1
Program Studi Keperawatan Nabire, Politeknik Kesehatan Jayapura
2
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, Makassar, 3 Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alamat Korespondensi :
Ester
Program Studi Keperawatan Nabire
Politeknik Kesehatan Jayapura,
HP: 081354047695
Email: esterkorani@gmail.com
Abstrak
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium
yang ditularkan oleh nyamuk anopheles dan hingga saat ini malaria masih menjadi masalah
kesehatan yang utama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku
etnis Papua mengenai penyakit Malaria di Kabupaten Nabire. Penelitian dilaksanakan di
Kabupaten Nabire dengan desain kualitatif berupa pendekatan fenomenologis, Pengumpulan
informasi dilakukan melalui Wawancara Mendalam dan Observasi Partisipasi Pasif. Penentuan
informan dalam penelitian dilakukan dengan metode Purpossive sampling. Informan dalam
penelitian ini adalah penderita malaria dan Tokoh Masyarakat dan petugas kesehatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat etnis Papua memiliki pemahaman tentang penyakit
malaria berdasarkan kepercayaan dan pengalaman yang mereka miliki, informan tidak dapat
menyebutkan secara tepat penyebab langsung dan cara penularan malaria. Keputusan masyarakat
dalam melakukan pencegahan dan pengobatan malaria dilakukan sesuai dengan petunjuk dari
orang yang dianggap penting terutama dari keluarga, Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan
merupakan faktor pendukung dalam penanggulangan malaria, serta kebiasaan masyarakat etnis
Papua yang sering berada diluar rumah pada malam hari meningkatkan resiko terkena malaria.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang malaria (penyebab, tanda dan
gejala) yang dimiliki oleh masyarakat etnis Papua masih sangat rendah, dukungan tokoh
masyarakat tidak diperoleh dengan maksimal, ketersediaan sumber daya dalam penanggulangan
malaria oleh etnis Papua belum maksimal serta sosial budaya yang kurang mendukung dalam
penanggulangan malaria.
Abstrack
Malaria is an infectious disease caused by the parasite Plasmodium genus which is transmitted by
the Anopheles mosquito,until now malaria remains a major health problem in Indonesia.. This
study aims to describe the behavior of ethnic Papuans Malaria in Nabire. The experiment was
conducted in Nabire to design a qualitative phenomenological approach, gathering information
carried through in-depth interviews and observations Passive Participation. Determination of the
informants in the study conducted by purposive sampling method. Informants in this study were
patients with malaria and community leaders and health workers. The results showed that the
ethnic Papuan people have an understanding of malaria based on trust and experience they have,
the informant could not exactly mention the direct cause and mode of transmission of malaria. The
decision in the prevention and treatment of malaria conducted in accordance with the instructions
of the person who is considered important primarily of family, availability of health infrastructure
is a contributing factor in the prevention of malaria, as well as the habits of ethnic Papuans who
often are outside the house at night increases the risk of malaria . Conclusion The study showed
that knowledge about malaria (causes, signs and symptoms) are owned by ethnic Papuan society
is still very low, the support of community leaders is not obtained to the maximum, the availability
of resources in the prevention of malaria by Papuan ethnic socio-cultural is not maximized and
less support in malaria prevention.
2
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus
Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan ikterus (Harijanto,
2009). Hingga saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan yang utama di
Indonesia.
Data dari dinas kesehatan Nabire menunjukkan bahwa angka kejadian
malaria berupa AMI (Annual Malariae Incidence) tahun 2010 sebesar 176,9 per
1000 dan tahun 2011 sebesar 168,7 per 1000, angka ini menempatkan Kabupaten
Nabire berada pada level High Area. Perilaku yang demikian, tidak dapat
dipungkiri dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah konsep pemikiran dan
perasaan berupa pengetahuan etnis papua tentang penanggulangan malaria di
kabupaten Nabire.
Selain faktor pengetahuan, penderita malaria pada etnis papua sangat
membutuhkan dukungan moril maupun materil dari orang yang dianggap penting
dalam kelompoknya. Orang yang dianggap penting tersebut bisa didapatkan dari
orang terdekat dalam hal ini keluarga atau dari tokoh masyarakat atau tokoh adat.
Konsep ketersediaan sumber daya termasuk akses informasi dan fasilitas
kesehatan yang cenderung sulit untuk dijangkau etnis papua , terlebih yang berada
di daerah-daerah terpencil sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.
Disamping itu, hal lain yang juga penting dalam upaya penanggulangan
malaria adalah budaya. Hasil penelitian Ningsih, dkk (2010) di Sulawesi Tengah
mengungkapkan bahwa kepercayaan masyarakat mengenai penyakit malaria, cara
pengobatan dan cara pencegahan malaria masih sangat kuat memegang adat
istiadat dalam hal penyembuhan dan mempersepsikan suatu penyakit. Di Papua
sendiri terdapat berbagai suku bangsa dengan ragam kebiasaan dan perilaku yang
juga merupakan faktor berpengaruh dalam menunjang keberhasilan partisipasi
masyarakat dalam program pengendalian malaria.
