Anda di halaman 1dari 15

PAPER USAHA TANI

PROFIL DAN SEJARAH USAHATANI DI INDONESIA

Di susun oleh:

Kelompok ...

PROGRAM STUDI AGRIBINIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012
BAB I

PENDAHULUAN

Pertanian merupakan suatu kegiatan bercocok tanam yang merupakan sumber


kehidupan bagi manusia. Dalam bidang pertanian terdapat usaha-usaha untuk meningkatkan
produksi pertanian yang kita kenal dengan sebutan usahatani. Dimana usahatani tersebut
menurut Soekartawi, 1995 memiliki arti yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang
petani untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif untuk
memperoleh keuntungan secara maksimal dalam waktu tertentu.

Dan menurut Adiwilaga, 1992, usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk
mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
selanjutnya. Sedangkan menurut Hernanto, 1988, ilmu usahatani merupakan upaya
penelaahan tritunggal yang meliputi manusia (petani), tanaman/hewan serta lahan.

Di dalam usahatani ini sendiri terdapat beberapa faktor yang mendukung dalam proses
pengembangannya antara lain: tenaga kerja, modal, bahan dan faktor-faktor lainnya. Yang
mana faktor-faktor ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Meskipun Indonesia
merupakan negara agraris, dengan berbagai faktor pendukung yang tergolong melimpah,
namun usahatani di Indonesia termasuk dalam usahatani kecil. Hal ini dikarenakan dengan
jumlah penduduk yang sangat banyak dan sebagian besar dari mereka memanfaatkan
sumberdaya yang sama sehingga menjadi terbatas dan juga dengan modal maupun
pengetahuan yang sangat minim.

Usahatani dalam sistem pertanian tidak berbeda satu sama lain, tetapi setiap usahatani
memiliki sumberdaya fisik, biologis, dan manusia yang berbeda-beda yang dikelola sesuai
dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani. Oleh karenanya, tiap-tiap
usahatani itu merupakan suatu sistem yang unik dan menarik.

Usahatani yang menarik tersebut tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan
hambatan ekologis serta geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat) yang
tercemin dalam budaya setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang
merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumber daya setempat. Dari
situlah nilai-nilai masyarakat pedesaan, pengetahuan, keterampilan, teknologi dan institusi
sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah ada dan sedang terus berkembang.

2
BAB II

ISI

2.1 Profil Usahatani

2.1.1 Definisi Usahatani

Istilah usahatani dituliskan dalam satu kata, bukan dalam dua kata usaha tani.
Kata usahatani dipakai dan diusulkan sebagai pengganti kata farm (Inggris) atau
bandbouw bedrijf (Belanda). Terjemahan dari kedua kata tersebut oleh Prof.
Bachtiar tidak disebut atau menggunakan istilah pertanian karena apapun bentuk
hukum yang diberikan adalah usahatani yang semata mata menuju kepada keuntungan
terus-menerus dan bersifat komersil. Dengan istilah usahatani (ditulis satu kata)
tersebut telah mencakup pengertian yang lebih luas, dari bentuk yang paling sederhana
sampai ke bentuk yang paling modern. Seperti berikut ini ada beberapa definisi
mengenai usahatani dari para ahli:

a. Menurut Daniel
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan,
tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya
cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil
maksimal dan kontinyu.
b. Menurut Efferson
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengorganisasikan
dan mengoperasikan unit usahatani dipandang sudut efisien dan pendapatan
yang kontinyu.
c. Menurut Vink (1984)
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang
digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang
setinggi-tingginya.
d. Menurut Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan

3
keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati oleh petani atau peternak tersebut.

2.1.2 Ciri Usahatani Kecil

Usahatani di Indonesia, dikategorikan sebagai usahatani kecil. Hal ini


dikarenakan pertanian di Indonesia memiliki beberapa ciri, yakni :

a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat

b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang


rendah

c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten

d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan serta pelayanan yang


lainnya

Pada umumnya, usahatani kecil tersebut dilakukan oleh para petani kecil.
Sehingga pada saat seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, telah ditetapkan
bahwa batasan petani kecil ialah :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per
kapita per tahun.

b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di
Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka
luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.

c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.

d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

2.1.3 Tritunggal Usahatani

Ilmu usahatani merupakan upaya penelaahan tritunggal yaitu manusia (petani),


lahan, dan tanaman atau hewan, maka ilmu ini menyangkut aspek manusia (social),
lahan (kimia, fisika) serta tanaman atau hewan (aspek budidaya).

