Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum pengolahan mineral merupakan suatu proses pengolahan bahan


galian atau mineral hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga, yang terdapatnya bersama-sama (gangue mineral).
Proses pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik
dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral
tersebut, sehingga terjadi liberasi sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu
sama lain. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau
berbeda sifat fisiknya. Banyak teknologi yang dipakai dalam pengolahan sumber daya
mineral salah satunya adalah magnetic separator.
Magnetic separator adalah salah satu alat pengolahan bahan galian pada tahapan
konsentrasi dimana dalam prosesnya mineral bijih dipisah antara magnetic dan non-
magnetic. Alat ini menggunakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetan dari mineral-mineral yang dimiliki oleh bahan galian. Alat magnetic
separator dalam dunia industri, khususnya industri pertambangan dibuat dengan tipe
atau model berkapasitas besar yang nantinya dapat menentukan tingkat kuantitas dari
hasil yang diperoleh, tetapi alat magnetic separator ini juga dapat dibuat dengan
kapasitas kecil untuk dipakai pada skala laboratorium dikampus ataupun pada usaha-
usaha kecil pengolahan sumber daya mineral yang dikelola masyarakat. Elemen mesin
menjadi salah satu faktor pendukung yang penting karena mempengaruhi secara
langsung mekanisme kerja dari magnetic separator sehingga untuk menentukan elemen
mesin yang tepat diperlukan analisis perhitungan agar proses pengolahan sumber daya
mineral dapat berjalan dengan optimal.
Praktikum kali ini dilakukan agar lebih memahami proses pemisahan material
serta mekanisme kerja dari alat magnetic separator, dan menganalisis data yang
diperoleh. Proses pemisahan material dengan meggunakan magnetic separator sangat
penting dilakukan untuk mendapatkan spesifikasi material berdasarkan sifat
kemagnetannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum magnetic separator pengolahan


bahan galian, yaitu:
1. Bagaimana mekanisme atau proses kerja dari magnetic separator pada
pengolahan bahan galian?
2. Bagaimanakah hasil dari proses magnetic separator pada pengolahan bahan
galian?

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan yang terdapat pada praktikum magnetic separator pengolahan bahan


galian kali ini, yaitu:
1. Memahami mekanisme atau proses kerja dari magnetic separator pada
pengolahan bahan galian.
2. Mengetahui hasil dari proses magnetic separator pada pengolahan bahan
galian.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh dari praktikum magnetic separator pengolahan bahan


galian kali ini, yaitu:
1. Mengetahui mekanisme dari magnetic separator yang diigunakan selama
praktikum pengolahan bahan galian.
2. Mengetahui cara melakukan perhitungan hasil dari proses magnetic
separator pada praktikum pengolahan bahan galian.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Besi

Pasir besi yang mengandung mineral-mineral magnetic banyak terdapat di


daerah pantai, sungai, dan pegunungan vulkanik. Indonesia yang merupakan negara
kepulauan sudah pasti memiliki muara-muara sungai yang banyak di samping wilayah
pantai yang sangat luas. Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang selain telah
dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam industri semen juga mempunyai prospek
untuk dikembangkan sebagai bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan
teknologi pengolahan dan kebutuhan pasar (Pusat Sumber Daya Geologi, 2005)
Pasir adalah mineral endapan (sedimen) yang memiliki ukuran butir 0,074
0,075 mm dengan ukuran kasar (3 5 mm) dan halus (<1 mm). Berdasarkan lokasi
endapannya, dimungkinkan terjadinya perbedaan karakter fisik kandungan pasir mineral
seperti Fe, Ti, Mg, dan Si. Senyawa Magnetite (Fe3O4) adalah suatu mineral magnetic
yang biasanya terdapat di daerah pantai atau sungai. Di alam, senyawa ini dapat berasal
dari variannya, yaitu senyawa Titanomagnetite (Fe3-xTixO4(0x1)). Respon yang kuat
terhadap medan magnet luar menjadikan Magnetite sangat berguna untuk kepentingan
riset dan dalam dunia industri yang berbasis kemagnetan (Sunaryo, 2010)
Pasir besi sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri baja dan industri
alat berat lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang
sangat penting. Berbagai permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam. Pasir
besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak mengandung besi
(Fe) sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga banyak mengandung mineral-
mineral magnetic seperti Magnetite (Fe3O4), Hematite (Fe2O3), dan Maghemite (-
Fe2O3) sehingga pasir besi dapat digunakan di dalam industri lain. Magnetit dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tinta kering/toneryang biasa digunakan di
dalam mesin fotokopi dan printer laser. Maghemite adalah bahan utama pembuatan pita
kaset. Ketiga mineral tersebut juga dapat digunakan dalam industri pembuatan magnet
permanen (Yulianto, 2002).
Pasir besi merupakan salah satu bahan galian dari kelompok bijih besi, sejenis
pasir berwarna gelap yang mengandung partikel bijih besi (Magnetit) yang terdapat di

