PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sepanjang pantai. Umumnya, pasir besi terdiri atas mineral opak yang telah bercampur
dengan butiran-butiran dari mineral non-logam, seperti Kuarsa, Kalsit, Feldspar, Piroksen
dan Biotit. Mineral opak yang terkandung dalam pasir besi antara lain Magnetite,
Titaniferousmagnetite, Ilmenite, Limonite dan Hematite. Pasir besi memiliki warna hitam,
kilap logam, berat jenis 1,8 ton/m, dan ukuran butirnya adalah dari 116 mm sampai 2
mm. Pasir besi di Indonesia termasuk salah satu bahan baku dasar dalam industri baja.
Selain itu, pasir besi dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri semen
dalam pembuatan beton, bahan dasar tinta kering (toner), bahan utama untuk pita
kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat serta bahan dasar untuk industri
magnet permanen (Achmad, 2015).
Endapan besi yang ditemukan di Indonesia umumnya terdiri dari tiga jenis
endapan, yaitu bijih besi laterit, besi primer, besi sedimen dan pasir besi. Berdasarkan
data Pusat Sumber Daya Geologi 2012 Sumber Daya dan Cadangan Mineral Besi,
khususnya pasir besi ialah berupa sumberdaya sebesar 2.121.342.036,95 ton dan
cadangan sebesar 173.810.400,00 ton. Potensi dan sebaran dari pasir besi banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia seperti: Pantai Barat Sumatra, Pantai Selatan
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua (Sandria,
2015)
Mineral yang terdapat dalam endapan pasir besi seperti Ilmenit (FeTiO3) dapat
berasosiasi dengan oksida Titanium. Mineral Ilmenit mengandung hampir 53% Rutile
(TiO2) yang merupakan mineral penting untuk pengolahan Titanium. Untuk
mendapatkan TiO2, maka kandungan besi dalam ilmenit harus dipisahkan terlebih
dahulu. Titanium biasa dimanfaatkan untuk alat kesehatan seperti bahan untuk pen
karena memiliki karakteristik yang ringan dan kuat. Selain bidang kesehatan, titanium
dimanfaatkan pula untuk bidang penerbangan dan otomotif. Kandungan Titanium ini
biasanya hadir sebagai mineral pengganggu, sehingga kadar besi dalam pasir besi relatif
rendah. Sehingga, pemanfaatan pasir besi menjadi kurang sesuai untuk bahan baku
pembuatan besi. Selain Titanium, mineral oksida lain yang berasosiasi di dalam pasir
besi ialah Vanadium. Endapan pasir besi di pesisir pantai selatan, tepatnya di pesisir
selatan Kulon Progo memiliki kandungan Vanadium, di luar kandungan besi dan Titanium
(Sandria,2015).
4
2.2 Genesis Pasir Besi
Endapan pasir besi bersumber dari batuan gunung berapi dengan sebaran
gunung api di Indonesia berada pada bagian barat Pulau Sumatra dan bagian selatan
Pulau Jawa. Sehingga pasir besi lebih banyak ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa
dan pantai bagian barat Pulau Sumatra. Hal ini dikarenakan material yang tertransport
pada bagian selatan Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa mengalami transportasi yang
lebih dekat jaraknya. Sedangkan, bagian timur dari Pulau Sumatera dan bagian utara
Pulau Jawa, jarak transportasi material dari erupsi gunung api cenderung lebih jauh.
Sehingga, material dari sumber/asal sudah habis terlebih dahulu selama proses
transportasi (Sandri,2015).
Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan
dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat. Pembentukan pasir besi adalah
merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah
hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat
dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika. Di daerah pantai selatan
Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil
desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus
air, pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan (Bambang, 2005).
Endapan pasir besi tergolong ke dalam endapan sedimenter (placer deposit).
Endapan sedimenter adalah endapan hasil proses pelapukan, kemudian mengalami
transportasi dan terkonsentrasi secara mekanis melalui perbedaan sifat fisik dari
mineralmineral penyusunnya. Endapan pasir besi merupakan endapan sedimenter pantai
(beach placer). Endapan pasir besi awalnya terbentuk karena proses pelapukan batuan
andesitik maupun basaltik. Selama proses pelapukan, batuan mengalami erosi dan
tertransportasi ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi, batuan-
batuan tersebut mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga menjadi
partikel yang ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air laut
partikel-partikel yang telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang kembali
membawa bahanbahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan akan terpisah
dari bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan terkonsentrasi dan
terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan (Sandri, 2015).