1) Petani

Petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut.

4
Orang yang disebut petani mempunyai fungsi yang banyak. Petani sebagai orang
yang berusahatani mendapatkan produksi pertanian dalam arti luas, karenanya
petani tidak akan terlepas dari ternak, ikan, dan tanaman dimanapun tumbuhnya.

Telah diungkapkan diatas bahwa petani banyak memiliki banyak fungsi dan
kedudukan atas perannya. Salah satu contohnya ialah petani sebagai pengelola
usahatani.

Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam


mengorganisir factor-faktor produksi yang sesuai dengan pilihannya dari beberapa
kebijakan produksi yang diketahui. Pengambilan keputusan akan melalui tiga tahap
penting yaitu:

Menemukan data, keterangan untuk mengambil keputusan (intelegence


activity) atau pengkajian.
Mengetahui pilhan berbuat dari ragam pilihan yang ada (design activity)
Memilih diantara alternative (choice alternative), yang berkaitan dengan upaya
pemecahan masalah yang meliputi apa masalahnya, alternative apa yang ada
dan mana yang terbaik.
2) Tanah
Tanah sebagai salah satu sumber daya alam dengan fungsinya yang jamak dan
merupakan unsur serta tumpuan harapan utama bagi kehidupan maupun
kelangsungan hidup umat manusia. Tanah adalah wadah atau ruang bagi tiap
kegiatan manusia atau kelompok masyarakat menurut kepentingan masing-masing.
Sehingga tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani.
Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat
kesejahteraan rumah tangga tani.
Setiap jengkal tanah sangat bervariasi, hal ini bisa dilihat dari faktor letaknya
terhadap perhubungan dan pengairan, ketinggian tanah atau lahan tersebut dan
iklim yang turut berpengaruh, serta jenis tekstur serta sifat tanah yang ada pada
lahan tersebut. Hal tersebut lah yang berpengaruh terhadap pengelolaan, intensitas,
serta budidaya harus dipilih.
Dalam mempergunakan suatu lahan pun tidak hanya memilih jenis ataupun macam
pengelolaan lahan terutama yang digunakan untuk berusahatani. Kemampuan tanah
yang digunakan untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:
(a) Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin
banyak jenis tanaman, makin baik.

5
(b) Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi persatuan luas, makin
baik.
(c) Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, mekin sedikit pengawetan tanah
makin baik
3) Tanaman/Ternak/Ikan

Tanaman, ternak, dan ikan adalah makhluk Tuhan yang untuk hidupnya
mempunyai kebutuhan dasar agar dapat tumbuh dan berkembang biak. Ketika
petani memilihnya sebagai cabang usaha, petani harus menguasai dan memenuhi
kebutuhan dasar yang diperlukan.

Tanaman mempunyai populasi yang banyak, demikian pula ternak dan ikan. Satu
dan lainnya memerlukan perlakuan yang tidak sama. Tiap tahap pertumbuhan
membutuhkan perlakuan yang berbedabaik fasilitas maupun makanan. Fasilitas dan
makanan itu yang akan menentukan besarnya produksi yang akan dihasilkan.

Kita mengenal tanaman setahun dan tahunan. Diantara tanaman setahun kita kenal
tanaman pangan, hortikultura, tanaman industry, obat-obatan dan lain-lain. Kita
juga mengenal ternak kecil, ternak sedang, dan ternak besar. Untuk ikan kita kenal
ikan air tawar, ikan tambak, dan ikan air asin dan jenis lainnya seperti kerang,
mutiara, dan lain-lain. Persyaratan tumbuh tanaman tergantung pada ketinggian,
kelembapan, suhu, kesuburan tanah, serta pH tanah. Dengan mengetahui kondisi
daerah dan criteria syarat tumbuh, petani dapat menentukan perilaku budidaya yang
dikehendaki.