3
sepanjang pantai. Umumnya, pasir besi terdiri atas mineral opak yang telah bercampur
dengan butiran-butiran dari mineral non-logam, seperti Kuarsa, Kalsit, Feldspar, Piroksen
dan Biotit. Mineral opak yang terkandung dalam pasir besi antara lain Magnetite,
Titaniferousmagnetite, Ilmenite, Limonite dan Hematite. Pasir besi memiliki warna hitam,
kilap logam, berat jenis 1,8 ton/m, dan ukuran butirnya adalah dari 116 mm sampai 2
mm. Pasir besi di Indonesia termasuk salah satu bahan baku dasar dalam industri baja.
Selain itu, pasir besi dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri semen
dalam pembuatan beton, bahan dasar tinta kering (toner), bahan utama untuk pita
kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat serta bahan dasar untuk industri
magnet permanen (Achmad, 2015).
Endapan besi yang ditemukan di Indonesia umumnya terdiri dari tiga jenis
endapan, yaitu bijih besi laterit, besi primer, besi sedimen dan pasir besi. Berdasarkan
data Pusat Sumber Daya Geologi 2012 Sumber Daya dan Cadangan Mineral Besi,
khususnya pasir besi ialah berupa sumberdaya sebesar 2.121.342.036,95 ton dan
cadangan sebesar 173.810.400,00 ton. Potensi dan sebaran dari pasir besi banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia seperti: Pantai Barat Sumatra, Pantai Selatan
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua (Sandria,
2015)
Mineral yang terdapat dalam endapan pasir besi seperti Ilmenit (FeTiO3) dapat
berasosiasi dengan oksida Titanium. Mineral Ilmenit mengandung hampir 53% Rutile
(TiO2) yang merupakan mineral penting untuk pengolahan Titanium. Untuk
mendapatkan TiO2, maka kandungan besi dalam ilmenit harus dipisahkan terlebih
dahulu. Titanium biasa dimanfaatkan untuk alat kesehatan seperti bahan untuk pen
karena memiliki karakteristik yang ringan dan kuat. Selain bidang kesehatan, titanium
dimanfaatkan pula untuk bidang penerbangan dan otomotif. Kandungan Titanium ini
biasanya hadir sebagai mineral pengganggu, sehingga kadar besi dalam pasir besi relatif
rendah. Sehingga, pemanfaatan pasir besi menjadi kurang sesuai untuk bahan baku
pembuatan besi. Selain Titanium, mineral oksida lain yang berasosiasi di dalam pasir
besi ialah Vanadium. Endapan pasir besi di pesisir pantai selatan, tepatnya di pesisir
selatan Kulon Progo memiliki kandungan Vanadium, di luar kandungan besi dan Titanium
(Sandria,2015).

