Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di


dunia, yaitu 259 juta jiwa.1 Berdasarkan data sensus penduduk BPS tahun 2016,
jumlah penduduk Indonesia tahun 1970 adalah 119. 208. 229 orang dan tahun
2010 adalah 237. 641. 326. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah penduduk. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka beban kerja
pemerintah meningkat. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk adalah tingginya angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia kawin
pertama sebagai salah satu sasaran program Keluarga Berencana (KB). Keadaan
ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan
kebijakan kependudukan, yaitu dengan menurunkan tingkat pertumbuhan
serendah-rendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan
penduduk dengan jalan mengikuti program KB.2,3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana
(KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.4 KB merupakan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi
wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan.
Sebagian besar wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak
hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan kesehatan individual
dan seksualitas wanita, maupun biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Saat ini
tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti IUD, suntik, pil, implan,
kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom. Program keluarga berencana

1
dijalankan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) agar menggunakan alat
kontrasepsi3,5

Persentase peserta KB baru terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun
2015 sebesar 13,46%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang
sebesar 16,51%. Tiga provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu Maluku Utara
sebesar 57,85%, DKI Jakarta sebesar 31,14%, dan Maluku sebesar 25,07%. Sedangkan
capaian terendah terdapat beberapa daerah, termasuk Jawa Tengah sebesar 12,47%.
Puskesmas sebagai salah satu institusi fasilitas kesehatan pemerintah daerah dan
sebagai lini terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan nasional, juga
dituntut untuk menberikan pelayanan dengan baik berdasarkan wewenang, tugas
pokok, dan fungsinya yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, masalah dan
kemampuan puskesmas tersebut. Salah satu dari 6 program wajib puskesmas
tersebut adalah program kesehatan ibu anak keluarga berencana (KIA-KB). Di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran sendiri, cakupan jumlah peserta KB aktif
pada bulan Januari Agustus 2016 masih rendah, yaitu 76,02%, dimana angka ini
belum mencapai target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
yaitu sebesar 80%.3,5

Dari beberapa desa yang terletak di Kecamatan Tempuran, desa yang


memiliki angka cakupan jumlah peserta KB aktif terendah adalah Desa
Tempurejo, yaitu sebesar 71,68%. Salah satu dusun yang turut menyumbang
rendahnya angka tersebut adalah Dusun Banjarsari, dimana terdapat 41 orang PUS
yang bukan termasuk peserta KB aktif diantara total seluruh 113 PUS, sehingga
cakupannya hanya 63,72% dan pencapaiannya hanya 79,65%. Oleh karena itu,
penulis mengangkat masalah rendahnya cakupan jumlah peserta KB aktif di
Dusun Banjarsari Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang
bulan Januari Agustus 2016 yang akan dibahas dalam laporan ini.2,3,4

A. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, didapatkan data
bahwa cakupan jumlah peserta KB aktif di Dusun Banjarsari bulan Januari
Agustus 2016 masih rendah. Oleh karena itu, perumusan masalahnya adalah

2
1. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan rendahnya cakupan jumlah
peserta KB aktif?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah sesuai dengan penyebab
masalah yang ditemukan?
3. Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut?

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menganalisa dan mengidentifikasi penyebab rendahnya cakupan jumlah
peserta KB aktif di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang bulan Januari Agustus 2016, serta
menyusun rencana tindak lanjut pemecahan masalah tersebut.

2. Tujuan khusus
a) Mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan rendahnya
cakupan jumlah peserta KB aktif di Dusun Banjarsari, Desa
Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang bulan
Januari Agustus 2016
b) Mencari alternatif pemecahan penyebab masalah bagi PUS yang
belum menjadi peserta KB aktif di Dusun Banjarsari, Desa
Tempurejo Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang bulan
Januari Agustus 2016.

C. Manfaat
1. Memberikan data tambahan mengenai cakupan jumlah peserta KB aktif
di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang bulan Januari Agustus 2016.
2. Memberikan data mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku PUS
tentang program KB di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang bulan Januari Agustus 2016.

3
3. Memberikan saran kepada Puskesmas Tempuran dalam pengambilan
keputusan mengenai program pelayanan KB.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana
Menurut WHO, definisi keluarga berencana (KB) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri dalam perencanaan kehamilan,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol
waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami-istri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Sedangkan, menurut Undang-
undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, KB adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.6
Banyak pilihan metode alat-alat kontrasepsi yang tersedia saat ini bagi
individu yang ingin mengikuti KB. Pertimbangan dalam pemilihan termasuk
keamanan (sebagai perlindungan dari penyakit menular seksual dan HIV dan
juga menghindari efek samping penggunaan alat-alat kontrasepsi tersebut),
keefektifan, kemudahan, biaya, penerimaan seseorang, serta sikap
pasangannya.6

Tabel 1. Jenis Alat-Alat Kontrasepsi


Jenis Alat Tempat
Efektivitas Keuntungan Kerugian
Kontrasepsi Pelayanan
Mengganggu Puskesmas
Sangat efektif Murah
kenyamanan Apotik
dengan Mudah didapat
Sekali pakai DPS
Kondom pemakaian yang Mencegah PMS
Alergi BPS
benar. Angka Efek samping
Mudah robek Rumah sakit/
kegagalan 3% hampir tidak ada
bersalin

Sangat efektif Mencegah PMS Alergi Puskesmas

5
Diafragma dengan Efek samping Pemasangan DPS

(cap) pemakaian yang hampir tidak ada yang sulit BPS


benar. Angka Sulit didapat Rumah sakit/
kegagalan 3% Mahal bersalin
Disiplin tinggi
Produksi ASI
Mudah didapat berkurang pada
Puskesmas/
Praktis pil yang
Efektivitasnya poliklinik
Reversibilitas mengandung
sangat tinggi swasta dan
yang tinggi estrogen
tergantung pada poliklinik
Tidak Kontra indikasi:
Pil disiplin si pemerintah
mempengaruhi wanita >30,
pemakai. Angka DPS
produksi ASI hipertensi,
kegagalan 0,35- BPS
pada pil yang migrain, peny.
2% Rumah sakit/
mengandung jantung
bersalin
progesteron saja Rambut rontok
Lesu
Sakit kepala
Praktis
Lesu
Efektif
Amenorrhoea Puskesmas
Aman
Efektivitasnya Menorrhagia DPS
Tidak
sangat tinggi. Keputihan BPS
Suntik mempengaruhi
Angka kegagalan Jerawat Rumah sakit/
ASI, cocok untuk
< 1% Peningkatan bersalin
ibu yang
berat badan
menyusui
Pusing