Memperhatikan situasi sosial masyarakat etnis papua di Kabupaten
Nabire serta hasil-hasil penelitian tersebut diatas memperlihatkan fakta
determinan perilaku etnis Papua dalam penanggulangan malaria. Olehnya itu,
3
penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui gambaran perilaku etnis
papua mengenai penyakit malaria di Kabupaten Nabire.
HASIL
Karakteristik Infoman
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 18 orang terdiri dari
9 orang penderita malaria, 6 orang petugas kesehatan dan 3 orang tokoh
masyarakat.
Konsep Pemikiran dan Perasaan
Pengetahuan tentang malaria
Pengetahuan informan tentang penyakit malaria meliputi pemahaman
tentang malaria, gejala fisik, penyebab, penularan, cara pencegahan dan cara
pengobatan malaria. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat
4
pada dasarnya memahami bahwa malaria merupakan penyakit berbahaya
yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih. sebagaimana kutipan
wawancara berikut :
sa juga su pernah kena malaria itu karna tongpu rumah tra bersih jadinya sa
kena malaria. Menurut saya Malaria itu berbahaya
(EW, 41 tahun)
Hasil wawancara dengan informan tentang penyebab malaria juga
menunjukkan bahwa sebagian besar informan menuturkan penyakit malaria
disebabkan oleh faktor lingkungan, berikut kutipan wawancaranya :
Malaria itu dapat kena kita kalau lingkungan kita itu kotor, banyak sampah
jadinya banyak lalat di rumah singgah dimakanan terus kita makan, jadi kita kena
malaria
(RE, 23 tahun)
5
Kendala utama dalam melakukan upaya pencegahan malaria karena
kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Selain itu, persoalan ekonomi juga masih menjadi salah satu
hambatan masyarakat dalam melakukan pencegahan malaria. Berikut kutipan
wawancara dengan Kepala Puskesmas :
Untuk pencegahannya yang susah, kesadaran mereka untuk berobat ada, tetapi
kesadaran itu untuk sementara dia sakit saja, hanya yg sekarang mereka
bagaimana mereka mencegah diri supaya dong tidak sakit malaria. Persoalan
ekonomi mencegh malaria, untuk membeli kelambu sj dia tidak mau, karena itu tdk
penting, lebih penting untuk makan dan anak sekolah, cari ikan dilaut untuk beli
beras untuk makan, kalau beli kelambu rasa rugi
(OR, 45 tahun)
6
melakukan pemeriksaan malaria. berikut kutipan wawancara dengan
informan :
Dong di puskesmas kalau tong ada datang berobat malaria biasa dong ada suruh
ambil darah dulu untuk DDR, baru dong kasi tong obat
(RE, 23 tahun)
Dukungan sosial tidak hanya dapat diperoleh dari keluarga, akan tetapi
dapat juga diperoleh dari tokoh masyarakat setempat. Adapun bentuk
dukungan yang diberikan oleh kader posyandu (sebagai tokoh masyarakat)
7
kepada penderita malaria adalah informasi tentang obat malaria, terutama
pengobatan secara tradisional. Berikut kutipan wawancara dengan informan :
itu kader posyandu biasa kasi tahu kalau ada sakit minum obat ini, ada suruh
rebus daun pepaya baru minum diapu air, kalau saya malaria saya coba minum itu,
bagus memang saya rasa
(LG, 26 tahun)
Berbeda hal-nya dengan kepala suku yang hanya berperan dalam hal
pemerintahan wilayah setempat, adapun masalah kesehatan diserahkan
kepada pihak puskesmas untuk mengatasinya. Berikut kutipan wawancara
dengan informan :
kalau masalah kesehatan itu kita serahkan sama yang ahlinya saja pegawai di
puskesmas kita kan tidak tau kalau permasalahan itu, kalau masalah pemerintahan
kita yang pegang karena kan itu bagian dari tugas. Tapi itu kalau masalah
kebersihan lingkungan tetap kita sampaikan untuk bersihkan lingkungannya karena
itu masyarakat kalau tidak disampaikan biasa malas juga kerja
(EW, 41 tahun)
8
itu masalah disini masih banyak peralatan laboratorium yang tidak tersedia, tidak
ada mikroskop bagaimana kita mau DDR, ada RDT dari dinas tapi kadang kita
minta mereka bilang habis, bulan Januari kemarin saja stok RDT kita habis jadi
pemeriksaan malaria secara klinis saja.