4
2.2 Genesis Pasir Besi

Endapan pasir besi bersumber dari batuan gunung berapi dengan sebaran
gunung api di Indonesia berada pada bagian barat Pulau Sumatra dan bagian selatan
Pulau Jawa. Sehingga pasir besi lebih banyak ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa
dan pantai bagian barat Pulau Sumatra. Hal ini dikarenakan material yang tertransport
pada bagian selatan Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa mengalami transportasi yang
lebih dekat jaraknya. Sedangkan, bagian timur dari Pulau Sumatera dan bagian utara
Pulau Jawa, jarak transportasi material dari erupsi gunung api cenderung lebih jauh.
Sehingga, material dari sumber/asal sudah habis terlebih dahulu selama proses
transportasi (Sandri,2015).
Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan
dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat. Pembentukan pasir besi adalah
merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah
hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat
dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika. Di daerah pantai selatan
Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil
desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus
air, pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan (Bambang, 2005).
Endapan pasir besi tergolong ke dalam endapan sedimenter (placer deposit).
Endapan sedimenter adalah endapan hasil proses pelapukan, kemudian mengalami
transportasi dan terkonsentrasi secara mekanis melalui perbedaan sifat fisik dari
mineralmineral penyusunnya. Endapan pasir besi merupakan endapan sedimenter pantai
(beach placer). Endapan pasir besi awalnya terbentuk karena proses pelapukan batuan
andesitik maupun basaltik. Selama proses pelapukan, batuan mengalami erosi dan
tertransportasi ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi, batuan-
batuan tersebut mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga menjadi
partikel yang ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air laut
partikel-partikel yang telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang kembali
membawa bahanbahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan akan terpisah
dari bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan terkonsentrasi dan
terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan (Sandri, 2015).
Endapan pasir besi awalnya terbentuk karena proses pelapukan batuan andesitik
maupun basaltik. Selama proses pelapukan, batuan mengalami erosi dan tertransportasi

5
ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi, batuan-batuan tersebut
mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga menjadi partikel yang
ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air laut partikel-partikel yang
telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang kembali membawa
bahanbahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan akan terpisah dari
bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan terkonsentrasi dan
terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan. Perlapisan yang dihasilkan
akan menunjukkan urutan yang terbalik, yakni partikel yang lebih halus dan memiliki
kandungan mineral berat akan berada di bawah. Sedangkan, semakin ke atas, partikel
penyusun lapisan lebih kasar dan sedikit mengandung mineral berat. Perlapisan yang
terbentuk sepanjang garis pantai membentuk cebakan dari endapan pasir besi. (Sandri,
2015).
Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung parikel bijih besi (Magnetite),
yang terdapat di sepanjang pantai, terbenuk karena proses penghancuran oleh cuaca,
air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi
seperti Magnetite, Ilmenite, oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh
gelombang air laut (Pusat sumber daya geologi, 2005)
Di Pulau Flores secara umum terletak pada busur batuan vulkano-plutonik yang
masih aktif mirip dengan Pulau Jawa, dimana endapan besi mengandung Titanium
ditemukan sepanjang pantai selatan. Agaknya batuan volkanik Flores adalah merupakan
sumber utama pasir besi pantai yang ada sekarang (Subandoro, 1978).

2.3 Magnetic Separator

Magnetic Separator adalah adalah suatu cara pemisahan mineral atau bijih yang
mendasarkan pada sifat kemagnetannya. Hal ini dapat dilakukan karena bijih yang
terdapat di alam mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda-beda antara bijih yang satu
dengan yang lain. Ada yang sifat kemagnetannya non magnetic (diamagnetic), lemah
(paramagnetic) dan tinggi (feromagnetic) (Sajima, 2011).
Magnetic separator memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan antara mineral-
mineral bijih. Magnetic separator digunakan untuk memisahkan mineral berharga dari
mineral-mineral pengotor yang bersifat non-magnetic. Semua material akan terkena
suatu dampak apabila didekatkan pada medan magnet, meskipun efek yang ditimbulkan
sangat lemah dan sulit untuk dideteksi (Iqbal, 2015).

