Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka

Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau


hasil reaksi tiap satuan waktu. Jika keadan setimbang tercapai dalam waktu
singkat, maka reaksi dapat berjalan dengan cepat. Selama reaksi berjalan,
kecepatan reaksi tidak tetap ,melainkan berubah dengan waktu pada awal
reaksi, kecepatan relatif besar, makin dekat pada keadan setimbang makin
kecil kecepatan reaksi (Tupamahu, 1992).

Kecepatan reaksi adalah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang atau
cepatnya hasil reaksi yang timbul. Laju reaksi awal ditentukan dengan
membagi perubahan konsentrasi suatu pereaksi pada permulaan reaksi dengan
interval waktu yang pendek yang melibatkan perubahan bahan tersebut.
Dengan penelitian kinetika, laju reaksi dapat dinyatakan dengan hukum :
Laju Reaksi = k.Am.Bn
Dimana: A/ B adalah konsentrasi zat
m/ n adalah orde hokum kecepatan
k adalah tetapan (Petrucci, 1987).

Persamaan kecepatan reaksi adalah hubungan konsentrasi pereaksi dengan


kecepatan reaksi. Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan kecepatan
reaksi disebut ordo reaksi. Faktor k pada persamaan kecepatan reaksi disebut
tetapan jenis reaksi. Harga k khas untuk tiap pereaksi dan hanya dipengaruhi
oleh suhu dan katalisator (Ebbing, 1987).

Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi yang telah ditentukan secara


eksperimen, sehingga kecepatan reaksi terjadi karena hasil reaksi antara dua
molekul atau ion. Biasanya reaksi bertambah cepat jika temperatur naik. Salah
satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat pereaksi harus bercampur.
Bidang batas campuran reaksi yang heterogen adalah bidang sentuh. Dengan
memperbesar bidang sentuh maka reaksi akan berjalan lebih cepat (Ebbing,
1987).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah :


1.Konsentrasi
2.Temperatur
3.Luas permukaan
4.Jenis zat (Ebbing, 1987).

Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi zat yang bereaksi
lebih besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi zat maka
semakin banyak partikel-partikel zat yang mengakibatkan seringnya terjadi
tumbukan. Dengan demikian, semakin banyak kemungkinan tumbukan
berhasil maka akan semakin banyak zat baru yang terbentuk, berarti akan
semakin cepat berlangsungnya reaksi (Hein, 1992).

Mungkin yang paling cepat mengubah kecepatan reaksi adalah dengan


menambah katalisator. Ada beberapa sifat dari katalisator yang penting.
Pertama, sedikit katalisator memberikan efek yang besar dalam kecepatan dari
reaksi. Kedua beberapa katalisator dapat mengkatalisa beberapa reaksi, tetapi
banyak juga sebuah katalisator hanya akan mempengaruhi hanya satu jenis
reaksi, contohnya adalah enzim yang dapat mempercepat reaksi dalam tubuh
kita, setiap enzim hanya melakukan satu tugas khususnya. Yang ketiga,
katalisator dapat kehilangan kemampuannya untuk mengkatalisa sebuah
reaksi bila terkontaminasi. Terakhir katalisator punya kemampuan untuk
mempercepat reaksi sehingga disebut katalisator positif, tetapi katalisator ada
yang memperlambat sehingga disebut katalisator negatif (Graham, et al.
1959).

Sifat-sifat katalisator :

Katalis memperkecil energi pengaktifan (Ea) tetapi menambah tahap


reaksi.
Katalis ikut berekasi tetapi pada akhir reaksi ditemukan lagi dalam jumlah
yang sama.
Katalis bersifat spesifik artinya suatu katalis hanya mempercepat reaksi
tertentu saja.
Dari persamaan Arhenius k = A e-Ea/RT , dapat diketahiu bila ada katalis, Ea
akan mengecil sehingga v akan membesar.
Macam-macam katalis :
a) Katalis Homogen
Bila fase katalisator sama degan fase terkatalis.
b) Katalis Heterogen
Bila fase katalisator berbeda degan fase zat yang terkatalisa.
Persyaratan kunci dalam katalis heterogen adalah bahwa pereaksi fase gas
atau larutan diadsorbsi ke permukaan katalis. Tidak semua atom-atom
permukaan sama efektifnya sebagai katalis, bagian yang efektif tersebut
disebut sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen mencakup.

c) Auto Katalis
Terjadi bila hasil reaksi akan mengkatalis reaksi selanjutnya.
Ciri khas auto katalis : reaksi itu mula-mula berjalan lambat, tetapi lama
kelamaan makin cepat (Day & Underwood, 1983).

