Anda di halaman 1dari 2

Anemia pada Remaja Perempuan

Bagi kaum perempuan, hamil dan melahirkan merupakan bagian dari


kehidupan normalnya. Perhatian akan kesehatan terutama kesehatan yang
berkaitan dengan proses reproduksi menjadi sangat penting. Dalam hal ini
remaja perempuan harus memperhatikan masalah anemia atau sering disebut
dengan penyakit kurang darah.

Anemia masih banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Pada tahun 1995,
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57% anak
perempuan (10-14 tahun) dan 39.5% perempuan (15-45 tahun) diketahui
menderita anemia.

Keadaan tersebut nampaknya tidak mengalami banyak perubahan apalagi


negara kita sedang dalam krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/99 di 2 propinsi yaitu Jawa
Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan bahwa
sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70%
calon pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Sampel dalam
penelitian tersebut adalah 238 remaja putri dan 180 calon pengantin wanita.

Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh.
Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat
badan rendah (kurang dari 2.5 kg). Di samping itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan.

Tanda-tanda bila Menderita Anemia

Anemia atau kurang darah tidak sama dengan darah rendah. Secara medis
jika kita ingin mengetahui kalau kita menderita anemia adalah dengan
melakukan pemeriksaan haemoglobin darah (Hb).

Namun secara sederhana tanda-tanda anemia dapat dilihat dari:

mudah lelah,
muka pucat,
tidak bersemangat,
mudah mengantuk,
dan mudah pusing.

Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki

Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar daripada pada
laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis
mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi
untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut
tidak terjadi pada laki-laki.

Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan zat besi meningkat 3
kali dibanding dengan pada waktu sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan
kebutuhan perkembangan janin yang dikandungnya.

Faktor yang menyebabkan tingginya anemia di kalangan perempuan

Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk kondisi


anemia di kalangan perempuan Indonesia, antara lain :
Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani.
Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan.
Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomor duakan perempuan
dalam hal makanan.
Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan
hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis.
Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi
makanan bergizi.

Hal-hal yang perlu dilakukan agar kita terhindar dari anemia

Mengkonsumsi makanan bergizi. Makanan bergizi tidak harus makanan


mahal. Mintalah saran pada petugas kesehatan mengenai makanan yang ada
di sekitar tempat tinggal kita yang baik untuk dikonsumsi agar kita terhindar
dari anemia.

Kita juga dapat mengkonsumsi tablet besi atau di banyak tempat dikenal
dengan tablet tambah darah. Perhatikan dosis dan aturan minum yang
dianjurkan sehingga tidak berdampak negatif bagi kesehatan kita.

Anda mungkin juga menyukai