(MS, 30 tahun)
biasa tidak ada uang kalau datang berobat ke puskesmas. Kalau ambil obat tidak
bayar. Cuma itu kalau mau DDR/RDT harus bayar kadang tidak ada uang jadi
tidak ke puskesmas saja
(LG, 26 tahun)
tidak pernah ada informasi tentang malaria jadi masyarakat kurang paham
bagaimana itu malaria. Petugas kalau datang posyandu paling imunisasi tidak
pernah ada penyuluhan tentang malaria. begitu juga kalau ada pertemuan di
puskesmas tidak pernah di sampaikan tentang malaria
(WR, 56 tahun)
9
rambutan orang akan rentan terkena malaria karena konsumsi rambutan yang
berlebihan. Berikut kutipan wawancara dengan informan :
Masyarakat disini itu kalau musim rambutan gampang itu kena malaria karna
mereka makan terlalu banyak rambutan jadi dong gampang kena malaria
(EW, 41 tahun)
Sekarang ini musim rambutan dan banyak anak-anak yang sakit malaria datang
kemari berobat
(AM, 48 tahun)
10
Masyarakat juga memiliki kebiasaan menonton beramai ramai,
mengingat hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki Televisi sehingga
mereka cenderung berkumpul di suatu rumah untuk menonton. Berikut
kutipan wawancara dengan informan :
dorang biasa nonton sama-sama dikios, dorang tidak ada TV di rumah jadi dong
pergi nonton di rumah tetangga kalau malam
(TM, 19 tahun)
kitong biasa pake obat nyamuk yang dibakar saja kalau ada nyamuk, kalau yang
lain tong tra biasa pake.
(AT, 25 tahun)
pencegahan malaria itu susah di masyarakat karena mereka tidak sadar kalau itu
penting. Contohnya saja kalau di suruh beli kelambu, mereka tidak beli itu karena
dia fikir itu tidak penting. Itu juga masyarakat disini selalunya mengharapkan
bantuan dari pemerintah jadi kalau tidak ada bantuan bagaimana
(KM, 39 tahun)
11
PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan bahwa perilaku masyarakat etnis Papua
terhadap malaria umumnya berdasarkan pengalaman. Hal ini dapat dilihat dari
pemahaman masyarakat tentang malaria yang secara umum diungkapkan
berdasarkan pengalaman yang mereka alami ketika sakit, mereka belum dapat
menyebutkan dengan tepat penyebab langsung malaria. Pada dasarnya
pemahaman masyarakat tentang malaria masih sangat minim. Pengetahauan
masyarakat tentang kesehatan terutama malaria yang masih sangat minim ini
sangat berpengaruh terhadap cara masyarakat dalam menyikapi masalah
kesehatan khususnya malaria, sehingga masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Sebagian masyarakat belum mengetahui tempat-tempat perindukan
dari malaria, bahkan masyarakat pun belum mengetahui waktu atau jamnya
nyamuk Anopheles menggigit. Sehingga masyarakat tidak melakukan tindakan
yang dapat mencegah malaria.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
yang menggunakan pengobatan tradisional yang mereka percayai dapat
menyembuhkan malaria. Bahkan terkadang juga masyarakat tidak melakukan
upaya apapun untuk mengobati penyakit yang dideritanya karena mereka
menganggap hal itu tidak berbahaya selama mereka masih bisa melakukan
pekerjaan sehari sehari.
Menurut Notoatmodjo, perilaku lain juga dapat terjadi yaitu masyarakat
mencari pengobatan dengan membeli obat-obat di warung-warung obat dan
sejenisnya. Pilihan terhadap pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
dan dokter hanyalah pilihan terakhir dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Capah (2008) menyebutkan bahwa masyarakat mencari pengobatan
bila penyakit sudah semakin parah sehingga dapat menjadi sumber penularan
yang potensial bagi orang lain disekitarnya.
Perilaku masyarakat dalam melakukan pencegahan dan pengobatan
malaria juga dipengaruhi oleh referensi seseorang yang dijadikan panutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keputusan
12
masyarakat dalam melakukan pencegahan dan pengobatan malaria dilakukan
sesuai dengan petunjuk dari orang yang dianggap penting terutama dari
keluarga.
Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian
dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh
kepada penderita, akan banyak membantu dalam penatalaksanaan pengobatan
malaria. Dalam pengalaman praktek sering kali dijumpai sikap negativistik
(penolakan) dari pihak keluarga. Mungkin karena ketidaktahuan (ignorancy)
ataupun kepercayaan tradisional tentang penyebab dan pengobatan malaria,
maka dokter seringkali kehilangan peluang yang baik (momentum) untuk
melakukan tindakan ini.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dari tokoh
masyarakat masih sangat minim. Tidak adanya dukungan sosial tokoh
masyarakat terlihat baik di daerah pesisir maupun di daerah pegunungan.