2.1.4 Beberapa Klasifikasi Usahatani

Pola usahatani

Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah dan lahan kering
atau tegal. Sehingga ada beberapa lahan yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat
pengairannya, yaitu:

Sawah dengan pengairan tehnis


Sawah dengan pengairan setengah tehnis
Sawah dengan pengairan sederhana
Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai

6
Tipe usahatani

Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan
cara penyusunan tanaman yang diusahakan.

a. Macam tipe usahatani :

1) Usaha tani padi

2) Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)

b. Cara penyusunan tanaman:

1) Usahatani Monokultur

Pola tanam monokultur merupakan penanaman denngan satu jenis tanaman


sayuran yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini tidak memperkenankan
adanya jenis tanaman lain pada lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai,
hanya cabai saja yang ditanam di lahan tersebut. Pola tanam monokultur
banyak dilakukan petanis ayuran yang memiliki lahan khusus. Jarang yang
melakukannya di lahan yang sempit.

Penataan tanaman secaratunggal (monokultur), di atas tanah tertentu dan dalam


waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman.
Setelah dilakukan pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang bersangkutan
itu kemudian ditanami lagi dengan jenis tanaman yang sama dan atau dengan
jenis-jenis tanaman lain.

2) Usahatani Campuran/tumpangsari

Pola tanam tumpang sari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih
jenis sayuran dalam suatu luasan lahan. Jenis sayuran yang digabung bias
banyak variasinya. Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan
semaksimal mungkin. Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang
padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola tanam tumpangsari bias
diterapkan untuk tanaman semusim.

Prinsip tumpangsari diantaranya :

- Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih


mempunyai umur yang tidaksama

- Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir


sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda.

7
- Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsure hara.

- Tanaman mempunya iperbedaan perakaran.

Pola tanam tumpangsari memberikan berbagai keuntungan, baik ditinjau dari


aspek ekonomis, maupun lingkunganagronomis. Ada beberapa keuntungan
dari tumpangsari adalah sebagai berikut :

- Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga pertanian

- Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman.

- Meningkatka nproduktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah.

3) Usahatani bergilir /tumpanggilir

Struktur usaha tani

Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara


pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus (berganti-ganti
lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis ataul ebih varietas tanaman,
missal tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan Mix
Farming yaitu manakala pilihannya antara dua komoditi yang berbeda polanya,
misalnya hortikultura dan sapi perah.

Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh :

1) Kondisilahan
2) Musim/iklimsetempat
3) Pengairan
4) Kemiringanlahan
5) Kedalamanlahan
Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah yang menyangkut
kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan. Pemilihan tidak khusus
dilakukan oleh petani karena dipaksa oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila
petani memiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi yang terbaik
adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang satu diikuti oleh kenaikan
produk cabang usaha yang lain.

Corakusahatani

Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahatani yang ditentukan


oleh berbagai ukuran atau kriteria, antaralain :

8
1) Nilai umum, sikap dan motivasi
2) Tujuan produksi
3) Pengambilan keputusan
4) Tingkat teknologi
5) Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
6) Derajat komersialisasi dari input usahatani
7) Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
8) Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
9) Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
10) Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi
Bentukusahatani

Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu :

1) Perorangan

Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan
ditentukan oleh seseorang

2) Kooperatif

Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi


berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain. Dari hasil usahatani
kooperatif tersebut disisihkan atas dasar musyawarah per anggotanya untuk
keperluan pemeliharaan dan pengembangan faktor yang dikuasai bersama serta
kegiatan sosial dari kelompok kegiatan itu antara lain: pemilikan bersama alat
pertanian, pemasaran hasil dan lain-lain

2.2 Sejarah Perkembangan Usahatani Di Indonesia

2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia Secara Umum

Ladang Berpindah-pindah (Shifting Cultivation)

Pertanian di Indonesia Diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah (shifting


cultivation), yang masyarakat menanam tanaman apa saja, hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan.

Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di
suatu bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon-pohon besar. Batang-

9
batang, cabang-cabang, dahan-dahan serta daun-daun dibakar, dan dengan
demikian terbukalah suatu ladang yang kemudian ditanami dengan bermacam
tanaman tanpa pengolahan tanah yang berarti, yaitu tanpa dicangkul, diberi air atau
pupuk secara khusus. Abu yang berasal dan pembakaran pohon cukup untuk
memberi kesuburan pada tanaman. Air pun hanya yang berasal dari hujan saja,
tanpa suatu sistem irigasi yang mengaturnya.

Metode penanaman biji tanaman juga sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan
menggunakan tongkat tugal berupa tongkat yang berujung runcing yang diberati
dengan batu, dekat pada ujungnya yang runcing itu. Dengan tongkat itulah para
petani pria menusuk lubang ke dalam tanah, di mana biji-biji tanaman dimasukkan,
pekerjaan yang dilakukan oleh wanita. Pekerjaan selanjutnya ialah membersihkan
ladang dari tanaman liar, dan menjaganya terhadap serangan babi hutan, tikus dan
hama lainnya.

Sistem Bersawah

Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang


tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas
tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu
lokasi yang dikenal dengan nama kampong walaupun usaha tani persawahan
sudah dimulai, namun usaha tani secara berladang yang berpindah-pindah belum
ditinggalkan.

Tanam Paksa

Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan
memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC.

Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda
mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut
tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian
tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir
tahun 1921,

Setelah Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak


banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus

10
pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada
pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik
modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah
menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun
tak berkembang.

Awal Tahun 1970-an

Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program


pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau
yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS. Tujuan utama dari
program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Inmas
(Intensifikasi Massal), Insus (Intensifikasi Khusus) & Supra Insus Swasembada
Pangan

Periode 1990-an

Metodologi penelitian sistem usaha pertanian terus disempurnakan mencakup: (1)


keterlibatan petani dan penyuluh dalam penelitian; (2) percepatan transfer inovasi
teknologi kepada pengguna melalui temu lapang dan berbagai media diseminasi
serta promosi yang ditetapkan; (3) studi secara intensif berkaitan dengan adopsi dan
dampak dari penerapan inovasi teknologi; (4) penelitian pengembangan inovasi
teknologi matang yang dilaksanakan pada skala luas (penelitian sistem
usahatani/SUT dan sistem usaha pertanian (SUP) dengan perspektif sistem
usahatani yang dilaksanakan oleh BPTP).

Pada Tahun 1998

Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya


krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan
kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit
membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian.

Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam


hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan pertanian
mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi.

Saat ini diarahkan ke pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable


agriculture) pertanian organik

11
2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Beberapa Propinsi di Indonesia

Nangroe Aceh Darussalam

Sektor pertanian di wilayah Aceh Darussalam mulai berkembang sejak tahun 1607-
1636 melalui kegiatan perdgngan hasil bumi sektor pertanian seperti cengkeh,
kopra, dan pala kepada pedagang asing.

Tahun 1960 selama masa penjajahan Belanda, sektor pertanian menjadi mata
pencaharian utama masyarakat Aceh.

Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.

Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.

Pada masa mendatang, Propinsi Aceh masih tetap mempertahankan surplus


produksi pangannya karena terbuka peluang perluasan areal baru namun
pengelolaan usaha taninya secara umum belum berjalan berjalan optimal

Bengkulu

Sektor pertanian di daerah Bengkulu telah hadir sebelum abad ke-15, dan
produksinya hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat. Sementara pada
jaman penjajahan Belanda, kegiatan pertanian rakyat lebih ditekankn dengan
diadkannya sistem tanam paksa kopi.

Dalam perkembangannya penggunan lahan produkstif pada masa pelita I sampai


III, ternyata belum optimal yang hanya mencapai 6,6 5 % dati total luas daerah.
Pertanian tersebut dikembangkan dengan tradisional berupa pertanian ladang,
sawah, kebun campuran dan pekarangan.

Sampai saat ini banyak kendala yang masih dihadapi sektor pertanian Bengkulu
diantara:

a. terbatasnya lahan yang mendapat pengairan teknis sempurna dan masih


banyaknya lahan yang mempunyai sifat derajat keasaman tinggi.