Endapan pasir besi awalnya terbentuk karena proses pelapukan batuan andesitik
maupun basaltik. Selama proses pelapukan, batuan mengalami erosi dan tertransportasi
5
ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi, batuan-batuan tersebut
mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga menjadi partikel yang
ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air laut partikel-partikel yang
telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang kembali membawa
bahanbahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan akan terpisah dari
bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan terkonsentrasi dan
terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan. Perlapisan yang dihasilkan
akan menunjukkan urutan yang terbalik, yakni partikel yang lebih halus dan memiliki
kandungan mineral berat akan berada di bawah. Sedangkan, semakin ke atas, partikel
penyusun lapisan lebih kasar dan sedikit mengandung mineral berat. Perlapisan yang
terbentuk sepanjang garis pantai membentuk cebakan dari endapan pasir besi. (Sandri,
2015).
Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung parikel bijih besi (Magnetite),
yang terdapat di sepanjang pantai, terbenuk karena proses penghancuran oleh cuaca,
air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi
seperti Magnetite, Ilmenite, oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh
gelombang air laut (Pusat sumber daya geologi, 2005)
Di Pulau Flores secara umum terletak pada busur batuan vulkano-plutonik yang
masih aktif mirip dengan Pulau Jawa, dimana endapan besi mengandung Titanium
ditemukan sepanjang pantai selatan. Agaknya batuan volkanik Flores adalah merupakan
sumber utama pasir besi pantai yang ada sekarang (Subandoro, 1978).
Magnetic Separator adalah adalah suatu cara pemisahan mineral atau bijih yang
mendasarkan pada sifat kemagnetannya. Hal ini dapat dilakukan karena bijih yang
terdapat di alam mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda-beda antara bijih yang satu
dengan yang lain. Ada yang sifat kemagnetannya non magnetic (diamagnetic), lemah
(paramagnetic) dan tinggi (feromagnetic) (Sajima, 2011).
Magnetic separator memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan antara mineral-
mineral bijih. Magnetic separator digunakan untuk memisahkan mineral berharga dari
mineral-mineral pengotor yang bersifat non-magnetic. Semua material akan terkena
suatu dampak apabila didekatkan pada medan magnet, meskipun efek yang ditimbulkan
sangat lemah dan sulit untuk dideteksi (Iqbal, 2015).
6
Diamagnetic adalah salah satu sifat dari semua material. Sifat ini disebabkan oleh
medan magnet luar dan gerakan elektron dalam mengorbit inti. Karena elektron-elektron
membawa muatan, mereka akan melakukan gaya Lorenz pada saat bergerak melewati
medan magnet. Dalam konteks kemagnetan, bahan paramagnetic lebih penting
dibandingkan dengan diamagnetic. Hal ini muncul dari gambaran bahwa elektron seolah-
olah berputar (berspin) di sekitar sumbunya sambil mengorbit inti atom. Hal ini
menimbulkan sebuah spin magnetic sebagai tambahan dari momen orbital magnetiknya.
Momen magnetic total pada sebuah atom diberikan oleh penjumlahan vektor dari
momen-momen elektroniknya. Jika momen magnetic, spin dan orbital pada sebuah atom
saling menghilangkan, maka atom tersebut mempunyai momen magnetic sebesar 0.
Inilah yang disebut sifat diamagnetic. Jika penghilangannya hanya sebagian, maka atom
akan mempunyai momen magnetic permanen. Inilah yang disebut dengan
paramagnetic. Contoh dari bahan paramagnetic adalah Biotite, Pyrite, dan Siderite.
Feromagnetic lebih kuat disbandingkan dengan diamagnetic dan paramagnetic. Secara
khusus, berhubungan dengan unsur besi, nikel, dan cobalt dan juga mineral-mineral
besi oksida. Karena adanya subkulit 3d yang tidak terisi, atom-atom besi akan
menghasilkan sebuah momen magnetic pada 4 magneton Bohr (4 B). Pada kisi kristal
material feromagnetic, atom-atom yang berdekatan saling mendekati bersama secara
tepat sehingga beberapa orbit-orbit elektronnya akan overlapping dan terjadilah sebuah
interaksi yang kuat (Sunaryo, 2010).
Benda-benda paramagnetic yang sangat kuat dikelompokkan sebagai
feromagnetic dan meliputi berbagai logam, seperti besi, nikel dan kobalt serta berbagai
mineral seperti Magnetic, Pirotite dan Ilmenite. Berbagai zat dapat dipisahkan dari
bermagnet lemah atau nonmagnetic dengan menggunakan magnetic separator
intensitas rendah. Mineral-mineral seperti Hematite, Limonite dan Garnet adalah
bermagnet lemah dan dapat dipisahkan dari nonmagnetic dengan menggunakan
separator intensitas tinggi (Harrys, 2002).
