Hal ini dikarenakan dengan
jumlah penduduk yang sangat banyak dan sebagian besar dari mereka memanfaatkan
sumberdaya yang sama sehingga menjadi terbatas dan juga dengan modal maupun
pengetahuan yang sangat minim.
Usahatani dalam sistem pertanian tidak berbeda satu sama lain, tetapi setiap usahatani
memiliki sumberdaya fisik, biologis, dan manusia yang berbeda-beda yang dikelola sesuai
dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani. Oleh karenanya, tiap-tiap
usahatani itu merupakan suatu sistem yang unik dan menarik.
Usahatani yang menarik tersebut tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan
hambatan ekologis serta geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat) yang
tercemin dalam budaya setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang
merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumber daya setempat. Dari
situlah nilai-nilai masyarakat pedesaan, pengetahuan, keterampilan, teknologi dan institusi
sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah ada dan sedang terus berkembang.
2
BAB II
ISI
Istilah usahatani dituliskan dalam satu kata, bukan dalam dua kata usaha tani.
Kata usahatani dipakai dan diusulkan sebagai pengganti kata farm (Inggris) atau
bandbouw bedrijf (Belanda). Terjemahan dari kedua kata tersebut oleh Prof.
Bachtiar tidak disebut atau menggunakan istilah pertanian karena apapun bentuk
hukum yang diberikan adalah usahatani yang semata mata menuju kepada keuntungan
terus-menerus dan bersifat komersil. Dengan istilah usahatani (ditulis satu kata)
tersebut telah mencakup pengertian yang lebih luas, dari bentuk yang paling sederhana
sampai ke bentuk yang paling modern. Seperti berikut ini ada beberapa definisi
mengenai usahatani dari para ahli:
a. Menurut Daniel
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan,
tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya
cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil
maksimal dan kontinyu.
b. Menurut Efferson
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengorganisasikan
dan mengoperasikan unit usahatani dipandang sudut efisien dan pendapatan
yang kontinyu.
c. Menurut Vink (1984)
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang
digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang
setinggi-tingginya.
d. Menurut Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan
3
keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati oleh petani atau peternak tersebut.
Pada umumnya, usahatani kecil tersebut dilakukan oleh para petani kecil.
Sehingga pada saat seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, telah ditetapkan
bahwa batasan petani kecil ialah :
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per
kapita per tahun.
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di
Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka
luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
1) Petani
Petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut.
4
Orang yang disebut petani mempunyai fungsi yang banyak. Petani sebagai orang
yang berusahatani mendapatkan produksi pertanian dalam arti luas, karenanya
petani tidak akan terlepas dari ternak, ikan, dan tanaman dimanapun tumbuhnya.
Telah diungkapkan diatas bahwa petani banyak memiliki banyak fungsi dan
kedudukan atas perannya. Salah satu contohnya ialah petani sebagai pengelola
usahatani.
5
(b) Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi persatuan luas, makin
baik.
(c) Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, mekin sedikit pengawetan tanah
makin baik
3) Tanaman/Ternak/Ikan
Tanaman, ternak, dan ikan adalah makhluk Tuhan yang untuk hidupnya
mempunyai kebutuhan dasar agar dapat tumbuh dan berkembang biak. Ketika
petani memilihnya sebagai cabang usaha, petani harus menguasai dan memenuhi
kebutuhan dasar yang diperlukan.
Tanaman mempunyai populasi yang banyak, demikian pula ternak dan ikan. Satu
dan lainnya memerlukan perlakuan yang tidak sama. Tiap tahap pertumbuhan
membutuhkan perlakuan yang berbedabaik fasilitas maupun makanan. Fasilitas dan
makanan itu yang akan menentukan besarnya produksi yang akan dihasilkan.
Kita mengenal tanaman setahun dan tahunan. Diantara tanaman setahun kita kenal
tanaman pangan, hortikultura, tanaman industry, obat-obatan dan lain-lain. Kita
juga mengenal ternak kecil, ternak sedang, dan ternak besar. Untuk ikan kita kenal
ikan air tawar, ikan tambak, dan ikan air asin dan jenis lainnya seperti kerang,
mutiara, dan lain-lain. Persyaratan tumbuh tanaman tergantung pada ketinggian,
kelembapan, suhu, kesuburan tanah, serta pH tanah. Dengan mengetahui kondisi
daerah dan criteria syarat tumbuh, petani dapat menentukan perilaku budidaya yang
dikehendaki.
Pola usahatani
Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah dan lahan kering
atau tegal. Sehingga ada beberapa lahan yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat
pengairannya, yaitu:
6
Tipe usahatani
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan
cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
1) Usahatani Monokultur
2) Usahatani Campuran/tumpangsari
Pola tanam tumpang sari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih
jenis sayuran dalam suatu luasan lahan. Jenis sayuran yang digabung bias
banyak variasinya. Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan
semaksimal mungkin. Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang
padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola tanam tumpangsari bias
diterapkan untuk tanaman semusim.