Praktis Harus dengan


Efektif petugas
Aman kesehatan
Tidak terlatih
Efektivitasnya Puskesmas
mempengaruhi Tidak dapat
Implant sangat tinggi. DPS
ASI, cocok untuk menghentikan
(susuk) Angka kegagalan Rumah sakit/
ibu yang pemakaian
0,2-1% bersalin
menyusui sendiri
Masa pakai Gangguan haid
jangka panjang Jerawat
Peningkatan

6
berat badan
Iritasi
Keputihan
Praktis
Efektivitasnya Perdarahan
Efektif
sangat tinggi. Ekspulsi Rumah sakit/
IUD Masa pakai
Angka kegagalan Nyeri bersalin
jangka panjang
< 1% Infeksi
Radang serviks
Vasektomi:
Harus dengan
sukarela
Vasektomi:
Melalui
Efektif
tindakan
Morbiditas
pembedahan
sangat kecil
Masih ada
Sekali operasi
kemunkinan
Tidak
Efektivitas sangat komplikasi
mengganggu
tinggi, 99,9%. seperti
hubungan seksual
Diperkirakan perdarahan dan
Tubektomi:
antara 1000 infeksi Rumah sakit/
Sterilisasi Efektif
orang, hanya satu Tubektomi: bersalin
Sekali operasi
orang yang Harus dengan
Tidak
mengalami sukarela
mengganggu
rekanalisasi Melalui
hubungan seksual
tindakan
Tidak perlu
pembedahan
berulang kali ke
Masih ada
klinik
kemunkinan
komplikasi
seperti
perdarahan dan
infeksi

Pelayanan KB adalah bagian dari implementasi pendekatan siklus hidup


dalam upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KIA dimulai sejak remaja, wanita
usia subur hingga masa pra hamil, kehamilan , persalinan dan nifas, bayi dan

7
balita. Pelayanan KB merupakan upaya kesehatan promotif dan preventif
perorangan. Pelayanan KB mulai diberikan kepada remaja berupa pemberian
informasi tentang kesehatan reproduksi yang terintegrasi dalam pelayanan
kesehatan peduli remaja. Untuk calon pengantin, pelayanan KB diberikan
dalam bentuk pemberian informasi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
reproduksi.6
Pelayanan KB untuk ibu hamil diberikan terintegrasi dengan pelayanan
antenatal dalam bentuk konseling KB pasca-persalinan, penggunaan buku
KIA, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K),
maupun dalam pemberian informasi dalam kelas ibu hamil. Apabila setelah
melahirkan seorang ibu belum menggunakan kontrasepsi, maka saat
pemberian pelayanan nifas petugas kesehatan dapat memberikan konseling
dan pelayanan KB pasca-persalinan. Untuk PUS yang sedang tidak hamil
pelayanan KB diberikan dalam bentuk konseling dan pelayanan KB dengan
tujuan merencanakan dan menjarangkan atau membatasi kehamilan.6

B. Peran Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)


Bila ditinjau dari aspek pengelolaan program, keberhasilan program KB
tidak lepas dari berbagai kondisi dilapangan yang menunjang proses
oprasional pelayanan program KB nasional. Hal tersebut didukung oleh
keberadaan penyuluh atau petugas lapangan KB (PLKB). Keberadaan mereka
sangat mendukung usaha perluasan jangkauan pelayanan program, baik
dalam memotivasi serta memfasilitasi masyarakat untuk mengakses
pelayanan.7
PLKB bertugas memberikan penyuluhan, pendataan, dan
pendampingan keluarga berencana. Sebelumnya, para PLKB diberi orientasi
dan pembekalan dengan tugas awalnya adalah melakukan pendataan, dari
pendataan tersebut dapat diketahui persoalan yang dihadapi dilapangan,
kemudian akan dilakukan evaluasi apa saja yang sudah dilaksanakan oleh
PLKB dalam mengatasi persoalan tersebut. Setelah itu, tenaga PLKB tersebut
akan dibekali lagi mengenai pengetahuan latihan dasar umum (LDU)
mengenai tugas dan fungsi PLKB secara khusus lagi. Idealnya, seorang

8
PLKB hanya melayani 1 desa. PLKB sebagai ujung tombak program KB di
daerah harus langsung berhadapan dengan msayarakat sampai tingkat
terbawah, termasuk di rukun tetangga. Berdasarkan penguasaan lapangan
tersebut, seorang PLKB juga harus memberikan laporan kepada atasannya
tentang hasil dan prediksi hasil yang akan dicapai dalam program KB di
wilayah binaannya. Dengan demikian, keberhasilan program era kebangkitan
KB di tengah-tengah masyarakat sangat tergantung pada efektivitas PLKB.7

C. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah


Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan
dengan keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, yang menimbulkan rasa
ketidakpuasan. Ciri-ciri masalah adalah menyatakan hubungan dua atau lebih
variabel, dapat diukur, dan dapat diatasi. Masalah dapat disebabkan oleh
faktor input, proses, dan lingkungan. Input terdiri atas 5 komponen, yaitu
man, money, method, machine, dan material. Proses terdiri atas 3 komponen,
yaitu P1 (perencanaan), P2 (pelaksanaan), P3 (pengawasan, pengendalian,
penilaian). Masalah yang muncul terdapat pada output yaitu hasil kegiatan
tidak sesuai dengan target dalam hal ini standar pelayanan minimal.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

Identifikasi
Masalah

Penentuan
Monitoring & Penyebab
Evaluasi Masalah

Penentuan
Penyusunan Alternatif
Rencana Pemecahan
Penerapan Masalah
Penetapan
Pemecahan
Masalah
Terpilih

Bagan 1. Siklus pemecahan masalah

9
1. Identifikasi masalah
Pada tahap identifikasi masalah ini, didasarkan pada format standar
pelayanan minimal (SPM) yang merupakan suatu standar dengan batas-
batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah kabupaten atau kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar
kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai.
Identifikasi masalah ini dilakukan dengan mengambil data dari beberapa
bagian kegiatan pokok, menghitung sasaran dari tiap indikator kerja, lalu
membandingkan hasil pencapaian dengan target yang ditentukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2016. Masalah didapatkan
pada hasil kegiatan yang pencapaiannya masih kurang dari 100%. Dari
daftar masalah dalam SPM tersebut, dilakukan pengkajian yang lebih
mendalam terhadap suatu program atau kegiatan yang akan dipecahkan.

