KECEPATAN REAKSI
Disusun oleh:
Nama : Melia
NIM: 05. 70. 0051
Kelompok C 1
2005
1. PENDAHULUAN
= -1
3 laju menghilangnya B
= laju terbentuknya C
= laju terbentuknya D
(Petrucci & Wismer, 1987).
(Mahan, 1966)
2
Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
tiap satuan waktu. Jika keadaaan setimbang tercapai dalam waktu singkat, maka reaksi
dapat berjalan dengan cepat. Selama reaksi berjalan, kecepatan reaksi tidak tetap,
melainkan berubah sesuai dengan waktu. Pada awal reaksi, kecepatan relatif besar,
semakin dekat pada keadan setimbang, makin kecil kecepatan reaksi (Tupamahu, 1992).
Laju reaksi awal ditentukan dengan membagi perubahan konsentrasi suatu pereaksi
pada permulaan reaksi dengan interval waktu yang pendek yang melibatkan perubahan
bahan tersebut.
Laju reaksi = - [pereaksi]
t
Setiap reaksi mempunyai kecepatan. Reaksi dapat berjalan cepat tetapi juga terkadang
cenderung lambat, hal ini tergantung dari macam zat yang direaksikan. Reaksi kimia
akan berlangsung cepat bila konsentrasi zat yang bereaksi semakin besar. Semakin pekat
konsentrasi larutan, makin banyak jumlah partikel yang terkandung dalam larutan
tersebut. Makin luas permukaan zat yang bereaksi (makin halus zat) maka reaksi akan
berjalan cepat. Kedua hal itu (konsentrasi dan luas permukaan) memperbesar timbulnya
3
tumbukan, sehingga akan timbul banyak zat baru, yang berarti reaksi semakin cepat.
(Hein, 1992).
Kecepatan reaksi berkaitan erat dengan reaksi kimiawi. Dalam system kehidupan, reaksi
biokimia harus berlangsung dengan kecepatan yang amat tinggi untuk mendukung
proses kehidupan. Kita akan menggunakan teori tumbukan kecepatan reaksi yang
menyebutkan bahwa agar sebuah reaksi dapat terjadi antara atom-atom, ion-ion, atau
molekul-molekul; atom, ion, atau molekul itu harus mengalami tumbukan yang dapat
mengakibatkan perubahan kimiawi, tetapi ada juga yang tidak. Jadi, kecepatan sebuah
reaksi bergantung pada banyaknya tumbukan yang terjadi dan seberapa efektifnya
bagian yang bertumbukan itu (Solomon, 1983).
Reaksi akan berlangsung secara cepat jika terjadi pada situasi yang memadai. Dengan
menambah konsentrasi, jumlah molekul yang ada juga bertambah. Peningkatan suhu
juga berpengaruh, hal ini ditunjukkan pada diagram di bawah.
Daerah yang diarsir menunjukkan jumlah molekul pada suhu tertentu dengan energi
lebih besar daripada A. Daerah yang diarsir lebih luas pada kurva kecepatan reaksi
dengan temperatur lebih tinggi. Semakin tinggi suhu, semakin banyak tumbukan yang
terjadi, dan mengakibatkan reaksi berlangsung lebih cepat. Semakin rendah suhu, proses
reaksi berjalan lebih lambat. Faktor ketiga adalah dengan memperkecil energi aktivasi,
yaitu dengan menambahkan katalisator. Katalisator adalah zat yang ketika ditambahkan
4
pada larutan dapat meningkatkan kecepatan reaksi, tetapi tidak berubah ketika reaksi
telah selesai. Peristiwa ini ditunjukkan dengan gambar di bawah.
Dengan penambahan katalis, energi aktivasi masih tetap dibutuhkan, tetapi jumlahnya
jauh lebih kecil jika dibandingkan reaksi yang tidak memiliki katalisator. Memperluas
permukaan juga mampu menambah kecepatan reaksi. Cahaya juga berpengaruh pada
beberapa reaksi fotokimia, seperti H2 (g) + l2 (g) 2 HCl (g) (Rogers, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, antara lain konsentrasi zat yang
bereaksi, temperatur campuran, adanya katalisator positif, macam / jenis zat, dan luas
permukaan bidang sentuh. Jika konsentrasi suatu zat tinggi, maka kecepatan reaksi juga
makin tinggi. Jika temperatur semakin tinggi, pergerakan molekul-molekul juag
semakinkecepatan reaksi juga makin tinggi. Semakin banyak katalisator positif, maka
reaksi berlangsung lebih cepat. Bidang sentuh adalah bidang batas campuran reaksi
yang heterogen. (Graham & Cragg, 1959).
Tiosulfat merupakan zat hipotetis. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan
membentuk belerang sebagai endapan mirip susu. Reaksinya sebagai berikut :
S2O32- + 2 H+ H2S2O3 H2SO3 + S(s)
(Day & Underwood, 1992).