6
Diamagnetic adalah salah satu sifat dari semua material. Sifat ini disebabkan oleh
medan magnet luar dan gerakan elektron dalam mengorbit inti. Karena elektron-elektron
membawa muatan, mereka akan melakukan gaya Lorenz pada saat bergerak melewati
medan magnet. Dalam konteks kemagnetan, bahan paramagnetic lebih penting
dibandingkan dengan diamagnetic. Hal ini muncul dari gambaran bahwa elektron seolah-
olah berputar (berspin) di sekitar sumbunya sambil mengorbit inti atom. Hal ini
menimbulkan sebuah spin magnetic sebagai tambahan dari momen orbital magnetiknya.
Momen magnetic total pada sebuah atom diberikan oleh penjumlahan vektor dari
momen-momen elektroniknya. Jika momen magnetic, spin dan orbital pada sebuah atom
saling menghilangkan, maka atom tersebut mempunyai momen magnetic sebesar 0.
Inilah yang disebut sifat diamagnetic. Jika penghilangannya hanya sebagian, maka atom
akan mempunyai momen magnetic permanen. Inilah yang disebut dengan
paramagnetic. Contoh dari bahan paramagnetic adalah Biotite, Pyrite, dan Siderite.
Feromagnetic lebih kuat disbandingkan dengan diamagnetic dan paramagnetic. Secara
khusus, berhubungan dengan unsur besi, nikel, dan cobalt dan juga mineral-mineral
besi oksida. Karena adanya subkulit 3d yang tidak terisi, atom-atom besi akan
menghasilkan sebuah momen magnetic pada 4 magneton Bohr (4 B). Pada kisi kristal
material feromagnetic, atom-atom yang berdekatan saling mendekati bersama secara
tepat sehingga beberapa orbit-orbit elektronnya akan overlapping dan terjadilah sebuah
interaksi yang kuat (Sunaryo, 2010).
Benda-benda paramagnetic yang sangat kuat dikelompokkan sebagai
feromagnetic dan meliputi berbagai logam, seperti besi, nikel dan kobalt serta berbagai
mineral seperti Magnetic, Pirotite dan Ilmenite. Berbagai zat dapat dipisahkan dari
bermagnet lemah atau nonmagnetic dengan menggunakan magnetic separator
intensitas rendah. Mineral-mineral seperti Hematite, Limonite dan Garnet adalah
bermagnet lemah dan dapat dipisahkan dari nonmagnetic dengan menggunakan
separator intensitas tinggi (Harrys, 2002).
Magnetic separator dibagi menjadi empat jenis yaitu (Apprilia, 2016):
1. Low intensity magnetic separator. Memisahkan material karena perbedaan
sifat magnet yang sangat besar (diamagnetic atau ferromagnetic)
2. Hight Intensity magnetic separator. Memisahkan material karena
perbedaan sifat magnet yang cukup besar (diamagnetic dan paramagnetic)

7
3. Hight Gradient. Memisahkan material karena perbedaan sifar magnetnya
sangat kecil (paramagnetic dengan paramagnetic atau feromagnetic
dengan feromagnetic)
4. Super conducting. Memisahkan sifat magnet yang memiliki sifat magnetic
yang sangat kecil (feromagnetic dengan feromagnetic yang
superkonduktor)
Magnetic separator secara luas digunakan untuk (Harrys, 2002):
1. Memisahkan besi-besi pengotor dari bijih logam yang akan digiling dengan
demikian melindungi alat penggiling,
2. Memisahkan magnet-magnet pencemar dari makanan dan produk-produk
industri,
3. Memperoleh kembali magnetic dan ferosilikon dalam metode float-sink
untuk pemekatan bijih,
4. Meningkatkan atau memekatkan bijih.
Mekanisme pemisahan menggunakan magnetic separator, yaitu (Sajima, 2011):
a. Horisontal
Pada sistem ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan dijatuhkan
melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horisontal. Maka mineral yang
bersifat magnetic akan tertarik ke arah kutub positif (yang dibuat runcing agar lebih
memusat dan kuat), sedangkan mineral non magnetic akan jatuh lurus ke bawah.
b. Vertikal
Umpan diletakkan pada belt bagian bawah, ketika melalui medan magnet akan
terjadi pemisahan antara mineral magnetic dan non magnetic. Mineral magnetic akan
menuju belt conveyor atas dan setelah keluar dari pengaruh medan magnet akan dilepas
dan ditampung dalam bak mineral magnetic. Sedangkan mineral non magnetic akan ikut
terus dengan belt conveyor bawah dan ditampung dalam bak mineral non magnetic.
c. Drum Magnetik
Pemisahan cara ini digunakan untuk material yang mempunyai sifat kemagnetan
tinggi. Ada beberapa tipe pemisahan, diantaranya:
1. Belt conveyor dengan pulley yang diberi magnet, sehingga apabila ada
material yang mengandung magnet akan tertarik kearah pulley (menempel
pada belt conveyor) dan akan terlepas setelah pengaruh kemagnetan tidak
ada. Sedangkan mineral non magnetic akan terlempar dari belt conveyor
karena gaya sentrifugal dan ditampung sebagai mineral non magnetic.

8
2. Suatu drum yang diputar pada porosnya, biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang medan magnet tetap menyudut 120o. Magnet ini
tidak ikut berputar, maka antara mineral magnetic dan non magnetic dapat
dipisahkan.
d. Roll Induksi
Perangkat ini terdiri atas suatu roll yang berputar terletak antara dua kutub positif
dan negatif dari primary electromagnet, sehingga roll tersebut dipengaruhi oleh medan
magnet. Apabila mineral dimasukkan di antara roll dengan kutub positif maka mineral
magnetic akan dapat dipisahkan dengan non magnetic. Secara umum magnetic
separator dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Primary Magnet Type
Perangkat ini menggunakan magnet langsung yang dipasang pada alat
tersebut, contohnya magnetic pulleys, drum magnetic separator dan belt
magnetic separator.
a) Magnetic Pulleys

Gambar 2.1 Magnetic pulleys (Sajima, 2011)

Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet
pada separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral
magnetic akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik
saat gaya magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh
ditempat yang sudah tersedia.
b) Drum Type Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk mineral yang mempunyai sifat kemagnetan
yang kuat. Terdiri dari drum yang pada bagian dalamnya ditempatkan magnet

9
tetap (stasioner), luas magnet pada drum ini lebih kurang sepertiga bagian
dari kelilingnya.

Gambar 2.2 Drum Type Magnetic Separator (Sajima, 2011)

Material yang menempel adalah yang bersifat magnetic kuat dan yang
non magnetic akan jatuh karena gaya gravitasinya. Drum yang digunakan
tidak hanya satu saja, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Drum-drum
tersebut diberi magnet dengan kekuatan yang tidak sama besar, dari yang
kekuatan besar terus mengecil. Hal ini dimaksudkan agar material
yangtertarik benar-benar mineral magnetic.
c) Belt Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk material yang mempunyai gaya magnetnya
lemah dengan proses kering sedangkan yang gaya kemagnetannya kuat
dengan proses basah. Contoh dari alat ini adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.
2. Secondary/Induksi Magnet Type
Alat ini terdiri dari kumparan kawat (coil) yang diberi arus listrik sehingga
menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya menimbulkan juga medan
magnet. Medan magnet ini yang menginduksi rotor sehingga rotor tersebut
bersifat magnetic. Alat ini digolongkan dalam induksi magnet
separator/secondary magnet separator type. Contohnya Dings Incuded-roll
Separator.

10
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat.
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian adalah
sebagai berikut:
1. Kacamata safety

Gambar 3.1 Kacamata safety


Berfungsi untuk melindungi mata dari debu yang beterbangan pada praktikum
pengolahan bahan galian.
2. Masker

Gambar 3.2 Masker


Berfungsi untuk melindungi hidung dari debu yang muncul selama proses
praktikum pengolahan bahan galian.

11
3. ATK (alat tulis kantor)

Gambar 3.3 ATK


Berfungsi dalam pencatatan data pada pengolahan bahan galian.
4. Kompresor

Gambar 3.4 Kompresor


Berfungsi untuk membersihkan alat dari sisa material maupun debu yang
menempel pada praktikum pengolahan bahan galian.
5. Kuas

Gambar 3.5 Kuas


Berfungsi untuk mengumpulkan sampel pada pengolahan bahan galian.

12
6. Magnetic Separator

Gambar 3.6 Magnetic separator


Merupakan alat utama yang digunakan pada proses separasi praktikum
pengolahan bahan galian.
7. Timbangan Digital

Gambar 3.7 Timbangan


Berfungsi untuk menimbang berat material pada praktikum pengolahan bahan
galian.
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian yaitu:
1. Pasir besi, sebagai feed pada magnetic separator pengolahan bahan
galian.

Gambar 3.8 Pasir besi

13
2.2 Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian


magnetic separation menggunakan magnetic separator yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memisahkan feed berdasarkan lama waktu penggerusannya (5 menit, 10
menit, dan 15 menit).
3. Feed yang akan digunakan ditimbang hingga beratnya 3 kg.
4. Mengatur alat pada kecepatan 10 rpm.
5. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu penggerusan 5 menit) ke
dalam magnetic separator.
6. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
7. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam kantong
sampel.
8. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu 10 menit) ke dalam magnetic
separator.
9. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
10. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam kantong
sampel.
11. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu 15 menit) ke dalam magnetic
separator.
12. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
13. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam kantong
sampel.
14. Mengulangi langkah 5-13 dengan mengatur alat pada kecepatan 200 rpm.

14
BAB IV

HASIL DAB PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pada percobaan pemisahan material dengan menggunakan magnetik separator


diperoloh data sebagai berikut:

4.1.1 Tabel distribusi


a. Kecepatan 100 rpm
Tabel 4.1 Data percobaan (kecepatan 100 rpm)
Material 5 menit (gr) 10 menit (gr) 15 menit (gr)
Feromagnetik 478.8 458.46 470.21
Paramagnetik 2445.07 2477.94 2451.15
Diamagnetik 12.24 9.7 9.49
Total 2936.11 2946.1 2930.85

b. Kecepatan 200 rpm


Tabel 4.2 Data percobaan (kecepatan 200 rpm)
Sifat kemagnetan 5 menit (gr) 10 menit (gr) 15 menit (gr)
Feromagnetik 187.43 359.4 318.6
Paramagnetik 1175.8 2112.38 2139.4
Diamagnetik 1542.25 355.4 359.8
Total 2905.48 2827.18 2817.8

4.2 Pengolahan Data

Berdasarkan data yang didapatkan dari pemisahan material (pasir besi)


berdasarkan sifat kemagnetanya dengan menggunakan magnetik separator, maka
dilakukan pengolahan data, sebagai berikut:
4.2.1 Persentase berat
Rumus persentase berat, yaitu:
Berat sampel yang lolosn
% = 100%

15
a. Feromagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%

478
% 1 = 100%
1407.5
% 1 = 34.012 %
2
% 2 = 100%

458.46
% 2 = 100%
1407.5
% 2 = 32,57 %
3
% 3 = 100%

470.21
% 3 = 100%
1407.5
% 3 = 33.41 %
b. Paramagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%

2445.07
% 1 = 100%
7374.2
% 1 = 33.16 %
2
% 2 = 100%

3477.94
% 2 = 100%
7374.2
% 2 = 30.60 %
3
% 3 = 100%

2451.15
% 3 = 100%
7374.2
% 3 = 33.24 %
c. Diamagnetik (100 rpm)
1
% 1 = 100%

12.24
% 1 = 100%
31.43
% 1 = 38.94 %

16
2
% 2 = 100%

9.49
% 2 = 100%
31.43
% 2 = 30.86 %
3
% 3 = 100%

9.7
% 3 = 100%
31.43
% 3 = 30.19 %
d. Feromagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%

187.43
% 1 = 100%
865.43
% 1 = 21.66 %
2
% 2 = 100%

359.4
% 2 = 100%
865.43
% 2 = 41.53 %
3
% 3 = 100%

318.6
% 3 = 100%
865.43
% 3 = 36.81 %
e. Paramagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%

1175.8
% 1 = 100%
5427.58
% 1 = 21.66 %
2
% 2 = 100%

2112.38
% 2 = 100%
5427.58
% 2 = 38.92%
3
% 3 = 100%

17
2139.4
% 3 = 100%
5427.58
% 3 = 39.42 %
f. Diamagnetik (200 rpm)
1
% 1 = 100%

1542.25
% 1 = 100%
2257.45
% 1 = 68.32 %
2
% 2 = 100%

355.4
% 2 = 100%
2257.45
% 2 = 15.74 %
3
% 3 = 100%

359.8
% 3 = 100%
2257.45
% 3 = 15.93 %

4.2.2 Grafik
a. Feromagnetik (100 rpm)

Feromagnetik (100 rpm)


40
35
Persentase berat (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20
Menit

Gambar 4.1 Feromagnetik (100 rpm).