2. Penentuan penyebab masalah


Penentuan penyebab masalah didapat berdasarkan data atau
kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram tulang ikan
(fishbone) yang terdiri dari input (5M), proses (P1, P2, P3), dan
lingkungan. Diagram fishbone digunakan untuk menentukan penyebab
masalah berdasarkan pendekatan sistem. Masalah diletakkan pada output.

10
Bagan 2. Diagram fishbone

Input Proses Output Outcome


Man Fungsi Cakupan
Money Manajemen Kegiatan
Method (P1, P2, P3) dan dan Mutu
Material Manajemen Mutu
Machine Impact

Lingkungan
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya,
Sosial, Ekonomi, Kebijakan

Bagan 3. Kerangka pikir pendekatan system

3. Penentuan alternatif pemecahan masalah


Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka
dapat langsung ditentukan alternatif pemecahan masalah.

11
4. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif
maka digunakan metode kriteria matriks (miv/c) untuk menentukan atau
memilih pemecahan terbaik.
m : magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
Semakin banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan maka
semakin efektif dan semakin besar nilainya.
i : importancy, pentingnya penyelesaian masalah. Makin penting
cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka makin
efektif.
v : vulnerability, sensitifitas cara penyelesain masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah maka semakin efektif.
c : cost, perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Semakin mahal, semakin besar nilainya.

5. Penyusunan rencana penerapan


Setelah pemecahan masalah terpilih ditentukan, langkah
selanjutnya adalah menentukan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah. Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat
dalam bentuk rencana kegiatan (Plan of Action/POA) serta Gann Chart.
Hal ini bertujuan untuk menentukan perencanaan kegiatan, apa
tujuannya, siapa sasarannya, kapan dilakukan, siapa stakeholder-nya,
darimana dananya, dan apa hasil yang ingin dicapai.

6. Monitoring dan evaluasi


Terdapat dua segi pemantauan, yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan
baik, serta yang menyangkut masalah itu sendiri yaitu apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.

12
BAB III
ANALISIS MASALAH

A. Analisis Masalah
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, Puskesmas Tempuran masih
memiliki beberapa kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang, dimana salah satunya adalah jumlah peserta KB aktif.

Tabel 2. Hasil kegiatan pelayanan keluarga berencana di Puskesmas Tempuran


bulan Januari Agustus 2016
Indikator Sasaran 1 Hasil
Target Cakupan Pencapaian
Kinerja Tahun Kegiatan

Jumlah peserta
80% 8562 6509 76,02% 95,02%
KB aktif

Berdasarkan data tersebut, pencapaian jumlah peserta KB aktif di


Puskesmas Tempuran bulan Januari Agustus 2016 sebesar 95,02%, yang
berarti masih di bawah 100%, sehingga merupakan suatu masalah.

Tabel 3. Jumlah peserta KB aktif di Kecamatan Tempuran bulan Januari


Agustus 2016
Hasil
No Desa Target Sasaran Cakupan Pencapaian
Kegiatan
1 Ringinanom 80% 1,144 821.88 71.84% 89.80%

2 Sumberarum 80% 906 722.50 79.75% 99.68%

3 Sidoagung 80% 1,230 926.13 75.29% 94.12%

4 Tanggulrejo 80% 877 631.63 72.02% 90.03%

5 Kalisari 80% 455 351.25 77.20% 96.50%

6 Girirejo 80% 426 336.50 78.99% 98.74%

13
7 Tempurejo 80% 1,301 932.50 71.68% 89.59%

8 Prajeksari 80% 309 248.13 80.30% 100.37%

9 Tugurejo 80% 269 213.13 79.23% 99.04%

10 Jogomulyo 80% 1003 812.38 81% 101.24%

11 Growong 80% 185 152.38 82.36% 102.96%

12 Temanggal 80% 102 75.75 74.26% 92.83%

13 Pringombo 80% 122 102.25 83.81% 104.76%

14 Kemutuk 80% 71 57.50 80.99% 101.23%

15 Bawang 80% 155 121.00 78.06% 97.58%

Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa cakupan jumlah peserta KB


aktif di beberapa desa di Kecamatan Tempuran telah mencapai target, antara lain
Prajeksari, Kemutuk, Jogomulyo, Growong, dan Pringombo. Namun, sebagian
besar desa di Kecamatan Tempuran belum mencapai target yang ditetapkan,
dimana desa yang memiliki cakupan terendah adalah Tempurejo dengan
pencapaian 85,59%.

Tabel 4. Jumlah peserta KB aktif di Desa Tempurejo bulan Januari Agustus


2016
PUS
Peserta
yang
No Dusun PUS KB Cakupan Pencapaian
Tidak
Aktif
KB
1 Jambu 131 87 44 65.17% 81.46%

2 Punduhsari 160 127 33 77.97% 97.46%


I
3 Punduhsari 122 98 24 78.79% 98.49%
II
4 Turus 125 95 30 75.00% 93.75%

5 Banjarsari 113 72 41 63.72% 79.65%

14
6 Bolobatur 96 63 33 64.58% 80.73%

7 Banjaran 197 150 47 75.32% 94.15%

8 Tempursari 183 128 55 69.95% 87.43%

9 Semirejo 112 73 39 65.18% 81.47%

10 Ngandong 62 50 12 79.23% 99.04%

Berdasarkan data tersebut, jumlah peserta KB aktif di Dusun Banjarsari


berjumlah 72 orang, sedangkan jumlah PUS seluruhnya berjumlah 113 orang.
Maka dari itu cakupan jumlah peserta KB aktif dan pencapaiannya dihitung
sebagai berikut.
Cakupan jumlah peserta KB aktif = Jumlah peserta KB aktif
Jumlah PUS
= 72 x 100% = 63,72%
113

Pencapaian jumlah peserta KB aktif = Cakupan jumlah peserta KB aktif


Target jumlah peserta KB aktif
= 63,72 = 79.65%
80
Hasil tersebut menunjukkan bahwa cakupan jumlah peserta aktif di Dusun
Banjarsari masih dibawah target 80%.