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi tetapi tidak ikut
bereaksi dan tidak dapat mengawali suatu reaksi. Jika katalisator makin banyak, maka
energi aktivasi berkurang, sehingga kecepatan suatu reaksi bertambah. Katalisator dapat
5
berupa molekul atau ion pada larutan yang akan disebut sebagai katalis homogen atau
otokatalisator (Conley, 1987).
Macam-macam katalis adalah katalis homogen, katalis heterogen, dan auto katalis.
Katalis homogen terjadi bila fase katalisator sama dengan fase terkatalis.
Contohnya pada reaksi 2 SO2 (g) + O2 (g) 2 SO3 (g), dengan penambahan NO2 (g)
sebagai katalis, maka : 2 SO2 + 2 NO2 2 SO3 + 2 NO2 cepat
2 NO2 + O2 2 NO2 cepat
2 SO2 + O2 2 SO3 cepat
Katalis heterogen terjadi bila katalisator berbeda fase dengan fase zat yang terkatalisa.
Inti katalis heterogen adalah pereaksi berfase gas atau larutan dan diadsorbsi ke
permukaan katalis. Dalam katalis heterogen tercakup adsorbsi, difusi reaksi sepanjang
permukaan, reaksi pada sisi aktif membentuk hasil yang teradsorbsi, dan lepasnya hasil
reaksi. Sedangkan autokatalis terjadi jika hasil reaksi akan mengkatalis reaksi
selanjutnya. Autokatalis ditandai reaksi awal berjalan lambat, tetapi lama-lama semakin
cepat. (Day & Underwood, 1992).
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Dalam praktikum ini alat alat yang digunakan antara lain adalah tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, pompa Pilleus, rak tabung reaksi, jam (timer), bunsen, kaki tiga, kasa
asbes, termometer, dan gelas piala 400 ml.
2.1.2. Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah HCl 0,5 N,
Na2S2O3 0,1 N, (COOH)2 0,1 N, H2SO4 6 N, MnSO4 1 N, KMnO4 0,1 N, dan
aquadestilata.
2.2. Metode
2.2.1. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi
Langkah pertama, konsentrasi asam klorida (HCl) dibuat variabel, sedangkan
konsentrasi Na2S2O3 dibuat konstan. Kemudian diambil 6 buah tabung reaksi, 3 buah
tabung reaksi pertama diisi dengan 5 ml larutan tio 0,1 N. Kemudian tabung ke-4 diisi
dengan 6 ml HCl 0,5 N. Tabung ke-5 diisi 1 ml larutan dari tabung ke-4 dengan
ditambah 5 ml aquadestilata. Dan tabung ke-6 diisi dengan 1 ml larutan dari tabung ke-5
ditambah 4 ml aquadestilata. Setelah itu, larutan tio dicampur dengan asam klorida
secara bersamaan, yaitu isi tabung ke-6 dituangkan ke dalam tabung tio ke-1 lalu
dikembalikan ke tabung ke-6 dengan cepat, isi tabung ke-5 dituangkan ke dalam tabung
tio ke-2 lalu cepat dikembalikan ke tabung ke-5, dan isi tabung ke-4 dituangkan ke
dalam tabung tio ke-3 lalu cepat dikembalikan ke tabung ke-4.
Ketiga tabung kemudian diletakkan berderet pada rak tabung reaksi dan diperhatikan
tabung mana yang mengalami kekeruhan pertama kali dan yang terakhir.
7
Langkah kedua, konsentrasi tio dibuat variabel, sedangkan konsentrasi asam klorida
(HCl) dibuat konstan. Cara kerja sama dengan langkah pertama, hanya saja
perbedaannya larutan tio yang diencerkan dan konsentrasi asam klorida (HCl) dibuat
konstan. Kemudian diambil 6 buah tabung reaksi, 3 buah tabung reaksi pertama diisi
dengan 5 ml asam klorida (HCl) 0,5 N. Kemudian tabung ke-4 diisi dengan 6 ml tio 0,1
N. Tabung ke-5 diisi 1 ml larutan dari tabung ke-4 dengan ditambah 5 ml aquadestilata.
Dan tabung ke-6 diisi dengan 1 ml larutan dari tabung ke-5 ditambah 4 ml aquadestilata.
Setelah itu, asam klorida dicampur larutan tio secara bersamaan, yaitu isi tabung ke-6
dituangkan ke dalam tabung asam klorida (HCl) ke-1 lalu dikembalikan ke tabung ke-6
dengan cepat, isi tabung ke-5 dituangkan ke dalam tabung asam klorida (HCl) ke-2 lalu
cepat dikembalikan ke tabung ke-5, dan isi tabung ke-4 dituangkan ke dalam tabung
asam klorida (HCl) ke-3 lalu cepat dikembalikan ke tabung ke-4.