7
- Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsure hara.
1) Kondisilahan
2) Musim/iklimsetempat
3) Pengairan
4) Kemiringanlahan
5) Kedalamanlahan
Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah yang menyangkut
kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan. Pemilihan tidak khusus
dilakukan oleh petani karena dipaksa oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila
petani memiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi yang terbaik
adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang satu diikuti oleh kenaikan
produk cabang usaha yang lain.
Corakusahatani
8
1) Nilai umum, sikap dan motivasi
2) Tujuan produksi
3) Pengambilan keputusan
4) Tingkat teknologi
5) Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
6) Derajat komersialisasi dari input usahatani
7) Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
8) Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
9) Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
10) Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi
Bentukusahatani
Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu :
1) Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan
ditentukan oleh seseorang
2) Kooperatif
Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di
suatu bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon-pohon besar. Batang-
9
batang, cabang-cabang, dahan-dahan serta daun-daun dibakar, dan dengan
demikian terbukalah suatu ladang yang kemudian ditanami dengan bermacam
tanaman tanpa pengolahan tanah yang berarti, yaitu tanpa dicangkul, diberi air atau
pupuk secara khusus. Abu yang berasal dan pembakaran pohon cukup untuk
memberi kesuburan pada tanaman. Air pun hanya yang berasal dari hujan saja,
tanpa suatu sistem irigasi yang mengaturnya.
Metode penanaman biji tanaman juga sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan
menggunakan tongkat tugal berupa tongkat yang berujung runcing yang diberati
dengan batu, dekat pada ujungnya yang runcing itu. Dengan tongkat itulah para
petani pria menusuk lubang ke dalam tanah, di mana biji-biji tanaman dimasukkan,
pekerjaan yang dilakukan oleh wanita. Pekerjaan selanjutnya ialah membersihkan
ladang dari tanaman liar, dan menjaganya terhadap serangan babi hutan, tikus dan
hama lainnya.
Sistem Bersawah
Tanam Paksa
Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan
memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC.
Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda
mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut
tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian
tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir
tahun 1921,
10
pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada
pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik
modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah
menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun
tak berkembang.
Periode 1990-an
11
2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Beberapa Propinsi di Indonesia
Sektor pertanian di wilayah Aceh Darussalam mulai berkembang sejak tahun 1607-
1636 melalui kegiatan perdgngan hasil bumi sektor pertanian seperti cengkeh,
kopra, dan pala kepada pedagang asing.
Tahun 1960 selama masa penjajahan Belanda, sektor pertanian menjadi mata
pencaharian utama masyarakat Aceh.
Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.
Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.
Bengkulu
Sektor pertanian di daerah Bengkulu telah hadir sebelum abad ke-15, dan
produksinya hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat. Sementara pada
jaman penjajahan Belanda, kegiatan pertanian rakyat lebih ditekankn dengan
diadkannya sistem tanam paksa kopi.
Sampai saat ini banyak kendala yang masih dihadapi sektor pertanian Bengkulu
diantara:
12
b. intensifikasi umum lebih besar daripada intensifikasi khusus sehingga
produktifitas per satuan luas masih rendah.
Lampung
Seiring dengan merosotnya pamor lada hitam, sektor pertaniannya digantikan oleh
komoditas karet. Perkebunan karet selain dimiliki perkebunan swasta, mayoritasnya
adalah milik rakyat. Hasil olahan karet tersebut didistribusikan ke daerah
Palembang.
Sementara ubi kayu merupakan komoditas utama tanaman pangan. Sebagai salah
satu sentra produksi ubi kayu di Lampung. Namun harga yang semakin turun dan
eksport yang berkurang karena sedikitnya permintaan membuat tanaman singkong
tidak lagi diminati. Pamor ubi kayu pun kini tenggelam beriringan dengan turunnya
minat Negara pengimpor.
Perkebunan besar tebu dan pabrik gula, perkebunan sawit dan singkong, serta
industri pengolahan hasilnya juga dimiliki lebih banyak oleh daerah ini
dibandingkan daerah lain di Lampung.
Puluhan ribu petani yang ikut serta dalam pola kemitraan benar-benar
menyandarkan hidupnya pada perkebunan besar dan pabrik pengolahan hasil-hasil
perkebunan.
13
BAB III
KESIMPULAN
Petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian,peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut.
Tanaman, ternak, dan ikan adalah makhluk mempunyai kebutuhan dasar agar dapat
tumbuh dan berkembang bia sehingga petani harus menguasai dan memenuhi kebutuhan dasar
yang diperlukan.
Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan
usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani.
Usaha tani tidak dapat terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan ekologis
dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat) yang tercermin dalam
budaya setempat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Reinjntjes, Coen, et.al. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Soekartawi, et.al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta : UI Press.
Tohir, A Kaslan. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani In donesia. Jakarta : Bina
Aksara
15