18
b. Paramagnetik (100 rpm)

Paramagnetik (100 rpm)


40
35
Persentase berat (%)
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20
Menit

Gambar 4.2 Paramagnetik (100 rpm)

c. Diamagnetik (100 rpm)

Diamagnetik (100 rpm)


40
35
Persentase berat (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20
Menit

Gambar 4.3 Diamagnetik (100 rpm)

19
d. Feromagnetik (200 rpm)

Feromagnetik (200 rpm)


45
40
35
Persentase berat (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Menit

Gambar 4.4 Feromagnetik (200 rpm)

e. Paramagnetik (200 rpm)

Paramagnetik (200 rpm)


45
40
35
Persentase berat (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Menit

Gambar 4.5 Paramagnetik (200 rpm)

20
f. Diamagnetik (200 rpm)

Diamagnetik (200 rpm)


80
70
Persentase berat (%)
60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Menit

Gambar 4.6 Diamgnetik (200 rpm)

4.3 Pembahasan

Praktikum pengolahan bahan galian pada proses magnetic separasi, dilakukan


dengan proses pemisahan tahap pertama dengan kecepatan putar drum yaitu 100 rpm.
Dengan sampel yang telah digerus dengan waktu lama penggerusan 5 menit. Hasil
pemisahan yang diperoleh berdasarakan sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik
sebanyak 12,24 gram, paramagnetik sebanyak 2445,07 gram, dan feromagnetik
sebanyak 478,8 gram. Total berat sampel hasil proses pemisahan sebanyak 2936,11
gram. Praktikum selanjutnya untuk hasil pemisahan yang diperoleh dengan sampel yang
telah digerus selama 10 menit berdasarakan sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik
sebanyak 9,7 gram, paramagnetik sebanyak 2477,94 gram, dan feromagnetik sebanyak
458,46 gram. Total berat sampel dari hasil proses pemisahan yaitu 2946,1 gram.
Selanjutnya dilakukan proses pemisahan kedua dengan sampel yang digunakan telah
digerusa dengan lama watu gerus 15 menit. Hasil pemisahan yang diperoleh
berdasarakan sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik sebanyak 9,49 gram,
paramagnetik sebanyak 2451,15 gram, dan feromagnetik sebanyak 470,21 gram. Total
berat sampel yang dihasilkan

dari proses pemisahan yaitu 2930,85 gram.


Proses pemisahan tahap kedua dengan kecepatan putar drum sebesar 200 rpm.
Dengan menggunakan sampel yang telah dilakukan pemisahan pertama yaitu sampel
21
dengan lama waktu penggerusan 5 menit. Hasil dari pemisahan yang diperoleh
berdasarakan sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik sebanyak 1542,25 gram,
paramagnetik sebanyak 1175,8 gram, dan feromagnetik sebanyak 187,43 gram. Total
berat sampel dari hasil proses pemisahan yaitu 2905,48 gram. Terjadi selisih berat
sampel dari proses pemisahan tahap pertama dan tahap kedua sebesar 30,26 gram.
Factor yang mempengaruhi perubahan yaitu pembersihan alat dari sisa material hasil
pemisahan tidak terlalu bersih maupun material yang tumpah atau tidak masuk kedalam
wadah. Selanjutnya hasil dari pemisahan yang diperoleh berdasarakan sifat
kemagnetannya untuk sampel yang telah digerus selama 10 menit yaitu diamagnetik
sebanyak 355,4 gram, paramagnetik sebanyak 2112,38 gram, dan feromagnetik
sebanyak 359,4 gram. Total berat sampel dari hasil proses pemisahan yaitu 2827,18
gram. Terjadi pengurangan berat sampel dari proses pemisahan tahap pertama dan
tahap kedua sebesar 118,92 gram.
Faktor penyebab terjadi selisih berat awal dan setelah proses pemisahan tahap
pertama untuk waktu 15 menit dan tahap kedua untuk waktu 15 menit yang mengalami
pengurangan berat sebanyak 113,05 gram. Hal lain yang menyebabkan adalah adanya
variabel kecepatan putaran dari alat yang mana semakin besar gaya/kecepatan yang
diberikan maka tingkat kemampuan medan magnet menarik material semakin
berkurang. Kendala yang dialami selama pelaksanaan praktikum pengolahan bahan
galian adalah berkurangnnya berat material disebabkan karena kurangnya ketelitian dari
praktikan saat menggunakan alat, dan waktu yang digunakan untuk setiap kecepatan
berbeda sehingga mempengaruhi produk yang dihasilkan.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tujuan dari pelaksanaan praktikum


pengolahan bahan galian acara III (magnetic separator) yaitu:
1. Mekanisme kerja pada magnetic separator dipengaruhi oleh beberapa gaya yaitu
gaya magnet yang dinotasikan dengan Fm, gaya gravitasi dinotasikan dengan Fg,
gaya drag dinotasikan dengan Fd dan gaya sentrifugal yang dinotasikan dengan
Fc.
2.
3. Hubungan antara besar partikel yang diumpankan kedalam magnetic separator
terhadap produk yang dihasilkan dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan
semakin besar umpan makan produk yang dihasilkan sedikit. Pengaruh
kecepatan alat terhadap berat material yang dihasilkan berdasarkan sifat
kemagnetannya, semakin besar kecepatan yang diberikan terhadap alat maka
berat material yang dihasilkan berdasarkan sifat kemagnetannya semakin
berkurang karena tingkat kemampuan berputar alat semakin tinggi yang
menyebabkan material mudah lolos begitupun untuk keadaan sebaliknya

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Fasilitas yang terdapat dalam laboratorium sangatlah mendukung dalam kegiatan
praktikum pengolahan bahan galian, hanya saja perlu ditingkatkan sirkulasi udara
di dalam ruangan praktikum.

5.2.2 Saran Untuk Asisten


Asisten praktikum pengolahan bahan galian sangatlah membantu dan
mendukung praktikan dengan profesional, hanya saja perlu ditingkatkan
koordinasi antar asisten praktikum pengolahan bahan galian.

23
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Praktikan merupakan komponen utama dalam kelancaran praktikum sehingga
diharapkan kepada praktikan lebih tertib dan menjaga sikap selama praktikum
berlangsung demi kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Feri, Sandri. 2015. Genesa bahan galian endapan pasir besi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

24
Juanzah, Achmad. 2015. Genesa bahan galian. https://www.academia.edu/20318518/
Genesa_Bahan_Galian_Pasir_Besi. Diakses pada 9 november 2016

Pusat Sumber Daya Geologi. 2005. Pedoman teknis eksplorasi pasir besi.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%201%20no.%202%20t
hn%202006/pedoman%20pasir%20besi.pdf. Diakses pada 9 november 2016

Putri, Aprilia. 2016. Magnetic separator dan electrostatic separator. Bandung: Universitas
Islam Bandung.

Sajima dkk. 2011. Peningkatan kadar zirkon untuk umpan proses peleburan pada
pembuatan natrium zirkonat. http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/BP8-
Sajima.pdf. Diakses pada 9 november 2016

Siregar, Harrys. 2002. Metode pemisahan secara magnetic: aplikasi fisika magnet dalam
alat proses teknik kimia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/1342/1/kimia-harrys.pdf. Diakses pada 9 november 2016

Subandoro dan Pudjowaluyo. 1978. Iron sand occurrences in the coastal areas of Flores,
mineral resources in asian offshore areas, CCOP. Singapore.

Sunaryo dan Iwan sugihatono. 2010. Pemisahan senyawa titanomagnetite (Fe3-


xTixO4(0x1)) dari pasir alam indramayu, jawa barat. http://journal.ui.ac.id/
technology/index.php/journal/article/download/701/157. Diakses pada 9
november 2016

T, Muhammad Iqbal. 2015. Magnetic separator. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

W, Bambang N. 2005. Penyelidikan endapan pasir besi di daerah pesisir selatan ende -
flores provinsi nusa tenggara timur. http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%
202005/mineral/Makalah%20Pasirbesi_Ende.pdf . Diakses pada 9 november
2016

Yulianto, A dan Bijaksana, S. 2002. Karateriksasi magnetik dari pasir besi Cilacap.
Himpunan Fisika Indonesia. Jurnal Fisika HFI. Vol A5 No. 0527.

25

Anda mungkin juga menyukai

  • Spareparts
    Spareparts
    Dokumen15 halaman
    Spareparts
    Muhammad Asrafil
    Belum ada peringkat
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Dokumen5 halaman
    Latihan 1
    Muhammad Asrafil
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen37 halaman
    Bab 4
    Muhammad Asrafil
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen37 halaman
    Bab 4
    Muhammad Asrafil
    Belum ada peringkat