15
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teori PROSES OUTPUT


INPUT
P1: penjadwalan PKD, Cakupan
Man: Koordinator KB, penjadwalan program safari jumlah
bidan puskesmas yang KB, penjadwalan peserta
melayani KB, bidan desa, penyuluhan KB, KB aktif.
kader, PLKB. penjadwalan pertemuan
lintas sektor.
Money: BOKB
P2: pelaksanaan pelayanan
Method: SOP pelayanan KB sesuai SOP,
KB,PKD, Program Safari pelaksanaan PKD,
KB, pertemuan lintas sektor pelaksanaan program safari
KB, pelaksanaan
Material: lahan dan
penyuluhan KB, penyebaran
bangunan PKD, Puskesmas
brosur/leaflet, pemasangan
dan praktik bidan swasta,
poster, pelaksanaan
fasilitas pelengkap
pertemuan lintas sektor.
penunjang pelayanan KB,
P3: pencatatan dan
Machine: alat kontrasepsi,
pelaporan pelayanan KB.
peralatan penunjang
pemasangan alat
kontrasepsi, peralatan
pengukuran tanda vital,
buku KB, alat peraga, buku
pencatatan data,
brosur/leaflet/poster.

LINGKUNGAN

Pengetahuan, sikap dan perilaku PUS tentang program KB.

Dukungan suami dan keluarga terhadap program KB

Jarak dan kemudahan akses ke faskes pelayanan KB.

Bagan 4. Kerangka teori

16
B. Kerangka Konsep

Peran dan Fungsi


Koordinator Program KB

Peran dan Fungsi Bidan


Desa

Cakupan peserta aktif KB


aktif di Dusun Banjarsari,
Desa Tempurejo
Peran dan Fungsi Kader
Kabupaten, Magelang

PUS tidak KB Aktif

Bagan 5. Kerangka Konsep

17
BAB V
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian dekriptif observasional
dan rancangan penelitian cross sectional.

B. Jenis Data
Laporan ini disusun berdasarkan 2 jenis data yang berbeda. Data primer
didapatkan dari kuesioner mengenai data umum, pengetahuan, sikap, dan
perilaku mengenai program keluarga berencana dengan responden wanita
usia subur yang sudah menikah dan tidak menggunakan KB, serta wawancara
ke bidan Desa Tempurejo dan kader Dusun Banjarsari. Sedangkan, data
sekunder didapatkan dari data tertulis dari Desa Tempurejo, data tertulis dari
penyuluh/petugas lapangan KB (PLKB), dan data tertulis dari Puskesmas
Tempuran.

C. Batasan Judul
Laporan yang berjudul Rencana Peningkatan Cakupan Jumlah Peserta
KB Aktif di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang bulan Januari Agustus 2016 memiliki batasan
pengertian judul sebagai berikut:
1. Rencana
Rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan.
2. Peningkatan
Proses, cara, atau perbuatan untuk meningkatkan.
3. Cakupan
Hasil mencakup atau jangkauan.
4. Jumlah
Bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.
5. Peserta
Orang yang ikut serta atau yang mengambil bagian.

18
6. KB (keluarga berencana)
Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran.
7. Aktif
Giat (bekerja, berusaha).
8. Dusun Banjarsari
Salah satu dusun dari 10 dusun yang terletak di wilayah Desa Tempurejo.
9. Desa Tempurejo
Salah satu desa dari 15 desa yang terletak di wilayah Kecamatan
Tempuran.
10. Kecamatan Tempuran
Salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang terletak di wilayah
Kabupaten Magelang.
11. Kabupaten Magelang
Salah satu kabupaten dari 34 kabupaten dan kota yang terletak di wilayah
Provinsi Jawa Tengah.
12. Bulan Januari Agustus 2016
Jangka waktu Januari Agustus 2016.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah
dipilih oleh peneliti. Dalam definisi operasional, disebutkan cara pengukuran
masing-masing variabel.
1. Sasaran
PUS di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang bulan Januari Agustus 2016.
2. Cakupan
Persentase perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan jumlah
PUS di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang bulan Januari Agustus 2016.

19
3. PUS (Pasangan usia subur)
Responden yang berusia 15-45 tahun dan sudah menikah di Dusun
Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang bulan Januari Agustus 2016.
4. Peserta KB aktif
Responden yang berusia 15-45 tahun, sudah menikah, dan sedang
menggunakan alat kontrasepsi saat ini di Dusun Banjarsari, Desa
Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang bulan Januari
Agustus 2016.
5. Pengetahuan
Tingkat kepandaian yang diukur dengan pengisian kuesioner mengenai
program keluarga berencana. Pengetahuan dapat dibagi menjadi beberapa
tingkatan, yaitu:
a) Baik
b) Cukup
c) Kurang
6. Sikap
Perbuatan yang berdasarkan pendirian yang diukur dengan pengisian
kuesioner mengenai program keluarga berencana.
7. Perilaku
Tanggapan atau reaksi yang diukur dengan pengisian kuesioner
mengenai program keluarga berencana.

E. Ruang Lingkup
1. Lokasi
Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
2. Waktu
Januari Agustus 2016.
3. Sasaran
Wanita berusia 15-45 tahun yang sudah menikah dan tidak menggunakan
KB.

20
4. Metode
Kuesioner, wawancara, dan pencatatan data.
5. Materi
Evaluasi jumlah peserta KB aktif.

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria inklusi
Wanita berusia 15-45 tahun, sudah menikah, tidak sedang menggunakan
KB, dan bertempat tinggal di Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
2. Kriteria eksklusi
Tidak bersedia menjadi responden.

21
BAB VI
HASIL PENELITIAN

A. Data Umum
1. Kondisi Geografis
Desa Tempurejo terletak di wilayah Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Desa Prajegsari


Selatan : Desa Sumberarum
Timur : Sungai Progo
Barat : Desa Jogomulyo
Luas seluruh wilayah Desa Tempurejo adalah seluas 3,40 KM2. Secara
administratif, Desa Tempurejo dibagi menjadi 10 dusun. Jumlah penduduk
berdasarkan data statistik kantor Desa Tempurejo adalah sebanyak 7916 jiwa.

2. Jumlah Penduduk
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Laki-laki : 3942 orang

Perempuan : 3974 orang

b. Jumlah penduduk berdasarkan Dusun :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun

Jenis Kelamin
NO Dusun Laki- Perempuan
laki
1 Jambu 359 320
2 Punduhsari I 478 429
3 Punduhsari II 393 389
4 Turus 275 242
5 Banjarsari 209 215
6 Bolobatur 227 203
7 Banjaran 545 570
8 Tempursari 505 549

22
9 Semirejo 368 345
10 Ngandong 187 187

B. Hasil Survei
Pada tanggal 22-24 Agustus 2016, telah dilaksanakan survei lapangan di
Dusun Banjarsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Responden survei ini adalah 30 orang ibu yang termasuk dalam kriteria inklusi.
Kuesioner dibuat dengan suatu pertanyaan terstruktur yang meliputi pengetahuan,
sikap, dan perilaku PUS tentang program keluarga berencana. Adapun hasil yang
didapatkan di lapangan adalah sebagai berikut.

1. Data dasar responden


Tabel 6. Karakteristik usia responden
Usia Responden Jumlah Persentase
15-25 tahun 7 23,33%
26-35 tahun 18 60,00%
35-45 tahun 5 16,67%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 7. Karakteristik pendidikan terakhir responden


Pendidikan Terakhir Responden Jumlah Persentase
Tidak sekolah 4 13,33%
SD 11 36,67%
SLTP 7 23,33%
SLTA 8 26,67%
S1 0 0,00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 8. Karakteristik pendidikan terakhir suami responden


Pendidikan Terakhir Suami Responden Jumlah Persentase
Tidak sekolah 2 6,67%
SD 7 23,33%

23
SLTP 9 30,00%
SLTA 12 40,00%
S1 0 0.00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 9. Karakteristik pekerjaan responden


Pekerjaan Responden Jumlah Persentase
Ibu rumah tangga 30 100.00%
Buruh 0 0.00%
Petani 0 0.00%
Karyawan 0 0.00%
Wiraswasta 0 0.00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 10. Karakteristik pekerjaan suami responden


Pekerjaan Suami Responden Jumlah Persentase
Buruh 20 66,67%
Petani 5 16,67%
Karyawan 0 0,00%
Wiraswasta 5 16,66%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 11. Karakteristik jumlah anak responden


Jumlah Anak Responden Jumlah Persentase
0 0 0.00%
1 2 6,67%
2 5 16,67%
3 23 76,67%
Jumlah 30 100.00%

Berdasarkan data tersebut, lebih dari separuh dari jumlah 30 responden


berusia 26-35 tahun serta sebagian besar mengenyam pendidikan hanya sampai

24
tingkat SLTA dan sederajat. Tidak ada responden yang bekerja, dimana mereka
hanya sebagai ibu rumah tangga. Dua puluh tiga responden rata-rata memiliki
lebih dari dan sama dengan 3 anak, dan sisanya memiliki 2 anak, & 1 anak.

2. Tingkat pengetahuan responden

Tabel 12. Penilaian tingkat pengetahuan responden


Tingkat Pengetahuan Responden Jumlah Persentase
Baik 17 56,67%
Cukup 12 40%
Kurang 1 3,33%
Jumlah 30 100.00%

Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan jawaban responden atas


pertanyaan kuesioner yang diberikan, yaitu mencakup program KB dan tujuannya,
tempat pelayanan program KB, serta apa saja yang termasuk alat kontrasepsi.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa 56,67% responden memiliki tingkat
pengetahuan baik mengenai program KB, dan hanya 3,33% responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang. Dari hasil penilaian tersebut pengetahuan
responden masih tergolong kurang. Pada kuesioner pengetahuan paling banyak
responden menjawab

3. Sikap responden

Tabel 13. Pertanyaan sikap responden


No Pertanyaan Sikap
1 Bagaimana pendapat anda mengenai pepatah banyak anak, banyak rejeki?
TS 13 43,33%
KS 17 56,67%
S 0 0,00%
SS 0 0.00%
2 Memiliki 2 anak belum cukup jika tidak memiliki anak laki-laki dan

25
perempuan. Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini?
TS 1 3,33%
KS 12 40%
S 9 30%
SS 8 26,67%
Seorang ibu yang sudah memiliki 3 anak perempuan, tidak mau mengikuti
3 program KB karena belum memiliki anak laki-laki. Bagaimana pendapat
anda mengenai hal ini?
TS 0 0.00%
KS 5 16,67%
S 25 83,33%
SS 0 0.00%
Seorang ibu tidak mau mengikuti program KB, karena menurutnya mahal.
4
Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini?
TS 11 36,67%
KS 19 63,33%
S 0 0.00%
SS 0 0.00%
Seorang ibu tidak mau mengikuti program KB, karena menurutnya tidak
5
aman. Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini?
TS 3 10%
KS 20 66,67%
S 7 23,33%
SS 0 0.00%
Seorang ibu tidak mau mengikuti program KB, karena menurutnya tidak bisa
6
memiliki anak lagi. Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini?
TS 8 26,67%
KS 22 73,33%
S 0 0.00%
SS 0 0.00%

26
Tabel 14. Penilaian sikap responden
Sikap Responden Jumlah Persentase
Baik 12 40%
Cukup 17 56,67%
Kurang 1 3,33%
Jumlah 30 100.00%

Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar


responden tergolong kategori kurang.

4. Perilaku responden
a) Alasan responden tidak menggunakan KB saat ini

Tabel 15. Alasan responden tidak menggunakan KB saat ini


Alasan Responden Tidak Menggunakan KB Saat Ini Jumlah Persentase
Hamil 4 13,33%
Belum memiliki anak 3 10,00%
Ingin menambah anak 8 26,67%
Usia tidak muda 0 0.00%
Tidak memiliki biaya atau jaminan kesehatan 0 0.00%
Anggapan KB bertentangan dengan agama atau adat 15 50.00%
Anggapan KB tidak aman 0 0.00%
Alasan lain 0 0.00%
Jumlah 30 100.00%

Seluruh responden mengutarakan alasan yang bermacam-macam mengapa


tidak mengikuti program KB saat ini, antara lain 8 responden ingin menambah
anak, 4 responden sedang hamil, 3 responden belum memiliki anak, anggapan KB
bertentangan dengan agama atau adat.
b) Penggunaan KB sebelumnya oleh responden

27
Tabel 16. Penggunaan KB sebelumnya oleh responden
Penggunaan KB Sebelumnya oleh Responden Jumlah Persentase
Ya 6 20%
Tidak 24 80%
Jumlah 30 100.00%

Dari 30 responden yang saat ini bukan menjadi peserta KB aktif,


kontrasepsi terbanyak yang pernah digunakan adalah suntik, dan sisanya antara
lain pil, spiral, dan implan. Penjelasan lebih lanjut akan dipaparkan sebagai
berikut.
1) Tempat pemberian pelayanan KB

Tabel 17. Tempat pelayanan KB


Tempat Pelayanan KB Jumlah Persentase
Rumah sakit 0 0.00%
Puskesmas 3 50%
Posyandu 0 0.00%
PKD 0 0,00%
Praktik bidan desa 2 33,33%
Klinik swasta 1 16,67%
Tidak ingat 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Tabel 18. Pemberi pelayanan KB


Pemberi Pelayanan KB Jumlah Persentase
Dokter 0 0.00%
Bidan 6 100.00%
Tidak ingat 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Berdasarkan data tersebut, sebagian besar responden yang pernah menjadi


peserta KB aktif sebelumnya mendapatkan pelayanan program KB di Puskesmas,

28
yaitu sebanyak 3 responden, dan sisanya 2 responden di Praktik bidan desa dan 1
responden di klinik swasta. Seluruh responden mendapatkan pelayanan KB dari
bidan, tidak satupun yang mendapat dari dokter.

2) Tingkat pelayanan oleh pemberi pelayanan KB

Tabel 19. Tingkat pelayanan oleh pemberi pelayanan KB


Tingkat Pelayanan oleh Pemberi Pelayanan KB Jumlah Persentase
Baik 6 100.00%
Buruk 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Tabel 20. Konsultasi oleh pemberi pelayanan KB


Konsultasi oleh Pemberi Pelayanan KB Jumlah Persentase
Ya 6 100.00%
Tidak 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Berdasarkan pendapat dari seluruh responden (100.00%), pelayanan bidan


mengenai program KB sudah baik, dan sebelumnya responden diberikan
penjelasan mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya.

3) Keadaan sarana dan prasarana pelayanan KB

Tabel 21. Keadaan tempat periksa pelayanan KB


Keadaan Tempat Periksa Pelayanan KB Jumlah Persentase
Bersih dan nyaman 6 100.00%
Kotor dan tidak nyaman 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

29
Tabel 22. Keadaan alat kontrasepsi
Keadaan Alat Kontrasepsi Jumlah Persentase
Bersih 6 100.00%
Kotor 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Berdasarkan pendapat dari 6 responden yang pernah menjadi peserta KB


aktif sebelumnya, keadaan tempat periksa pelayanan KB cukup bersih dan
nyaman, serta keadaan alat kontrasepsi yang bersih dan masih tersegel.

c) Dukungan suami dan keluarga responden untuk menggunakan


KB
Tabel 23. Dukungan suami responden untuk menggunakan KB
Dukungan Suami Responden untuk Menggunakan KB Jumlah Persentase
Ya 1 16,67%
Tidak 5 83,33%
Tidak tahu 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Tabel 24. Dukungan keluarga responden untuk menggunakan KB


Dukungan Keluarga Responden untuk Menggunakan
Jumlah Persentase
KB
Ya 6 100.00%
Tidak 0 0.00%
Tidak tahu 0 0.00%
Jumlah 6 100.00%

Berdasarkan data tersebut, seluruh responden mendapat tidak mendapat


dukungan dari suami, namun mendapat dukungan dari keluarga terdekat (ayah,
ibu, mertua, kakak, adik, ipar) untuk mengikuti program KB di kemudian ha

30
d) Ketersediaan fasilitas kesehatan pelayanan KB di lingkungan
sekitar responden
Tabel 25. Ketersediaan fasilitas kesehatan pelayanan KB di lingkungan sekitar
rumah responden
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Pelayanan KB di
Jumlah Persentase
Lingkungan Sekitar Responden
Ada 30 100%
Tidak ada 0 0,00%
Tidak tahu 0 0.00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 26. Jarak antara fasilitas kesehatan pelayanan KB dengan rumah responden
Jarak antara Fasilitas Kesehatan Pelayanan KB
Jumlah Persentase
dengan Rumah Responden
<1 km 0 0.00%
>1 km 30 100.00%
Tidak tahu 0 0.00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 27. Alat transportasi ke fasilitas kesehatan pelayanan KB


Alat Transportasi ke Fasilitas Kesehatan Pelayanan
Jumlah Persentase
KB
Jalan kaki 6 20,00%
Dengan sepeda 9 30,00%
Dengan motor 15 50,00%
Dengan mobil 0 0.00%
Dengan angkutan umum 0 0.00
Jumlah 30 100.00%

Berdasarkan data tersebut, seluruh responden mengaku tidak ada fasilitas


kesehatan pelayanan KB di Dusun Kijingsari Banjarsari, dimana fasilitas
kesehatan terdekat adalah di praktik bidan desa, klinik swasta atau puskesmas

31
yang jaraknya >1 km dari Dusun Banjarsari. Alat transportasi yang paling banyak
digunakan responden untuk menjangkau fasilitas kesehatan tersebut adalah motor,
yaitu sebanyak 50.00%.

e) Biaya pelayanan KB

Tabel 28. Biaya pelayanan KB


Biaya Pelayanan KB Jumlah Persentase
Membayar 15 50,00%
Tidak membayar 4 13,33%
Tidak tahu 11 36,67%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 29. Anggapan tentang biaya pelayanan KB


Anggapan tentang Biaya Pelayanan KB Jumlah Persentase
Mahal 0 0.00%
Sedang 2 6,67%
Murah 28 93,33%
Jumlah 30 100.00%

Mengenai pembiayaan pelayanan KB, tidak semua responden (80.00%)


mengetahui berapa biaya yang perlu dikeluarkan untuk mendapatkan alat
kontrasepsi. Terdapat 4 responden yang mengaku tidak membayar karena
menggunakan jaminan kesehatan BPJS, dan 15 responden lainnya mengeluarkan
biaya dengan kisaran 20,000 30,000 rupiah. Anggapan sebagian besar responden
(93.33%) mengenai harga tersebut sudah cukup murah.

f) Penyuluhan oleh tenaga kesehatan, PLKB, dan kader


Tabel 30. Penyuluhan oleh tenaga kesehatan
Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase
Pernah 6 20.00%

32
Tidak pernah 24 80.00%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 31. Penyuluhan oleh PLKB


Penyuluhan oleh PLKB Jumlah Persentase
Pernah 4 13,33%
Tidak pernah 26 86,67%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 32. Penyuluhan oleh kader


Penyuluhan oleh Kader Jumlah Persentase
Pernah 0 0.00%
Tidak pernah 30 100.00%
Jumlah 30 100.00%

Berdasarkan jawaban responden mengenai adanya penyuluhan tentang


program KB, masih ada beberapa responden yang belum pernah mendapat
penyuluhan, baik itu dari bidan desa, PLKB, ataupun kader. Sebanyak 20.00%
responden mengatakan pernah diberikan penyuluhan oleh bidan desa, 13,33%
oleh PLKB, dan 0.00% oleh kader.
g) Informasi program KB di media cetak dan media elektronik

Tabel 33. Informasi program KB di media cetak


Informasi Program KB di Media Cetak Jumlah Persentase
Pernah 0 0,00%
Tidak pernah 30 100%
Jumlah 30 100.00%

Tabel 34. Informasi program KB di media elektronik


Informasi Program KB di Media Elektronik Jumlah Persentase
Pernah 30 100%

33
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 30 100.00%

Seluruh responden 100%) mengaku pernah melihat informasi mengenai


program KB di media cetak di posyandu dan puskesmas, yaitu brosur, leaflet, atau
poster. Sedangkan, informasi program KB di media elektronik seperti TV dan
radio sudah pernah diakses oleh seluruh responden.

C. Hasil Wawancara
Kader Dusun Banjarsari
Dari hasil wawancara dengan kader Dusun Banjarsari, yaitu Ibu Citra,
penyebab rendahnya cakupan jumlah peserta KB aktif di Dusun Banjarsari,
didapatkan dari hasil wawancara sebagai berikut:
a. Pada bulan apa program KB biasa dilakukan penyuluhan?
Belum pernah ada
b. Apakah setiap pelaksanaan posyandu dilakukan pelayanan KB?
Tidak selalu. Karena kegiatan posyandu biasanya menitikberatkan pada
kegiatan KIA
c. Apakah anda mengetahui deteksi dini efek samping dalam kontrasepsi?
Iya saya mengetahuinya
d. Apakah anda mengetahui SIYOMEKET (Simulasi Pengayoman Medis
Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih)?
Belum pernah mengetahui hal tersebut
e. Apakah dalam satu tahun terakhir pernah dilaksanakan pelatihan tentang efek
samping kontrasepsi?
Belum pernah
f. Apakah ada kesulitan dalam mempromosikan KB di Dusun Banjarsari?
Disini ibu yang usia subur tidak semua yang mau keposyandu untuk promosi
KB. Kebanyakan mereka akan langsung menuju kebidan dan dukungan suami
untuk penggunaan alat kontrasepsi kurang karena dinilai menyalahi aturan
agama islam.
g. Apakah ada kesulitan dalam pendeteksian peserta KB tidak aktif?

34
Tentu ada. Karena sebagian ibu PUS yang awalnya menggunakan KB, bila
berhenti menggunakan KB tidak melaporkan dan jumlah kader yang mendata
kurang. Serta jauhnya akses fasilitas kesehatan pelayanan KB dari Dusun
Banjarsari juga dirasa menjadi salah satu faktor rendahnya cakupan peserta
KB aktif, dimana fasilitas kesehatan pelayanan KB terdekat adalah di praktik
bidan desa yang berjarak >1 km juga posyandu yang diadakan sebulan sekali
di Dusun Banjarsari hanya menitikberatkan pada KIA.
h. Bagaimana menurut ibu tentang partisipasi suami dalam kepesertaan KB?
Masih kurang. KB sejauh ini masih didominasi oleh perempuan, bapak-bapak
biasanya juga tidak pernah datang bila ada promosi tentang KB

Koordinator KB dan bidan desa


Dari hasil wawancara dengan koordinator KB, yaitu Ibu Dwi Ary, bidan
Desa Tempurejo , yaitu Ibu Winantu dan PLKB Tempuran, penyebab rendahnya
cakupan jumlah peserta KB aktif di Dusun Banjarsari karena banyak WUS
(Wanita Usia Subur) yang menggunakan layanan KB di bidan dan praktik dokter
swasta, sehingga yang ke puskesmas hanya sedikit, serta pendataan dan pelaporan
mengenai WUS yang menggunakan pelayanan KB diluar puskesmas belum dapat
berjalan dengan baik, karena bidan desa tidak secara khusus menangani masalah
KB saja serta kader di Dusun tersebut juga tidak hanya menangani masalah KB
saja. Jumlah tenaga PLKB yang tidak ideal yaitu 1 petugas menangani 3-4 desa
menyebabkan tidak optimalnya penyuluhan yang dilakukan. Tidak adanya
dukungan suami juga turut mendukung rendahnya cakupan jumlah peserta KB
aktif. Program safari KB sudah tidak berjalan dengan rutin. Penyuluhan sudah
dilakukan, namun belum merata ke semua Dusun, sehingga pengetahuan PUS
masih kurang. Serta jumlah kader di Dusun Banjarsari hanya berjumlah 1 orang.

35
BAB VII
ANALISA PENYEBAB MASALAH

A. Analisa Penyebab Masalah


Hasil survey untuk menentukan penyebab masalah, berdasarkan
pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output dan lingkungan
didapatkan beberapa penyebab mengenai cakupan jumlah peserta KB aktif
yang rendah, antara lain:

Tabel 35. Analisa penyebab masalah ditinjau dari faktor input


Komponen Kelebihan Kekurangan
Terdapat 1 koordinator KB yang
Kurangnya jumlah kader di
bertugas di Puskesmas
Dusun Banjarsari
Tempuran.
Terdapat bidan yang Kurangnya jumlah tenaga
memberikan pelayanan KB di PLKB, dimana 1 PLKB bisa
Puskesmas Tempuran. menangani 3-4 desa.
Man Terdapat 1 orang bidan desa Bidan desa tidak hanya
yang memberikan pelayanan KB melaksanakan kegiatan
di PKD Desa Tempurejo. mengenai program KB saja
Terdapat 1 kader yang
memberikan informasi dan
edukasi tentang KB di Dusun
Banjarsari.
Terdapat PLKB di kecamatan
Tempuran
Money Sumber dana berasal dari BOKB
Tidak terdapat penyuluhan
Terdapat SOP mengenai
program KB di Dusun Banjarsari
Method pelayanan KB.
oleh tenaga kesehatan
Terdapat pelaksanaan PKD.

36
Terdapat program safari KB.

Terdapat pertemuan antara bidan


desa dan para kader untuk
membahas program KB.
Terdapat pertemuan antara
koordinator KB dengan BKKBN
untuk membahas program KB.
Terdapat lahan dan bangunan
untuk PKD, puskesmas,
posyandu, dan praktik swasta
bidan desa.
Material Terdapat fasilitas pelengkap
seperti listrik, lampu, kursi,
meja, tempat tidur, dan
sebagainya untuk menunjang
praktik pelayanan KB.
Terdapat alat kontrasepsi berupa
Tidak terdapat brosur, leaflet,
AKDR, kondom, implan, suntik,
atau poster tentang KB yang
dan pil yang dipasok dari
disebarkan ke Dusun Banjarsari
BKKBN.
Terdapat peralatan penunjang
pemasangan alat kontrasepsi,
seperti spekulum, sonde,
Machine tenakulum, scapel, bisturi,
trochar, mandrein, dsb.
Tersedianya peralatan untuk
pengukuran tanda vital.
Tersedianya buku KB untuk
pencatatan alat kontrasepsi yang
digunakan.
Terdapat buku pencatatan data

37
PUS, peserta aktif KB, dan PUS
tidak KB.

Tabel 36. Analisis penyebab masalah ditinjau dari faktor proses


Komponen Kelebihan Kekurangan
Belum ada
perencanaan
Sudah ada penjadwalan PKD. penyuluhan tentang
KB di Dusun
Banjarsari
P1
Sudah ada penjadwalan pertemuan
(Perencanaan)
antara bidan desa dan para kader untuk
membahas program KB.
Sudah ada penjadwalan pertemuan
antara koordinator KB dengan BKKBN
untuk membahas program KB
Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan KB sudah sesuai program safari KB
SOP. sudah lama tidak
dilakukan.
Pelaksanaan
penyuluhan KB di
P2 Pelaksanaan PKD sudah sesuai jadwal.
Dusun Banjarsari
(Penggerakan belum dilakukan
dan Penyebaran brosur
pelaksanaan) dan leaflet serta
Pelaksanaan penyuluhan KB sudah pemasangan poster
sesuai jadwal. tentang KB di
Dusun Banjarsari
belum dilakukan
Penyebaran brosur dan leaflet serta
pemasangan poster tentang KB di PKD

38
dan puskesmas sudah dilakukan.
Pertemuan antara bidan desa dan para
kader untuk membahas program KB
sudah dilaksanakan sesuai jadwal.
Pertemuan antara koordinator KB
dengan BKKBN untuk membahas
program KB sudah dilaksanakan sesuai
jadwal.
Pengawasan
pencatatan dan
pelaporan mengenai
Kerjasama lintas sektoral antara pihak
P3 berapa banyak WUS
puskesmas, bidan, PLKB, dan BKKBN
(Pengawasan, yang tidak
dalam wilayah Kabupaten Magelang
pengendalian, menggunakan
untuk pencatatan dan pelaporan
dan penilaian) pelayanan KB di
pelayanan KB.
Puskesmas
Tempuran belum
dilakukan

Tabel 37. Analisis penyebab masalah ditinjau dari faktor lingkungan


Komponen Kelebihan Kekurangan
Anggapan PUS mengenai Pengetahuan dan sikap ibu usia
pembiayaan pelayanan KB subur tentang program KB masih
cukup murah. belum baik seluruhnya
Dukungan dari suami kurang
Lingkungan
mengenai penggunaan alat
kontrasepsi
Jarak fasilitas kesehatan pelayanan
KB dengan rumah PUS cukup jauh.

39
B. Rekapitulasi Penyebab Masalah
1. Kurangnya jumlah kader di Dusun Banjarsari
2. Kurangnya jumlah tenaga PLKB, dimana 1 PLKB bisa menangani 3-4
desa.
3. Bidan desa tidak hanya melaksanakan kegiatan mengenai program KB
saja
4. Tidak terdapat penyuluhan program KB di Dusun Banjarsari oleh tenaga
kesehatan
5. Tidak terdapat brosur, leaflet, atau poster tentang KB yang disebarkan
ke Dusun Banjarsari
6. Belum ada perencanaan penyuluhan tentang KB di Dusun Banjarsari
7. Pelaksanaan program safari KB sudah lama tidak dilakukan.
8. Pelaksanaan penyuluhan KB di Dusun Banjarsari belum dilakukan
9. Penyebaran brosur dan leaflet serta pemasangan poster tentang KB di
Dusun Banjarsari belum dilakukan
10. Pengawasan pencatatan dan pelaporan mengenai berapa banyak WUS
yang tidak menggunakan pelayanan KB di Puskesmas Tempuran belum
dilakukanPengetahuan dan sikap ibu usia subur tentang program KB
masih belum baik seluruhnya
11. Pengetahuan dan sikap ibu usia subur tentang program KB masih belum
baik seluruhnya
12. Dukungan dari suami kurang mengenai penggunaan alat kontrasepsi
13. Jarak fasilitas kesehatan pelayanan KB dengan rumah PUS cukup jauh.

40

Anda mungkin juga menyukai