Magnetic separator dibagi menjadi empat jenis yaitu (Apprilia, 2016):
1. Low intensity magnetic separator. Memisahkan material karena perbedaan
sifat magnet yang sangat besar (diamagnetic atau ferromagnetic)
2. Hight Intensity magnetic separator. Memisahkan material karena
perbedaan sifat magnet yang cukup besar (diamagnetic dan paramagnetic)
7
3. Hight Gradient. Memisahkan material karena perbedaan sifar magnetnya
sangat kecil (paramagnetic dengan paramagnetic atau feromagnetic
dengan feromagnetic)
4. Super conducting. Memisahkan sifat magnet yang memiliki sifat magnetic
yang sangat kecil (feromagnetic dengan feromagnetic yang
superkonduktor)
Magnetic separator secara luas digunakan untuk (Harrys, 2002):
1. Memisahkan besi-besi pengotor dari bijih logam yang akan digiling dengan
demikian melindungi alat penggiling,
2. Memisahkan magnet-magnet pencemar dari makanan dan produk-produk
industri,
3. Memperoleh kembali magnetic dan ferosilikon dalam metode float-sink
untuk pemekatan bijih,
4. Meningkatkan atau memekatkan bijih.
Mekanisme pemisahan menggunakan magnetic separator, yaitu (Sajima, 2011):
a. Horisontal
Pada sistem ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan dijatuhkan
melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horisontal. Maka mineral yang
bersifat magnetic akan tertarik ke arah kutub positif (yang dibuat runcing agar lebih
memusat dan kuat), sedangkan mineral non magnetic akan jatuh lurus ke bawah.
b. Vertikal
Umpan diletakkan pada belt bagian bawah, ketika melalui medan magnet akan
terjadi pemisahan antara mineral magnetic dan non magnetic. Mineral magnetic akan
menuju belt conveyor atas dan setelah keluar dari pengaruh medan magnet akan dilepas
dan ditampung dalam bak mineral magnetic. Sedangkan mineral non magnetic akan ikut
terus dengan belt conveyor bawah dan ditampung dalam bak mineral non magnetic.
c. Drum Magnetik
Pemisahan cara ini digunakan untuk material yang mempunyai sifat kemagnetan
tinggi. Ada beberapa tipe pemisahan, diantaranya:
1. Belt conveyor dengan pulley yang diberi magnet, sehingga apabila ada
material yang mengandung magnet akan tertarik kearah pulley (menempel
pada belt conveyor) dan akan terlepas setelah pengaruh kemagnetan tidak
ada. Sedangkan mineral non magnetic akan terlempar dari belt conveyor
karena gaya sentrifugal dan ditampung sebagai mineral non magnetic.
8
2. Suatu drum yang diputar pada porosnya, biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang medan magnet tetap menyudut 120o. Magnet ini
tidak ikut berputar, maka antara mineral magnetic dan non magnetic dapat
dipisahkan.
d. Roll Induksi
Perangkat ini terdiri atas suatu roll yang berputar terletak antara dua kutub positif
dan negatif dari primary electromagnet, sehingga roll tersebut dipengaruhi oleh medan
magnet. Apabila mineral dimasukkan di antara roll dengan kutub positif maka mineral
magnetic akan dapat dipisahkan dengan non magnetic. Secara umum magnetic
separator dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Primary Magnet Type
Perangkat ini menggunakan magnet langsung yang dipasang pada alat
tersebut, contohnya magnetic pulleys, drum magnetic separator dan belt
magnetic separator.
a) Magnetic Pulleys
Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet
pada separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral
magnetic akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik
saat gaya magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh
ditempat yang sudah tersedia.
b) Drum Type Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk mineral yang mempunyai sifat kemagnetan
yang kuat. Terdiri dari drum yang pada bagian dalamnya ditempatkan magnet
9
tetap (stasioner), luas magnet pada drum ini lebih kurang sepertiga bagian
dari kelilingnya.
Material yang menempel adalah yang bersifat magnetic kuat dan yang
non magnetic akan jatuh karena gaya gravitasinya. Drum yang digunakan
tidak hanya satu saja, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Drum-drum
tersebut diberi magnet dengan kekuatan yang tidak sama besar, dari yang
kekuatan besar terus mengecil. Hal ini dimaksudkan agar material
yangtertarik benar-benar mineral magnetic.
c) Belt Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk material yang mempunyai gaya magnetnya
lemah dengan proses kering sedangkan yang gaya kemagnetannya kuat
dengan proses basah. Contoh dari alat ini adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.
