Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHALUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta
saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu
pelayanan konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini
tidak lain untuk meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan
kemandirian usaha sosial ekonomi lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat
menjadi 11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki
potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan
kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik
keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat
evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan organisatoris
pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah tersebut dapat
diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya
ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi
tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia ?
2. Bagaimana pembagian umur pada lansia ?
3. Bagaimana tipologi lansia ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi penuaan ?
5. Apa masalah kesehatan pada gerontik ?
6. Bagaimana pemerintah menangani masalah kesehatan pada gerontik ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.
2. Untuk mengetahui pembagian umur.
3. Untuk mengetahui tipologi lansia.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penuaan.
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada gerontik.
6. Untuk mengetahui program pemerintah menangani masalah kesehatan pada
gerontik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN LANSIA
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu.
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai
dengan adanya perubahan dalam hidup. (Isawi, 2002)
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual. (Efendi, 2009)

2.2 PEMBAGIAN UMUR


1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia sangat lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
b. Usia Tua : 75 - 89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
3. UU No. 13 Tahun 1998
Lansia pada seseorang berusia 60 tahun keatas.

2.3 TIPOLOGI LANSIA


Tipe lansia yang paling menonjol :
1. Tipe arif dan bijaksana : lansia yang kaya akan memiliki banyak pengalaman.
2. Tipe mandiri : lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru.
3. Tipe tidak puas : lansia menentang terjadinya proses penuaan.
4. Tipe pasrah : selalu menerima dan menunggu nasib baik.

3
5. Tipe bingung : lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan
mengasingkan diri.

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN


Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1. Hereditar
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres

2.5 MASALAH KESEHATAN PADA GERONTIK


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada
dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14
I , yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
3. Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit)

4
7. Impaction (sulit buang air besar)
8. Isolation (depresi)
9. Inanition (kurang gizi)
10. Impecunity (tidak punya uang)
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
12. Insomnia (gangguan tidur)
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
14. Impotence (impotensi).

Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu
dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan
perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat
kesehatan yang seoptimal mungkin.
1. Kurang bergerak:
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan
otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas:
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua,
penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh)
seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering
dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena
air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi
pergerakannya.
3. Inkontinensia urine:
Inkontinensia urine merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan
yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Inkontinensia urine

5
merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia,
walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut
maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah
kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup
dari lansia tersebut. Lansia dengan inkontinensia urine sering mengurangi
minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan
kandung kemih. Inkontinensia urine sering pula disertai dengan inkontinensia
bowel ,yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual:
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual
dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60
sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74
tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85
tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan
dengan gangguan intelektual lainnya.
5. Infeksi:
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko
menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan
lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan
tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan
tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit:
Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat

6
menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering,
rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi):
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya
gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi
usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi,
kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat
dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai
rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi:
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering
sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan
fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian
dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi
dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian,
tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan
menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya
ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya
minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang
lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa
bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan
gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi
terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit
kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan
lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

7
9. Kurang gizi:
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat)
terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang
terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan
hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental,
gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
10. Tidak punya uang:
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia
kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu : memiliki uang yang
diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani
masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan:
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih
dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama
tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obat yang digunakan.
12. Gangguan tidur:
Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah
makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena
sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah
adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya
kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya
manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan
gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk

8
masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,
tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dini
hari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun:
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi
tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak
selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena
berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun)
maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai
obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-
lain.
14. Impotensi:
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi
paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS)
bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang
diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari
disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam
alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga
berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan (Siburian,
2009).

2.6 PROGRAM PEMERINTAH MENGATASI MASALAH KESEHATAN


GERONTIK
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia

9
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Sasaran Posyandu lansia :


1. Sasaran langsung :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th)
b. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th)
c. Kelompok usia sangat lanjut (65 th > )
2. Sasaran tidak langsung :
a. Keluarga dimana usia lanjut berada.
b. Organisasi sosial yang peduli.
c. Petugas kesehatan.
d. Masyarakat luas.

Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan :


1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan seperti makan dan minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, BAK, BAB.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mentl
emosional.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
5. Pemeriksaan gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
diabetes melitus.
6. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
7. Penyuluhan kesehatan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai
dengan adanya perubahan dalam hidup. (Isawi, 2002)
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa,
yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I , yaitu :
Immobility, Instability, Incontinence, Intellectual impairment, Infection,
Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence,
skin integrity, Impaction, Isolation, Inanition, Impecunity, Iatrogenesis, Insomnia,
Immune deficiency, Impotence (impotensi).

3.2 SARAN
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah Masalah kesehatan
pada gerontik sehingga lansia merasa tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada
lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan
nyaman.

11
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta:
Sagung Seto
Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2012 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-
doc-d189511678
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai