Anda di halaman 1dari 5

Distosia Bahu pada Kelahiran

Disusun Oleh
Yovan Mas Agustias
Pembimbing
Dr. Judi Junaedi Endjan Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA
2017
Definisi

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetric oleh
karena dengan tarikan biasa kea rah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan
dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.

Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul dahulu sebelum bahu anterior.
Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sacrum atau
di sekitar spina iskhidika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu untuk memasuki panggul
melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam
posisi antero-posterior ketika hendak emmasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat
tertahan promomontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian
kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat
adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign)

Epidemiologi

Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 0,3% dari seluruh persalinan persalinan vaginal,
terjadi 5 24% pada janin makrosomia yang dilahirkan per vaginal.kasus ini meningkat bukan
hanya karena berat janin yang meningkat namun juga meningkatnya lingkar perut dari sang bayi.
Distosia bahu dari janin yang makrosomia berhubungan juga dengan perawakan sang ibu, namun
hal ini belum begitu jelas. Diduga 10-15% dari janin yang menderita distosia bahu akan mengalami
cedera saraf brakial; kerusakan saraf fasialis dan patah tulang humerus atau klavikula yang terlihat.
presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala
dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%

Diagnosis

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapati adanya:

- Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
- Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
- Dagu tertarik dan menekan perineum
- Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis
pubis

Distosia bahu harus selalu diantisipasi ketika adanya indikasi makrosomia. Diagnosis ini
bisa ditegakkan ketika kepala dari sudah keluar namun bahu anterior tertahan di belakang simfisis
pubis. Pada tahap ini, janin rentan kekurangan oksigen atau asfiksia dikarenakan dada yang tidak
dapat berkenbang untuk bernafas, dan sirkulasi dari tali pusar tertekan dengan jalan lahir. Begitu
distosia bahu dikenali, maka prosedur tindakan untuk menolong persalinan harus segera dilakukan.

Faktor Resiko

Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari kepalanya,
sehingga mempunyai resiko terkena distosia bahu. Risiko akan meningkat dengan bertambahnya
perberdaan antara badan dan bahu dengan ukuran kepalanya. Pada bayi makrosomia, perbedaan
ukuran tersebut lebih besar dibanding bayi tanpa makrosomia, sehingga bai makrosomia lebih
beresiko. Adanya DOPE (diabetes, obesity, prolonged pregnancy, excessive fetal size or maternal
weight gain) meningkatkan resiko kejadian.

Komplikasi

Komplikasi distosia bahu pada janin adalah

- Fraktur tulang (klavikula dan humerus)


- Cedera pleksus/saraf brakialis
- Hipoksia hingga kerusakan otak
- Disklokasi tulang servikalis akibat traksi dan putaran pada kepala dan leher

Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan
terapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik dengan berjalannya waktu,
tetapi sekuele dapat terjadi pada 50% kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
perdarahan akibat laserasi jalan lahir, epsiotomi ataupun atonia uteri.
Pencegahan

Upayakan pencegahan pada pasien-pasien dengan faktor resiko seperti riwayat kelahiran
dengan distosia bahu, makrosomia dengan perhitungan berat janin (EFW), diabetes, pemanjangan
waktu kala 2 kelahiran, dan kelahiran yang dibantu dengan alat. Walaupun belum ada studi yang
menujukkan secara konkrit dimana penawaran proses section caesar dalam kasus-kasus yang
terdapat faktor resiko ini berdasarkan analisa untung ruginya. Sebagian besar adri praktisi (dokter)
menggunakan beberapa atau semua hal berikut dalam rangka menurunkan resiko terjadinya
distosia bahu. Sebuah contoh dari satu pendekatan berikut :

1. Riwayat distosia bahu : tawarkan sesar


2. Riwayat cedera saraf brakial : sangat dianjurkan sesar
3. Janin makrosomia dengan non diabetes dengan perhitungan taksiran berat janin (batas yang
bervariasi antara 4500 dan 5000 gram) : tawarkan sesar
4. Diabetes dengan makrosomia (batas yang bervariasi antara 4500 dan 5000 gram) :
tawarkan sesar
5. Makrosomia dengan taksiran berat janin : hindari melahirkan dengan bantuan alat.

Penanganan

Diperlukannya seorang asisten untuk membantu, sehingga resiko terjdinya kegagalan


berkurang. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior
sudah masuk ke panggul. Nahu posterior yang belum melewati panggul akan semakin sulit ditarik
apabila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk meregangkan jalan lahir dapat dilakukan episiotomy
luas, posisi McRobert, atau posisi dada lutu. Dorongan pada fundus tidak dianjurkan dikarenakan
akan makin menulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptur uteri.
Keberhasilan tidak hanya didasarkan pengalaman dan kerjasama tim namun juga lamanya waktu.
Setelah kepala lahir maka akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0.04
unit/menit. Dengan demikian, pada bayi sebelumnya tidak mengalami hipoksia memiliki waktu 4
5 menit untuk melakukan maneuver melahirkan bahu sebelum terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan kepada si bayi.

Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut

Diagnosis
Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan

Manuver McRobert ( Posisi McRObert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubic, tarikan
kepala)

Manuver Rubin (posisi tetap McRobert, rotasikan ahu, tekanan suprapubic, tarikan kepala)

Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau maneuver Wood

Manuver McRobert

Manuver McRobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu
terlentang, memflekiskan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin dengan dada dan
rotasikan kedua kaki kea rah luar (abduksi). Lakukan episiotomy yang cukup lebar. Gabugan
episiotomy dan McRobert akan mempermudah dan melebakan jalan lahir bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah seseorang ataupun asisten untuk menekan
suprasimfisis kea rah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk mrnrkan bahu anterior agar
mau masuk ke bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan kepada kepala janin kea rah
posterokaudal dengan mantap

Anda mungkin juga menyukai