2. Secondary/Induksi Magnet Type
Alat ini terdiri dari kumparan kawat (coil) yang diberi arus listrik sehingga
menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya menimbulkan juga medan
magnet. Medan magnet ini yang menginduksi rotor sehingga rotor tersebut
bersifat magnetic. Alat ini digolongkan dalam induksi magnet
separator/secondary magnet separator type. Contohnya Dings Incuded-roll
Separator.
10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1.1 Alat.
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian adalah
sebagai berikut:
1. Kacamata safety
11
3. ATK (alat tulis kantor)
12
6. Magnetic Separator
13
2.2 Prosedur Percobaan
14
BAB IV
4.1. Hasil
15
a. Feromagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%
478
% 1 = 100%
1407.5
% 1 = 34.012 %
2
% 2 = 100%
458.46
% 2 = 100%
1407.5
% 2 = 32,57 %
3
% 3 = 100%
470.21
% 3 = 100%
1407.5
% 3 = 33.41 %
b. Paramagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%
2445.07
% 1 = 100%
7374.2
% 1 = 33.16 %
2
% 2 = 100%
3477.94
% 2 = 100%
7374.2
% 2 = 30.60 %
3
% 3 = 100%
2451.15
% 3 = 100%
7374.2
% 3 = 33.24 %
c. Diamagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%
12.24
% 1 = 100%
31.43
% 1 = 38.94 %
16
2
% 2 = 100%
9.49
% 2 = 100%
31.43
% 2 = 30.86 %
3
% 3 = 100%
9.7
% 3 = 100%
31.43
% 3 = 30.19 %
d. Feromagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%
187.43
% 1 = 100%
865.43
% 1 = 21.66 %
2
% 2 = 100%
359.4
% 2 = 100%
865.43
% 2 = 41.53 %
3
% 3 = 100%
318.6
% 3 = 100%
865.43
% 3 = 36.81 %
e. Paramagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%
1175.8
% 1 = 100%
5427.58
% 1 = 21.66 %
2
% 2 = 100%
2112.38
% 2 = 100%
5427.58
% 2 = 38.92%
3
% 3 = 100%
17
2139.4
% 3 = 100%
5427.58
% 3 = 39.42 %
f. Diamagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%
1542.25
% 1 = 100%
2257.45
% 1 = 68.32 %
2
% 2 = 100%
355.4
% 2 = 100%
2257.45
% 2 = 15.74 %
3
% 3 = 100%
359.8
% 3 = 100%
2257.45
% 3 = 15.93 %
4.2.2 Grafik
a. Feromagnetik (100 rpm)
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20
Menit
18
b. Paramagnetik (100 rpm)
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20
Menit
19
d. Feromagnetik (200 rpm)
30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Menit
30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Menit
20
f. Diamagnetik (200 rpm)
4.3 Pembahasan
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
23
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Praktikan merupakan komponen utama dalam kelancaran praktikum sehingga
diharapkan kepada praktikan lebih tertib dan menjaga sikap selama praktikum
berlangsung demi kelancaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Feri, Sandri. 2015. Genesa bahan galian endapan pasir besi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
24
Juanzah, Achmad. 2015. Genesa bahan galian. https://www.academia.edu/20318518/
Genesa_Bahan_Galian_Pasir_Besi. Diakses pada 9 november 2016
Pusat Sumber Daya Geologi. 2005. Pedoman teknis eksplorasi pasir besi.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%201%20no.%202%20t
hn%202006/pedoman%20pasir%20besi.pdf. Diakses pada 9 november 2016
Putri, Aprilia. 2016. Magnetic separator dan electrostatic separator. Bandung: Universitas
Islam Bandung.
Sajima dkk. 2011. Peningkatan kadar zirkon untuk umpan proses peleburan pada
pembuatan natrium zirkonat. http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/BP8-
Sajima.pdf. Diakses pada 9 november 2016
Siregar, Harrys. 2002. Metode pemisahan secara magnetic: aplikasi fisika magnet dalam
alat proses teknik kimia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/1342/1/kimia-harrys.pdf. Diakses pada 9 november 2016
Subandoro dan Pudjowaluyo. 1978. Iron sand occurrences in the coastal areas of Flores,
mineral resources in asian offshore areas, CCOP. Singapore.
W, Bambang N. 2005. Penyelidikan endapan pasir besi di daerah pesisir selatan ende -
flores provinsi nusa tenggara timur. http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%
202005/mineral/Makalah%20Pasirbesi_Ende.pdf . Diakses pada 9 november
2016
Yulianto, A dan Bijaksana, S. 2002. Karateriksasi magnetik dari pasir besi Cilacap.
Himpunan Fisika Indonesia. Jurnal Fisika HFI. Vol A5 No. 0527.
25