12
b. intensifikasi umum lebih besar daripada intensifikasi khusus sehingga
produktifitas per satuan luas masih rendah.

c. lambatnya pelaksanaan percetakan sawah baru dan lokasi pencetakan sawah


yang sudah dilaksanakan terpencar-pencar.

d. lahan usaha tani umumnya bergelombang

e. Tingkat pengetahuan petani rata-rata masih rendah terutama dalam pengelolaan


usaha tani antara lain karena kurangnya informasi pasar dan pengetahuan petani
dalam pemasaran hasil pertanian

Lampung

Perkembangan sektor pertanian di wilayah Lampung diawali didaerh Tulang


Bawang sebagi penghasil komoditas lada hitam. Sejak Jaman Kerajan Sriwijaya,
Kota Menggala dan alur Sungai Tulang Bawang tumbuh menjadi pusat
perdagangan beragam komoditas, khususnya lada hitam.

Seiring dengan merosotnya pamor lada hitam, sektor pertaniannya digantikan oleh
komoditas karet. Perkebunan karet selain dimiliki perkebunan swasta, mayoritasnya
adalah milik rakyat. Hasil olahan karet tersebut didistribusikan ke daerah
Palembang.

Sementara ubi kayu merupakan komoditas utama tanaman pangan. Sebagai salah
satu sentra produksi ubi kayu di Lampung. Namun harga yang semakin turun dan
eksport yang berkurang karena sedikitnya permintaan membuat tanaman singkong
tidak lagi diminati. Pamor ubi kayu pun kini tenggelam beriringan dengan turunnya
minat Negara pengimpor.

Perkebunan besar tebu dan pabrik gula, perkebunan sawit dan singkong, serta
industri pengolahan hasilnya juga dimiliki lebih banyak oleh daerah ini
dibandingkan daerah lain di Lampung.

Puluhan ribu petani yang ikut serta dalam pola kemitraan benar-benar
menyandarkan hidupnya pada perkebunan besar dan pabrik pengolahan hasil-hasil
perkebunan.

13
BAB III

KESIMPULAN

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani


mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dengan demikian, harus dimulai dengan
merencanakan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang
maksimal. Selain itu ilmu usahatani merupakan upaya penelaahan tritunggal yaitu manusia
(petani), lahan, dan tanaman atau hewan.

Petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian,peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut.

Tanaman, ternak, dan ikan adalah makhluk mempunyai kebutuhan dasar agar dapat
tumbuh dan berkembang bia sehingga petani harus menguasai dan memenuhi kebutuhan dasar
yang diperlukan.

Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan
usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani.

Usaha tani tidak dapat terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan ekologis
dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat) yang tercermin dalam
budaya setempat.

Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana


masyarakat menanam apa saja, hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sedangkan saat ini
pertanian di Indonesia sangat diarahkan ke pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) sehingga dapat terciptanya suatu pertanian organik yang sehat bagi masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2008. Definisi dan Usaha Pertanian. http ://pustaka.ut.ac.id.

Anonymousb. 2011. Definisi Ilmu Usaha Tani. http://cerdaswakatobi.blogspot.com/2011/06/


definisi-ilmu-usahatani.html (online), diakses tanggal 6 September 2012

Anwar Adiwilaga, 1982, IlmuUsahatani, Penerbit Alumni, Bandung

Hafsah, Jafar Mohammad. 2009. Peran Stategis Pertanian. http ://okezone.com.

Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Krisnandhi. 1965. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Jakarta : C.D Yasaguna.

Reinjntjes, Coen, et.al. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Saragih Bungaran, 2004. KuliahTamuPerkembanganMutakhirPertanian Indonesia dan


Agenda Pembangunan KeDepan.UniversitasBrawijaya. Malang

Soekartawi, et.al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta : UI Press.

Tohir, A Kaslan. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani In donesia. Jakarta : Bina
Aksara

Wandi. 2012. Sejarah Perkembangan Usahatani. http://www.contoh-laporan.com/sejarah-


perkembangan-usahatani-20120805470.htm. diakses pada 4 September 2012

15

Anda mungkin juga menyukai