Padahal jika saja peran tokoh masyarakat ini dimaksimalkan maka tentunya
akan memberikan dampak terhadap perilaku penanggunalang malaria karena
tokoh masyarakat merupakan figur yang seringkali sangat mudah
mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
Menurut Notoatmojo (2003) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, diantaranya adanya fasilitas atau sarana dan faktor pendukung
(support) dari pihak lain. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
khusus dalam hubungannya dengan kejadian malaria adalah belum tersedianya
sarana laboratorium dan tenaganya untuk menunjang penegakan diagnosis dan
pengobatan yang tepat. Meskipun dari segi aksesibilitas sarana kesehatan
mudah untuk dijangkau namun yang menjadi kendala adalah keterbatasan
finansial masyarakat ketika akan mengakses layanan. Hal ini diperparah
dengan kebiasaan masyarakat yang mencari pengobatan ketika keadaan sudah
parah/berat serta kebiasaan masyarakat menggunakan pengobatan secara
tradisional menjadi penghambat dalam pelaksanaan pengobatan malaria.
13
Penelitian Davy C.P, dkk (2010) mengungkapkan bahwa meskipun
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dijangkau namun ditemukan
bahwa pengobatan tradisional masih menjadi pilihan yang umum bagi
masyarakat PNG dalam mengobati malaria.
Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari
kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat
ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Perilaku normal adalah
salah satu aspek dari kebudayaan den selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Di masyarakat terdapat perbedaan
dalam meresponi interaksi terhadap penyakit. Masyarakat memiliki pandangan
yang beraneka ragam mengenai konsep sehat-sakit (Notoatmodjo, 1993).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan keyakinan
etnis Papua masih kental dengan budaya setempat. Sebagaimana dengan
wawancara mendalam salah satu informan yang memahami bahwa seseorang
akan rentang menderita malaria pada saat musim rambutan.
Permasalahan lainnya yang menjadi faktor penyebab masih tingginya
kejadian malaria di Kabupaten Nabire adalah adanya kebiasaan masyarakat
mengadakan kegiatan atau acara pada malam hari. Kebiasaan masyarakat
berada diluar rumah sampai larut malam, dimana vektor yang bersifat eksofilik
dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan
masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan
lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan
menggunakan anti nyamuk (Friaraiyatini, 2006).
14
daya dan sarana dalam penanggulangan penyakit malaria di Kabupaten Nabire
belum berjalan optimal walaupun dari aksessibilitas mudah terjangkau oleh
masyarakat; 4) Konsep budaya berupa adanya pemberian pengobatan
tradisional sebagai upaya pertolongan pertama terhadap penyakit malaria yang
dilakukan masyarakat berdasarkan kebiasaan yang dilakukan dalam
masyarakatnya secara turun temurun.
Adapun saran dari penelitian ini adalah memaksimalkan peran petugas
kesehatan khususnya petugas promkes dalam memberikan pemahaman yang
benar tentang penyakit malaria melalui berbagai media; Dinas kesehatan
kabupaten Nabire perlu mengevaluasi kembali program-program pengendalian
dan pemberantasan penyakit malaria yang telah dilaksanakan, dan
maksimalisasi peran tokoh masyarakat yang ada terutama kepala-kepala suku
dalam mendukung upaya penanggulangan malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, (1994). Fungsional Attributes of Biodiversity in landuse System: In
D.J. Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable
land Use. CAB International. Oxon.
Capah, T. (2008). Kajian Perencanaan Manajemen Lingkungan Dalam
Program Pengendalian Malaria di Kabupaten Asmat. Tesis,
Universitas Diponegoro.
Davy, CP., Sicuri,E.,Ome,M.,at all. (2010). Seeking treatment for symptomatic
malaria in Papua New Guinea. http://www.Malaria journal .
com/content/9/1/268 diakses tanggal 8 Mei 2013
Friaraiyatini, Keman, S., Yudhastuti R. (2006). Pengaruh Lingkungan dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kab. Barito
Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol.2, No.2 Januari 2006: hal 121-128.
Harijanto, P.N, Nugroho, Agung dan Gunawan, Carta A,. (2009). Malaria : dari
Molekuler ke Klinis. Ed.2. EGC : Jakarta
Ningsi, Erlan, A., dan Puryadi. (2011). Aspek Sosial Budaya Masyarakat
Berkaitan Dengan Kejadian Malaria Didesa Sidoan Kabupaten Parigi
Moutong Sulawesi Tengah.
Notoatmodjo S.(1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku
Kesehatan. Depok: Program Studi IKM kekhususan pendidikan kesehatan
dan ilmu perilaku.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
15
Notoatmojo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT Rineka
Cipta: Jakarta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-7. Alfabeta:
Jakarta
Lampiran :
Tabel 1
Karakteristik Informan Penelitian
16