Setiap reaksi mempunyai kecepatan. Kecepatan itu tergantung dari macam


zatnya. Makin luas permukaan zat yang bereaksi (makin halus zat) maka
reaksi akan berjalan cepat. Sehingga makin besar frekuensi tabrakan yang
terjadi karena reaksi berjalan cepat (Hein, 1992).

Energi yang dimiliki suatu molekul agar dapat bereaksi adalah energi aktivasi.
Semakin tinggi energi aktivasinya maka makin kecil fraksi molekul yang
teraktif. Sehingga reaksi yang berlangsung akan berjalan lambat (Petrucci,
1987).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar kita mengetahui pengaruh konsentrasi,
temperatur, dan katalisator terhadap kecepatan reaksi.

2. MATERI DAN METODA


2.1 Materi
2.1.1 Bahan
Pada praktikum ini bahan-bahan yang digunakan yaitu Na2S2O3 0,1 N,
HCl 0,5N, air destilata, (COOH)2 0,1 N, H2SO4 6 N, MnSO4 1 M, dan
KMnO4 0,1 N.

2.1.2 Alat
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, pipet
Mohr, pembakar gas, rak tabung reaksi, jam (timer), thermometer,
gelas piala 400 mL, korek api, kaki tiga, kasa, dan pipet tetes.

2.2 Metoda
2.2.1 Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi
Prosedur Percobaan I.
Pada percobaan I ini, konsentrasi asam klorida dibuat variable,
sedangkan konsentrasi natriumtiosulfat diambil konstan. Pertama-
tama 6 buah tabung reaksi disediakan. Lalu 3 buah (tabung 1, 2, 3)
diisi masing-masing dengan 5 ml larutan tio 0,1 N. Tabung ke
empat diisi dengan 6 ml HCl 0,5 N. Dari tabung ke- 4 dipindahkan
1 ml ke tabung 5 dan ditambahkan padanya 5 ml air. Lalu dari
tabung ke- 5 diambil 1 ml dan dipindahkan ke tabung 6, pada
tabung ini juga ditambahkan air sehingga menjadi 5 ml. Kemudian
langkah selanjutnya, isi tabung ke- 6 dituangkan ke tabung 1 lalu
dikembalikan ke tabung 6 lagi, isi tabung ke- 5 dituangkan ke
tabung 2 lalu dikembalikan ke tabung 5 lagi dan tabung ke- 4
dituang ke tabung 3 lalu dikembalikan ke tabung 4 lagi dalam
waktu yang bersamaan. Reaksi dalam tabung diamati dan dicatat
waktunya saat warnanya menjadi keruh.

Prosedur Percobaan II.


Pada percobaan II ini, konsentrasi natriumtiosulfat dibuat variable,
sedangkan konsentrasi asam klorida diambil konstan. Pertama-
tama 6 buah tabung reaksi disediakan. Lalu 3 buah (tabung 1, 2, 3)
diisi masing-masing dengan 5 ml larutan HCl 0,5 N. Tabung ke
empat diisi dengan 6 ml larutan tio 0,1 N. Dari tabung ke- 4
dipindahkan 1 ml ke tabung 5 dan ditambahkan padanya 5 ml air.
Lalu diambil 1 ml dari tabung ke- 5 dan dipindahkan ke tabung 6,
pada tabung ini juga ditambahkan air sehingga menjadi 5 ml.
Kemudian langkah selanjutnya, isi tabung ke- 6 dituangkan ke
tabung 1 lalu dikembalikan ke tabung 6 lagi, isi tabung ke- 5
dituangkan ke tabung 2 lalu dikembalikan ke tabung 5 lagi dan
tabung ke- 4 dituang ke tabung 3 lalu dikembalikan ke tabung 4
lagi dalam waktu yang bersamaan. Reaksi dalam tabung diamati
dan dicatat waktunya saat warnanya menjadi keruh.
2.2.2 Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi
Langkah pertama diambil 3 buah tabung reaksi, diisi asam yang sama
(masing-masing 5ml HCl 0,5 N) dan 3 buah tabung lain diisi dengan
larutan tio yang sama pula (masing-masing 5 ml). Sebelum itu
dipasang sebuah gelas piala yang diisi dengan air setinggi 5 6 cm di
atas api, dan dipanaskan sampai 80oC. Sebuah gelas piala lain juga
diisi sebanyak itu, dipanaskan sampai 50C. Kemudian dimasukkan ke
dalam tiap gelas piala dua buah tabung asam dan dua buah tabung tio.
Lalu dikocok isi tiap-tiap tabung beberapa kali supaya temperatur
cairan di dalamnya menjadi homogen. Setelah temperatur larutan
mencapai temperatur air dalam gelas piala (setelah direndam 5 10
menit), asam dan tio dicampurkan secara percobaan 2.2.1. Dimulai
dari tabung yang tidak dipanaskan lalu yang bersuhu 50C dan
akhirnya yang bersuhu 80oC. Setelah itu semua tabung ditaruh di atas
rak, dan diperhatikan mana yang mulai menimbulkan endapan dan
mana yang terakhir.

2.2.3 Katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi


Langkah pertama, diambil 3 buah tabung reaksi : tabung 1 diisi dengan
6 ml asam oksalat 0,1 N dan 2 ml asam sulfat 6 N, dan 4 ml MnSO 4 1
M; tabung ke- 2 diisi 6 ml asam oksalat 0,1 N, 2 ml asam sulfat 6 N, 1
ml MnSO4 dan 3 ml H2O, tabung ke- 3 diisi 6 ml asam oksalat 0,1 N
dan 2 ml asam sulfat 6 N, lalu ditambahkan 4 ml H 2O. Isi tiap tabung
dikocok. Lalu dalam setiap tabung diteteskan (lewat pipet tetes) 3 tetes
KMnO4 0,1 N. Waktu kecepatan reaksi dicatat dan amati perubahan
warna yang terjadi. Lalu diperhatikan perbedaan kecepatan reaksinya
sebagai akibat penambahan katalisator.
3. HASIL PENGAMATAN
A. Konsentrasi sebagai Faktor Kecepatan Reaksi
HCl Konstan

Percobaan Waktu (s) Warna dan kekeruhan


6 dituang 1 2.03.79 Putih bening, tidak begitu keruh
5 dituang 2 29.27 Putih sekali, agak kuning, agak keruh
4 dituang 3 32.55 Putih susu, keruh sekali

Natrium Thiosulfat Konstan

Percobaan Waktu (s) Warna dan kekeruhan


6 dituang 1 42 Agak keruh
5 dituang 2 27 Keruh, putih
4 dituang 3 23 Sangat keruh, putih

B. Temperatur sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Percobaan Waktu (s) Warna dan kekeruhan


Tidak dipanaskan 37 Agak keruh
Dipanaskan 50o 10 Keruh
Dipanaskan 80O 5 Sangat keruh

C. Katalisator sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Percobaan Waktu (s) Perubahan Warna


Tab I 25 Coklat muda bening
Tab II 33 Coklat bening
Tab III 1 menit 25 detik Ungu bening