Ketiga tabung kemudian diletakkan berderet pada rak tabung reaksi dan diperhatikan
tabung mana yang mengalami kekeruhan pertama kali dan yang terakhir.
3. HASIL PENGAMATAN
Hasil percobaan konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi dengan Natrium Tiosulfat
(Na2S2O3) konstan dapat diketahui pada Tabel 1.
Tabel 1.
Percobaan Waktu(s) Warna dan kekeruhan
6 dituang 1 72 putih nyaris bening, agak keruh
5 dituang 2 34 putih, keruh
4 dituang 3 24 putih kekuning-kuningan (putih susu), paling keruh
Hasil percobaan konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi dengan asam klorida
(HCl) konstan dapat diketahui pada Tabel 2.
Tabel 2.
Percobaan Waktu (s) Warna dan kekeruhan
6 dituang 1 - (> 10 menit) putih, jernih
5 dituang 2 245 putih, keruh
4 dituang 3 21 putih susu (kehijau-hijauan), sangat keruh
Hasil percobaan temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi dapat diketahui pada Tabel
3.
Tabel 3.
Percobaan Waktu (s) Warna dan kekeruhan
Tidak dipanaskan 49 putih, keruh
Dipanaskan 50oC 13 putih susu, keruh
Dipanaskan 100oC 6 putih susu tua, keruh
Hasil percobaan katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi dapat diketahui pada Tabel
4.
10
Tabel 4.
Percobaan Waktu (s) Perubahan warna
Tabung 1 30 coklat kuning tua bening
Tabung 2 32 ungu coklat muda bening
Tabung 3 90 ungu pink bening
4. PEMBAHASAN
Dari kedua jenis percobaan tersebut (yaitu dengan Na2S2O3 konstan maupun dengan HCl
konstan) membuktikan teori Hein (1992), yaitu secara keseluruhan dapat kita lihat
11
Dari hasil tersebut juga dapat dilihat bahwa reaksi paling lama (terjadinya perubahan
warna dan kekeruhan) dibutuhkan oleh larutan hasil pencampuran isi tabung ke-6 dan
tabung ke-1. Hal ini sesuai dengan pendapat Petrucci (1987), yaitu semakin banyak
pengenceran, maka konsentrasi larutan semakin kecil, yaitu di mana isi tabung ke-6
merupakan hasil dua kali pengenceran (pengenceran pertama terjadi pada larutan di
dalam tabung ke-5). Dengan demikian, konsentrasi asam klorida (HCl) yang semula 0,5
N pada percobaan pertama di mana Na2S2O3 dibuat konstan dan konsentrasi Na2S2O3
yang semula 0,1 N pada percobaan kedua di mana asam klorida (HCl) dibuat konstan
berubah menjadi lebih kecil akibat proses pengenceran tersebut.
perubahan warna menjadi putih susu. Dan, pada percobaan dimana larutan dipanaskan
hingga suhu 100C, dibutuhkan waktu sebesar 6 detik untuk bereaksi menghasilkan
warna putih susu tua. Menurut Rogers (1986), suhu tinggi dapat meningkatkan
kecepatan reaksi. Hal tersebut sesuai dengan hasil percobaan ini.
Tabung ke-1 dan ke-2 reaksinya berlangsung dengan cepat, karena pada kedua tabung
tersebut dilakukan penambahan MnSO4 yang menyebabkan dihasilkannya ion Mn2+
yang bertindak sebagai katalisator. Menurut Day & Underwood (1992), hasil reaksi
yang bertindak sebagai katalisator untuk mengkatalis reaksi selanjutnya disebut
autokalisator. Tabung ke-1 reaksinya berlangsung paling cepat, karena ion Mn +2 yang
dihasilkan paling banyak karena penambahan MnSO4 paling banyak, yaitu 4 ml 1 N.
Sedangkan kecepatan reaksi tabung ke-2 menjadi berkurang karena pengenceran larutan
dengan penambahan 3 ml H2O, sehingga ion Mn+2 yang terbentuk menjadi berkurang.
Reaksi berjalan paling lambat adalah pada tabung ke-3, karena dalam tabung tersebut
tidak terbentuk ion Mn+2, sebab tidak dilakukan penambahan MnSO4 yang dapat
menghasilkan ion Mn+2 sebagai autokatalisator.
13
5. KESIMPULAN
6. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Graham, R.P. & L.H. Cragg. (1959). The Essential of Chemistry. Holt, Reinhart &
Winston, Inc. USA.
Petrucci, Ralph H. & Robert K. Wismer. (1987). General Chemistry with Qualitative
Analysis Second Editon. Macmillan Publishing Company. New York.
7. LAMPIRAN
7.1. Laporan Sementara