4. PEMBAHASAN

Pada percobaan konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi didapatkan pada saat
tabung 6 dituang ke tabung 1, lalu dituang lagi ke tabung 6 waktu yang
diperlukan untuk reaksi adalah 2 menit 3,79 detik dengan warna putih bening,
tidak begitu keruh. Sedangkan pada saat tabung 5 dituang ke tabung 2, lalu
dituang lagi ke tabung 5 diperoleh waktu 29,27 detik untuk reaksinya, dengan
warna putih sekali, agak kuning, agak keruh. Pada saat tabung 4 dituang ke
tabung 3, lalu dituang lagi ke tabung 4, waktu yang diperlukan untuk reaksi
adalah 32,55 detik dengan warna putih susu, keruh sekali. Ketiganya dengan
larutan natrium tiosulfat konstan. Sedangkan yang menggunakan asam konstan
dapat diketahui pada saat tabung 6 dituang ke tabung 1, lalu dituang lagi ke
tabung 6, waktu yang diperlukan untuk reaksi adalah 42 detik dengan warna agak
keruh. Pada saat tabung 5 dituang ke tabung 4, lalu dituang lagi ke tabung 5,
waktu yang diperlukan untuk reaksi adalah 27 detik dengan warna keruh, putih.
Pada saat tabung 4 dituang ke tabung 3, lalu dituang lagi ke tabung 4, waktu yang
diperlukan untuk reaksi adalah 23 detik dengan sangat keruh, putih. Warna keruh
menunjukkan reaksi yang banyak menimbulkan endapan, yaitu reaksi yang
berlangsung paling cepat. Dari situ dapat diketahui bahwa semakin besar
konsentrasinya maka akan semakin cepat pula reaksi yang terjadi (Hein, 1992).

Pada percobaan temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi dapat diketahui pada
percobaan ketika larutan tidak dipanaskan waktu yang diperlukan 37 detik dengan
perubahan warna agak keruh. Pada percobaan dimana larutan yang dipakai
dipanaskan hingga suhu 50C, waktu yang diperlukan untuk reaksi adalah 10
detik dengan menghasilkan warna keruh. Pada percobaan dimana larutan yang
digunakan dipanaskan hingga suhu 80C dibutuhkan waktu untuk bereaksi
sebesar 5 detik dengan menghasilkan warna sangat keruh. Dari semua ini dapat
diketahui dengan bertambahnya suhu maka reaksi yang terjadi pun semakin
bertambah cepat (Ebbing, 1987).

Pada percobaan katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi dapat diketahui bahwa
katalisator dapat digunakan untuk mempercepat laju reaksi (Graham, et al. 1959).
Hal ini dapat dilihat pada tabung 1 waktu yang diperlukan sebesar 25 detik
dengan perubahan warna dari coklat muda menjadi bening. Pada tabung kedua
memerlukan waktu 33 detik dengan perubahan warna dari coklat menjadi bening.
Sedang pada tabung ketiga waktu yang diperlukan adalah 1menit 25 detik dengan
perubahan warna dari ungu menjadi bening. Tabung yang pertama reaksinya
berlangsung paling cepat karena ion Mn+2 yang dihasilkan paling banyak,
kecepatan tabung reaksi ke dua menjadi berkurang karena adanya pengenceran
larutan dengan penambahan 3 ml H2O sehingga ion Mn+2 yang terbentuk menjadi
berkurang. Tabung yang ketiga reaksinya berjalan sangat lambat, karena dalam
tabung tersebut ion Mn+2 yang terbentuk dari reaksi tersebut paling sedikit.
Katalisator yang digunakan dalam percobaan ini adalah hasil dari reaksi itu
sendiri, sehingga disebut autokatalisator.

5. KESIMPULAN

Semakin tinggi temperatur maka reaksi akan berjalan makin cepat.


Makin banyak konsentrasi zat maka makin cepat pula reaksi yang
terjadi.
Katalisator ikut menentukan dalam cepat lambatnya reaksi. Dengan
adanya katalisator maka reaksi akan makin cepat.
Katalisator yang berasal dari hasil reaksi itu sendiri disebut
autokatalisator.
Faktor yang menentukan reaksi adalah konsentrasi, temperatur,
kalatisator, dan jenis zat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. & A.L. Underwood. ( 1983 ). Analisa kimia kuantitatif, edisi keempat.
Erlangga. Jakarta.
Ebbing, D. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. USA.

Graham, R. P. & L. H. Cragg. 1959. The Essential of Chemistry. Holt, Rinehart &
Winston, Inc. New York.

Hein, M. ( 1992 ). An Introduction to General organic and Biochemistry Fifth


Edition. Cole Publishing Company. California.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3.


Erlangga. Jakarta.

Tupamahu. ( 1992 ). Kinetika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

7. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai